STRUKTUR HUTAN MANGROVE SEBAGAI HABITAT HEWAN ENDEMIK ANOA DATARAN RENDAH (Bubalus sp.) DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI

Analuddin,
et.Mangrove
al., Biowallacea,
Vol. 3Hewan
(2), Hal
: 384-395, Oktober, 2016
Struktur Hutan
sebagai Habitat
Endemik,

384

Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

STRUKTUR HUTAN MANGROVE SEBAGAI HABITAT HEWAN ENDEMIK ANOA
DATARAN RENDAH (Bubalus sp.) DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA
WATUMOHAI
Kangkuso Analuddin1*, Jamili1, Rasas Raya2, Saban Rahim1, Alfirman1 dan Izal1
1

2


Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Halu Oleo
Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Halu Oleo

*Corresponding author: Analuddin, Email: zanzarafli@gmail.com

Abstrak
Hutan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan
kawasan yang terjaga kelestariannya dan mendukung kehidupan hewan endemik.Tujuan
penelitian ini adalah merumuskan model pengelolaan ekosistem mangrove yang efektif
untuk mengoptimalkan konservasi hewan endemik dan dilindungi, utamanya Anoa
dataran rendah (Bubalus sp) di Kawasan mangrove TNRAW, Sulawesi Tenggara. Hasil
penelitian menunjukan bahwa struktur vegetasi mangrove di kawasan TNRAW
memperlihatkan keunikan masing-masing di area pantai, daerah tengah dan dekat
daratan. Terdapat 8 jenis mangrove berkayu di kawasan mangrove TNRAW yang
menjadi area pengamatan burung dengan kondisi sangat baik di area tepi pantai, tengah
maupun perbatasan dengan daratan, meskipun pada beberapa bagian cukup sulit untuk
terjadi regenerasi alami karena kondisi tegakan yang cukup rapat. Empat jenis mangrove
sejati yang paling dominan di TNRAW yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Lumnitzera racemosa dan Ceriops tagal. Rhizophora apiculata dan R.

mucronata tumbuh disepanjang aliran sungai Lanowulu yang membelah hutan mangrove
di TNRAW.Lumnitzera racemosa dan Ceriops tagal tumbuh di daerah dengan habitat
yang keras. Anoa dataran rendah (Bubalus sp) tersebar di kawasan mangrove yang
relatif mudah pada tegakan Lumnitzera racemosa dan Ceriops tagal yang ditandai
dengan adanya tapak kaki dan kotoran dan terdapat ruang-ruang kosong yang ditumbuhi
rerumputan dan semai serta anakan kedua jenis tersebut yang memungkinan hewan
Anoa dataran rendah menggunakan mangrove sebagai tempat beristrahat dan mencari
makan.
Kata kunci : Hutan mangrove, Hewan endemik, Anoa dataran rendah, TNRAW.
I.

didaerah pantai (Alongi 2002, 2008;

PENDAHULUAN
merupakan

Saenger 2002). Hutan-hutan mangrove

karateristik formasi tumbuhan pasang


adalah penting sebagai daerah asuhan

surut daerah tropik dan subtropik pada

dan tempat perkembangbiakan berbagai

pantai dengan peran dan fungsi yang

macam jenis hewan, sumber bahan

besar di kawasan pesisir (Saenger et al.

makanan dan tempat untuk akumulasi

1983. Saenger dan Hutchings, 1987;

sedimen dan nutrient (Twilley 1995;

Aksornkoae, 1993). Ekosistem mangrove


Kathiresan and Bingham 2001; Manson

adalah

et

Hutan

habitat

mangrove

yang

sangat

penting

al.


2005).

Habitat

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

mangrove

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

merupakan

daerah

asuhan

(nursery

1999).


