STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

182

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO
(Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA
WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA
Jamili1*, Analuddin1 , La Ode Adi Parman Rudia2
1

2

Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara
Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo, Kendari,
1*
e-mail : Jamili76@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the characteristics of the bird nesting
microhabitat hole Maleo (Macrocephalon maleo) in National Parks Aopa Watumohai
Swamp, Southeast Sulawesi . Data were collected on the savanna region block Mempaho

Forest and savanna region Pampaea , by using descriptive method to determine the depth,
temperature, pH and substrate nesting holes were found during the study . To determine the
composition of the vegetation around the nesting hole , using roaming with 10 meters to
explore the area around the hole nesting and record the type of vegetation found. Vegetation
types have been known to direct scientific name recorded in the field. While the type of
vegetation that is unknown scientific name, a swab or documentation then be described
further in the Laboratory of Ecology and Natural Sciences Taxonomy Halu Oleo University
with reference to the book (FLORA by Steenis, et al., 1997). The results showed the depth
of hole nesting birds Maleo (Macrocephalon maleo) in the study area is 50-60 cm,
temperature 28o-32oC, and soil pH of 5.9 - 7. Maleo bird nesting substrate type is dominated
by sand. Types of vegetation found around the hole nesting nesting is Melastoma sp. and
Kirinyuh (Eupathorium sp.), while the type of vegetation that is a place to find food and
shelter includes a thorn Bamboo (Bambusa spinosa), Rao (Dracontomelon mangiferum),
Banyan (Ficus spp.), Tamarind (Aleurites molucana), Caesalpinia pulcherrima, forest Mango
(Mangifera sp.), Kuia (Alstonia scolaris), Nona (Metrosideros petiolata), and Bitti/Kulipapo
(Vitex sp.). Total current Maleo birds encounter is as much one of the males and females
laying eggs on the location of the savanna region Pampaea Resort Langkowala Swamp
National Park area of Rawa Aopa Watumohai Southeast Sulawesi .
Keywords : Characteristics microhabitat, Bird Maleo (Macrocephalon maleo), Rawa Aopa
Watumohai National Park Southeast Sulawesi.


183

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Kinnaird, 1997). Menyadari pentingnya

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman

kelangsungan

Nasional

Rawa

Aopa


khusus

hidup

dari

burung

segi

tersebut,

kebudayaan,

Watumohai merupakan salah satu lokasi

keanekaragaman

pengamatan burung yang penting di


pengetahuan dan komponen ekosistem

kawasan

alam

Wallacea.

Kawasan

ini

serta

hayati,

kelestarian,

maka


satwa

berdasarkan

Surat

merupakan suatu paduan yang menarik

tersebut

antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir.

Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor

Taman Nasional Rawa Aopa Watuhmohai

421/ KPTS/ UM/8/1970 dan SK Mentan

(TNRAW) merupakan kawasan lindung


Nomor 90/KPTS/UM/2/1997. Selanjutnya

yang memiliki empat ekosistem utama

berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990,

yaitu mangrove, rawa, savanna, dan

tentang Konservasi Sumber Daya Alam

hutan hujan (Coathes and Bishop, 2000;

dan Ekosistemnya (Sugiarto, dkk., 2010).
Berdasarkan data statistik oleh

dalam Amnawati, 2013).
Kawasan

savanna


Nasional

Rawa

(TNRAW)

dijadikan

dilindungi

ilmu

Aopa

di

Taman

Watumohai


sebagai

lokasi

Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA)

SULTRA

menjelaskan

bahwa

tahun

2007

burung

endemik


dan

Maleo ini jumlahnya sekitar 100 ekor

populasi satwa liar seperti burung (Aves)

(Macrocephalon maleo) yang terdapat di

oleh pihak Pokja Konservasi TNRAW.

seluruh kawasan konservasi yang dikelola

Menurut Sugiarto, dkk, (2010) kondisi

oleh BKSDA Sulawesi Tenggara (BKSDA

lingkungan habitat satwa burung Maleo

Sultra,


cukup ekstrem dengan memanfaatkan

kelestarian

panas

dengan

pengelolaan

konservasi

bumi

habitat

(geothermal)

untuk


2008).

Namun

demikian

tersebut

terancam

habitat

alaminya

hewan

perubahan

mengerami telur. Degradasi habitat serta

akibat perburuan terhadap telur. Gorog

banyaknya perburuan telur oleh manusia

dkk., (2005) melaporkan bahwa kondisi

di habitat alami menjadikan burung Maleo

burung Maleo akibat kerusakan habitat

(Macrocephalon maleo) sebagai satwa

yang parah jika tidak ditangani secara

endemik yang dilindungi.

serius maka populasinya akan punah

Maleo
merupakan

(Macrocephalon
salah

satu

jenis

maleo)

dalam beberapa tahun kedepan. Masalah

burung

utama

yang

dihadapi

pelestarian

banyak menarik perhatian. Burung ini

rusaknya habitat akibat dari eksploitasi

menggunakan

terhadap telur, degradasi, dan fragmentasi

panas

bumi

Kajian

maleo

usaha

endemik Sulawesi yang sangat unik dan
sumber

burung

dalam

(geothermal heat) dan panas matahari

habitat.

