STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
182
STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO
(Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA
WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA
Jamili1*, Analuddin1 , La Ode Adi Parman Rudia2
1
2
Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara
Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo, Kendari,
1*
e-mail : Jamili76@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the characteristics of the bird nesting
microhabitat hole Maleo (Macrocephalon maleo) in National Parks Aopa Watumohai
Swamp, Southeast Sulawesi . Data were collected on the savanna region block Mempaho
Forest and savanna region Pampaea , by using descriptive method to determine the depth,
temperature, pH and substrate nesting holes were found during the study . To determine the
composition of the vegetation around the nesting hole , using roaming with 10 meters to
explore the area around the hole nesting and record the type of vegetation found. Vegetation
types have been known to direct scientific name recorded in the field. While the type of
vegetation that is unknown scientific name, a swab or documentation then be described
further in the Laboratory of Ecology and Natural Sciences Taxonomy Halu Oleo University
with reference to the book (FLORA by Steenis, et al., 1997). The results showed the depth
of hole nesting birds Maleo (Macrocephalon maleo) in the study area is 50-60 cm,
temperature 28o-32oC, and soil pH of 5.9 - 7. Maleo bird nesting substrate type is dominated
by sand. Types of vegetation found around the hole nesting nesting is Melastoma sp. and
Kirinyuh (Eupathorium sp.), while the type of vegetation that is a place to find food and
shelter includes a thorn Bamboo (Bambusa spinosa), Rao (Dracontomelon mangiferum),
Banyan (Ficus spp.), Tamarind (Aleurites molucana), Caesalpinia pulcherrima, forest Mango
(Mangifera sp.), Kuia (Alstonia scolaris), Nona (Metrosideros petiolata), and Bitti/Kulipapo
(Vitex sp.). Total current Maleo birds encounter is as much one of the males and females
laying eggs on the location of the savanna region Pampaea Resort Langkowala Swamp
National Park area of Rawa Aopa Watumohai Southeast Sulawesi .
Keywords : Characteristics microhabitat, Bird Maleo (Macrocephalon maleo), Rawa Aopa
Watumohai National Park Southeast Sulawesi.
183
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Kinnaird, 1997). Menyadari pentingnya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman
kelangsungan
Nasional
Rawa
Aopa
khusus
hidup
dari
burung
segi
tersebut,
kebudayaan,
Watumohai merupakan salah satu lokasi
keanekaragaman
pengamatan burung yang penting di
pengetahuan dan komponen ekosistem
kawasan
alam
Wallacea.
Kawasan
ini
serta
hayati,
kelestarian,
maka
satwa
berdasarkan
Surat
merupakan suatu paduan yang menarik
tersebut
antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir.
Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor
Taman Nasional Rawa Aopa Watuhmohai
421/ KPTS/ UM/8/1970 dan SK Mentan
(TNRAW) merupakan kawasan lindung
Nomor 90/KPTS/UM/2/1997. Selanjutnya
yang memiliki empat ekosistem utama
berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990,
yaitu mangrove, rawa, savanna, dan
tentang Konservasi Sumber Daya Alam
hutan hujan (Coathes and Bishop, 2000;
dan Ekosistemnya (Sugiarto, dkk., 2010).
Berdasarkan data statistik oleh
dalam Amnawati, 2013).
Kawasan
savanna
Nasional
Rawa
(TNRAW)
dijadikan
dilindungi
ilmu
Aopa
di
Taman
Watumohai
sebagai
lokasi
Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA)
SULTRA
menjelaskan
bahwa
tahun
2007
burung
endemik
dan
Maleo ini jumlahnya sekitar 100 ekor
populasi satwa liar seperti burung (Aves)
(Macrocephalon maleo) yang terdapat di
oleh pihak Pokja Konservasi TNRAW.
seluruh kawasan konservasi yang dikelola
Menurut Sugiarto, dkk, (2010) kondisi
oleh BKSDA Sulawesi Tenggara (BKSDA
lingkungan habitat satwa burung Maleo
Sultra,
cukup ekstrem dengan memanfaatkan
kelestarian
panas
dengan
pengelolaan
konservasi
bumi
habitat
(geothermal)
untuk
2008).
Namun
demikian
tersebut
terancam
habitat
alaminya
hewan
perubahan
mengerami telur. Degradasi habitat serta
akibat perburuan terhadap telur. Gorog
banyaknya perburuan telur oleh manusia
dkk., (2005) melaporkan bahwa kondisi
di habitat alami menjadikan burung Maleo
burung Maleo akibat kerusakan habitat
(Macrocephalon maleo) sebagai satwa
yang parah jika tidak ditangani secara
endemik yang dilindungi.
serius maka populasinya akan punah
Maleo
merupakan
(Macrocephalon
salah
satu
jenis
maleo)
dalam beberapa tahun kedepan. Masalah
burung
utama
yang
dihadapi
pelestarian
banyak menarik perhatian. Burung ini
rusaknya habitat akibat dari eksploitasi
menggunakan
terhadap telur, degradasi, dan fragmentasi
panas
bumi
Kajian
maleo
usaha
endemik Sulawesi yang sangat unik dan
sumber
burung
dalam
(geothermal heat) dan panas matahari
habitat.
(solar radiation) untuk mengerami telurnya
burung Maleo adalah karakteristik mikro-
(Jones and Birks, 1992; Dekker, 1990;
habitat yang menjadi habitat alami Maleo
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
autekologi
adalah
mengenai
184
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
di wilayah savanna kawasan Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
(TNRAW) Kendari, Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini perlu dilaksanakan agar
memberikan informasi terbaru terhadap
masyarakat dan instansi terkait di wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) dan juga instansi-instansi terkait
Tabel 1. Alat penelitian dan fungsinya
No
1.
Nama Alat
Kamera digital Canon
2.
Binoculer Bushnell
(10x50)
3.
GPS (Garmin 76 CSx)
4.
Alat tulis
5.
Meteran roll
6.
Soil tester
7.
Termometer alkohol
8.
Buku Panduan
Pengamatan Burung
9.
Buku Panduan
Pengenalan Jenis
Tumbuhan
lainnya di wilayah Sulawesi Tenggara
mengenai keberadaan hewan endemik
burung Maleo di Kawasan Konservasi.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data lapangan pada
penelitian ini berlangsung pada bulan
Oktober dan November 2014 bertempat di
Fungsi
Untuk mengambil gambar
dari objek pengamatan.
Untuk mengamati objek
dan sebagai document
gambar.
Untuk menentukan titik
koordinat di lapangan.
Untuk menuliskan data
hasil pengamatan
Untuk mengukur luas
area sarang bertelur
Maleo
Untuk mengukur
kelembaban tanah sarang
burung maleo
Untuk mengukur suhu
lubang sarang burung
maleo
Untuk panduan
pengamatan burung di
lapangan
Untuk panduan
pengamatan jenis
vegetasi di lokasi
penelitian
kawasan Savanna Blok Hutan Mempaho
Resort
Lanowulu
dan
Blok
Hutan
Pampaea Resort Langkowala, Taman
Nasional
Rawa
(TNRAW),
Aopa
Watumohai
Kecamatan
Tinanggea,
Sulawesi Tenggara. Kemudian dilanjutkan
di Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan
Taksonomi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas
Halu
Oleo, Kendari.
Penelitian
dengan
Pelaksanaan tahap awal meliputi
studi literatur dan pengumpulan informasi
sekunder
dari
masyarakat
instansi
sekitar
terkait
objek
dan
penelitian
mengenai keadaan lapangan. Kegiatan
selanjutnya adalah observasi lapangan
dilakukan
untuk
menentukan
peluang
perjumpaan dengan sarang burung Maleo
pada wilayah Savanna kawasan Taman
Jenis Penelitian
penelitian
Prosedur Penelitian
Tahap Awal
ini
deskripsi
observasi
adalah
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
dilakukan
Sulawesi Tenggara. Informasi tentang
pengamatan
keberadaan burung maleo pada wilayah
yang
dan
jenis
Savanna kawasan Taman Nasional Rawa
lapangan.
Aopa Watumohai yang diperoleh dari
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
yang
digunakan
masyarakat
pada
dan
staf
Balai
TNRAW,
ditetapkan sebagai lokasi pengamatan.
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
185
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
terjadi perjumpaan dengan burung Maleo
Penentuan Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan dilakukan pada
dan
letak
persarangannya,
maka
beberapa tempat, yaitu di sekitar kawasan
ditetapkan lokasi pengamatan yaitu pada
Savanna wilayah Taman Nasional Rawa
kawasan Savanna blok hutan Mempaho
Aopa Watumohai, dapat dilihat pada
Resort Lanowulu dan kawasan Savanna
Gambar 1.
blok hutan Pampaea Resort Langkowala
Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa
Watumohai Sulawesi Tenggara.
Pengambilan Data
Data Persarangan Burung Maleo
Sarang pengeraman telur burung
Maleo yang ditemukan pada kawasan
Savanna blok hutan Mempaho Resort
Lanowulu dan kawasan Savanna blok
hutan
Gambar 1. Peta Penutupan Lahan Wilayah
Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) Sulawesi
Tenggara Sumber : Dok. Balai TNRAW,
2010.
Pampaea
Resort
Langkowala
Wilayah TNRAW dijadikan sebagai lokasi
penelitian. Sedangkan data karakteristik
mikro-habitat
sarang
yang
diamati
meliputi; (1) lokasi geografis sarang, (2)
ketinggian lokasi area persarangan di atas
permukaan laut, (3) status sarang (aktif
atau tidak aktif), (4) kedalaman lubang
tanah, (5) suhu di dalam lubang tanah,
dan
(5) kelembaban lubang tanah (6)
serta jenis vegetasi di sekitar lokasi
persarangan burung Maleo.
