Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara.

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN FAKTOR PENYEBABNYA
DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DIAN PRATIWI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Penutupan
Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai,
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Dian Pratiwi
NIM E34110043

ABSTRAK
DIAN PRATIWI. Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh
LILIK BUDI PRASETYO dan RINEKSO SOEKMADI.
Perubahan lahan merupakan fenomena umum yang dihadapi oleh kawasan
konservasi salah satunya Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini
menganalisis tentang perubahan tutupan lahan dan faktor penyebab terjadinya
konversi lahan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2014
menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan groundcheck dan wawancara
responden. Hasil penelitian ini berupa perubahan tutupan lahan dari kurun waktu
1981-2013. Tutupan lahan yang mengalami perubahan terbesar yaitu konversi
hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering sebesar 7553.58 ha pada tahun
1981-2001. Perubahan lahan disebabkan oleh adanya kebutuhan ekonomi yang

dibarengi dengan momentum reformasi pada tahun 1997, lemahnya penegakan
hukum, terbatasnya jumlah petugas dan dukungan pemerintah daerah, serta adanya
kebutuhan lahan serta adanya dukungan pemilik modal.
Kata kunci: perambahan hutan, perubahan penutupan lahan, taman nasional Rawa
Aopa Watumohai

ABSTRACT
DIAN PRATIWI. Landcover Change and Contributing Factor in Rawa Aopa
Watumohai National Park, Southeast Sulawesi Province. Supervised by LILIK
BUDI PRASETYO and RINEKSO SOEKMADI.

Land cover change is a common phenomenon faced is the conservation area
management in Indonesia, including Rawa Aopa Watumohai National Park.
This research aims to analyze the land cover change and it s causing factors.
The data carried out on August 2014 using Geographic Information System
(GIS) including groundcheck and respondent interview. This research
resulted the land cover change from 1981-2013. The most changing land
cover is the lowland mountain forest which was converted is to dryland
agriculture with 7 553.58 hectare of total area in 1981-2001. Land cover
change is caused by economic needs along with reform momentum in 1997,

weak law enforcement, lack of the number of personnel, lack of local
government support, and landuse needs supported by capital owner.
Keywords: forest encroachment, landcover change, Rawa Aopa Watumohai
national park

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN FAKTOR PENYEBABNYA
DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DIAN PRATIWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
di
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Judul Skripsi: Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara
Nama
: Dian Pratiwi
NIM
: E34110043

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc

Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScFTrop

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni ini ialah perubahan
lahan, dengan judul Perubahan Penutupan Lahan dan Faktor Penyebabnya di
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc dan Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScFTrop. Selain itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Fransisco Moga selaku Kepala Balai Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Bapak Dwi Sugiarto selaku Bagian Konservasi
TNRAW, dan Kakak saya Adis Hendriatna yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
kakak, adik, Taufik Iman Zuhrianto, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih

sayang, dan bantuannya, Keluarga KSHE 48, dan Keluarga besar RIMPALA
khususnya R-XVI, seluruh staf pengajar, Tata Usaha, Laboran, Mamang Bibi serta
keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan
Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta
memberikan ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Dian Pratiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan

2

Manfaat


2

Ruang Lingkup

2

METODE

3

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

3

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


4

Metode Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Ancaman terhadap Kawasan TNRAW

7

Analisis Penutupan Lahan

8

Uji Akurasi


8

Kondisi Penutupan Lahan di TNRAW

8

Dugaan Faktor Penyebab Perubahan Lahan di TNRAW

13

Pencegahan Perubahan Lahan di TNRAW

14

Penanggulangan Kerusakan Lahan di TNRAW

14

SIMPULAN DAN SARAN


15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Jenis data berdasarkan sumber
Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 1981
Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2001
Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2013
Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2001 (ha)
Perubahan penutupan lahan tahun 2001-2013 (ha)
Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2013 (ha)

4
9
9
10
10
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Peta lokasi penelitian
3
Diagram alur pengolahan data
6
Peta perbandingan hasil klasifikasi tutupan lahan di TNRAW
12
Konten analisis kejadian yang terjadi pada selang waktu 1981-2013 13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil uji akurasi
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan s/d tahun 2014
Tallysheet groundcheck
Ground Control Point dan Kondisi Lokasi Penelitian