385

Hewan-hewan

ground) bagi biota yang hidup pada

menggunakan

ekosisitem

tersebut

ekosistem

mangrove

tempat

sebagai tempat mencari makan maupun


mencari makan (feeding ground) karena

daerah asuhan. Ekosistem mangrove

mangrove merupakan produsen primer

memiliki nilai ekonomis yang sangat

yang mampu menghasilkan sejumlah

tinggi

dimana

Wilki

dan

Fortuna


besar detritus dan merupakan sumber

memperkirakan

bahwa

nilai

ekonomi

makanan bagi biota-biota disekitarnya.

ekosistem mangrove

mengrove,

dan

sekitar 200,000-


-1

Mangrove merupakan penyumbang

900,000 USD ha (UNEP-WCMC 2006).

materi dan nutrien untuk mendukung

Ekosistem mangrove di kawasan Taman

kesuburan perairan di sekitarnya. Twilley

Nasional

(1985)

Rawa

Aopa


Watumohai

(1986)

(TNRAW) Sulawesi Tenggara merupakan

menjelaskan bahwa ekspor karbon dari

habitat berbagai hewan baik hewan

hutan mangrove terhadap ekosistem di

endemic diantaranya burung dan Anoa

dan

Robertson

-2


(Bubalous sp) maupun non endemik.

sampai 3322 kg C m-2 pertahun. Peneliti

Salah satu kebijakan konservasi yang

lainnya seperti Saenger dan Snedaker

telah ditetapkan oleh pengelola TNRAW

(1993) menyatakan bahwa komunitas

adalah mengoptimalkan potensi kawasan

mangrove menghasilkan sekitar 4.3 ton

dalam rangka mendukung kesejahteraan

organik karbon terlarut dan 7.3 ton

masyarakat secara berkelanjutan dan

partikel organik karbon terlarut (POC) per

menjamin keberadaan keanekaragaman

hektar pertahun, sehingga mendukung

hayati melalui peningkatan pengelolaan

produksi

jenis

sekitarnya berkisar antara 160 kg C m

perikanan

daerah

pantai

(Anonim,

2010).

Balai

Taman

terdekat. Dengan demikian kerusakan

Nasional Rawa Aopa Watumohai telah

ekosistem mangrove akan menyebabkan

menyusun rencana pengelolaan Taman

kerugian

bagi

Nasional

akan

TNRAW) antara lain: (1) pengembangan

yang

masyarakat

sangat

pantai,

besar
karena

jangka

menengah

mengurangi produktifitas perairan dan

kawasan

konservasi

berakibat pada penurunan penghasilan

esensial

dan

dan

(2)

(RPJM

ekosistem

pengembangan

konservasi spesies dan genetik. Oleh

nelayan di sekitarnya.
adalah

karena itu, penelitian ini sangat relevan

salah satu habitat penting bagi hewan-

dengan program pengembangan TNRAW

hewan vertebrata diantaranya burung,

Sulawesi Tenggara untuk memberikan

buaya, monyet dan babirusa (Hogarth

informasi

Ekosistem

mangrove

ilmiah

tentang

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

kawasan

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

mangrove

dan

keberadaan

hewan

386

Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di

endemik Anoa dataran rendah. Tujuan

sepanjang

penelitian

kawasan dekat daratan yang menjadi

ini

adalah

(1)

untuk

sungai

dan

mengetahui struktur vegetasi mangrove

habitat

yang menjadi habitat hewan endemik

membelah

Anoa dataran, dan (2) untuk merumuskan

memberikan habitat yang kondusif untuk

model pengelolaan ekosistem mangrove

pertumbuhan

yang

mengoptimalkan

mangrove. Penelitian ini mengambil 10

konservasi hewan endemik Anoa dataran

stasiun pada beberapa tipe tegakan

rendah (Bubalus sp) di Kawasan Taman

mangrove

Nasional

sebaran hewan-hewan endemik. Jenis

efektif

untuk

Rawa

Aopa

Watumohai

Anoa.