Cara Kerja
Cara kerja pada penelitian ini
Gambar 2. Peta Lokasi Survey Maleo Blok Hutan
Mempaho, Resort Lanowulu, kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) Sumber : Dok. Balai TNRAW,
adalah sebagai berikut :
a. Kedalaman Lubang
dan
Kedalaman lubang pengeraman
informasi data sekunder yang diperoleh
telur burung Maleo diukur tegak lurus dari
dari pihak staf TNRAW serta wawancara
permukaan tanah sampai bagian tanah
dari
dimana
Berdasarkan
masyarakat
studi
di
literatur
sekitar
lokasi
penelitian, yang memungkinkan untuk
telur
diletakkan
menggunakan meteran.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
dengan
186
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
b. Suhu
yang ditemukan. Jenis vegetasi yang
Suhu diukur pada kedalaman
sudah
diketahui
nama
ilmiahnya,
masing-masing lubang pengeraman
langsung didata di lapangan. Jenis
telur
yang
menggunakan
ditemukan
dengan
vegetasi yang belum dikenal nama
termometer
alkohol,
ilmiahnya,
diambil
dengan cara mengukur tegak lurus
dokumentasinya
pada
mengidentifikasi
kedalaman
diletakkan
dimana
pada
lubang
telur
sarang
sampel
dan
kemudian
lebih
lanjut
di
Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan
bertelur. Selain itu, suhu udara di
Taksonomi
sekitar sarang diukur dengan cara
mengacu buku FLORA (Steenis, dkk.,
menggantungkan termometer selama
1997).
FMIPA
UHO
dengan
15 menit kemudian dihitung skalanya.
Analisis Data
c. Kelembaban
Kelembaban
kedalaman
diukur
masing-masing
lubang
secara
deskriptif,
dengan
cara
pengeraman telur yang ditemukan
mendeskripsikan setiap parameter yang
dengan
tester,
diamati, dan dilengkapi dengan tabel atau
dengan cara menancapkan soil tester
gambar. Data penentuan status sarang
kemudian dihitung skalanya.
peneluran burung Maleo yang masih aktif
menggunakan
soil
atau
d. Jenis Substrat
Pengamatan
jenis
substrat
tidak
aktif
menggunakan
diketahui
indikator
lubang
dengan
aktifitas
lubang peneluran dilakukan secara
pembuatan
kuantitatif yaitu melihat secara visual
Maleo di sekitar sarang. Selain itu juga
untuk menentukan jenis substrat yang
adanya kerja sama antara peneliti dan
mendominasi pada lubang peneluran.
pihak staf Balai TNRAW untuk melakukan
peneluran
burung
monitoring persarangan burung Maleo.
e. Titik Koordinat
sarang
Indikator lubang sarang bertelur yang
peneluran dan ketinggian tempat di
tidak aktif dengan yang masih aktif dapat
atas permukaan laut
diukur dengan
diketahui dengan cara menghitung jumlah
menggunakan
(Geographycal
lubang sarang bertelur burung Maleo
Lokasi
f.
Data yang terkumpul dianalisis
pada
geografis
GPS
Position System).
pada
Jenis Vegetasi
Penambahan
Penentuan jenis vegetasi di
sekitar
lubang
sarang
bertelur
bertelur
lokasi
yang
gundukan
jumlah
persarangan.
lubang
dilakukan
oleh
sarang
burung
Maleo dari setiap monitoring di lokasi
digunakan metode jelajah, dengan
persarangan
menjelajahi area di sekeliling lubang
lubang sarang bertelur yang baru tersebut
peneluran dan mencatat jenis vegetasi
masih aktif atau memiliki telur Maleo.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
mengindikasikan
bahwa
187
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Taman
Nasional
Watumohai
Rawa
(TNRAW)
penggabungan
dari
organisme
burung
Maleo dengan lingkungan di kawasan
Aopa
merupakan
Taman
hubungan
savanna untuk bertelur, mencari makan,
dan berlindung.
Studi
Buru
literatur
awal
dan
data
Watumohai, Suaka Margasatwa Rawa
sekunder yang diperoleh dari pihak staf
Aopa dan Taman Buru Daratan Rumbia,
TNRAW
yang terletak antara 1210 44’- 1220 44’ BT
masyarakat di sekitar lokasi penelitian,
dan 40 22’ – 40 39’ LS dengan batas
yang
administrasi
4
perjumpaan dengan burung Maleo dan
Kolaka,
letak persarangannya maka ditetapkan
Konawe, Konawe Selatan, dan Bombana.
lokasi pengamatan yaitu pada kawasan
Berdasarkan
Kehutanan
Savanna blok hutan Mempaho Resort
No.756/Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember
Lanowulu dan kawasan Savanna blok
1990 TNRAW memiliki luas 105.194 ha
hutan
dan panjang batas keseluruhan 366.674
Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa
km dan jumlah pal batas 4.158
Watumohai Sulawesi Tenggara.
kabupaten
pemerintah
yaitu
SK
mencakup
Kabupaten
Menteri
serta
wawancara
memungkinkan
Pampaea
untuk
Resort
dari
terjadi
Langkowala
buah. Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai terdapat 4 tipe
ekosistem yaitu savana, rawa,
hutan hujan dataran rendah dan
mangrove,
yang
kaya
akan
keanekaragaman hayati baik dari
segi
flora
maupun
fauna.
Tercatat sebagai kelompok fauna
di TNRAW yang meliputi aves 207 jenis
(38 jenis endemik Sulawesi dan 9 jenis
endemik Indonesia) (Sugiarto, dkk., 2010).
Kawasan
savanna
di
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan kawasan yang cukup luas
sehingga memungkinkan berbagai jenis
satwa liar untuk hidup dan berkembang
Gambar 3. Perjumpaan dengan burung Maleo
(Macrocephalon
maleo).
Lokasi
sarang
peneluran
:
kawasan
Sehingga dengan menggunakan kajian
Savanna
Pada-padai
Resort
auteokologi pada penelitian ini yang dikaji
Langkowala TNRAW. (Sumber: dok.
Moersidi, dkk. TNRAW, Selasa
28/10/2014; 10.36 WITA)
biak. Salah satunya adalah burung Maleo.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
188
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Karakteristik Mikro Habitat Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo Di
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai (TNRAW)
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh data karakteristik mikro habitat
sarang bertelur burung Maleo disajikan
pada Tabel 2.
Tabel
2.
Kedalaman
(cm)
Suhu
(oC)
pH
1
55
28
5,9
2
28
30
7
3
60
pasir hingga kedalaman 60 cm untuk
proses
penetasan
(Gunawan,
1998).
Burung
Maleo
menggunakan
habitat
berupa daerah sekitar savanna area
perbukitan kawasan blok hutan Mempaho
dan kawasan savanna Pampaea wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Karakteristik Mikro Habitat
Lubang
Sarang
Bertelur
Burung Maleo (Macrocephalon
maleo) Di TNRAW.
Karakteristik Fisik
No
ini burung Maleo mengubur telur di dalam
31
6,9
Substrat
Tanah
berkerikil
Pasir
Pasir
berkerikil
Jenis
Vegetasi
Rumput
gajah
Senggani
dan
Kombakomba.
Alangalang,
Senggani
Kombakomba,
Ubi hutan.
Keterangan :
No. 1
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Blok Hutan
Mempaho Resort Lanowulu
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
No. 2
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana “Pada-padai” Blok
Hutan
Pampea
Resort
Langkowala Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
No. 3
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Pampaea Blok Hutan
Pampaea Resort Langkowala
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
Sulawesi Tenggara dengan vegetasi yang
berupa pohon tinggi sebagai vegetasi
habitatnya untuk berlindung dan mencari
makan.
Spesies
burung
Maleo
(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846)
yang ada di lokasi penelitian kawasan
savanna wilayah Taman Nasional Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara
berbeda dengan burung Maleo lainnya
yang ada di daerah subkawasan Sulawesi
dalam hal seleksi habitat untuk membuat
sarang bertelur. Hal ini didukung oleh
jenis substrat yang diamati langsung di
lokasi penelitian berupa tanah berkerikil,
pasir halus dan pasir berkerikil. Selain itu
pula burung Maleo di Taman Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
menghindari
daerah pantai dan hutan mangrove untuk
pembuatan sarang bertelur sebab dari
hasil pengamatan dengan penentuan titik
koordinat diperoleh lokasi sarang burung
Maleo letaknya jauh dari daerah pantai
dan hutan mangrove. Jarak datar lurus
Burung Maleo merupakan hewan
sarang bertelur burung Maleo kawasan
yang berhabitat sangat khas, mampu
savanna blok hutan Mempaho terdekat
hidup di dekat pantai berpasir panas atau
dari hutan mangrove adalah 3,8 km. Jarak
di pegunungan yang memiliki sumber
sarang bertelur burung Maleo kawasan
panas bumi (geothermal), sebab di daerah
savanna blok hutan Mempaho ke laut 8,32
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
189
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
km. Sehingga burung Maleo memiliki
area perbukitan pernah terjadi kebakaran
strategi untuk pemilihan habitat sarang
dan pengerukan alat berat
bertelur di wilayah Taman Nasional Rawa
sebagian
Aopa Watumohai.
gundul dengan menyediakan sisa tanah
lereng
perbukitan
sehingga
menjadi
yang berupa campuran tanah dan kerikil.