(solar radiation) untuk mengerami telurnya

burung Maleo adalah karakteristik mikro-

(Jones and Birks, 1992; Dekker, 1990;

habitat yang menjadi habitat alami Maleo

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

autekologi

adalah

mengenai

184

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

di wilayah savanna kawasan Taman
Nasional

Rawa

Aopa

Watumohai

(TNRAW) Kendari, Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini perlu dilaksanakan agar
memberikan informasi terbaru terhadap
masyarakat dan instansi terkait di wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) dan juga instansi-instansi terkait

Tabel 1. Alat penelitian dan fungsinya
No
1.

Nama Alat
Kamera digital Canon

2.

Binoculer Bushnell
(10x50)

3.

GPS (Garmin 76 CSx)

4.

Alat tulis

5.

Meteran roll

6.

Soil tester

7.

Termometer alkohol

8.

Buku Panduan
Pengamatan Burung

9.

Buku Panduan
Pengenalan Jenis
Tumbuhan

lainnya di wilayah Sulawesi Tenggara
mengenai keberadaan hewan endemik
burung Maleo di Kawasan Konservasi.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data lapangan pada
penelitian ini berlangsung pada bulan
Oktober dan November 2014 bertempat di

Fungsi
Untuk mengambil gambar
dari objek pengamatan.
Untuk mengamati objek
dan sebagai document
gambar.
Untuk menentukan titik
koordinat di lapangan.
Untuk menuliskan data
hasil pengamatan
Untuk mengukur luas
area sarang bertelur
Maleo
Untuk mengukur
kelembaban tanah sarang
burung maleo
Untuk mengukur suhu
lubang sarang burung
maleo
Untuk panduan
pengamatan burung di
lapangan
Untuk panduan
pengamatan jenis
vegetasi di lokasi
penelitian

kawasan Savanna Blok Hutan Mempaho
Resort

Lanowulu

dan

Blok

Hutan

Pampaea Resort Langkowala, Taman
Nasional

Rawa

(TNRAW),

Aopa

Watumohai

Kecamatan

Tinanggea,

Sulawesi Tenggara. Kemudian dilanjutkan
di Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan
Taksonomi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan

Alam,

Universitas

Halu

Oleo, Kendari.

Penelitian
dengan

Pelaksanaan tahap awal meliputi
studi literatur dan pengumpulan informasi
sekunder

dari

masyarakat

instansi

sekitar

terkait

objek

dan

penelitian

mengenai keadaan lapangan. Kegiatan
selanjutnya adalah observasi lapangan
dilakukan

untuk

menentukan

peluang

perjumpaan dengan sarang burung Maleo
pada wilayah Savanna kawasan Taman

Jenis Penelitian
penelitian

Prosedur Penelitian
Tahap Awal

ini

deskripsi
observasi

adalah

Nasional

Rawa

Aopa

Watumohai

dilakukan

Sulawesi Tenggara. Informasi tentang

pengamatan

keberadaan burung maleo pada wilayah

yang
dan

jenis

Savanna kawasan Taman Nasional Rawa

lapangan.

Aopa Watumohai yang diperoleh dari

Alat dan Bahan Penelitian
Alat

yang

digunakan

masyarakat
pada

dan

staf

Balai

TNRAW,

ditetapkan sebagai lokasi pengamatan.

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

185

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

terjadi perjumpaan dengan burung Maleo

Penentuan Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan dilakukan pada

dan

letak

persarangannya,

maka

beberapa tempat, yaitu di sekitar kawasan

ditetapkan lokasi pengamatan yaitu pada

Savanna wilayah Taman Nasional Rawa

kawasan Savanna blok hutan Mempaho

Aopa Watumohai, dapat dilihat pada

Resort Lanowulu dan kawasan Savanna

Gambar 1.

blok hutan Pampaea Resort Langkowala
Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa
Watumohai Sulawesi Tenggara.

Pengambilan Data
Data Persarangan Burung Maleo
Sarang pengeraman telur burung
Maleo yang ditemukan pada kawasan
Savanna blok hutan Mempaho Resort
Lanowulu dan kawasan Savanna blok
hutan
Gambar 1. Peta Penutupan Lahan Wilayah
Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) Sulawesi
Tenggara Sumber : Dok. Balai TNRAW,
2010.

Pampaea

Resort

Langkowala

Wilayah TNRAW dijadikan sebagai lokasi
penelitian. Sedangkan data karakteristik
mikro-habitat

sarang

yang

diamati

meliputi; (1) lokasi geografis sarang, (2)
ketinggian lokasi area persarangan di atas
permukaan laut, (3) status sarang (aktif
atau tidak aktif), (4) kedalaman lubang
tanah, (5) suhu di dalam lubang tanah,
dan

(5) kelembaban lubang tanah (6)

serta jenis vegetasi di sekitar lokasi
persarangan burung Maleo.