17
18
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tutupan lahan bervegetasi (ruang hijau) merupakan salah satu penentu
sistem penyangga kehidupan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi tentang
penyebaran dan kondisinya terutama secara nasional yang diharapkan dapat
memberikan informasi atau wawasan pengertian tentang hubungan antara kondisi
lahan dan penggunaannya sekaligus memberikan informasi kepada para perencana
terkait dengan alternatif pilihan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah
secara nasional yang optimal (Ditjen Penataan Ruang 2007). Perubahan tutupan
lahan merupakan proses berubahnya luasan area baik membesar atau mengecil pada
suatu tutupan dan guna lahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh proses alam misalnya
pengaruh iklim, erupsi vulkanik, perubahan muka air laut, lingkungan, dan lain-lain
(Wasil dan Ainun 2012).
Menurut Whitten et al. (2002), sebagian dari spesies satwa di TNRAW
termasuk endemik dan berstatus sebagai spesies langka dan dilindungi sesuai
lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, seperti anoa, babirusa, maleo, kuskus, dan elang sulawesi.
TNRAW merupakan kawasan yang memiliki nilai penting karena berstatus sebagai
Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Kawasan Strategis Nasional dan berstatus
sebagai Situs Ramsar. Melalui SK No. 444/Kpts-II/1989, Kementrian Kehutanan
mendeklarasikan tiga buah taman nasional di Indonesia, salah satunya adalah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan dengan disahkannya Berita Acara
Tata Batas oleh panitia tata batas, maka Menhut menetapkan kawasan TNRAW
seluas 105 194 ha melalui SK No. 756/Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember 1990.
Luas tersebut diperoleh dengan menggabungkan kembali Taman Buru Dataran
Rumbia, Suaka Margasatwa Rawa Aopa dan Gunung Watumohai dikurangi dua
buah lokasi enklave seluas 366 ha.
Sejak otonomi daerah, masalah sering muncul dalam pengelolaan TNRAW.
Penebangan hutan yang tidak terkendali menjadi penyumbang terbesar atas
kerusakan taman nasional. Penebangan hutan itu pada dasarnya dilakukan oleh
warga yang memiliki ketergantungan pada hutan (Sumardjani 2007). Gelombang
besar-besaran perpindahan penduduk dari Provinsi Sulawesi Selatan ke Sulawesi
Tenggara pada tahun 1998, kian menambah jumlah kerusakan areal taman nasional,
karena banyak terjadi pengalihan fungsi kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya. Salah satu bukti terjadinya perubahan lahan di Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai yaitu dengan adanya kebakaran hebat tahun 1997-1998 (Paul
1998). Kejadian ini dipicu oleh badai El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang
membawa uap kering ke Indonesia. Kebakaran tersebut menyebabkan sebagian
sektor ekonomi di Kalimantan lumpuh. Bahkan asap akibat kebakaran tersebut
mencapai Negara Malaysia. Kebakaran hutan dan lahan di Sulawesi Tenggara
sendiri bukan menjadi isu strategis daerah, sebab frekuensi kebakaran hutan untuk
level propinsi masih tergolong rendah. Namun untuk level lokal, kebakaran hutan
ini menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Menurut pantauan satelit, kebakaran
hutan dan lahan di Sulawesi dengan frekuensi yang cukup tinggi hanya terlokalisasi
di beberapa titik, seperti di beberapa lokasi di Konawe Utara, satu lokasi di

2
Kabupaten Kolaka, Mataosu dan kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
Perubahan penutupan lahan dapat dianalisis dengan suatu teknologi
penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu atau seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah atau suatu gejala, dengan jalan menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer 2004). Berdasarkan hasil
analisis citra satelit tahun 1996 dan 2001 menunjukkan tingkat percepatan
perubahan penggunaan lahan di Sulawesi Tenggara dari tutupan hutan menjadi
tutupan kebun. Saat ini kawasan hutan sudah terbagi akibat terpotongnya wilayah
sempit di tengah kawasan menjadi perkebunan coklat dan tanaman musiman yang
dilakukan oleh masyarakat.
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai kini juga dihadapkan dengan
tingginya aktivitas penebangan liar (illegal logging), perburuan liar (illegal
poaching), penambangan liar dan pembakaran hutan kian makin memperbesar laju
kerusakan, namun belum terdapat data multiwaktu terkait perubahan lahan di
TNRAW. Oleh karena itu, diperlukan suatu informasi dan tindakan rasional untuk
menganalisis faktor penyebab perubahan lahan yang terjadi di di Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi tutupan lahan di TNRAW?
2. Tipe tutupan apa sajakah yang mengalami perubahan yang paling besar?
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perambahan di kawasan
TNRAW?
4. Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan oleh TNRAW?
5. Bagaimana cara mengatasi perubahan lahan tersebut?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun data dasar penutupan lahan,
mengetahui besarnya perubahan yang terjadi di TNRAW serta faktor penyebab dari
perubahan lahan tersebut.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk pengelolaan kawasan
misalnya rencana restorasi, rehabilitasi, kegiatan pengamanan, pembinaan habitat,
dan penyusunan peta kerawanan kebakaran di Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah identifikasi perubahan lahan di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, klasifikasi citra tahun 1981-2013, validasi citra,
dan analisis faktor penyebab terjadinya perubahan lahan.

3

METODE
Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Rawa Aowa
Watumohai, Sulawesi Tenggara. Kawasan TNRAW terletak di Pulau Sulawesi
bagian Tenggara, dengan posisi geografis terletak antara 4°22 - 4°39 Lintang
Selatan dan 121°44 -122°44 Bujur Timur.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Secara administratif pemerintahan, kawasan ini memiliki luas 105 194 ha
dan berada pada Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat wilayah kabupaten,
yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka dan Bombana. Pengambilan
data lapang dilakukan pada bulan Agustus 2014, sedangkan untuk pengolahan data
lapang dan analisis citra dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan
Pemodelan Spasial Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan IPB selama tiga bulan.
Alat dan Bahan
Alat digunakan dalam pengambilan dan pengukuran data di lapang, yaitu
alat tulis, kalkulator, Global Positioning System (GPS), kamera digital, kompas,
peta kawasan, pita ukur, laptop, dan blangko pengukuran atau tally sheet. Bahan
yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data, yaitu software ArcGis 9.3,

4
software ERDAS imagine 9.1, software Microsoft Office 2013, EDraw, XTools
Pro, peta Rupa Bumi Indonesia, Peta batas TNRAW, dan Citra Landsat.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan data secara langsung di
lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder seperti
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data berdasarkan sumber
No
1.

2.

3.

Jenis data
Raster:
a.
Citra Landsat 2 MSS
tahun 1981 (akusisi 3
Juni 1981)
b. Citra landsat 7
ETM+ tahun 2001
(akuisisi 2
September 2001)
c.
Citra landsat 8 OLI
tahun 2013 (akuisisi
14 November 2013)
Vektor:
a.
Rupa Bumi
Indonesia (RBI)
b. Batas kawasan
TNRAW
c.
Batas administrasi
d. Groundcheck

Sosial
3
Ekonomi:
a.
Wawancara

b.