BLOK HUTAN
MEMPAHO
Burung Maleo memilih lokasi yang cukup
hangat untuk menetaskan telurnya. Lokasi
perbukitan blok hutan Mempaho menjadi
lokasi yang cukup baik bagi telur burung
Maleo sebab tanpa adanya penutupan
kanopi
maka panas matahari langsung
diserap ke tanah kemudian tanah tersebut
menyimpan panas (geothermal heat) yang
LOKASI SARANG
BURUNG MALEO
mampu ditolerir oleh telur burung Maleo
Gambar 4. Lokasi Sarang Burung Maleo, Daerah
Perbukitan Blok Hutan Mempaho
Coates
dan
David
(1997)
menyatakan bahwa sarang burung Maleo
untuk masa penetasan dengan perilaku
induk burung Maleo yang selalu menggali
sarang lubang bertelur dan meletakkan
telurnya di dalam tanah.
biasanya berupa tanah berpasir dan
Suhu
udara
mengindikasikan
pantai gunung berapi serta di tanah yang
sebagai suhu lingkungan yang mampu
hangat dari panas bumi di hutan pamah
ditolerir oleh semua organisme yang ada
primer dan hutan perbukitan. Berdasarkan
di lingkungan tersebut untuk hidup dan
hasil pengamatan di lokasi habitat burung
berkembangbiak, salah satunya adalah
Maleo kawasan savanna area perbukitan
burung Maleo. Diperoleh suhu udara pada
blok hutan Mempaho yang ditempuh
lokasi
perjalanan dengan berjalan kaki dengan
wilayah Taman Nasional Rawa Aopa
jarak 2 km dari pinggir jalan raya.
Watumohai
Diperoleh titik koordinat S : 04o28`43.8``;
38oC. Suhu lubang sarang bertelur burung
E : 122
o
02`45.4`` dengan ketinggian
penelitian
kawasan
Sulawesi
savanna
Tenggara
yaitu
Maleo adalah rata-rata 30oC merupakan
lokasi sarang dari permukaan laut adalah
suhu
±18 m.
pengeraman telur. Kemudian pH substrat
Kondisi topografi berupa lereng
perbukitan
yang
sebagian
hanya
yang
baik
selama
proses
lubang sarang bertelur burung Maleo
adalah
5.9–7,
sehingga
dapat
ditumbuhi oleh beberapa jenis vegetasi
diasumsikan untuk proses pengeraman
berupa Rumput gajah (Fimbristylis- sp.).
telur burung Maleo mampu mentolerir
Berdasarkan
tingkat pH tanah yang asam hingga netral.
informasi
dari
pihak
pengelola Taman menjelaskan bahwa di
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
190
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Kedalaman lubang sarang bertelur Maleo
Adapun jarak sarang terjauh ke daerah
yaitu 60 cm.
hutan mangrove adalah 9,97 km dan jarak
Kondisi mikrohabitat menyebabkan
terjauh lokasi sarang burung Maleo ke
anak dari telur burung Maleo setelah
arah laut berjarak 13,8 km. Sehingga
menetas memiliki peluang hidup yang
dapat dikatakan bahwa seleksi habitat
relatif rendah. Beberapa predator menjadi
burung Maleo di wilayah Taman Nasional
ancaman bagi telur Maleo. Salah satu
Rawa
predator utama burung Maleo adalah
Tenggara untuk membuat sarang bertelur
biawak (Mabouya sp.). Selain itu pula
memilih daerah yang jauh dari laut dan
ancaman
daerah hutan mangrove sebab kondisi
lain
yang
pelestarian burung
mengganggu
Maleo di
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Sulawesi
Tenggara
adalah
Aopa
Watumohai
Sulawesi
substrat daerah hutan mangrove berupa
lumpur.
maraknya
Karakteristik
mikro-habitat
yang
perburuan liar di habitat asli burung Maleo
teramati pada sarang bertelur berupa
oleh masyarakat terhadap telur bahkan
substrat berpasir dengan pH substrat 7,
induk
mengindikasikan tingkat pH substrat
burung
Maleo
dijerat
untuk
dikonsumsi.
Sarang
Gambar 5. Cangkang telur burung Maleo yang telah pecah akibat dimakan oleh biawak. Lokasi
sarang bertelur : kawasan Savanna “Pada-padai” Resort Langkowala TNRAW
(Senin/3/11/2014; 12.33 WITA).
Berdasarkan hasil pengamatan di
sarang
bertelur
burung
Maleo
pada
lokasi persarangan burung Maleo pada
kawasan savanna Pada-padai blok hutan
kawasan savanna “Pada-padai” Resort
Pampaea adalah netral. Lubang bertelur
Langkowala diperoleh titik koordinat yaitu
burung Maleo pada saat pengukuran
o
o
S : 04 32`49.6``; E : 121 59`10.7``.
diperoleh kedalaman 28 cm, dan suhu
Ketinggian sarang dari permukaan laut ±8
lubang
bertelur
m. Jarak sarang terdekat ke daerah hutan
berupa
pasir
mangrove adalah 6,4 km dan jarak sarang
menyebabkan telur Maleo terancam oleh
terdekat ke arah laut berjarak 9,4 km.
predator dan pemangsa lainnya.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
30oC.
Jenis
halus
mudah
substrat
digali
191
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
mangsanya. Whitten et al. (1987) dalam
Tanari (2007) menyatakan bahwa burung
Maleo termasuk spesies burrow nester
yaitu jenis burung pembuat lubang atau
liang.
Hal
perilaku
tersebut
burung
sejalan
Maleo
dengan
di
lokasi
pengamatan yang menggali dan membuat
banyak
l
196
cm
lubang
pada
lokasi
sarang
bertelur, namun dari banyaknya lubang
yang dibuat hanya satu dari lubang
tersebut yang berisi telur. Pada Lokasi
210
p
cm
sarang
bertelur
yang
ditemukan
merupakan lokasi terbaru dari beberapa
titik sarang yang telah ditetapkan oleh staf
Balai TNRAW. Pertama kali ditemukan
pada hari Selasa tanggal 28 Oktober 2014
60 cm
pukul 10.36 WITA. Aktifitas Maleo saat
perjumpaan adalah sedang menguburkan
Gambar
6. Ilustrasi Bentuk Ukuran
Sarang Bertelur Burung Maleo
(Macrocephalon maleo Sal.
Muller,
1846)
kawasan
Savana
Pampaea
Resort
Langkowala, Wilayah Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara.
telurnya dengan jumlah individu sebanyak
sepasang, Maleo jantan dan betina.
Burung Maleo yang ditemukan di
kawasan
savanna
Pampaea
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan
jenis
Maleo
Senkawor
(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846).
Tingkat kedalaman lubang sarang
Hal ini didukung oleh adanya dokumentasi
bertelur burung Maleo pada tiap lokasi
oleh staf Balai TNRAW. Sugiarto (2012)
pengamatan
ini
mengatakan bahwa burung Maleo selalu
menunjukkan perilaku burung Maleo yang
bertelur tiap bulannya sebanyak tiga
terproteksi pada jenis substrat untuk
sampai lima kali bertelur pada lokasi
meletakkan dan mengubur telur pada
sarang yang sama yaitu bulan Agustus
lubang sarang bertelurnya. Makin dalam
sampai November dengan kondisi iklim
peletakkan telur yang dilakukan oleh
yang
burung
tersebut
sangat baik bagi Maleo untuk bertelur
terproteksi oleh ancaman predator. Hal ini
sebab dengan adanya panas matahari
pula menjadi salah satu adaptasi perilaku
dan
bagi burung Maleo untuk mengelabui
membantu proses penetasan telur Maleo.
berbeda-beda.
Maleo
maka
telur
Hal
panas
panas
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
merupakan
bumi
waktu
(geothermal
yang
heat)
192
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Pada musim penghujan dengan kondisi
Sulawesi Tenggara di-identifikasi dengan
iklim yang cukup dingin burung Maleo
menggunakan
bertelur dengan intensitas yang rendah
(Steenis, dkk., 2001). Hasil identifikasi
yakni satu atau dua kali tiap bulan bahkan
disajikan pada Tabel 3.
sampai dua bulan tidak bertelur.
Tabel 3. Jenis vegetasi di sekitar lubang
sarang bertelur burung Maleo
(Macrocephalon
maleo)
Kawasan
Taman
Nasional
Rawa Aopa Watumohai
Penelitian
untuk
karakteristik
mikrohabitat burung Maleo yang dilakukan
pada
bulan
Oktober
dan
November
panduan
Buku FLORA
1
Ericaceae
Krinyuh
2
Discoraeaceae
Ubi
Gadung
tingkat produksi telur Maleo cukup tinggi
3
Gramineae
Alangalang
diakibatkan
yang
4
Melastomaceae
Senggani
sesuai untuk masa pengeraman telur yaitu
5
Cyperaceae
Rumput
gajah
Nama
Ilmiah
Eupatorium
sp.
Discorea
hispida
Dennst.
Imperata
cylindrical
Melastoma
polyanthum
Fimbristylis
sp.
organisme
memiliki
merupakan
waktu
yang
baik
untuk
No.
pengamatan mikrohabitat burung Maleo di
kawasan
savanna
wilayah
Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sebab
kondisi
Nama
Lokal
Familia
lingkungan
bulan Oktober dan November adalah
Setiap
musim panas untuk wilayah Sulawesi
Tenggara khususnya di Taman Nasional
keterikatan dengan habitatnya. Burung
Rawa Aopa Watumohai menyebabkan
Maleo memiliki habitat yang sangat khas
kondisi cuaca yang sangat panas. Hal ini
di
pula
kawasan
yang
menyebabkan
maraknya
kawasan
savanna.
savanna
Khususnya
Pampaea
Langkowala
habitat alami burung Maleo. Sehingga
Rawa Aopa Watumohai, Maleo memilih
beberapa kali monitoring yang dilakukan
gundukan pasir berkerikil yang ditumbuhi
oleh
beberapa vegetasi Krinyuh (Eupatorium
perangkap
atau
Taman
jerat
menemukan
burung
yang
Taman
Resort
perburuan dilakukan oleh manusia di
petugas
wilayah
di
Nasional
sp.) dengan meletakkan telurnya di bawah
terdapat di habitat sarang bertelur burung
perakaran
tumbuhan
tersebut.