Cara Kerja
Cara kerja pada penelitian ini
Gambar 2. Peta Lokasi Survey Maleo Blok Hutan
Mempaho, Resort Lanowulu, kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) Sumber : Dok. Balai TNRAW,

adalah sebagai berikut :
a. Kedalaman Lubang

dan

Kedalaman lubang pengeraman

informasi data sekunder yang diperoleh

telur burung Maleo diukur tegak lurus dari

dari pihak staf TNRAW serta wawancara

permukaan tanah sampai bagian tanah

dari

dimana

Berdasarkan

masyarakat

studi

di

literatur

sekitar

lokasi

penelitian, yang memungkinkan untuk

telur

diletakkan

menggunakan meteran.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

dengan

186

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

b. Suhu

yang ditemukan. Jenis vegetasi yang
Suhu diukur pada kedalaman

sudah

diketahui

nama

ilmiahnya,

masing-masing lubang pengeraman

langsung didata di lapangan. Jenis

telur

yang

menggunakan

ditemukan

dengan

vegetasi yang belum dikenal nama

termometer

alkohol,

ilmiahnya,

diambil

dengan cara mengukur tegak lurus

dokumentasinya

pada

mengidentifikasi

kedalaman

diletakkan

dimana

pada

lubang

telur
sarang

sampel

dan

kemudian
lebih

lanjut

di

Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan

bertelur. Selain itu, suhu udara di

Taksonomi

sekitar sarang diukur dengan cara

mengacu buku FLORA (Steenis, dkk.,

menggantungkan termometer selama

1997).

FMIPA

UHO

dengan

15 menit kemudian dihitung skalanya.

Analisis Data

c. Kelembaban
Kelembaban
kedalaman

diukur

masing-masing

lubang

secara

deskriptif,

dengan

cara

pengeraman telur yang ditemukan

mendeskripsikan setiap parameter yang

dengan

tester,

diamati, dan dilengkapi dengan tabel atau

dengan cara menancapkan soil tester

gambar. Data penentuan status sarang

kemudian dihitung skalanya.

peneluran burung Maleo yang masih aktif

menggunakan

soil

atau

d. Jenis Substrat
Pengamatan

jenis

substrat

tidak

aktif

menggunakan

diketahui
indikator

lubang

dengan
aktifitas

lubang peneluran dilakukan secara

pembuatan

kuantitatif yaitu melihat secara visual

Maleo di sekitar sarang. Selain itu juga

untuk menentukan jenis substrat yang

adanya kerja sama antara peneliti dan

mendominasi pada lubang peneluran.

pihak staf Balai TNRAW untuk melakukan

peneluran

burung

monitoring persarangan burung Maleo.

e. Titik Koordinat
sarang

Indikator lubang sarang bertelur yang

peneluran dan ketinggian tempat di

tidak aktif dengan yang masih aktif dapat

atas permukaan laut

diukur dengan

diketahui dengan cara menghitung jumlah

menggunakan

(Geographycal

lubang sarang bertelur burung Maleo

Lokasi

f.

Data yang terkumpul dianalisis

pada

geografis

GPS

Position System).

pada

Jenis Vegetasi

Penambahan

Penentuan jenis vegetasi di
sekitar

lubang

sarang

bertelur

bertelur

lokasi
yang

gundukan
jumlah

persarangan.

lubang

dilakukan

oleh

sarang
burung

Maleo dari setiap monitoring di lokasi

digunakan metode jelajah, dengan

persarangan

menjelajahi area di sekeliling lubang

lubang sarang bertelur yang baru tersebut

peneluran dan mencatat jenis vegetasi

masih aktif atau memiliki telur Maleo.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

mengindikasikan

bahwa

187

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Taman

Nasional

Watumohai

Rawa

(TNRAW)

penggabungan

dari

organisme

burung

Maleo dengan lingkungan di kawasan

Aopa

merupakan
Taman

hubungan

savanna untuk bertelur, mencari makan,
dan berlindung.
Studi

Buru

literatur

awal

dan

data

Watumohai, Suaka Margasatwa Rawa

sekunder yang diperoleh dari pihak staf

Aopa dan Taman Buru Daratan Rumbia,

TNRAW

yang terletak antara 1210 44’- 1220 44’ BT

masyarakat di sekitar lokasi penelitian,

dan 40 22’ – 40 39’ LS dengan batas

yang

administrasi

4

perjumpaan dengan burung Maleo dan

Kolaka,

letak persarangannya maka ditetapkan

Konawe, Konawe Selatan, dan Bombana.

lokasi pengamatan yaitu pada kawasan

Berdasarkan

Kehutanan

Savanna blok hutan Mempaho Resort

No.756/Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember

Lanowulu dan kawasan Savanna blok

1990 TNRAW memiliki luas 105.194 ha

hutan

dan panjang batas keseluruhan 366.674

Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa

km dan jumlah pal batas 4.158

Watumohai Sulawesi Tenggara.

kabupaten

pemerintah
yaitu
SK

mencakup

Kabupaten
Menteri

serta

wawancara

memungkinkan

Pampaea

untuk

Resort

dari
terjadi

Langkowala

buah. Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai terdapat 4 tipe
ekosistem yaitu savana, rawa,
hutan hujan dataran rendah dan
mangrove,

yang

kaya

akan

keanekaragaman hayati baik dari
segi

flora

maupun

fauna.