Studi literatur

Sumber

Teknik pengumpulan
data

Earthexplorer.usgs.gov

Mengunduh

Earthexplorer.usgs.gov

Mengunduh

Earthexplorer.usgs.gov

Mengunduh

BTNRAW

-

BTNRAW

-

BTNRAW
Observasi lapang

Pengambilan
dengan GPS
pengambilan
lokasi

Observasi lapang

Wawancara langsung
dengan
panduan
wawancara
Mencari
literatur
terkait penelitian

Buku, jurnal ilmiah,
skripsi, tesis, BTNRAW

titik
dan
foto

5
Data sosial ekonomi
Data sosial ekonomi diperoleh dari hasil kuisioner kepada pihak pengelola
Taman Nasional, masyarakat sekitar taman nasional, pemerintah daerah setempat
dan beberapa informan lainnya yang dapat memeberikan informasi terkait adanya
perubahan lahan di TNRAW. Selanjutnya beberapa parameter dikumpulkan
melalui metode wawancara terhadap masyarakat lokal, tokoh masyarakat setempat,
dan pihak Taman Nasional. Setelah itu dilakukan observasi kegiatan dan situasi
areal perkebunan coklat ditingkat masyarakat dan pengumpulan data sekunder
melalui kajian laporan, peraturan perundang-undangan, surat kabar, laporan
statistik kabupaten, kecamatan dan desa, dokumen dan arsip Balai Taman Nasional
serta peta tematik perkembangan penggunaan lahan di dalam kawasan Taman
Nasional.
Metode Analisis Data
Penelitian dilakukan dengan melalui beberapa proses kegiatan diantaranya
tahapan persiapan, tahapan pengolahan data, tahap analisis, dan tahap akhir. Tahap
persiapan diawali dengan identifikasi masalah. Tahapan awal yakni penentuan
masalah yang berhubungan dengan rencana pekerjaan dan penetapan tujuan.
Selanjutnya studi literatur yaitu mempelajari dan mengumpulkan buku-buku
referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang
lain yang berkaitan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai
masalah yang akan diteliti. Tahap persiapan diakhiri dengan pengumpulan data.
Analisis interpretasi citra diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Baja (2012) menyatakan bahwa SIG dapat digunakan untuk perencanan tata guna
lahan.
Koreksi geometrik
Proses ini bertujuan untuk melakukan georeferensi citra dengan cara
mensuperposisi (overlay) dengan layer SIG yang sudah tergeoreferensi atau sudah
diketahui koordinat dan sistem proyeksinya, misalnya jalan, garis pantai dan
sebagainya. Data asli hasil rekaman sensor pada satelit maupun pesawat terbang
merupakan representasi dari bentuk permukaan bumi yang tidak beraturan.
Meskipun kelihatannya merupakan daerah yang datar, tetapi area yang direkam
sesungguhnya mengandung kesalahan (distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh
kelengkungan bumi dan atau oleh sensor itu sendiri.
Pengolahan data spasial
Setelah dilakukan koreksi geografi, dilakukan pengolahan data citra pada
selang waktu tahun 1981-2013 diawali dengan memotong citra, dan penajaman
citra, lalu dilakukan metode supervised atau klasifikasi terbimbing. Selanjutnya
dilakukan filtering untuk menghaluskan hasil klasifikasi. Tahap analisis dilakukan
analisis data dan uji statistik hasil pengolahan data atau mendapatkan nilai accuracy
assessment. Selanjutnya hasil analisis citra tersebut diperoleh kondisi tutupan lahan
dengan mengkaitkan kejadian atau content analysis pada masing-masing tahun,
sedangkan pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan tugas akhir yang berisi
dokumentasi dari pelaksanaan tugas akhir.

6
Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta tutupan
lahan tahun 1981-2013 dengan cara melakukan overlay pada peta tersebut. Overlay
ini akan menghasilkan adanya penutupan lahan yang mengalami perubahan selama
kurun waktu tersebut. Perubahan yang terjadi di analisis dan dikonversikan ke
dalam bentuk tabel serta grafik dalam mempermudah dalam melihat perubahan
lahan yang terjadi di TNRAW.
Pengolahan data sosial ekonomi
Data sosial ekonomi diperoleh dari wawancara dengan masyarakat, Kepala
Balai TNRAW serta pihak terkait dengan tujuan pengumpulan data untuk
memperoleh dugaan terjadinya perubahan lahan dengan membentuk suatu konten
analisis. Konten analisis berfungsi untuk menduga kejadian yang terjadi pada waktu
tertentu. Diagram alur untuk pengolahan data dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2 Diagram alur pengolahan data