Lanowulu

Sungai-sungai

kawasan

mangrove

dan

yang

kecil
dan

perkembangan

merupakan

daerah

mangrove yang tumbuh pada tiap stasiun

(TNRAW) Sulawesi Tenggara.

bervariasi
II. METODE PENELITIAN

meskipun

pada

beberapa

stasiun hanya ditumbuhi oleh satu jenis

2.1. Lokasi Penelitian

mangrove. Titik-titik kordinat (Tabel 1)

Penelitian ini dilaksanakan di
Kawasan Mangrove Taman Nasional

kawasan

mangrove

sebagai

daerah

kajian adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Titik lokasi/ stasiun pengamatan di TNRAW
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

GPS Koordinat
S: 04033’06.3” E:1220 03’25.1”
S: 04033’23.0” E:1220 03’17.3”
S: 04033’17.2” E:1220 03’10.6”
S: 04029’42.6” E:1220 05’13.4”
S: 040 30’29.5” E:1220 06’20.1”
S: 040 30’27.8” E:1220 06’19.3”
S: 040 29’48.2” E:1220 06’32.8”
S: 040 29’42.9” E:1220 07’18.3”
S: 040 32’12.8” E:1220 07’05.6”
S: 040 31’24.4” E:1220 06’24.8”

Tegakan Mangrove
Rhizopora apiculata, Xylocarpus granatum
R. apiculata, Bruguiera gymnorhiza
R. mucronata
Ceriops tagal, X. granatum
R. apiculata, X. granatum
R. mucronata, B. gymnorhiza, Avicennia alba
R. apiculata, B. gymnorhiza, X. granatum
Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal, R. apiculata
C.tagal, L. racemosa
L.racemosa, Ceriops decandra

TNRAW dan pihak lain yang relevan.

2.2. Metode Sampling
menggunakan

Pengambilan

metode kuadrat untuk analisis vegetasi

komposisidan

dan metode jelajah untuk pengamatan

mangrove,

anoa dataran rendah. Pengambilan data

kawasan mangrove, dan karakteristik

pada

habitat mangrove.

Penelitian

tahun

ini

pertamatelah

dilakukan

termasuk data sekunder dari pengelola
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

data

primer

mencakup

struktur
distribusi

anoa

vegetasi
dalam

2.3. Analisis Vegetasi Mangrove
Pengambilan data vegetasi
mangrove melalui teknik analisis vegetasi

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

menggunakan

metode

plot

(Muller-

Dombois dan Ellenberg. 1974). Langkah
awal

untuk

mangrove

menentukan

dikawasan

ini

Alumni Biologi dan 2 orang tenaga
pegawai TNRAW.

struktur
adalah

387

Sampling
dilakukan

dengan

vegetasi
membuat

mengrove
plot-plot

penjelajahan kawasan mangrove untuk

ukuran 10 × 10 meter sebanyak 10 plot

menentukan stasiun pengambilan sampel

pada tiap stasiun di area-area mangrove

vegetasi. Perjalanan ke lokasi penelitian

daratan, area tengah dan berbatasan

tiap stasiun untuk pengambilan data

dengan laut/pantai. Kondisi umum habitat

vegetasi

menggunakan

pada tiap stasiun dicatat dan dideskripsi

speedboat dari TNRAW (Gambar 1).

untuk memberikan penjelasan singkat

Perjalanan dengan speed boat cukup

tentang area mangrove yang disampling.

lancar di sepanjang sungai Lanowulu

Semua individu mangrove yang terdapat

dengan hamparan hutan mangrove yang

pada

alami. Pada tiap stasiun pengamatan

pertumbuhannya meliputi; (1) Tinggi total

ditentukan

H diukur dengan menggunakan pole

mangrove

titik

koordinatnya

dengan

tiap

plot

diukur

parameter

menggunakan GPS. Hal ini penting untuk

meter, (2) Diameter batang setinggi dada

memberikan kepastian lokasi vegetasi

(130

yang disampling. Untuk memudahkan

menggunakan meteran kain dan (3)

cm)

DBH

diukur

dengan

pekerjaan di lapangan, maka dibantu

Tinggi pohon pada daun terrendah HL

oleh 3 orang tenaga ahli lapangan dari

diukur dengan menggunakan pole meter.