Tercatat sebagai kelompok fauna
di TNRAW yang meliputi aves 207 jenis
(38 jenis endemik Sulawesi dan 9 jenis
endemik Indonesia) (Sugiarto, dkk., 2010).
Kawasan

savanna

di

wilayah

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan kawasan yang cukup luas
sehingga memungkinkan berbagai jenis
satwa liar untuk hidup dan berkembang

Gambar 3. Perjumpaan dengan burung Maleo
(Macrocephalon
maleo).
Lokasi
sarang
peneluran
:
kawasan
Sehingga dengan menggunakan kajian
Savanna
Pada-padai
Resort
auteokologi pada penelitian ini yang dikaji
Langkowala TNRAW. (Sumber: dok.
Moersidi, dkk. TNRAW, Selasa
28/10/2014; 10.36 WITA)
biak. Salah satunya adalah burung Maleo.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

188

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Karakteristik Mikro Habitat Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo Di
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai (TNRAW)
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh data karakteristik mikro habitat
sarang bertelur burung Maleo disajikan
pada Tabel 2.
Tabel

2.

Kedalaman
(cm)

Suhu
(oC)

pH

1

55

28

5,9

2

28

30

7

3

60

pasir hingga kedalaman 60 cm untuk
proses

penetasan

(Gunawan,

1998).

Burung

Maleo

menggunakan

habitat

berupa daerah sekitar savanna area
perbukitan kawasan blok hutan Mempaho
dan kawasan savanna Pampaea wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

Karakteristik Mikro Habitat
Lubang
Sarang
Bertelur
Burung Maleo (Macrocephalon
maleo) Di TNRAW.
Karakteristik Fisik

No

ini burung Maleo mengubur telur di dalam

31

6,9

Substrat
Tanah
berkerikil
Pasir

Pasir
berkerikil

Jenis
Vegetasi
Rumput
gajah
Senggani
dan
Kombakomba.
Alangalang,
Senggani
Kombakomba,
Ubi hutan.

Keterangan :
No. 1
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Blok Hutan
Mempaho Resort Lanowulu
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
No. 2
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana “Pada-padai” Blok
Hutan
Pampea
Resort
Langkowala Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
No. 3
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Pampaea Blok Hutan
Pampaea Resort Langkowala
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.

Sulawesi Tenggara dengan vegetasi yang
berupa pohon tinggi sebagai vegetasi
habitatnya untuk berlindung dan mencari
makan.
Spesies

burung

Maleo

(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846)
yang ada di lokasi penelitian kawasan
savanna wilayah Taman Nasional Rawa
Aopa

Watumohai

Sulawesi

Tenggara

berbeda dengan burung Maleo lainnya
yang ada di daerah subkawasan Sulawesi
dalam hal seleksi habitat untuk membuat
sarang bertelur. Hal ini didukung oleh
jenis substrat yang diamati langsung di
lokasi penelitian berupa tanah berkerikil,
pasir halus dan pasir berkerikil. Selain itu
pula burung Maleo di Taman Nasional
Rawa

Aopa

Watumohai

menghindari

daerah pantai dan hutan mangrove untuk
pembuatan sarang bertelur sebab dari
hasil pengamatan dengan penentuan titik
koordinat diperoleh lokasi sarang burung
Maleo letaknya jauh dari daerah pantai
dan hutan mangrove. Jarak datar lurus

Burung Maleo merupakan hewan

sarang bertelur burung Maleo kawasan

yang berhabitat sangat khas, mampu

savanna blok hutan Mempaho terdekat

hidup di dekat pantai berpasir panas atau

dari hutan mangrove adalah 3,8 km. Jarak

di pegunungan yang memiliki sumber

sarang bertelur burung Maleo kawasan

panas bumi (geothermal), sebab di daerah

savanna blok hutan Mempaho ke laut 8,32

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

189

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

km. Sehingga burung Maleo memiliki

area perbukitan pernah terjadi kebakaran

strategi untuk pemilihan habitat sarang

dan pengerukan alat berat

bertelur di wilayah Taman Nasional Rawa

sebagian

Aopa Watumohai.

gundul dengan menyediakan sisa tanah

lereng

perbukitan

sehingga
menjadi

yang berupa campuran tanah dan kerikil.