7
Pengolahan Data Spasial dengan Data Sosial Ekonomi
Data spasial pada tahun 1981-2013 yang diolah dengan membuat diagram
fishbone dimana dapat diketahui luas areal lahan yang mengalami perubahan yang
dikaitkan dengan kejadian yang terjadi saat itu, Selanjutnya dilakukan analisis data
social ekonomi secara deskriptif untuk mengetahui penyebab adanya perubahan
lahan dalam kurun waktu tersebut. Data sosial ekonomi diolah agar memudahkan
analisis faktor penyebab terjadinya perubahan lahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Ancaman terhadap Kawasan TNRAW
1. Jalan poros Konawe Selatan-Bombana
Jalan utama yang dilalui merupakan jalan poros provinsi yang dibangun
pada tahun 2009. Jalan ini dibangun dari dana proyek The Eastern Indonesia
National Road Improvement Project (EINRIP) Australia dengan luas 21 850 km
yang membelah kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan
ditetapkan sebagai zona khusus. Pembangunan kawasan-kawasan terbangun
biasanya berkaitan dengan pengembangan pusat pertumbuhan, dan selalu
diikuti pula oleh meningkatnya prasarana infrastruktur, misalnya jalan sehingga
memicu konversi lahan (Juliantina 2012).
2. Kebakaran hutan
TNRAW sebagai salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem
rawa gambut memiliki potensi terjadinya kebakaran hutan baik skala kecil
maupun besar. Selain itu, ekosistem savana di TNRAW memiliki peluang
terjadinya kebakaran. Kebakaran savana yang memiliki volume vegetasi
penutup lahan (biomassa) yang telah menurun akibat pengaruh kekeringan pada
musim kemarau sehingga berpotensi terjadinya kebakaran hutan (Sugiarto
2013).
3. Penebangan liar (Illegal logging)
Penebangan liar terjadi di lokasi yang berbatasan dengan pemukiman
masyarakat seperti di SP 1 Kecamatan Lalembuu, Lambandia, dan Puriala. Jenis
kayu yang menjadi incaran diantaranya jenis Kalaero (Diospyros malabarica),
Kulipapo (Vitex cafassus), Bitti (Vitex pubescens), Kayu Nona (Metrosideros
petiolata), Kayu Bayam (Instia bijuga), dan Rotan (Calamus spp).
4. Perambahan hutan
Hutan yang dirambah oleh masayarakat di daerah Lambandia dan
ladongi, dikonversikan menjadi kebun coklat untuk mengambil keuntungan dari
hasil penjualan coklat yang tinggi. Harga jual coklat berkisar antara Rp 25
000.00 hingga Rp30 000.00 per kilogram.

8
5. Penambangan emas tanpa ijin (PETI)
Aktivitas pertambangan di sekitar kawasan TNRAW mengancam adanya
penurunan produksi pertanian dan perikanan serta pencemaran sistem hidrologi.
Pertambangan emas di Bombana dikhawatirkan dapat mengganggu dan
menyumbang kerugian di kawasan konservasi.
Analisis Penutupan Lahan
Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan
suatu proses mengindentifikasi perbedaan keberadaan suatu objek atau fenomena
yang diamati pada waktu yang berbeda (As-syakur et al. 2010). Klasifikasi
penggunaan lahan dilakukan dengan klasifikasi terbimbing (supervised
classification) degan menggunakan Landsat 2 MSS, ETM+ 7 dan Landsat 8 OLI
pada citra dengan path/row 113/63. Interpretasi citra dilakukan secara visual dimana
piksel-piksel yang telah diketahui jenis tutupan lahannya dengan groundcheck
kemudian dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Perbandingan tersebut
dikerjakan secara numerik menggunakan satu diantara berbagai strategi yang
berbeda-beda untuk memudahkan dalam memisahkan piksel yang memiliki nilai
kategori tutupan lahan yang berbeda. Piksel tersebut kemudian diberi nama sesuai
kategori yang mewakilinya (Suheri 2003).
Umumnya kegiatan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan konservasi
tidak dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya. Berdasarkan hasil
analisis citra, penutupan lahan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
dikelompokkan menjadi sembilan kelas klasifikasi dan satu diantaranya yaitu kelas
tanpa nilai atau no data. Kelas klasifikasi tersebut diantaranya badan air, savana,
hutan dataran rendah, mangrove, rawa, pertanian lahan kering, permukiman, sawah
dan tidak ada data (awan dan bayangan awan).
Uji Akurasi
Akurasi merupakan langkah yang diambil dalam menentukan tingkat
kesesuaian citra hasil klasifikasi dengan kondisi actual di lapangan. Hasil analisis
akurasi yang dilakukan terhadap delapan citra yang telah diklasifikasikan sebagai
berikut. Secara keseluruhan hasil klasifikasi citra mengalami akurasi total sebesar
86.21 % artinya hasil tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena titik yang
diperoleh dari hasil groundcheck tersebar merata. Beberapa tutupan lahan seperti
hutan dataran rendah, mangrove dan rawa masih terdapat kesalahan klasifikasi
akibat citra yang digunakan masih terdapat awan sehingga terjadi kesalahan dalam
klasifikasi.
Kondisi Penutupan Lahan di TNRAW
Penutupan lahan TNRAW tahun 1981
Penutupan lahan pada tahun 1981 pada umumnya belum muncul adanya
gangguan karena pada tahun tersebut TNRAW belum ditetapkan sebagai Taman
Nasional. Hutan dataran rendah memiliki luasan tertiggi dengan luas areal sebesar
54 054.58 ha atau 50.51% dari total luasan TNRAW. Pada tahun 1981 belum ada
perambahan hutan dalam bentuk pertanian lahan kering, sawah, dan pemukiman
(Tabel 2).