Gambar 1. Suasana perjalanan Tim dengan jonson/speed boat dalam kawasan
mangrove dan pengukuran paramater pertumbuhan mangrove pada plot
pengamatan.
Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

2.4.

Survei distribusi Anoa
kawasan mangrove

pada

388

(pukul 06:00) sampai sore hari (pukul
17:00).

Pengamatan

dilakukan

pada

Anoa

setiap tipe komunitas mangrove yang ada

dilakukan melalui survey dengan teknik

di TNRAW (Gambar 4), yaitu komunitas

sensus dengan penjelajahan atau Strip

Rhizophora

census(Brower at al. 1997).Penelitian

mucronata,

Anoa dataranrendahpada area mangrove

Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa dan

melibatkan 2 orang

lain-lain di TNRAW. Data anoa yang

Pengambilan

dibantu

oleh

3

data

staf TNRAW dan

orang

alumni

yang

diamati

apiculata,
Bruguiera

secara

Rhizophora
gymnorrhiza,

langsung

berupa

profesional. Survey Anoa pada komunitas

pengamatan tapak kaki, kotoran dan

mangrove dilakkan dengan teknik jelajah

kemungkinan masih adanya jejak-jejak

di TNRAW yang dilakukan mulai pagi hari

kehidupan lainnya.

Gambar 2. Survei distribusi Anoa pada kawasan mangrove TNRAW.
3. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

anoa dengan kondisi sangat baik di area

3.1. Struktur vegetasi mangrove di
TNRAW
Struktur

tepi pantai, tengah maupun perbatasan
dengan

daratan,

meskipun

pada

mangrove

beberapa bagian cukup sulit untuk terjadi

memperlihatkan keunikan masing-masing

regenerasi alami karena kondisi tegakan

di kawasan TNRAW area dekat pantai,

yang cukup rapat. Struktur vegetasi

daerah

mangrove pada beberapa area kajian

tengah

vegetasi

TNRAW yang menjadi area pengamatan

dan

dekat

daratan.

Terdapat 8 jenis mangrove berkayu di

nampak

bahwa

terdapat

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

4

jenis

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

389

mangrove sejati yang paling dominan

stasiun 1, Ceriops tagal paling dominan

yaitu

R.

di stasiun 2 dan Lumnitzera racemosa

mucronata, Lumnizera racemosa dan

paling dominan di stasiun 3 maupun 4

Ceriops

dengan frekuensi 100% dan Indeks Nilai

:

Rhizophora
tagal.

mangrove

Di

beberapa

TNRAW

penanaman

apiculata,

telah

untuk

regenerasi

alami.

dilakukan
mendukung

bagian

tertentu

sebagai

kawasan

169,91%.

R.

stylosa

paling

rendah kelimpahannya dengan distribusi
yang paling sempit yaitu frequensi hanya

ditetapkan

40% dari area cuplikan. B. gymnorrhiza

untuk

yang

Penting

pada

Sedangkan

beberapa

pemancingan

bagian

menarik

kegiatan

meskipun

distribusinya

untuk

(frequensi

60%)

relatif

namun

tinggi

dominannya

dikunjungi. Komposisi jenis dan struktur

paling rendah. X. granatum meskipun

mangrove

pengamatan

terdistribusi cukup luas (frequensi 80%)

yang berada di daerah mangrove dekat

namun memperlihakan dominansi yang

daratan, tengah maupun dekat pantai

cukup rendahl dengan INP < 60%. (2)

bervariasi. Hal ini karena kondisi habitat

Area kawasan mangrove bagian Tengah

mangrove berbeda pada masing-masing

(Stasiun 5-8) memperlihatkan perbedaan

area tersebut. Dekat daratan umumnya

komposisi jenis mangrove pada 4 stasiun

ditumbuhi oleh R. apiculta, L. racemosa

pengamatan yaitu stasiun 5 dengan

dan Ceriops tagal. Daerah Tengah di

kondisi habitat yang berlumpur halus di

tumbuhi oleh R. apiculata, dan daerah

tumbuhi mangrove R. apiculata (paling

pantai dijumpai banyak jenis.