BLOK HUTAN
MEMPAHO

Burung Maleo memilih lokasi yang cukup
hangat untuk menetaskan telurnya. Lokasi
perbukitan blok hutan Mempaho menjadi
lokasi yang cukup baik bagi telur burung
Maleo sebab tanpa adanya penutupan
kanopi

maka panas matahari langsung

diserap ke tanah kemudian tanah tersebut
menyimpan panas (geothermal heat) yang

LOKASI SARANG
BURUNG MALEO

mampu ditolerir oleh telur burung Maleo

Gambar 4. Lokasi Sarang Burung Maleo, Daerah
Perbukitan Blok Hutan Mempaho

Coates

dan

David

(1997)

menyatakan bahwa sarang burung Maleo

untuk masa penetasan dengan perilaku
induk burung Maleo yang selalu menggali
sarang lubang bertelur dan meletakkan
telurnya di dalam tanah.

biasanya berupa tanah berpasir dan

Suhu

udara

mengindikasikan

pantai gunung berapi serta di tanah yang

sebagai suhu lingkungan yang mampu

hangat dari panas bumi di hutan pamah

ditolerir oleh semua organisme yang ada

primer dan hutan perbukitan. Berdasarkan

di lingkungan tersebut untuk hidup dan

hasil pengamatan di lokasi habitat burung

berkembangbiak, salah satunya adalah

Maleo kawasan savanna area perbukitan

burung Maleo. Diperoleh suhu udara pada

blok hutan Mempaho yang ditempuh

lokasi

perjalanan dengan berjalan kaki dengan

wilayah Taman Nasional Rawa Aopa

jarak 2 km dari pinggir jalan raya.

Watumohai

Diperoleh titik koordinat S : 04o28`43.8``;

38oC. Suhu lubang sarang bertelur burung

E : 122

o

02`45.4`` dengan ketinggian

penelitian

kawasan

Sulawesi

savanna

Tenggara

yaitu

Maleo adalah rata-rata 30oC merupakan

lokasi sarang dari permukaan laut adalah

suhu

±18 m.

pengeraman telur. Kemudian pH substrat
Kondisi topografi berupa lereng

perbukitan

yang

sebagian

hanya

yang

baik

selama

proses

lubang sarang bertelur burung Maleo
adalah

5.9–7,

sehingga

dapat

ditumbuhi oleh beberapa jenis vegetasi

diasumsikan untuk proses pengeraman

berupa Rumput gajah (Fimbristylis- sp.).

telur burung Maleo mampu mentolerir

Berdasarkan

tingkat pH tanah yang asam hingga netral.

informasi

dari

pihak

pengelola Taman menjelaskan bahwa di
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

190

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Kedalaman lubang sarang bertelur Maleo

Adapun jarak sarang terjauh ke daerah

yaitu 60 cm.

hutan mangrove adalah 9,97 km dan jarak

Kondisi mikrohabitat menyebabkan

terjauh lokasi sarang burung Maleo ke

anak dari telur burung Maleo setelah

arah laut berjarak 13,8 km. Sehingga

menetas memiliki peluang hidup yang

dapat dikatakan bahwa seleksi habitat

relatif rendah. Beberapa predator menjadi

burung Maleo di wilayah Taman Nasional

ancaman bagi telur Maleo. Salah satu

Rawa

predator utama burung Maleo adalah

Tenggara untuk membuat sarang bertelur

biawak (Mabouya sp.). Selain itu pula

memilih daerah yang jauh dari laut dan

ancaman

daerah hutan mangrove sebab kondisi

lain

yang

pelestarian burung

mengganggu

Maleo di

wilayah

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Sulawesi

Tenggara

adalah

Aopa

Watumohai

Sulawesi

substrat daerah hutan mangrove berupa
lumpur.

maraknya

Karakteristik

mikro-habitat

yang

perburuan liar di habitat asli burung Maleo

teramati pada sarang bertelur berupa

oleh masyarakat terhadap telur bahkan

substrat berpasir dengan pH substrat 7,

induk

mengindikasikan tingkat pH substrat

burung

Maleo

dijerat

untuk

dikonsumsi.

Sarang

Gambar 5. Cangkang telur burung Maleo yang telah pecah akibat dimakan oleh biawak. Lokasi
sarang bertelur : kawasan Savanna “Pada-padai” Resort Langkowala TNRAW
(Senin/3/11/2014; 12.33 WITA).

Berdasarkan hasil pengamatan di

sarang

bertelur

burung

Maleo

pada

lokasi persarangan burung Maleo pada

kawasan savanna Pada-padai blok hutan

kawasan savanna “Pada-padai” Resort

Pampaea adalah netral. Lubang bertelur

Langkowala diperoleh titik koordinat yaitu

burung Maleo pada saat pengukuran

o

o

S : 04 32`49.6``; E : 121 59`10.7``.

diperoleh kedalaman 28 cm, dan suhu

Ketinggian sarang dari permukaan laut ±8

lubang

bertelur

m. Jarak sarang terdekat ke daerah hutan

berupa

pasir

mangrove adalah 6,4 km dan jarak sarang

menyebabkan telur Maleo terancam oleh

terdekat ke arah laut berjarak 9,4 km.

predator dan pemangsa lainnya.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

30oC.