9
Tabel 2 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 1981
No.

Jenis Penggunaan Lahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Hutan dataran rendah
Rawa
Hutan mangrove
Pertanian lahan kering
Savana
Sawah
Pemukiman
Badan air
Tidak ada data
Total

1981
Luas (ha)
54 054.58
14 725.23
5 679.53
00.00
16 663.94
00.00
00.00
232.52
15 640.92
106 996.70

%
50.51
13.76
5.31
00.00
15.57
00.00
00.00
0.22
14.61
100.00

Penutupan lahan TNRAW tahun 2001
Penutupan lahan tahun 2001 mengalami penurunan dan pertambahan
luasan. Hutan dataran rendah memiliki luasan tertinggi dengan luas areal sebesar
43 950.05 ha atau 41.08%. Luas pertanian lahan kering tahun 2001 yaitu 9 168.2 ha
atau 8.57 % dari total luasan TNRAW. Luas sawah yaitu 237.08 ha atau 0.24% dari
total luasan TNRAW, sedangkan luas pemukiman yaitu 358.08 ha atau 0.33% dari
total luasan TNRAW (Tabel 3).
Tabel 3 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2001
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Penggunaan Lahan
Hutan dataran rendah
Rawa
Hutan mangrove
Pertanian lahan kering
Savana
Sawah
Pemukiman
Badan air
Tidak ada data
Total

2001
Luas (ha)
43 950.05
12 877.22
5 403.48
9 168.2
18 856.02
237.08
358.08
505.6
15 640.92
106 996.70

%
41.08
12.03
5.05
8.57
17.62
0.24
0.33
0.47
14.61
100.00

Penutupan lahan TNRAW tahun 2013
Hutan dataran rendah memiliki luasan tertinggi dengan luas areal sebesar 39
550.65 ha atau 36.97%. Luas pertanian lahan kering tahun 2013 yaitu 14 358.73 ha
atau 13.42 % dari total luasan TNRAW. Luas sawah yaitu 731.13 ha atau 0.68%
dari total luasan TNRAW, sedangkan luas pemukiman yaitu 152.46 ha atau 0.15%
dari total luasan TNRAW (Tabel 4).

10
Tabel 4 Kondisi areal tutupan lahan TNRAW tahun 2013
No.

2013

Jenis Penggunaan Lahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

Luas (Ha)
39 550.65
13 608.34
5262.3
14 358.73
17 069.67
731.13
152.46
705.93
15 640.92
106 996.70

Hutan dataran rendah
Rawa
Hutan mangrove
Pertanian lahan kering
Savana
Sawah
Pemukiman
Badan air
Tidak ada data

%
36.97
12.72
4.92
13.42
15.76
0.68
0.15
0.66
14.61
100.00

Secara periodik, umumnya pertanian lahan kering tiap selang waktu tahun
1981-2013 terus bertambah dan di sekitar Rawa Aopa Resort Aopa Basala tidak
mengalami perubahan. Perubahan penutupan lahan secara periodik diperoleh
menggunakan perhitungan luasan menggunakan pivot table pada Excel 2013 (Tabel
5).
Tabel 5 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2001 (ha)
1
1

2

42 282.62

2.47

3
556.51

2
3

65.09 5 152.04
0.00
859.78
0.00 12 315.69

4

683.65

185.84

5

0.00

61.92

4
3 116.13

6

7

8

23.87 217.26 7 553.58

199.69 212.36
0.00 16.50

0.28 15 530.09
0.00

5

0.00
0.00
7.11 1 419.66

315.25
0.00
41.64

11.78

12.17

171.08

0.04

5.84 148.83

0.00

0.00

0.00

Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,
5=badan air, 6= sawah, 7= pertanian lahan kering, 8= pemukiman
Tabel 6 Perubahan penutupan lahan tahun 2001-2013 (ha)
1
1 35 734.01
2
3

3

4

5

6

7

8

77.32

71.43

2 837.66

3.71

5.76

766.53

7.82

57.60 5 072. 38

0.00

69.32

61.26

0.00

0.00

0.00

0.00 12 370.08

0.00

16.50

7.11

866.67

41.64

0.00 15 679.29

9.66

0.00

74.38

0.18

301.31

0.59

108.46

0.00

337.46

4 1 082.46
5

2

22.07

39.61
191.30

40.84

36.81

Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,
5=badan air, 6= sawah, 7= pertanian lahan kering, 8= pemukiman

11
Tabel 7 Perubahan penutupan lahan tahun 1981-2013 (ha)
1
1 36 972.50
2

2

3

4

5

6

7

8

3.34

537.54

2 590.46

76.15

645.69

60.93 5 036.13

0.00

159.69

349.15

0.00

3.73

0.00

0.00 13 065.84

0.00

101.32

42.03

930.79

21.81

0.12 14 131.71

22.67

41.41

227.34

8.19

153.97

0.00

0.00

0.00

3

485.70

4

1 975.32

166.84

5

0.00

55.52

0.00

5.13

13 171.34 122.36

Keterangan: 1= hutan dataran rendah, 2= hutan mangrove, 3= rawa, 4= savana,
5=badan air, 6= sawah, 7= pertanian lahan kering, 8= pemukiman
Tabel 5, 6, dan 7 menjelaskan perhitungan luasan perubahan tutupan lahan
dalam kurun waktu 1981-2001, 2001-2013, dan 1981-2013. Nilai perubahan luasan
pada kurun waktu 1981 hingga 2013 terbesar yaitu hutan dataran rendah menjadi
savana seluas 13 171.34 ha. Areal lahan basah yang dikonversi menjadi areal
pertanian lahan kering sulit untuk dilakukan sehingga masyarakat mencari areal lain
untuk berladang. Perubahan penggunaan lainnya yaitu konversi savana menjadi
areal sawah di daerah Resort Poleang Laea. Pembukaan lahan dengan metode ini
dipandang masyarakat sebagai cara yang paling mudah dan murah, tidak
membutuhkan waktu lama untuk membuka hektaran lahan dengan cara ini. Namun
pembukaan lahan secara tradisional tersebut akan berdampak pada kerusakan lahan
yang akan menyebabkan lahan kritis berkepanjangan. Kondisi topografi TNRAW
yang datar memicu perambah hutan mengalihfungsikan hutan menjadi ladang
coklat. Luas perubahan tersebut lebih mudah dipahami pada peta perubahan lahan
tahun 1981-2013 (Gambar 3).