dominan), sedangkan R. stylosa dan B.

pada

Analisis

stasiun

secara

kuantitatif

gymnorrhiza

tidak

melimpah.

Bagian

meliputi kerapatan, frekuensi, dominansi

Tengah (Stasiun 6) kawasan pertemuan

dan Indeks Nilai Penting tiap stasiun

dua Sungai dengan lumpur yang sangat

dengan

halus

luas

masing-masing

stasiun

2

hanya

ditumbuhi

Bagian

oleh

tengah

R.

adalah 500 m ditampilkan pada Tabel 2

mucronata,

dengan

menunjukan bahwa (1) area mangrove

lumpur agak halus (stasiun 7) di dominasi

dekat daratan (stasiun 1-4) terdapat 7

R. apiculata, sedangkan Bagian Tengah

jenis mangrove sejati yaitu R. apiculata,

kawasan dengan habitat yang keras

Ceriops tagal, L.racemosa, R. Stylosa,

(Stasiun 8) ditumbuhi oleh Ceriops tagal

Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus

yang sangat dominan dan terdistribusi

granatum.

luas

Jenis-jenis yang dominan

sert

aX.

granatum

yang

juga

bervariasi pada tiap stasiun yaitu R.

terdistribusi luas meskipun tidak begitu

apiculata paling rapat dan dominan di

dominan. Ceriops decandra juga tumbuh

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

390

dikawasan ini dengan kelimpahan yang

mucronata. Di stasiun 9 juga ditumbuhi

cukup rendah. (3) Area mangrove dekat

Avicenia marina maupun B. gymnorrhiza

pantai (Stasiun 9-10) memperlihatkan

namun tidak melimpah. Di stasiun 10

perbedaan komposisi jenis tiap stasiun

didominasi oleh R. apiculata bersama

yaitu stasiun 9 dengan kondisi lumpur

dengan B. gymnorhiza dan Xylocarpus

sangat

granatum.

halus

di

dominasi

oleh

R.

Tabel 2. Struktur mangrove pada beberapa stasiun area kajian mangrove di TNRAW
Area

Stasiun

1

Area
Dekat
daratan

2
3
4
5
6

Area
Tengah

7

8

9
Area
Pantai

10

Nama Jenis
K(ind/m²) KR (%) F
Rhizopora apiculata
0,094
67,14 1,00
Rhizopora stylosa
0,012
8,57 0,40
Xilocarpus granatum
0,022
15,71 0,80
B. gymnorhiza
0,012
8,57 0,60
Lumnitzera racemosa
0,24
63,16 0,80
Ceriops tagal
0,13
34,21 0,60
Rhizopora apiculata
0,01
2,63 0,20
Ceriops decandra
0,272
82,42 1,00
Lumnitzera racemosa
0,058
17,58 1,00
Lumnitzera racemosa
0,1
45,05 1,00
Ceriops tagal
0,122
54,95 1,00
Rhizopora apiculata
0,056
71,79 1,00
Rhizopora stylosa
0,004
5,13 0,20
B. gymnorhiza
0,018
23,08 0,80
R. mucronata
0,16
100,00 1,00
Ceriops tagal
0,142
69,61 1,00
Ceriops decandra
0,008
3,92 0,20
Xylocarpus granatum
0,054
26,47 1,00
Rhizopora apiculata
0,078
63,93 1,00
Rhizopora stylosa
0,004
3,28 0,20
B. gymnorhiza
0,028
22,95 0,80
Xilocarpus granatum
0,012
9,84 0,40
Avicennia alba
0,018
16,67 0,20
R. mucronata
0,086
79,63 1,00
B. gymnorhiza
0,004
3,70 0,20
Rhizopora apiculata
0,09
81,82 1,00
Xilocarpus granatum
0,008
7,27 0,60
B. gymnorhiza
0,012
10,91 0,60