Jenis

halus

mudah

substrat
digali

191

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

mangsanya. Whitten et al. (1987) dalam
Tanari (2007) menyatakan bahwa burung
Maleo termasuk spesies burrow nester
yaitu jenis burung pembuat lubang atau
liang.

Hal

perilaku

tersebut

burung

sejalan

Maleo

dengan

di

lokasi

pengamatan yang menggali dan membuat
banyak

l
196
cm

lubang

pada

lokasi

sarang

bertelur, namun dari banyaknya lubang
yang dibuat hanya satu dari lubang
tersebut yang berisi telur. Pada Lokasi
210
p
cm

sarang

bertelur

yang

ditemukan

merupakan lokasi terbaru dari beberapa
titik sarang yang telah ditetapkan oleh staf
Balai TNRAW. Pertama kali ditemukan
pada hari Selasa tanggal 28 Oktober 2014

60 cm

pukul 10.36 WITA. Aktifitas Maleo saat
perjumpaan adalah sedang menguburkan
Gambar

6. Ilustrasi Bentuk Ukuran
Sarang Bertelur Burung Maleo
(Macrocephalon maleo Sal.
Muller,
1846)
kawasan
Savana
Pampaea
Resort
Langkowala, Wilayah Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara.

telurnya dengan jumlah individu sebanyak
sepasang, Maleo jantan dan betina.
Burung Maleo yang ditemukan di
kawasan

savanna

Pampaea

wilayah

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan

jenis

Maleo

Senkawor

(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846).
Tingkat kedalaman lubang sarang

Hal ini didukung oleh adanya dokumentasi

bertelur burung Maleo pada tiap lokasi

oleh staf Balai TNRAW. Sugiarto (2012)

pengamatan

ini

mengatakan bahwa burung Maleo selalu

menunjukkan perilaku burung Maleo yang

bertelur tiap bulannya sebanyak tiga

terproteksi pada jenis substrat untuk

sampai lima kali bertelur pada lokasi

meletakkan dan mengubur telur pada

sarang yang sama yaitu bulan Agustus

lubang sarang bertelurnya. Makin dalam

sampai November dengan kondisi iklim

peletakkan telur yang dilakukan oleh

yang

burung

tersebut

sangat baik bagi Maleo untuk bertelur

terproteksi oleh ancaman predator. Hal ini

sebab dengan adanya panas matahari

pula menjadi salah satu adaptasi perilaku

dan

bagi burung Maleo untuk mengelabui

membantu proses penetasan telur Maleo.

berbeda-beda.

Maleo

maka

telur

Hal

panas

panas

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

merupakan

bumi

waktu

(geothermal

yang

heat)

192

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Pada musim penghujan dengan kondisi

Sulawesi Tenggara di-identifikasi dengan

iklim yang cukup dingin burung Maleo

menggunakan

bertelur dengan intensitas yang rendah

(Steenis, dkk., 2001). Hasil identifikasi

yakni satu atau dua kali tiap bulan bahkan

disajikan pada Tabel 3.

sampai dua bulan tidak bertelur.

Tabel 3. Jenis vegetasi di sekitar lubang
sarang bertelur burung Maleo
(Macrocephalon
maleo)
Kawasan
Taman
Nasional
Rawa Aopa Watumohai

Penelitian

untuk

karakteristik

mikrohabitat burung Maleo yang dilakukan
pada

bulan

Oktober

dan

November

panduan

Buku FLORA

1

Ericaceae

Krinyuh

2

Discoraeaceae

Ubi
Gadung

tingkat produksi telur Maleo cukup tinggi

3

Gramineae

Alangalang

diakibatkan

yang

4

Melastomaceae

Senggani

sesuai untuk masa pengeraman telur yaitu

5

Cyperaceae

Rumput
gajah

Nama
Ilmiah
Eupatorium
sp.
Discorea
hispida
Dennst.
Imperata
cylindrical
Melastoma
polyanthum
Fimbristylis
sp.

organisme

memiliki

merupakan

waktu

yang

baik

untuk

No.

pengamatan mikrohabitat burung Maleo di
kawasan

savanna

wilayah

Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sebab
kondisi

Nama
Lokal

Familia

lingkungan

bulan Oktober dan November adalah
Setiap

musim panas untuk wilayah Sulawesi
Tenggara khususnya di Taman Nasional

keterikatan dengan habitatnya. Burung

Rawa Aopa Watumohai menyebabkan

Maleo memiliki habitat yang sangat khas

kondisi cuaca yang sangat panas. Hal ini

di

pula

kawasan

yang

menyebabkan

maraknya

kawasan

savanna.

savanna

Khususnya

Pampaea

Langkowala

habitat alami burung Maleo. Sehingga

Rawa Aopa Watumohai, Maleo memilih

beberapa kali monitoring yang dilakukan

gundukan pasir berkerikil yang ditumbuhi

oleh

beberapa vegetasi Krinyuh (Eupatorium

perangkap

atau

Taman
jerat

menemukan
burung

yang

Taman

Resort

perburuan dilakukan oleh manusia di

petugas

wilayah

di

Nasional

sp.) dengan meletakkan telurnya di bawah

terdapat di habitat sarang bertelur burung

perakaran

tumbuhan

tersebut.