12

Gambar 3 Peta perbandingan hasil klasifikasi tutupan lahan di TNRAW

13
Dugaan Faktor Penyebab Perubahan Lahan
Penutupan lahan di TNRAW yang mengalami perubahan yang paling besar
adalah hutan dataran rendah menjadi pertanian lahan kering terutama pada tahun
1981-2001 dengan luas areal yang berubah sebesar 7 553.58 ha. Pertanian lahan
kering mencakup tanaman coklat, jeruk, dan kelapa yang ditanam oleh masyarakat
di dalam kawasan TNRAW. Hutan dataran rendah yang berubah menjadi
pemukiman terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 yaitu sebesar 315.25 ha. Hutan
dataran rendah yang mengalami perubahan tertinggi mejadi sawah terbesar yaitu
pada tahun 1981-2001 sebesar 217.26 ha. Rawa mengalami perubahan tertinggi
menjadi sawah pada tahun 2001-2013 sebesar 112.46 ha, sedangkan savana yang
berubah menjadi sawah dengan luas tertinggi yaitu pada tahun 2001-2013 sebesar
48.94 ha. Analisis dugaan faktor perubahan tutupan lahan dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 4 Konten analisis kejadian yang terjadi pada selang waktu 1981-2013
Berdasarkan konten analisis yang terjadi di TNRAW, tahun 1981 belum
muncul adanya pembukaan lahan atau pertanian lahan kering. Datangnya
masyarakat pendatang Suku Bugis di sekitar tahun 1991-1999 sehingga pada tahun
ini muncul pertanian lahan kering skala kecil dan pada puncaknya perambahan
besar-besaran dilakukan bersamaan dengan krisis moneter pada tahun 1998. Sejak
ditetapkannya Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai pada tahun 1990,
masyarakat yang memiliki lahan perkebunan dan tinggal di dalam kawasan sudah
dipindahkan ke daerah lain sedangkan untuk masyarakat adat Hukaea Laea
beberapa masih bertahan di dalam kawasan. Tahun 1998 hingga tahun 2002
dilakukan Operasi Sapu Jagad (OSJ) untuk mengusir masyarakat adat tersebut oleh
BTNRAW yang bekerjasama dengan Pemerintah Sulawesi Tenggara dibantu aparat
Kepolisian dari Satuan Brimob, Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara dan Polisi
Hutan. Hal ini dilakukan karena perambahan hutan menjadi pertanian lahan kering
meningkat pesat hingga tahun 2001. Operasi tersebut berhasil mengurangi jumlah
pemukiman menjadi 9.39 ha.

14
Masyarakat desa pada umumnya hanya mengandalkan sumber mata
pencahariannya dari sektor pertanian. Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh setiap
keluarga serta peningkatan kebutuhan menyebabkan sebagian masyarakat yang
kurang mampu melakukan perambahan hutan untuk perluasan areal pertaniannya
(Suharjito dan Darusman 1998). Tahun 2005 dikeluarkan Inpres No. 4 Tahun 2005
tentang pemberatasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan
peredaran di seluruh wilayah RI menunjukkan adanya penurunan konversi hutan
dataran rendah menjadi pertanian lahan kering, pemukiman dan sawah. Tahun 2007
dikeluarkannya Perpres No. 89 Tahun 2007 yang berisi tentang gerakan nasional
rehabilitasi hutan dan lahan, akan tetapi dalam kurun waktu 1981-2013 tidak ada
penurunan luas area konversi.
Pembangunan jalan poros untuk lintas Kabupaten Konawe SelatanBombana di zona khusus turut menyumbang perubahan lahan. Luas jalan poros
tersebut yaitu 21 850 km. Selain itu, adanya Permenhut No. 38/ Menhut-V/ 2010
yang berisi tentang rencana tahunan dalam rehabilitasi hutan dan lahan dan
Permenhut No. 14/ Menhut-II/ 2012 mengenai pedoman dalam penyelenggaraan
rehabilitasi hutan dan lahan diharapkan dapat mengurangi bertambahnya perubahan
lahan. Penyebab lain terjadinya perambahan hutan yaitu penegakan hukum yang
lemah terhadap pelanggar dalam kasus perambahan hutan dan kesempatan kerja di
luar sektor pertanian sangat sedikit sehingga masyarakat cenderung memilih
menggarap lahan menjadi pertanian lahan kering seperti menanam coklat, kacang
mete, jeruk di dalam kawasan hutan.
Masyarakat mulai menanam coklat sebagai sumber penghasilannya. Hasil
panen dari biji coklat memiliki nilai jual yang tinggi, terutama biji coklat yang telah
didiamkan selama beberapa minggu. Harga per kilogram biji coklat berkisar antara
Rp25 000.00 hingga Rp30 000.00. Keuntungan yang diperoleh dari hasil
penanaman coklat memicu perambahan hutan di dalam kawasan secara besar
besaran.
Pencegahan Perubahan Lahan di TNRAW
Beberapa hal dalam rangka pencegahan adanya perubahan telah dilakukan
oleh pihak TNRAW, namun beberapa kegiatan belum efektif karena masih
munculnya pengalihfungsian lahan di dalam kawasan. Kegiatan yang dilakukan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai sebagai upaya pencegahan terjadinya
perubahan lahan diantaranya dengan sosialisasi dan penyuluhan terhadap
masyarakat sekitar hutan terkait dengan penggunaan lahan serta tata batas kawasan,
penegakkan hukum terhadap masyarakat perambah hutan, melakukan rehabilitasi
lahan dengan penanaman jenis pohon asli, pemberadayaan masyarakat, dan
pembentukan satu regu Brigade Dalkarhut untuk antisipasi adanya kebakaran di
kawasan taman nasional (BTNRAW 2013).
Penanggulangan Kerusakan di TNRAW
Upaya yang telah dilakukan pihak TNRAW dalam rangka pemulihan
kawasan hutan yaitu sosialisasi batas kawasan, zonasi, dan penandaan batas,
sosialisasi pemanfaatan kawasan TNRAW untuk wisata alam, penangkaran dan
budidaya, patroli rutin, penyuluhan terhadap masyarakat sekitar hutan tentang