3.2. Sebaran Anoa pada mangrove
TNRAW
Kawasan

mangrove

TNRAW

DR
67,05
13,78
13,65
5,52
59,44
33,71
6,85
83,98
16,02
77,26
22,74
77,00
3,55
19,45
100,00
58,80
2,45
38,76
73,91
4,25
18,80
3,04
15,06
79,75
5,19
88,40
2,20
9,40

INP (%)
169,91
36,64
57,93
35,52
172,60
105,42
21,98
216,40
83,60
172,31
127,69
198,79
18,68
82,53
300,00
173,86
15,46
110,68
179,51
15,86
75,09
29,54
46,02
230,81
23,18
215,67
36,74
47,59

yang dipandu oleh penjaga TNRAW
ditemukan bekas-bekas kaki/tapak kaki
Anoa

Anoa

yang

cukup

jelas

dikawasan

menjadimaskot

mangrove yang mengindikasikan bahwa

Sulawesi Tenggara. Hewan ini umumnya

anoa menggunakan habitat mangrove

menempati kawasan mangrove dekat

sebagai tempat peristrahatan maupun

daratan

telah

mencari makan. Vegetasi mangrove yang

menandai area mangrove yang menjadi

menjadi habitat Anoa umumnya masih

dan

yang

D
44,37
9,12
9,03
3,65
10,02
5,68
1,15
6,75
1,29
16,73
4,92
59,78
2,76
15,10
57,55
18,43
0,77
12,15
59,95
3,44
15,25
2,46
6,82
36,13
2,35
56,88
1,41
6,05

habitat Anoa. Hasil observasi dilapangan

sangat penting sebagai habitat hewan
dataran

FR(%)
35,71
14,29
28,57
21,43
50,00
37,50
12,50
50,00
50,00
50,00
50,00
50,00
10,00
40,00
100,00
45,45
9,09
45,45
41,67
8,33
33,33
16,67
14,29
71,43
14,29
45,45
27,27
27,27

pihak

TNRAW

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

391

tergolong pancang yang tidak terlalu

kawasan mangrove. Pola sebaran anoa

rapat

pada kawasan mangrove nampaknya

(Gambar

3).

Anoa

tersebar

dikawasan mangrove yang didominasi

hanya

terbatas

pada

tegakan

L.

oleh jenis Lumnitzera racemosa dan

racemosa dan C. tagal yang terdapat

Ceriopstagal. Bekas-bekas tapak kaki

ruang-ruang

dan kotoran Anoa terlihat jelas pada

reremputan dan semai dan anakan.

kosong

dan

ditumbuhi

Gambar 3. Tegakan mangrove Lumnitzera racemosa sebagai habitat dengan tapak kaki Anoa
di TNRAW.

3.4. Model Hutan Mangrove untuk
Perlindungan Hewan Endemik

Perlindungaan

Anoa

dataran

rendah memerlukan struktur mangrove

Untuk mengoptimal perlindungan

yang bervariasi untuk habitat yang sesuai

hewan endemik pada kawasan mangrove

yatu pohon-pohon mangrove yang lebih

maka struktur komunitas mangrove harus

kecil

memberikan

diantara

kenyamanan

dan

juga

ada

ruang-ruang

vegetasi

mangrove

kosong
yang

keleluasaan bagi hewan endemik untuk

menyediakan sarana bagi Anoa sebagai

beraktifitas.