Maleo

Maleo.

menggali pasir berkerikil menggunakan
kaki dengan kedalaman 60 cm untuk

Jenis Vegetasi Di Sekitar Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara

menguburkan telur. Sarang peneluran

Jenis vegetasi di sekitar lubang

Krinyuh (Euphatorium sp.). Sebab hal ini

sarang

peneluran

burung

Maleo

terdedah oleh panas matahari dengan
presentase penutupan kanopi yang sedikit
karena ternaungi oleh jenis tumbuhan
dibutuhkan

untuk

Maleo

agar

induk

Maleo

tidak

(Macrocephalon maleo) Kawasan Taman

menetas

Nasional

mengerami telurnya secara langsung.

Rawa

Aopa

Watumohai

karena

telur

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

193

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Lokasi penelitian mikro habitat

menjadi komponen penting bagi makhluk

burung Maleo di sekitar persarangan

hidup dalam pola adaptasi dan seleksi

terdapat

habitat. Odum

hutan

yang

dialiri

sungai

(1998) dalam

konsep

Pampaea sehingga sumber air ini menjadi

Leubic menyatakan bahwa kajian Ekologi

komponen penting bagi satwa liar seperti

mengenai keberadaan suatu organisme

burung Maleo untuk berkembang biak.

dalam lingkungannya dipengaruhi oleh

Selain itu di sekitar lokasi persarangan di

beberapa

kawasan savanna “Pada-padai” sarang

Sehingga untuk bisa bertahan hidup,

bertelur

ditumbuhi

maka setiap organisme mampu mentolerir

beberapa jenis vegetasi berupa tumbuhan

semua faktor lingkungan tersebut. Dalam

Senggani (Melastoma polyanthum). Telur

karakteristik habitat maupun mikro-habitat

diletakkan di bawah perakaran tumbuhan

suatu organisme juga dipengaruhi oleh

tersebut

interaksi

burung

Maleo

dengan

kedalaman

lubang

sarang bertelur sedalam 28 cm sehingga

interaksi

faktor

faktor

lingkungan.

lingkungan

baik

itu

komponen fisik, biotik, dan kimia.

mendapatkan panas yang cukup pula dari

Pada

system perakaran tumbuhan Senggani

mikro-habitat

yang

Tingkat

(Macrocephalon maleo) interaksi faktor-

kedalaman sarang berbeda dengan lokasi

faktor lingkungan seperti komponen fisik

di savanna Pampaea yaitu 60 cm. Selain

(iklim,

itu pula jenis substrat sarang bertelur

biotik (air dan jenis vegetasi), serta

Maleo di lokasi savanna Pada-padai

komponen kimia (mikroorganisme dan

berupa pasir halus berbeda dengan jenis

dekomposer)

substrat sarang bertelur Maleo di savanna

terhadap proses adaptasi dan seleksi

Pampaea

berupa

habitat bagi burung Maleo untuk tetap

Perbedaan

tingkat

berupa

akar

serabut.

pasir

berkerikil.

suhu,

studi

karakteristik

burung

Maleo

kelembaban),

sangat

komponen

berpengaruh

lubang

bertahan hidup dan berkembang biak.

bentuk

Sehingga kegiatan konservasi burung

adaptasi perilaku burung Maleo pada

Maleo telah dilakukan di Taman Nasional

kondisi habitat alami yang dipilih oleh

Rawa Aopa Watumohai sejak tahun 2009

burung Maleo untuk memproteksi telurnya

dalam upaya pelestarian satwa endemik.

agar terhindar dari ancaman predator di

Beberapa

ancaman

wilayah

savanna

kelestarian

burung

Nasional

Rawa

adalah

sebagai

kedalaman

kajian

akibat

dari

kawasan
Aopa

Taman

Watumohai

Sulawesi Tenggara.

terbesar
Maleo

bagi
adalah

perburuan terhadap telur yang dilakukan
oleh masyarakat di habitat asli Maleo

Burung Maleo merupakan burung

sehingga hal ini sangat mengganggu

liar yang memilih hidup di hutan primer

habitat alami Maleo untuk bertelur dan

yang habitatnya jauh dari pemukiman

berkembang

biak.

manusia.

menyatakan

bahwa

Faktor-faktor

lingkungan

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

(Sugiarto,
masyarakat

2012)
yang

194

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

biasa

mengganggu

kelestarian

Maleo

5.9-7.

Rata-rata kedalaman

lubang

adalah masyarakat di sekitar kawasan

sarang bertelur burung Maleo adalah

taman nasional. Selain itu predator telur

±60 cm dengan diameter lubang 32

Maleo seperti biawak (Mabouya sp.), ular,

cm–33 cm. Kemudian jenis substrat

dan babi. Namun predator ini bukan

pada lokasi penelitian di kawasan

ancaman besar bagi telur Maleo karena

savanna Blok Hutan Mempaho dan

adanya seleksi alam sehingga burung

savanna

Maleo sangat proteksi ketika meletakkan

didoiminasi oleh pasir berkerikil.