Maleo
Maleo.
menggali pasir berkerikil menggunakan
kaki dengan kedalaman 60 cm untuk
Jenis Vegetasi Di Sekitar Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara
menguburkan telur. Sarang peneluran
Jenis vegetasi di sekitar lubang
Krinyuh (Euphatorium sp.). Sebab hal ini
sarang
peneluran
burung
Maleo
terdedah oleh panas matahari dengan
presentase penutupan kanopi yang sedikit
karena ternaungi oleh jenis tumbuhan
dibutuhkan
untuk
Maleo
agar
induk
Maleo
tidak
(Macrocephalon maleo) Kawasan Taman
menetas
Nasional
mengerami telurnya secara langsung.
Rawa
Aopa
Watumohai
karena
telur
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
193
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Lokasi penelitian mikro habitat
menjadi komponen penting bagi makhluk
burung Maleo di sekitar persarangan
hidup dalam pola adaptasi dan seleksi
terdapat
habitat. Odum
hutan
yang
dialiri
sungai
(1998) dalam
konsep
Pampaea sehingga sumber air ini menjadi
Leubic menyatakan bahwa kajian Ekologi
komponen penting bagi satwa liar seperti
mengenai keberadaan suatu organisme
burung Maleo untuk berkembang biak.
dalam lingkungannya dipengaruhi oleh
Selain itu di sekitar lokasi persarangan di
beberapa
kawasan savanna “Pada-padai” sarang
Sehingga untuk bisa bertahan hidup,
bertelur
ditumbuhi
maka setiap organisme mampu mentolerir
beberapa jenis vegetasi berupa tumbuhan
semua faktor lingkungan tersebut. Dalam
Senggani (Melastoma polyanthum). Telur
karakteristik habitat maupun mikro-habitat
diletakkan di bawah perakaran tumbuhan
suatu organisme juga dipengaruhi oleh
tersebut
interaksi
burung
Maleo
dengan
kedalaman
lubang
sarang bertelur sedalam 28 cm sehingga
interaksi
faktor
faktor
lingkungan.
lingkungan
baik
itu
komponen fisik, biotik, dan kimia.
mendapatkan panas yang cukup pula dari
Pada
system perakaran tumbuhan Senggani
mikro-habitat
yang
Tingkat
(Macrocephalon maleo) interaksi faktor-
kedalaman sarang berbeda dengan lokasi
faktor lingkungan seperti komponen fisik
di savanna Pampaea yaitu 60 cm. Selain
(iklim,
itu pula jenis substrat sarang bertelur
biotik (air dan jenis vegetasi), serta
Maleo di lokasi savanna Pada-padai
komponen kimia (mikroorganisme dan
berupa pasir halus berbeda dengan jenis
dekomposer)
substrat sarang bertelur Maleo di savanna
terhadap proses adaptasi dan seleksi
Pampaea
berupa
habitat bagi burung Maleo untuk tetap
Perbedaan
tingkat
berupa
akar
serabut.
pasir
berkerikil.
suhu,
studi
karakteristik
burung
Maleo
kelembaban),
sangat
komponen
berpengaruh
lubang
bertahan hidup dan berkembang biak.
bentuk
Sehingga kegiatan konservasi burung
adaptasi perilaku burung Maleo pada
Maleo telah dilakukan di Taman Nasional
kondisi habitat alami yang dipilih oleh
Rawa Aopa Watumohai sejak tahun 2009
burung Maleo untuk memproteksi telurnya
dalam upaya pelestarian satwa endemik.
agar terhindar dari ancaman predator di
Beberapa
ancaman
wilayah
savanna
kelestarian
burung
Nasional
Rawa
adalah
sebagai
kedalaman
kajian
akibat
dari
kawasan
Aopa
Taman
Watumohai
Sulawesi Tenggara.
terbesar
Maleo
bagi
adalah
perburuan terhadap telur yang dilakukan
oleh masyarakat di habitat asli Maleo
Burung Maleo merupakan burung
sehingga hal ini sangat mengganggu
liar yang memilih hidup di hutan primer
habitat alami Maleo untuk bertelur dan
yang habitatnya jauh dari pemukiman
berkembang
biak.
manusia.
menyatakan
bahwa
Faktor-faktor
lingkungan
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
(Sugiarto,
masyarakat
2012)
yang
194
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
biasa
mengganggu
kelestarian
Maleo
5.9-7.
Rata-rata kedalaman
lubang
adalah masyarakat di sekitar kawasan
sarang bertelur burung Maleo adalah
taman nasional. Selain itu predator telur
±60 cm dengan diameter lubang 32
Maleo seperti biawak (Mabouya sp.), ular,
cm–33 cm. Kemudian jenis substrat
dan babi. Namun predator ini bukan
pada lokasi penelitian di kawasan
ancaman besar bagi telur Maleo karena
savanna Blok Hutan Mempaho dan
adanya seleksi alam sehingga burung
savanna
Maleo sangat proteksi ketika meletakkan
didoiminasi oleh pasir berkerikil.
Blok
Hutan
Pampaea
telurnya pada pasir yang berkerikil dengan
kedalaman yang cukup menyebabkan
beberapa predator tidak dapat mendeteksi
Saran
Saran
penulis
untuk
penelitian
telurnya. Pengelolaan habitat asli Maleo
selanjutnya adalah sebagai berkiut :
terus dilakukan melalui penelitian dan
1. Melakukan
penelitian
karakteristik
pengamanan intensif di kawasan savanna
tanah, penetapan tekstur tanah, dan
TNRAW, Sulawesi Tenggara.
sifat tanah yang baik bagi pengeraman
telur maleo.
PENUTUP
Simpulan
pada
2. Melakukan pneleitian tentang analisis
vegetasi hutan di sekitar persarangan
Berdasarkan hasil pengamatan
burung
penelitian
kawasan Konservasi Burung Endemik
ini,
maka
dapat
vegetasi
untuk
pengelolaan
secara ex-situ dan in-situ di Taman
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik
Maleo
pada
habitat
persarangan burung Maleo yaitu jenis
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai,
Sulawesi Tenggara.
vegetasi di sekitar sarang bertelur
berupa
tumbuhan
Senggani
(Melastoma sp.), Ubi Hutan (Discorea
hispida Denst.), Alang-alang (Imperata
cylindrical), dan Kirinyuh (Eupathorium
sp.).
2. Beberapa parameter Lingkungan yang
diukur sebagai parameter pengukuran
Karakteristik
Maleo
Mikro-Habitat
(Macrocephalon
Burung
maleo
Sal.
Muller, 1846) yaitu diperoleh suhu
udara 32oC, suhu tanah lubang sarang
bertelur Maleo 30oC. Pengukuran pH
substrat sarang bertelur Maleo yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Amnawati, W.O., 2013. Keanekaragaman
Jenis Burung Pada Hutan
Mangrove di Kawasan Sungai
Lanowulu Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai
(TNRAW)
Sulawesi
Tenggara,
J.Biowallacea 1 (2) : 71-81.
Coates, B.J., dan David B.K.,1997.
Panduan Lapangan BurungBurung Di Kawasan Wallacea.
BirdLife Internasional-Indonesia
Programme
and
Dove
Publications. Bogor.
Dekker RWRJ., 1990. The distribution and
status of nesting grounds of the
Maleo Macrocephalon maleo in
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Sulawesi Indonesia. Biological
Conservation. 51:139–150.
Gunawan, H. 1998. Pelestarian Hutan
Mangrove Untuk Konservasi
Satwa Langka Di Sulawesi.
Eboni 3 (1) : 1 - 10. Balai
Penelitian
Kehutanan.
Makassar.
Gorog, A.J., B. Pamungkas and R.J.Lee.
2005.
Nesting
Ground
Abandoment by The Maleo
(Macrocephalon maleo ) in North
Sulawesi:
Identiffying
Conservation
Priorities
for
Indonesia’s Endemic Megapode.
Biological Conservation Journal.
Vol.126 (4):548-555
Odum, E.P., 1998, Dasar-Dasar Ekologi
(Terjemahan), Gadjah mada
University Press, Yogyakarta
Steenis, C.G.G.J. van dan Suryowinoto,
M., 1997. FLORA Untuk Sekolah
Indonesia.
PT.
Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sugiarto, D.P., P. Budi, P. Efi, M. Handry,
dan
Darystin.
2010.
Keanekaragaman Hayati Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai. DIPA. Tatangge.
Sugiarto, D.P., 2012. Konservasi Burung
Maleo (Macrocephalon maleo) di
TN Rawa Aopa Watumohai,
Sulawesi Tenggara,
http://tnrawku.wordpress.com/20
12/03/20/konservasi-burungmaleo-macrocephalon-maleo-ditn-rawa-aopa-watumohaisulawesi-tenggara/ Diakses pada
Tanggal 10 September 2014.
Tanari, M., 2007. Karakterisasi Habitat,
Morfologi dan Genetik serta
Teknologi Pengembangan Exsitu
Burung
Maleo
(Macrocephalon
maleo
Sal.
Muller 1846) Sebagai Upaya
meningkatkan
Efektivitas
Konservasi,
Sekolah
Pasca
Sarjana IPB, Bogor, Disertasi : 1137.
Tim Penyusun BKSDA, 2008. Dokumen
Balai Konservasi Sumber Daya
Alam
Sulawesi
Tenggara,
BKSDA Sultra, Kendari.
Whitten A.J., M. Mustafa dan G.S.
Henderson.
1987.