15
manfaat hutan baik langsung ataupun tidak langsung, menangkap pihak yang
merambah hutan di dalam kawasan TNRAW, pemberadayaan masyarakat sekitar
hutan untuk menjaga hutan sesuai fungsinya.
Upaya tindak lanjut berupa kegiatan operasi intelegen pada Blok hutan yang
mengalami kerusakan akibat perambahan hutan, kegiatan penyuluhan terpadu di
blok hutan Lapalea Resort Poleang Laea SPTN II, penanganan pasca operasi
penanggulangan perambahan dengan kegiatan pengecekan kembali lokasi
perambahan (memusanahkan tumbuhan yang ditanam di dalam kawasan),
penyempurnaan database, pengembangan kerjasama dengan Pemda, LSM,
perguruan tinggi dan stakeholder terkait, peningkatan sarana prasarana, proses
yustisi terhadap pelaku pelanggaran, melakukan koordinasi penanganan
perambahan dengan instansi terkait dengan POLRES, Pemerintah Daerah dan
DPRD Bombana, pemberdayaan masyarakat dengan bantuan modal, pelatihan, dan
pendampingan maupun kerjasama pemanfaatan hasil hutan non kayu, usaha
preventif mencakup penyuluhan, pembuatan papan informasi, dan sosialisasi
terhadap masyarakat sekitar TN, pencegahan kebakaran hutan, pemadaman
kebakaran, pemantauan titik hotspot, penguatan kelembagaan DALKARHUT
(Pengendalian Kebakaran Hutan), dan penanaman kembali (rehabilitasi) kawasan
hutan dengan jenis tanaman yang sesuai (BTNRAW 2013).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Jenis tutupan lahan yang mengalami perubahan tertinggi yaitu hutan dataran
rendah menjadi pertanian lahan kering tahun 2001-2013 dengan luas areal yang
berubah sebesar 7 553.58 ha. Hutan dataran rendah yang berubah menjadi
pemukiman terbesar yaitu pada tahun 1981-2001 yaitu sebesar 315.25 ha. Hutan
dataran rendah yang mengalami perubahan tertinggi mejadi sawah terbesar
yaitu pada tahun 1981-2001 sebesar 217.26 ha. Rawa mengalami perubahan
tertinggi menjadi sawah pada tahun 2001-2013 sebesar 112.46 ha, sedangkan
savana yang berubah menjadi sawah dengan luas tertinggi yaitu pada tahun
2001-2013 sebesar 48.94 ha.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan lahan diduga karena adanya
kebutuhan ekonomi yang dibarengi dengan momentum reformasi pada tahun
1997, kebutuhan hidup yang mendesak dan harus dipenuhi, lemahnya
penegakan hukum, minimnya jumlah petugas, minimnya dukungan pemerintah
daerah, adanya kebutuhan lahan serta adanya dukungan pemilik modal.

16
Saran
1. Perubahan lahan yang terjadi di TNRAW dapat diatasi dengan mengembalikan
kawasan yang telah menjadi lahan pertanian ke fungsi semula secara intensif
melalui rehabilitasi lahan, penegakan hukum yang konsekuen, kerjasama yang
sinergis dan simultan antara pihak TNRAW, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat setempat.
2. Perlu adanya perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang penduduknya
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam yang
ada di dalam kawasan TNRAW terutama masyarakat adat yang berada di dalam
kawasan.

DAFTAR PUSTAKA
As-syakur AR, IW Suarna, IWS Adnyana, IW Rusna, IAA Laksmiwati, dan IW
Diara. 2010. Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di DAS Badung. Jurnal
Bumi Lestari. 10(2) : 200 -207.
Baja S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta (ID). Penerbit ANDI.
BTNRAW. 2013. Buku Informasi Kawasan. Sulawesi (ID): BTNRAW.
Ditjen Penataan Ruang. 2007. Gambaran Tutupan Lahan Bervegatasi Dalam Satu
Wilayah Daerah Aliran Sungai Maupun Wilayah Provinsi. Departemen
Pekerjaan Umum. 09: 01. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
Juliantina I. 2012. Peran Peningkatan Infrastruktur Jalan Dalam Pertumbuhan
Perekonomian Kota Palembang. Jurnal Rekayasa Sriwijaya. 21 (3): 20-24.
Lillesand and Kiefer, 2004. Remote Sensing And Image Interpretation. New York
(US) : John Wiley & Son.
Paul KG. 1998. A Brief history and analysis of Indonesia s forest fires crisis.
Academic Research Library, Apr 1998; 65 pg 63.
Sugiarto DP. 2013. Strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan pemanfaatan pemodelan spasial
[tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suheri. 2003. Studi perubahan penutupan lahan di daerah penyangga Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango menggunakan sistem infomasi geografis.
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Suharjito D, Darusman D. 1998. Kehutanan Masyarakat (Beragam Pola Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan). Bogor (ID): Program Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM).
Sumardjani L. 2007. Konflik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman untuk
Penyelesaian Terbaik. Bogor (ID): Flora Mundial Communications.
Wasil AR, Ainun PW. 2012. Modelling Land-Use Change. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Whitten T, Mustafa M, Henderson GS. 2002. The Ecology of Sulawesi. Periplus.
Singapore.