hasil

area mencari makan atau berjalan-jalan

pengamatan menunjukan bahwa Anoa

di habitat mangrove. Untuk merumuskan

dataran rendah memang menjadikan

model ekosistem mangrove yang optimal

mangrove sebagai salah satu kawasan

untuk perlindungan hewan endemik pada

untuk berdomisili baik itu beristrahat

kawasan mangrove di TNRAW maka

maupun mencari mangsa. Hasil analisis

model-model alami tegakan mangrove

vegetasi mangrove yang menjadi habitat

Lumnitzera

hewan endemik memungkinkan untuk

keterkaitan vegetasi dan keberadaan

merekonstruksi

hewan-hewan

Berdasarkan

model

vegetasi

yang

mendukung kehidupan hewan endemik.

racemosa
endemik

menemukan
dikawasan

mangrove. Model-model alami (Gambar

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

4)

Lumnitzera

racemosa

merupakan

efektifitas

392

dan

menjamin

optimalisasi

ekosistem

mangrove

habitat utama anoa dataran rendah di

pengelolaan

kawasan

juga

sebagai

habitat

model-model alami tegakan lain juga

endemik

Anoa

turut mendukung keberadaan anoa dan

penerapannya

mendukung model struktur alami yang

Sulawesi Tenggara.

mangrove.

Demikian

perlindungan
dan

di

hewan

kemungkinan

kawasan

lain

di

Gambar 4. Model struktur alami tegakan Lumnitzera racemosa yang menjadi habitat
Anoa dataran rendah di TNRAW.
3.5.

Model Pengelolaan Ekosistem
Mangrove untuk Hewan Endemik
Pengoptimalan

kawasan

tersebut. Rancangan model pengelolaan
ekosistem

mangrove

untuk

mengoptimalkan

perlindungan

hewan

mangrove sebagai habitat Anoa maka

endemik

ditampilkan

sebagai

perlu

berikut:

pengelolaan

kawasan

tegakan

Anoa

mangrove yang menjadi habitat hewan
Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

393

Model Pengelolaan Ekosistem Mangrove Untuk Optimalisasi Konservasi Anoa di TNRAW

Pengelolaan tegakan untuk menunjang
Kawasan mangrove TNRAW sebagai
tempat peristrahatan bagi Anoa

Perapian dan penanaman rumputrumputan pada tegakan mangrove
yang akan menunjang
peristrahatan Anoa

Pembersihan semak-belukar yang
mengurangi kenyamanan Anoa pada
tegakan mangrove

Menjaga kerapatan tegakan agar tetap
memungkinkan Anoa menyukainya

Pengelolaan tegakan untuk menunjang
Kawasan mangrove TNRAW sebagai
tempat mencari makan bagi Anoa

Pengelolaan anakan Lumnitzera dan
Ceriops dalam tegakan mangrove

Pemberian pupuk untuk menunjang
kesuburan dan kandungan nutrisi anakan
Lumnitzera dan Ceriops dalam tegakan
mangrove

Penanaman semai Lumnitzera dan Ceriops pada
area mangrove untuk menunjang sumber
makanan Anoa

Kurangi frekuensi kunjungan manusia
dikawasan mangrove yang menjadi habitat
bagi Anoa

Gambar 5. Rancangan model pengelolaan ekosistem mangrove untuk mengoptimalkan
perlindungan Anoa dataran (Bubalus sp.).

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Taman Nasional Rawa Aopa yang telah

4. KESIMPULAN

bekerjasama
1.

Ekosistem

394

mangrove

di

Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan habitat penting untuk
hewan-hewan

endemik

dengan

baik

dan

memberikan bantuan ketika melaksanaan
penelitian lapangan maupun informasi
sekunder.

seperti

Burung Elang Sulawesi dan anoa
PUSTAKA ACUAN

dataran rendah.
2.