Blok

Hutan

Pampaea

telurnya pada pasir yang berkerikil dengan
kedalaman yang cukup menyebabkan
beberapa predator tidak dapat mendeteksi

Saran
Saran

penulis

untuk

penelitian

telurnya. Pengelolaan habitat asli Maleo

selanjutnya adalah sebagai berkiut :

terus dilakukan melalui penelitian dan

1. Melakukan

penelitian

karakteristik

pengamanan intensif di kawasan savanna

tanah, penetapan tekstur tanah, dan

TNRAW, Sulawesi Tenggara.

sifat tanah yang baik bagi pengeraman
telur maleo.

PENUTUP
Simpulan

pada

2. Melakukan pneleitian tentang analisis
vegetasi hutan di sekitar persarangan

Berdasarkan hasil pengamatan

burung

penelitian

kawasan Konservasi Burung Endemik

ini,

maka

dapat

vegetasi

untuk

pengelolaan

secara ex-situ dan in-situ di Taman

disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik

Maleo

pada

habitat

persarangan burung Maleo yaitu jenis

Nasional

Rawa

Aopa

Watumohai,

Sulawesi Tenggara.

vegetasi di sekitar sarang bertelur
berupa

tumbuhan

Senggani

(Melastoma sp.), Ubi Hutan (Discorea
hispida Denst.), Alang-alang (Imperata
cylindrical), dan Kirinyuh (Eupathorium
sp.).
2. Beberapa parameter Lingkungan yang
diukur sebagai parameter pengukuran
Karakteristik
Maleo

Mikro-Habitat

(Macrocephalon

Burung

maleo

Sal.

Muller, 1846) yaitu diperoleh suhu
udara 32oC, suhu tanah lubang sarang
bertelur Maleo 30oC. Pengukuran pH
substrat sarang bertelur Maleo yaitu

DAFTAR PUSTAKA
Amnawati, W.O., 2013. Keanekaragaman
Jenis Burung Pada Hutan
Mangrove di Kawasan Sungai
Lanowulu Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai
(TNRAW)
Sulawesi
Tenggara,
J.Biowallacea 1 (2) : 71-81.
Coates, B.J., dan David B.K.,1997.
Panduan Lapangan BurungBurung Di Kawasan Wallacea.
BirdLife Internasional-Indonesia
Programme
and
Dove
Publications. Bogor.
Dekker RWRJ., 1990. The distribution and
status of nesting grounds of the
Maleo Macrocephalon maleo in

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara

Sulawesi Indonesia. Biological
Conservation. 51:139–150.
Gunawan, H. 1998. Pelestarian Hutan
Mangrove Untuk Konservasi
Satwa Langka Di Sulawesi.
Eboni 3 (1) : 1 - 10. Balai
Penelitian
Kehutanan.
Makassar.
Gorog, A.J., B. Pamungkas and R.J.Lee.
2005.
Nesting
Ground
Abandoment by The Maleo
(Macrocephalon maleo ) in North
Sulawesi:
Identiffying
Conservation
Priorities
for
Indonesia’s Endemic Megapode.
Biological Conservation Journal.
Vol.126 (4):548-555
Odum, E.P., 1998, Dasar-Dasar Ekologi
(Terjemahan), Gadjah mada
University Press, Yogyakarta
Steenis, C.G.G.J. van dan Suryowinoto,
M., 1997. FLORA Untuk Sekolah
Indonesia.
PT.
Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sugiarto, D.P., P. Budi, P. Efi, M. Handry,
dan
Darystin.
2010.
Keanekaragaman Hayati Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai. DIPA. Tatangge.
Sugiarto, D.P., 2012. Konservasi Burung
Maleo (Macrocephalon maleo) di
TN Rawa Aopa Watumohai,
Sulawesi Tenggara,
http://tnrawku.wordpress.com/20
12/03/20/konservasi-burungmaleo-macrocephalon-maleo-ditn-rawa-aopa-watumohaisulawesi-tenggara/ Diakses pada
Tanggal 10 September 2014.
Tanari, M., 2007. Karakterisasi Habitat,
Morfologi dan Genetik serta
Teknologi Pengembangan Exsitu
Burung
Maleo
(Macrocephalon
maleo
Sal.
Muller 1846) Sebagai Upaya
meningkatkan
Efektivitas
Konservasi,
Sekolah
Pasca
Sarjana IPB, Bogor, Disertasi : 1137.
Tim Penyusun BKSDA, 2008. Dokumen
Balai Konservasi Sumber Daya
Alam
Sulawesi
Tenggara,
BKSDA Sultra, Kendari.
Whitten A.J., M. Mustafa dan G.S.
Henderson.
1987.
Ekologi

195

Sulawesi.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.

Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25