17
Lampiran 1 Hasil uji akurasi
Kelas Penutupan
Lahan

Reference
Totals

Unclassified
Awan
Bayangan Awan
Badan Air
Savana
Hutan Dataran
Rendah
Mangrove
Rawa
Pertanian Lahan
Kering
Pemukiman
Sawah
Total
Akurasi keseluruhan =

86.21%

Classifie
d

Numbe
r

Producers

Users

Totals

Correct

Accuracy

Accurac
y

1
0
0
5
15

1
0
0
4
17

1
0
0
4
15

80.00%
100.00%

100.00%
88.24%

20
9
8

21
9
8

18
9
8

90.00%
100.00%
100.00%

85.71%
100.00%
100.00%

14
9
8
87

20
2
5
87

13
2
5
75

92.86%
22.22%
83.33%

65.00%
100.00%
100.00%

18

Lampiran 2 Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan hingga tahun 2014

Tahun

Blok hutan

2011

Sonai

Administrasi
Administrasi
Pengelolaan
pemerintahan
TNRAW
Resort
SPTN
Kecamatan
Lambuya
I
Puriala
puriala

DAS/SUB
DAS

Konaweha

125

Pungguota

Lambuya
puriala

I

Puriala

Konaweha

75

Pokae

Langkowala

II

Lantari Jaya

Roraya

75

Watumohai

Watumohai

II

Lalembuu

Roraya

175

Watuapi

Lanowulu

II

Tinanggea

Roraya

75

III

Lambandia

Roraya

300

III

Lambandia

Roraya

175

Pinanggoosi
Mendoke
I
Pinanggosi
Mendoke
II
Total
2012

1000

Mokupa

Watumohai

II

Lalembuu

Roraya

250

Tambayo I

Lanowulu

II

Tinanggea

Roraya

200

Tambayo II

Lanowulu

II

Tinanggea

Roraya

150

Susua

Mendoke

III

Lambandia

Roraya

400

Pinanggoosi
Mendoke
III

III

Lambandia

Roraya

200

Total
2013

1200
WatuLalembuu
mohai

Lalomili

Mokupa

Iwoimea
Jaya

Mendoke

III

Lambandia

Roraya

50

Roraya

250

Total
2014

Luas
(ha)

300

Pinanggoosi Mendoke

III

Lambandia

Roraya

100

Mokupa
Jaya

II

Lalembuu

Roraya

100

Watumohai
Total

200

19
Lampiran 3 Tallysheet groundcheck

No

ID Titik
GPS
1

Akurasi
GPS
(Accuracy
)

Tipe
Tutupan
Lahan

Deskripsi
Lahan
- Spesies

1.

- Topografi:

- Sejarah
lahan:

2

- Spesies

2.

- Topografi:

- Sejarah
lahan:

- Spesies
3
3.
- Topografi:

- Sejarah
lahan:

ID Foto

20
Lampiran 4 Ground Control Point dan Kondisi Lokasi Penelitian
1
No.

Penutupan
Lahan

Koordinat

1.

Hutan Dataran S4 28.702
Rendah
E122 02.733

2.

Pertanian Lahan
Kering

3.

Hutan Mangrove S4 29.891
E122 04.905

4.

Rawa

S4 22.604
E121 58.637

S4 29.928
E122 04.902

Foto Lokasi

21
Lampiran 4 Ground Control Point dan Kondisi Lokasi Penelitian (lanjutan)
5.

Savana

S4 29.202
E122 03.089

6.

Sawah

S4 29.683
E122 00.807

7.

Badan Air

S4 30.575
E122 03.894

8.

Pemukiman

S4 21.659
E121 56.908

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 20 Mei 1993 dari Ayah
A Suherman KS dan Ibu Euis Rohayati. Penulis adalah puteri kedua dari tiga
bersaudara. Saat ini penulis tinggal bersama orang tua, kakak, dan adiknya di Jalan
Babakan Lio RT 02 RW 09 No. 29, Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor.
Pendidikan penulis dimulai dengan masuk Taman Kanak-Kanak di TK Alif
Babakan Lio tahun 1998-1999. Dilanjutkan pada pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
Babakan Dramaga 04 dari tahun 1999-2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
ditempuh di SMP Negeri 7 Bogor dari tahun 2005-2008. Selama SMP, penulis aktif
dalam organisasi Karya Ilmiah Remaja (KIR). Pendidikan Sekolah Menengah Atas
ditempuh di SMA Negeri 5 Bogor dari tahun 2008-2011. Saat SMA, penulis aktif
sebagai anggota Penggiat Alam SMAN 5 (PASMA 5) hingga saat ini. Tahun 2011
penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama, penulis diterima
di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan
IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis berpartisipasi dalam kepanitiaan Bina
Corps Rimbawan (BCR) sebagai anggota Divisi Medis pada tahun 2013 dan 2014.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Analisis Spasial Lingkungan pada tahun
2015. Penulis juga aktif sebagai anggota aktif Rimbawan Pecinta Alam
(RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB periode 2012-2015, Komisi Disiplin
RIMPALA periode 2013-2014, anggota Olahraga Alam Bebas RIMPALA periode
2012-2015, anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA), dan anggota Fotografi Konservasi (FOKA).
Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutam (PPEH)
di Sancang Timur dan Gunung Papandayan Jawa Barat tahun 2013, Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi
dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2014, dan Praktek Kerja Lapang Profesi
(PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2015.