Anoa dataran rendah (Bubalus sp)
menyukai
mudah

tegakan

pohon-pohon

mangrove

Lumnitzera

racemosa dan Ceriops tagal.
3.

Model

struktur

alami

mangrove

Lumnitzera racemosa mendukung
habitat

hewan

namun

untuk

perlindungan
Anoadi

endemik
hewan

TNRAW

penataan

Anoa

mengoptimalkan
endemik
memerlukan

tegakan

alami

untuk

memberikan ruang yang lebih besar
bagi

kehidupan

Anoa

dataran

rendah (Bubalus sp).
Ucapan Terima kasih
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Kementerian
Kebudayaan,

Pendidikan
Direktorat

dan
Jenderal

Pendidikan Tinggi (DIKTI) danUniversitas
Halu Oleo atas dukungan finasial melalui
Skim penelitian Hibah Bersaing dengan
nomor: 0019/ES.2/PL/2013. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak

Aksornkoae
S1993.
Ecology
and
Management of Mangrove. IUCN.
Bangkok. Thailand.
Alongi DM (2008) Mangrove forests:
Resilience,
protection
from
tsunamis, and responses to
global climate change.Estuar
Coast Shelf-Sci 76: 1-13.
Alongi DM (2002) Present state and
future of the world’s mangrove
forests. Environ Cons 29: 331349.
Anonim, 2010. Rencana Pengelolaan
Jangka
Menengah
(RPJM)
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai
TNRAW.
Disampaikan pada Sosialilasi
Sistem Zonasi TNRAW. Hotel
Kubra
Kendari.12
Desember
2010.
Brower JE, Zar HJ and Von Ende NC.
1997. Field and Laboratory
Methods for General Ecology. 4th
Edition.WCB
McGraw-Hill,
Boston.
Ellison AM, Farnsworth EJ. 1993.
Seedling survivorship, growth,
and response to disturbance in
Belizean mangal. Am J Bot 80
:1137–1145.
Hogarth JP. 1999. The biology of
mangroves. Oxford University
Press. New York.
Kathiresan K, Bingham BL (2001) Biology
of mangrove and mangrove

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016

Struktur Hutan Mangrove sebagai Habitat Hewan Endemik,
Anoa Dataran Rendah (Bubalus sp.) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

ecosystems. Adv Mar Biol 40:
81-251.
Manson RA, Loneragan NR, Skilleter GA,
Phinn SR (2005) An evaluation
of the evidence for linkages
between
mangroves
and
fisheries: A synthesis of the
literature and identifications of
research directions. Ocean Mar
Biol. Ann Rev 43: 483-513.
Muller-Dombois D and Ellenberg H.
1974. Aims and methods of
vegetation ecology.John Wiley &
Sons. New York.
Robertson AI. 1986. Leaf-burying crabs:
Their influence on energy flow
and and export from mixed
mangrove forests (Rhizophora
spp) in north eastern Australia. J.
Exp Mar BiolEcol 102: 232-247.
Saenger P (2002) Mangrove Ecology,
Silviculture, and Conservation

395

. Kluwer Academic Publishers, Dordrecth,
The Netherlands.
Saenger P., Hutchings, P. 1987 .Ecology
of Mangrove. University of
Queensland Press. St., Lucia.
London. New York.
Saenger P, Snedaker SC (1993)
Pantropical trends in mangrove
aboveground
biomass
and
annual litterfall. Oecologia 96:
293-299.
Twilley RR (1995) Properties of
mangrove ecosystems related to
the energy signature of coastal
environments. In: Hall, CAS
(Ed), maximum power: The idea
and applications of HT Odum.
University of Colorado Press,
Boulder, pp. 43-62.
Wilkie ML, Fortuna S (2006) Status and
trends
in
mangrove
area
worldwide, FAO.

Analuddin, et. al., Biowallacea, Vol. 3 (2), Hal : 384-395, Oktober, 2016