Ekologi
195
Sulawesi.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
182
STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO
(Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA
WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA
Jamili1*, Analuddin1 , La Ode Adi Parman Rudia2
1
2
Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara
Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo, Kendari,
1*
e-mail : Jamili76@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the characteristics of the bird nesting
microhabitat hole Maleo (Macrocephalon maleo) in National Parks Aopa Watumohai
Swamp, Southeast Sulawesi . Data were collected on the savanna region block Mempaho
Forest and savanna region Pampaea , by using descriptive method to determine the depth,
temperature, pH and substrate nesting holes were found during the study . To determine the
composition of the vegetation around the nesting hole , using roaming with 10 meters to
explore the area around the hole nesting and record the type of vegetation found. Vegetation
types have been known to direct scientific name recorded in the field. While the type of
vegetation that is unknown scientific name, a swab or documentation then be described
further in the Laboratory of Ecology and Natural Sciences Taxonomy Halu Oleo University
with reference to the book (FLORA by Steenis, et al., 1997). The results showed the depth
of hole nesting birds Maleo (Macrocephalon maleo) in the study area is 50-60 cm,
temperature 28o-32oC, and soil pH of 5.9 - 7. Maleo bird nesting substrate type is dominated
by sand. Types of vegetation found around the hole nesting nesting is Melastoma sp. and
Kirinyuh (Eupathorium sp.), while the type of vegetation that is a place to find food and
shelter includes a thorn Bamboo (Bambusa spinosa), Rao (Dracontomelon mangiferum),
Banyan (Ficus spp.), Tamarind (Aleurites molucana), Caesalpinia pulcherrima, forest Mango
(Mangifera sp.), Kuia (Alstonia scolaris), Nona (Metrosideros petiolata), and Bitti/Kulipapo
(Vitex sp.). Total current Maleo birds encounter is as much one of the males and females
laying eggs on the location of the savanna region Pampaea Resort Langkowala Swamp
National Park area of Rawa Aopa Watumohai Southeast Sulawesi .
Keywords : Characteristics microhabitat, Bird Maleo (Macrocephalon maleo), Rawa Aopa
Watumohai National Park Southeast Sulawesi.
183
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Kinnaird, 1997). Menyadari pentingnya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman
kelangsungan
Nasional
Rawa
Aopa
khusus
hidup
dari
burung
segi
tersebut,
kebudayaan,
Watumohai merupakan salah satu lokasi
keanekaragaman
pengamatan burung yang penting di
pengetahuan dan komponen ekosistem
kawasan
alam
Wallacea.
Kawasan
ini
serta
hayati,
kelestarian,
maka
satwa
berdasarkan
Surat
merupakan suatu paduan yang menarik
tersebut
antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir.
Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor
Taman Nasional Rawa Aopa Watuhmohai
421/ KPTS/ UM/8/1970 dan SK Mentan
(TNRAW) merupakan kawasan lindung
Nomor 90/KPTS/UM/2/1997. Selanjutnya
yang memiliki empat ekosistem utama
berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990,
yaitu mangrove, rawa, savanna, dan
tentang Konservasi Sumber Daya Alam
hutan hujan (Coathes and Bishop, 2000;
dan Ekosistemnya (Sugiarto, dkk., 2010).
Berdasarkan data statistik oleh
dalam Amnawati, 2013).
Kawasan
savanna
Nasional
Rawa
(TNRAW)
dijadikan
dilindungi
ilmu
Aopa
di
Taman
Watumohai
sebagai
lokasi
Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA)
SULTRA
menjelaskan
bahwa
tahun
2007
burung
endemik
dan
Maleo ini jumlahnya sekitar 100 ekor
populasi satwa liar seperti burung (Aves)
(Macrocephalon maleo) yang terdapat di
oleh pihak Pokja Konservasi TNRAW.
seluruh kawasan konservasi yang dikelola
Menurut Sugiarto, dkk, (2010) kondisi
oleh BKSDA Sulawesi Tenggara (BKSDA
lingkungan habitat satwa burung Maleo
Sultra,
cukup ekstrem dengan memanfaatkan
kelestarian
panas
dengan
pengelolaan
konservasi
bumi
habitat
(geothermal)
untuk
2008).
Namun
demikian
tersebut
terancam
habitat
alaminya
hewan
perubahan
mengerami telur. Degradasi habitat serta
akibat perburuan terhadap telur. Gorog
banyaknya perburuan telur oleh manusia
dkk., (2005) melaporkan bahwa kondisi
di habitat alami menjadikan burung Maleo
burung Maleo akibat kerusakan habitat
(Macrocephalon maleo) sebagai satwa
yang parah jika tidak ditangani secara
endemik yang dilindungi.
serius maka populasinya akan punah
Maleo
merupakan
(Macrocephalon
salah
satu
jenis
maleo)
dalam beberapa tahun kedepan. Masalah
burung
utama
yang
dihadapi
pelestarian
banyak menarik perhatian. Burung ini
rusaknya habitat akibat dari eksploitasi
menggunakan
terhadap telur, degradasi, dan fragmentasi
panas
bumi
Kajian
maleo
usaha
endemik Sulawesi yang sangat unik dan
sumber
burung
dalam
(geothermal heat) dan panas matahari
habitat.
(solar radiation) untuk mengerami telurnya
burung Maleo adalah karakteristik mikro-
(Jones and Birks, 1992; Dekker, 1990;
habitat yang menjadi habitat alami Maleo
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
autekologi
adalah
mengenai
184
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
di wilayah savanna kawasan Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
(TNRAW) Kendari, Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini perlu dilaksanakan agar
memberikan informasi terbaru terhadap
masyarakat dan instansi terkait di wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) dan juga instansi-instansi terkait
Tabel 1. Alat penelitian dan fungsinya
No
1.
Nama Alat
Kamera digital Canon
2.
Binoculer Bushnell
(10x50)
3.
GPS (Garmin 76 CSx)
4.
Alat tulis
5.
Meteran roll
6.
Soil tester
7.
Termometer alkohol
8.
Buku Panduan
Pengamatan Burung
9.
Buku Panduan
Pengenalan Jenis
Tumbuhan
lainnya di wilayah Sulawesi Tenggara
mengenai keberadaan hewan endemik
burung Maleo di Kawasan Konservasi.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data lapangan pada
penelitian ini berlangsung pada bulan
Oktober dan November 2014 bertempat di
Fungsi
Untuk mengambil gambar
dari objek pengamatan.
Untuk mengamati objek
dan sebagai document
gambar.
Untuk menentukan titik
koordinat di lapangan.
Untuk menuliskan data
hasil pengamatan
Untuk mengukur luas
area sarang bertelur
Maleo
Untuk mengukur
kelembaban tanah sarang
burung maleo
Untuk mengukur suhu
lubang sarang burung
maleo
Untuk panduan
pengamatan burung di
lapangan
Untuk panduan
pengamatan jenis
vegetasi di lokasi
penelitian
kawasan Savanna Blok Hutan Mempaho
Resort
Lanowulu
dan
Blok
Hutan
Pampaea Resort Langkowala, Taman
Nasional
Rawa
(TNRAW),
Aopa
Watumohai
Kecamatan
Tinanggea,
Sulawesi Tenggara. Kemudian dilanjutkan
di Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan
Taksonomi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas
Halu
Oleo, Kendari.
Penelitian
dengan
Pelaksanaan tahap awal meliputi
studi literatur dan pengumpulan informasi
sekunder
dari
masyarakat
instansi
sekitar
terkait
objek
dan
penelitian
mengenai keadaan lapangan. Kegiatan
selanjutnya adalah observasi lapangan
dilakukan
untuk
menentukan
peluang
perjumpaan dengan sarang burung Maleo
pada wilayah Savanna kawasan Taman
Jenis Penelitian
penelitian
Prosedur Penelitian
Tahap Awal
ini
deskripsi
observasi
adalah
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
dilakukan
Sulawesi Tenggara. Informasi tentang
pengamatan
keberadaan burung maleo pada wilayah
yang
dan
jenis
Savanna kawasan Taman Nasional Rawa
lapangan.
Aopa Watumohai yang diperoleh dari
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
yang
digunakan
masyarakat
pada
dan
staf
Balai
TNRAW,
ditetapkan sebagai lokasi pengamatan.
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
185
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
terjadi perjumpaan dengan burung Maleo
Penentuan Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan dilakukan pada
dan
letak
persarangannya,
maka
beberapa tempat, yaitu di sekitar kawasan
ditetapkan lokasi pengamatan yaitu pada
Savanna wilayah Taman Nasional Rawa
kawasan Savanna blok hutan Mempaho
Aopa Watumohai, dapat dilihat pada
Resort Lanowulu dan kawasan Savanna
Gambar 1.
blok hutan Pampaea Resort Langkowala
Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa
Watumohai Sulawesi Tenggara.
Pengambilan Data
Data Persarangan Burung Maleo
Sarang pengeraman telur burung
Maleo yang ditemukan pada kawasan
Savanna blok hutan Mempaho Resort
Lanowulu dan kawasan Savanna blok
hutan
Gambar 1. Peta Penutupan Lahan Wilayah
Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) Sulawesi
Tenggara Sumber : Dok. Balai TNRAW,
2010.
Pampaea
Resort
Langkowala
Wilayah TNRAW dijadikan sebagai lokasi
penelitian. Sedangkan data karakteristik
mikro-habitat
sarang
yang
diamati
meliputi; (1) lokasi geografis sarang, (2)
ketinggian lokasi area persarangan di atas
permukaan laut, (3) status sarang (aktif
atau tidak aktif), (4) kedalaman lubang
tanah, (5) suhu di dalam lubang tanah,
dan
(5) kelembaban lubang tanah (6)
serta jenis vegetasi di sekitar lokasi
persarangan burung Maleo.
Cara Kerja
Cara kerja pada penelitian ini
Gambar 2. Peta Lokasi Survey Maleo Blok Hutan
Mempaho, Resort Lanowulu, kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
(TNRAW) Sumber : Dok. Balai TNRAW,
adalah sebagai berikut :
a. Kedalaman Lubang
dan
Kedalaman lubang pengeraman
informasi data sekunder yang diperoleh
telur burung Maleo diukur tegak lurus dari
dari pihak staf TNRAW serta wawancara
permukaan tanah sampai bagian tanah
dari
dimana
Berdasarkan
masyarakat
studi
di
literatur
sekitar
lokasi
penelitian, yang memungkinkan untuk
telur
diletakkan
menggunakan meteran.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
dengan
186
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
b. Suhu
yang ditemukan. Jenis vegetasi yang
Suhu diukur pada kedalaman
sudah
diketahui
nama
ilmiahnya,
masing-masing lubang pengeraman
langsung didata di lapangan. Jenis
telur
yang
menggunakan
ditemukan
dengan
vegetasi yang belum dikenal nama
termometer
alkohol,
ilmiahnya,
diambil
dengan cara mengukur tegak lurus
dokumentasinya
pada
mengidentifikasi
kedalaman
diletakkan
dimana
pada
lubang
telur
sarang
sampel
dan
kemudian
lebih
lanjut
di
Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan
bertelur. Selain itu, suhu udara di
Taksonomi
sekitar sarang diukur dengan cara
mengacu buku FLORA (Steenis, dkk.,
menggantungkan termometer selama
1997).
FMIPA
UHO
dengan
15 menit kemudian dihitung skalanya.
Analisis Data
c. Kelembaban
Kelembaban
kedalaman
diukur
masing-masing
lubang
secara
deskriptif,
dengan
cara
pengeraman telur yang ditemukan
mendeskripsikan setiap parameter yang
dengan
tester,
diamati, dan dilengkapi dengan tabel atau
dengan cara menancapkan soil tester
gambar. Data penentuan status sarang
kemudian dihitung skalanya.
peneluran burung Maleo yang masih aktif
menggunakan
soil
atau
d. Jenis Substrat
Pengamatan
jenis
substrat
tidak
aktif
menggunakan
diketahui
indikator
lubang
dengan
aktifitas
lubang peneluran dilakukan secara
pembuatan
kuantitatif yaitu melihat secara visual
Maleo di sekitar sarang. Selain itu juga
untuk menentukan jenis substrat yang
adanya kerja sama antara peneliti dan
mendominasi pada lubang peneluran.
pihak staf Balai TNRAW untuk melakukan
peneluran
burung
monitoring persarangan burung Maleo.
e. Titik Koordinat
sarang
Indikator lubang sarang bertelur yang
peneluran dan ketinggian tempat di
tidak aktif dengan yang masih aktif dapat
atas permukaan laut
diukur dengan
diketahui dengan cara menghitung jumlah
menggunakan
(Geographycal
lubang sarang bertelur burung Maleo
Lokasi
f.
Data yang terkumpul dianalisis
pada
geografis
GPS
Position System).
pada
Jenis Vegetasi
Penambahan
Penentuan jenis vegetasi di
sekitar
lubang
sarang
bertelur
bertelur
lokasi
yang
gundukan
jumlah
persarangan.
lubang
dilakukan
oleh
sarang
burung
Maleo dari setiap monitoring di lokasi
digunakan metode jelajah, dengan
persarangan
menjelajahi area di sekeliling lubang
lubang sarang bertelur yang baru tersebut
peneluran dan mencatat jenis vegetasi
masih aktif atau memiliki telur Maleo.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
mengindikasikan
bahwa
187
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Taman
Nasional
Watumohai
Rawa
(TNRAW)
penggabungan
dari
organisme
burung
Maleo dengan lingkungan di kawasan
Aopa
merupakan
Taman
hubungan
savanna untuk bertelur, mencari makan,
dan berlindung.
Studi
Buru
literatur
awal
dan
data
Watumohai, Suaka Margasatwa Rawa
sekunder yang diperoleh dari pihak staf
Aopa dan Taman Buru Daratan Rumbia,
TNRAW
yang terletak antara 1210 44’- 1220 44’ BT
masyarakat di sekitar lokasi penelitian,
dan 40 22’ – 40 39’ LS dengan batas
yang
administrasi
4
perjumpaan dengan burung Maleo dan
Kolaka,
letak persarangannya maka ditetapkan
Konawe, Konawe Selatan, dan Bombana.
lokasi pengamatan yaitu pada kawasan
Berdasarkan
Kehutanan
Savanna blok hutan Mempaho Resort
No.756/Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember
Lanowulu dan kawasan Savanna blok
1990 TNRAW memiliki luas 105.194 ha
hutan
dan panjang batas keseluruhan 366.674
Wilayah Taman Nasioanl Rawa Aopa
km dan jumlah pal batas 4.158
Watumohai Sulawesi Tenggara.
kabupaten
pemerintah
yaitu
SK
mencakup
Kabupaten
Menteri
serta
wawancara
memungkinkan
Pampaea
untuk
Resort
dari
terjadi
Langkowala
buah. Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai terdapat 4 tipe
ekosistem yaitu savana, rawa,
hutan hujan dataran rendah dan
mangrove,
yang
kaya
akan
keanekaragaman hayati baik dari
segi
flora
maupun
fauna.
Tercatat sebagai kelompok fauna
di TNRAW yang meliputi aves 207 jenis
(38 jenis endemik Sulawesi dan 9 jenis
endemik Indonesia) (Sugiarto, dkk., 2010).
Kawasan
savanna
di
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan kawasan yang cukup luas
sehingga memungkinkan berbagai jenis
satwa liar untuk hidup dan berkembang
Gambar 3. Perjumpaan dengan burung Maleo
(Macrocephalon
maleo).
Lokasi
sarang
peneluran
:
kawasan
Sehingga dengan menggunakan kajian
Savanna
Pada-padai
Resort
auteokologi pada penelitian ini yang dikaji
Langkowala TNRAW. (Sumber: dok.
Moersidi, dkk. TNRAW, Selasa
28/10/2014; 10.36 WITA)
biak. Salah satunya adalah burung Maleo.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
188
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Karakteristik Mikro Habitat Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo Di
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai (TNRAW)
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh data karakteristik mikro habitat
sarang bertelur burung Maleo disajikan
pada Tabel 2.
Tabel
2.
Kedalaman
(cm)
Suhu
(oC)
pH
1
55
28
5,9
2
28
30
7
3
60
pasir hingga kedalaman 60 cm untuk
proses
penetasan
(Gunawan,
1998).
Burung
Maleo
menggunakan
habitat
berupa daerah sekitar savanna area
perbukitan kawasan blok hutan Mempaho
dan kawasan savanna Pampaea wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Karakteristik Mikro Habitat
Lubang
Sarang
Bertelur
Burung Maleo (Macrocephalon
maleo) Di TNRAW.
Karakteristik Fisik
No
ini burung Maleo mengubur telur di dalam
31
6,9
Substrat
Tanah
berkerikil
Pasir
Pasir
berkerikil
Jenis
Vegetasi
Rumput
gajah
Senggani
dan
Kombakomba.
Alangalang,
Senggani
Kombakomba,
Ubi hutan.
Keterangan :
No. 1
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Blok Hutan
Mempaho Resort Lanowulu
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
No. 2
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana “Pada-padai” Blok
Hutan
Pampea
Resort
Langkowala Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
No. 3
: Lubang sarang bertelur
burung
Maleo
kawasan
Savana Pampaea Blok Hutan
Pampaea Resort Langkowala
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
Sulawesi Tenggara dengan vegetasi yang
berupa pohon tinggi sebagai vegetasi
habitatnya untuk berlindung dan mencari
makan.
Spesies
burung
Maleo
(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846)
yang ada di lokasi penelitian kawasan
savanna wilayah Taman Nasional Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara
berbeda dengan burung Maleo lainnya
yang ada di daerah subkawasan Sulawesi
dalam hal seleksi habitat untuk membuat
sarang bertelur. Hal ini didukung oleh
jenis substrat yang diamati langsung di
lokasi penelitian berupa tanah berkerikil,
pasir halus dan pasir berkerikil. Selain itu
pula burung Maleo di Taman Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
menghindari
daerah pantai dan hutan mangrove untuk
pembuatan sarang bertelur sebab dari
hasil pengamatan dengan penentuan titik
koordinat diperoleh lokasi sarang burung
Maleo letaknya jauh dari daerah pantai
dan hutan mangrove. Jarak datar lurus
Burung Maleo merupakan hewan
sarang bertelur burung Maleo kawasan
yang berhabitat sangat khas, mampu
savanna blok hutan Mempaho terdekat
hidup di dekat pantai berpasir panas atau
dari hutan mangrove adalah 3,8 km. Jarak
di pegunungan yang memiliki sumber
sarang bertelur burung Maleo kawasan
panas bumi (geothermal), sebab di daerah
savanna blok hutan Mempaho ke laut 8,32
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
189
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
km. Sehingga burung Maleo memiliki
area perbukitan pernah terjadi kebakaran
strategi untuk pemilihan habitat sarang
dan pengerukan alat berat
bertelur di wilayah Taman Nasional Rawa
sebagian
Aopa Watumohai.
gundul dengan menyediakan sisa tanah
lereng
perbukitan
sehingga
menjadi
yang berupa campuran tanah dan kerikil.
BLOK HUTAN
MEMPAHO
Burung Maleo memilih lokasi yang cukup
hangat untuk menetaskan telurnya. Lokasi
perbukitan blok hutan Mempaho menjadi
lokasi yang cukup baik bagi telur burung
Maleo sebab tanpa adanya penutupan
kanopi
maka panas matahari langsung
diserap ke tanah kemudian tanah tersebut
menyimpan panas (geothermal heat) yang
LOKASI SARANG
BURUNG MALEO
mampu ditolerir oleh telur burung Maleo
Gambar 4. Lokasi Sarang Burung Maleo, Daerah
Perbukitan Blok Hutan Mempaho
Coates
dan
David
(1997)
menyatakan bahwa sarang burung Maleo
untuk masa penetasan dengan perilaku
induk burung Maleo yang selalu menggali
sarang lubang bertelur dan meletakkan
telurnya di dalam tanah.
biasanya berupa tanah berpasir dan
Suhu
udara
mengindikasikan
pantai gunung berapi serta di tanah yang
sebagai suhu lingkungan yang mampu
hangat dari panas bumi di hutan pamah
ditolerir oleh semua organisme yang ada
primer dan hutan perbukitan. Berdasarkan
di lingkungan tersebut untuk hidup dan
hasil pengamatan di lokasi habitat burung
berkembangbiak, salah satunya adalah
Maleo kawasan savanna area perbukitan
burung Maleo. Diperoleh suhu udara pada
blok hutan Mempaho yang ditempuh
lokasi
perjalanan dengan berjalan kaki dengan
wilayah Taman Nasional Rawa Aopa
jarak 2 km dari pinggir jalan raya.
Watumohai
Diperoleh titik koordinat S : 04o28`43.8``;
38oC. Suhu lubang sarang bertelur burung
E : 122
o
02`45.4`` dengan ketinggian
penelitian
kawasan
Sulawesi
savanna
Tenggara
yaitu
Maleo adalah rata-rata 30oC merupakan
lokasi sarang dari permukaan laut adalah
suhu
±18 m.
pengeraman telur. Kemudian pH substrat
Kondisi topografi berupa lereng
perbukitan
yang
sebagian
hanya
yang
baik
selama
proses
lubang sarang bertelur burung Maleo
adalah
5.9–7,
sehingga
dapat
ditumbuhi oleh beberapa jenis vegetasi
diasumsikan untuk proses pengeraman
berupa Rumput gajah (Fimbristylis- sp.).
telur burung Maleo mampu mentolerir
Berdasarkan
tingkat pH tanah yang asam hingga netral.
informasi
dari
pihak
pengelola Taman menjelaskan bahwa di
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
190
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Kedalaman lubang sarang bertelur Maleo
Adapun jarak sarang terjauh ke daerah
yaitu 60 cm.
hutan mangrove adalah 9,97 km dan jarak
Kondisi mikrohabitat menyebabkan
terjauh lokasi sarang burung Maleo ke
anak dari telur burung Maleo setelah
arah laut berjarak 13,8 km. Sehingga
menetas memiliki peluang hidup yang
dapat dikatakan bahwa seleksi habitat
relatif rendah. Beberapa predator menjadi
burung Maleo di wilayah Taman Nasional
ancaman bagi telur Maleo. Salah satu
Rawa
predator utama burung Maleo adalah
Tenggara untuk membuat sarang bertelur
biawak (Mabouya sp.). Selain itu pula
memilih daerah yang jauh dari laut dan
ancaman
daerah hutan mangrove sebab kondisi
lain
yang
pelestarian burung
mengganggu
Maleo di
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Sulawesi
Tenggara
adalah
Aopa
Watumohai
Sulawesi
substrat daerah hutan mangrove berupa
lumpur.
maraknya
Karakteristik
mikro-habitat
yang
perburuan liar di habitat asli burung Maleo
teramati pada sarang bertelur berupa
oleh masyarakat terhadap telur bahkan
substrat berpasir dengan pH substrat 7,
induk
mengindikasikan tingkat pH substrat
burung
Maleo
dijerat
untuk
dikonsumsi.
Sarang
Gambar 5. Cangkang telur burung Maleo yang telah pecah akibat dimakan oleh biawak. Lokasi
sarang bertelur : kawasan Savanna “Pada-padai” Resort Langkowala TNRAW
(Senin/3/11/2014; 12.33 WITA).
Berdasarkan hasil pengamatan di
sarang
bertelur
burung
Maleo
pada
lokasi persarangan burung Maleo pada
kawasan savanna Pada-padai blok hutan
kawasan savanna “Pada-padai” Resort
Pampaea adalah netral. Lubang bertelur
Langkowala diperoleh titik koordinat yaitu
burung Maleo pada saat pengukuran
o
o
S : 04 32`49.6``; E : 121 59`10.7``.
diperoleh kedalaman 28 cm, dan suhu
Ketinggian sarang dari permukaan laut ±8
lubang
bertelur
m. Jarak sarang terdekat ke daerah hutan
berupa
pasir
mangrove adalah 6,4 km dan jarak sarang
menyebabkan telur Maleo terancam oleh
terdekat ke arah laut berjarak 9,4 km.
predator dan pemangsa lainnya.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
30oC.
Jenis
halus
mudah
substrat
digali
191
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
mangsanya. Whitten et al. (1987) dalam
Tanari (2007) menyatakan bahwa burung
Maleo termasuk spesies burrow nester
yaitu jenis burung pembuat lubang atau
liang.
Hal
perilaku
tersebut
burung
sejalan
Maleo
dengan
di
lokasi
pengamatan yang menggali dan membuat
banyak
l
196
cm
lubang
pada
lokasi
sarang
bertelur, namun dari banyaknya lubang
yang dibuat hanya satu dari lubang
tersebut yang berisi telur. Pada Lokasi
210
p
cm
sarang
bertelur
yang
ditemukan
merupakan lokasi terbaru dari beberapa
titik sarang yang telah ditetapkan oleh staf
Balai TNRAW. Pertama kali ditemukan
pada hari Selasa tanggal 28 Oktober 2014
60 cm
pukul 10.36 WITA. Aktifitas Maleo saat
perjumpaan adalah sedang menguburkan
Gambar
6. Ilustrasi Bentuk Ukuran
Sarang Bertelur Burung Maleo
(Macrocephalon maleo Sal.
Muller,
1846)
kawasan
Savana
Pampaea
Resort
Langkowala, Wilayah Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara.
telurnya dengan jumlah individu sebanyak
sepasang, Maleo jantan dan betina.
Burung Maleo yang ditemukan di
kawasan
savanna
Pampaea
wilayah
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
merupakan
jenis
Maleo
Senkawor
(Macrocephalon maleo Sal. Muller, 1846).
Tingkat kedalaman lubang sarang
Hal ini didukung oleh adanya dokumentasi
bertelur burung Maleo pada tiap lokasi
oleh staf Balai TNRAW. Sugiarto (2012)
pengamatan
ini
mengatakan bahwa burung Maleo selalu
menunjukkan perilaku burung Maleo yang
bertelur tiap bulannya sebanyak tiga
terproteksi pada jenis substrat untuk
sampai lima kali bertelur pada lokasi
meletakkan dan mengubur telur pada
sarang yang sama yaitu bulan Agustus
lubang sarang bertelurnya. Makin dalam
sampai November dengan kondisi iklim
peletakkan telur yang dilakukan oleh
yang
burung
tersebut
sangat baik bagi Maleo untuk bertelur
terproteksi oleh ancaman predator. Hal ini
sebab dengan adanya panas matahari
pula menjadi salah satu adaptasi perilaku
dan
bagi burung Maleo untuk mengelabui
membantu proses penetasan telur Maleo.
berbeda-beda.
Maleo
maka
telur
Hal
panas
panas
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
merupakan
bumi
waktu
(geothermal
yang
heat)
192
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Pada musim penghujan dengan kondisi
Sulawesi Tenggara di-identifikasi dengan
iklim yang cukup dingin burung Maleo
menggunakan
bertelur dengan intensitas yang rendah
(Steenis, dkk., 2001). Hasil identifikasi
yakni satu atau dua kali tiap bulan bahkan
disajikan pada Tabel 3.
sampai dua bulan tidak bertelur.
Tabel 3. Jenis vegetasi di sekitar lubang
sarang bertelur burung Maleo
(Macrocephalon
maleo)
Kawasan
Taman
Nasional
Rawa Aopa Watumohai
Penelitian
untuk
karakteristik
mikrohabitat burung Maleo yang dilakukan
pada
bulan
Oktober
dan
November
panduan
Buku FLORA
1
Ericaceae
Krinyuh
2
Discoraeaceae
Ubi
Gadung
tingkat produksi telur Maleo cukup tinggi
3
Gramineae
Alangalang
diakibatkan
yang
4
Melastomaceae
Senggani
sesuai untuk masa pengeraman telur yaitu
5
Cyperaceae
Rumput
gajah
Nama
Ilmiah
Eupatorium
sp.
Discorea
hispida
Dennst.
Imperata
cylindrical
Melastoma
polyanthum
Fimbristylis
sp.
organisme
memiliki
merupakan
waktu
yang
baik
untuk
No.
pengamatan mikrohabitat burung Maleo di
kawasan
savanna
wilayah
Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sebab
kondisi
Nama
Lokal
Familia
lingkungan
bulan Oktober dan November adalah
Setiap
musim panas untuk wilayah Sulawesi
Tenggara khususnya di Taman Nasional
keterikatan dengan habitatnya. Burung
Rawa Aopa Watumohai menyebabkan
Maleo memiliki habitat yang sangat khas
kondisi cuaca yang sangat panas. Hal ini
di
pula
kawasan
yang
menyebabkan
maraknya
kawasan
savanna.
savanna
Khususnya
Pampaea
Langkowala
habitat alami burung Maleo. Sehingga
Rawa Aopa Watumohai, Maleo memilih
beberapa kali monitoring yang dilakukan
gundukan pasir berkerikil yang ditumbuhi
oleh
beberapa vegetasi Krinyuh (Eupatorium
perangkap
atau
Taman
jerat
menemukan
burung
yang
Taman
Resort
perburuan dilakukan oleh manusia di
petugas
wilayah
di
Nasional
sp.) dengan meletakkan telurnya di bawah
terdapat di habitat sarang bertelur burung
perakaran
tumbuhan
tersebut.
Maleo
Maleo.
menggali pasir berkerikil menggunakan
kaki dengan kedalaman 60 cm untuk
Jenis Vegetasi Di Sekitar Lubang
Sarang Bertelur Burung Maleo
Kawasan Taman Nasional Rawa
Aopa
Watumohai
Sulawesi
Tenggara
menguburkan telur. Sarang peneluran
Jenis vegetasi di sekitar lubang
Krinyuh (Euphatorium sp.). Sebab hal ini
sarang
peneluran
burung
Maleo
terdedah oleh panas matahari dengan
presentase penutupan kanopi yang sedikit
karena ternaungi oleh jenis tumbuhan
dibutuhkan
untuk
Maleo
agar
induk
Maleo
tidak
(Macrocephalon maleo) Kawasan Taman
menetas
Nasional
mengerami telurnya secara langsung.
Rawa
Aopa
Watumohai
karena
telur
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
193
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Lokasi penelitian mikro habitat
menjadi komponen penting bagi makhluk
burung Maleo di sekitar persarangan
hidup dalam pola adaptasi dan seleksi
terdapat
habitat. Odum
hutan
yang
dialiri
sungai
(1998) dalam
konsep
Pampaea sehingga sumber air ini menjadi
Leubic menyatakan bahwa kajian Ekologi
komponen penting bagi satwa liar seperti
mengenai keberadaan suatu organisme
burung Maleo untuk berkembang biak.
dalam lingkungannya dipengaruhi oleh
Selain itu di sekitar lokasi persarangan di
beberapa
kawasan savanna “Pada-padai” sarang
Sehingga untuk bisa bertahan hidup,
bertelur
ditumbuhi
maka setiap organisme mampu mentolerir
beberapa jenis vegetasi berupa tumbuhan
semua faktor lingkungan tersebut. Dalam
Senggani (Melastoma polyanthum). Telur
karakteristik habitat maupun mikro-habitat
diletakkan di bawah perakaran tumbuhan
suatu organisme juga dipengaruhi oleh
tersebut
interaksi
burung
Maleo
dengan
kedalaman
lubang
sarang bertelur sedalam 28 cm sehingga
interaksi
faktor
faktor
lingkungan.
lingkungan
baik
itu
komponen fisik, biotik, dan kimia.
mendapatkan panas yang cukup pula dari
Pada
system perakaran tumbuhan Senggani
mikro-habitat
yang
Tingkat
(Macrocephalon maleo) interaksi faktor-
kedalaman sarang berbeda dengan lokasi
faktor lingkungan seperti komponen fisik
di savanna Pampaea yaitu 60 cm. Selain
(iklim,
itu pula jenis substrat sarang bertelur
biotik (air dan jenis vegetasi), serta
Maleo di lokasi savanna Pada-padai
komponen kimia (mikroorganisme dan
berupa pasir halus berbeda dengan jenis
dekomposer)
substrat sarang bertelur Maleo di savanna
terhadap proses adaptasi dan seleksi
Pampaea
berupa
habitat bagi burung Maleo untuk tetap
Perbedaan
tingkat
berupa
akar
serabut.
pasir
berkerikil.
suhu,
studi
karakteristik
burung
Maleo
kelembaban),
sangat
komponen
berpengaruh
lubang
bertahan hidup dan berkembang biak.
bentuk
Sehingga kegiatan konservasi burung
adaptasi perilaku burung Maleo pada
Maleo telah dilakukan di Taman Nasional
kondisi habitat alami yang dipilih oleh
Rawa Aopa Watumohai sejak tahun 2009
burung Maleo untuk memproteksi telurnya
dalam upaya pelestarian satwa endemik.
agar terhindar dari ancaman predator di
Beberapa
ancaman
wilayah
savanna
kelestarian
burung
Nasional
Rawa
adalah
sebagai
kedalaman
kajian
akibat
dari
kawasan
Aopa
Taman
Watumohai
Sulawesi Tenggara.
terbesar
Maleo
bagi
adalah
perburuan terhadap telur yang dilakukan
oleh masyarakat di habitat asli Maleo
Burung Maleo merupakan burung
sehingga hal ini sangat mengganggu
liar yang memilih hidup di hutan primer
habitat alami Maleo untuk bertelur dan
yang habitatnya jauh dari pemukiman
berkembang
biak.
manusia.
menyatakan
bahwa
Faktor-faktor
lingkungan
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
(Sugiarto,
masyarakat
2012)
yang
194
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
biasa
mengganggu
kelestarian
Maleo
5.9-7.
Rata-rata kedalaman
lubang
adalah masyarakat di sekitar kawasan
sarang bertelur burung Maleo adalah
taman nasional. Selain itu predator telur
±60 cm dengan diameter lubang 32
Maleo seperti biawak (Mabouya sp.), ular,
cm–33 cm. Kemudian jenis substrat
dan babi. Namun predator ini bukan
pada lokasi penelitian di kawasan
ancaman besar bagi telur Maleo karena
savanna Blok Hutan Mempaho dan
adanya seleksi alam sehingga burung
savanna
Maleo sangat proteksi ketika meletakkan
didoiminasi oleh pasir berkerikil.
Blok
Hutan
Pampaea
telurnya pada pasir yang berkerikil dengan
kedalaman yang cukup menyebabkan
beberapa predator tidak dapat mendeteksi
Saran
Saran
penulis
untuk
penelitian
telurnya. Pengelolaan habitat asli Maleo
selanjutnya adalah sebagai berkiut :
terus dilakukan melalui penelitian dan
1. Melakukan
penelitian
karakteristik
pengamanan intensif di kawasan savanna
tanah, penetapan tekstur tanah, dan
TNRAW, Sulawesi Tenggara.
sifat tanah yang baik bagi pengeraman
telur maleo.
PENUTUP
Simpulan
pada
2. Melakukan pneleitian tentang analisis
vegetasi hutan di sekitar persarangan
Berdasarkan hasil pengamatan
burung
penelitian
kawasan Konservasi Burung Endemik
ini,
maka
dapat
vegetasi
untuk
pengelolaan
secara ex-situ dan in-situ di Taman
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik
Maleo
pada
habitat
persarangan burung Maleo yaitu jenis
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai,
Sulawesi Tenggara.
vegetasi di sekitar sarang bertelur
berupa
tumbuhan
Senggani
(Melastoma sp.), Ubi Hutan (Discorea
hispida Denst.), Alang-alang (Imperata
cylindrical), dan Kirinyuh (Eupathorium
sp.).
2. Beberapa parameter Lingkungan yang
diukur sebagai parameter pengukuran
Karakteristik
Maleo
Mikro-Habitat
(Macrocephalon
Burung
maleo
Sal.
Muller, 1846) yaitu diperoleh suhu
udara 32oC, suhu tanah lubang sarang
bertelur Maleo 30oC. Pengukuran pH
substrat sarang bertelur Maleo yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Amnawati, W.O., 2013. Keanekaragaman
Jenis Burung Pada Hutan
Mangrove di Kawasan Sungai
Lanowulu Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai
(TNRAW)
Sulawesi
Tenggara,
J.Biowallacea 1 (2) : 71-81.
Coates, B.J., dan David B.K.,1997.
Panduan Lapangan BurungBurung Di Kawasan Wallacea.
BirdLife Internasional-Indonesia
Programme
and
Dove
Publications. Bogor.
Dekker RWRJ., 1990. The distribution and
status of nesting grounds of the
Maleo Macrocephalon maleo in
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015
Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara
Sulawesi Indonesia. Biological
Conservation. 51:139–150.
Gunawan, H. 1998. Pelestarian Hutan
Mangrove Untuk Konservasi
Satwa Langka Di Sulawesi.
Eboni 3 (1) : 1 - 10. Balai
Penelitian
Kehutanan.
Makassar.
Gorog, A.J., B. Pamungkas and R.J.Lee.
2005.
Nesting
Ground
Abandoment by The Maleo
(Macrocephalon maleo ) in North
Sulawesi:
Identiffying
Conservation
Priorities
for
Indonesia’s Endemic Megapode.
Biological Conservation Journal.
Vol.126 (4):548-555
Odum, E.P., 1998, Dasar-Dasar Ekologi
(Terjemahan), Gadjah mada
University Press, Yogyakarta
Steenis, C.G.G.J. van dan Suryowinoto,
M., 1997. FLORA Untuk Sekolah
Indonesia.
PT.
Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sugiarto, D.P., P. Budi, P. Efi, M. Handry,
dan
Darystin.
2010.
Keanekaragaman Hayati Taman
Nasional
Rawa
Aopa
Watumohai. DIPA. Tatangge.
Sugiarto, D.P., 2012. Konservasi Burung
Maleo (Macrocephalon maleo) di
TN Rawa Aopa Watumohai,
Sulawesi Tenggara,
http://tnrawku.wordpress.com/20
12/03/20/konservasi-burungmaleo-macrocephalon-maleo-ditn-rawa-aopa-watumohaisulawesi-tenggara/ Diakses pada
Tanggal 10 September 2014.
Tanari, M., 2007. Karakterisasi Habitat,
Morfologi dan Genetik serta
Teknologi Pengembangan Exsitu
Burung
Maleo
(Macrocephalon
maleo
Sal.
Muller 1846) Sebagai Upaya
meningkatkan
Efektivitas
Konservasi,
Sekolah
Pasca
Sarjana IPB, Bogor, Disertasi : 1137.
Tim Penyusun BKSDA, 2008. Dokumen
Balai Konservasi Sumber Daya
Alam
Sulawesi
Tenggara,
BKSDA Sultra, Kendari.
Whitten A.J., M. Mustafa dan G.S.
Henderson.
1987.
Ekologi
195
Sulawesi.
Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.
Jamili, et. al., Biowallacea, Vol. 2 (1) : Hal : 182-195, April, 2015