Keywords : Rawa Aopa Watumohai National Park, acidophilic amylolytic bacteria,
Indonesia Chimica Acta,
ISSN 2085 014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
α α α α
" ! # $ ! a
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari, 93232
b
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari, 93232
" % Isolasi dan karakterisasi α amilase isolat bakteri amilolitik asidofilik dari Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik isolat bakteri amilolitik asidofilik, substrat dan suhu optimum aktivitas α amilase yang dihasilkan, dan aktivitas spesifik pada setiap tahap pemurnian enzim. Aktivitas α amilase diukur dengan metode DNS (Dinitrosalisilic acid) pada λ 550 nm dan kadar protein enzim diukur dengan metode Biuret pada λ 540 nm. Dari hasil penelitian diperoleh isolat bakteri TR 1 dengan aktivitas amilolitik tertinggi merupakan koloni berwarna kuning keruh dengan permukaan cembung, bentuk tepian koloni tidak rata, sel batang dan bersifat Gram negatif. Aktivitas dan kadar protein optimum diperoleh pada ekstraksi (NH ) SO 60%
4
2
4
(b/v). Aktivitas spesifik α amilase dalam bentuk ekstrak kasar adalah 0,038 U/mg enzim, setelah ekstraksi dengan (NH ) SO 60% (b/v) adalah 0,146 U/mg enzim dengan tingkat
4
2
4 kemurnian 3,8, dan setelah dialisis adalah 0,255 U/mg enzim dengan tingkat kemurnian 6,7.
Konsentrasi substrat optimum (amilosa) adalah 1,25% (b/v) dan suhu optimum inkubasi
o
adalah 45 C.
& : Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, bakteri amilolitik asidofilik,
α1amilase." & % Isolation and characterization α amylase acidophilic amylolytic bacteria isolate
from Rawa Aopa Watumohai National Park has been carried out. The aims of these studies are to know the characteristics of acidophilic amylolytic bacteria isolate, the optimum concentration of substrate and temperature α amylase activity yielded, and specific activity in each enzyme purification steps. Activity of α amylase was measured with DNS (Dinitrosalisilic acidI) method at λ 550 nm and the rate of protein enzyme was measured with Biuret method at λ 540 nm. The content of this research were obtained the isolate bacteria TR 1 which higher amylolytic activity is the colonies are pale yellow with convex elevated, undulate, bacill sel, and negative Gram. The maximum activity and protein content obtained with (NH ) SO extracted at 60% (w/v). The specific activity of α amylase in crude
4
2
4
extract was 0.038 U/mg enzyme, after extracted with (NH ) SO 60% (w/v) was 0.146 U/mg
4
2
4
enzyme with purification fold 3.8, and after dialysis was 0.255 U/mg enzyme with purification fold 3.8, respectively. The optimum concentration of substrate (amylose) was
o
1.25% (w/v) and the optimum incubation temperature was 45 C.
: Rawa Aopa Watumohai National Park, acidophilic amylolytic bacteria,
!α1amilase
Sapto Raharjo et al.
ISSN 2085 014X
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan salah satu kawasan konservasi sumber daya alam hayati di Sulawesi Tenggara. Kawasan ini memiliki empat tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, hutan bakau, savanah dan hutan rawa, dengan keanekaragaman flora dan fauna yang cukup tinggi. Beberapa flora diantaranya alang alang, tio tio, kasumeeto, nona, kayu angin, saninten, dan uwi, serta terdapat beberapa jenis satwa langka endemik antara lain anoa, kuskus, bajing perut merah, mandar Sulawesi, elang Sulawesi, dan maleo (BKSDA Sultra, 2006). Kondisi keanekaragaman hayati tersebut sangat memungkinkan terdapatnya keanekaragaman bakteri yang tinggi, salah satunya adalah bakteri amilolitik.
C (Fossi et al., 2005). Selain Bacillus, enzim yang disekskresi oleh Thermococcus
α amilase dengan aktivitas serta kestabilan yang tinggi pada pH asam. Upaya tersebut akan dilakukan dengan menyeleksi bakteri amilolitik toleran pH asam (asidofilik) dan mengkarakterisasi α amilase yang dihasilkan dari isolat bakteri yang diperoleh
Pada dasawarsa terakhir ini, pemakaian enzim yang sifatnya efisien, dengan aktivitas katalitik dan kestabilan yang tinggi pada kondisi lingkungan ekstrim meningkat pesat. Sejauh ini, penelitian terhadap bakteri penghasil enzim α amilase yang bersifat termostabil telah banyak dilakukan dan dipublikasikan, namun penelitian terhadap bakteri amilolitik serta enzim α amilase yang benar benar toleran pada pH asam belum banyak dilakukan. Oleh karena itu diperlukan upaya seleksi bakteri amilolitik yang menghasilkan enzim
Enzim α amilase yang dihasilkan oleh bakteri banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama industri makanan, minuman, tekstil, farmasi dan detergen. Hal ini karena umumnya amilase asal bakteri mempunyai aktivitas yang tinggi dan bersifat termostabil dibandingkan yang berasal dari fungi dan hewan. Sebagian besar industri, seperti industri makanan dan minuman menggunakan α amilase dari bakteri yang tahan terhadap asam (Corderio et al., 2002). Namun lain halnya dalam industri detergen, tekstil, dan farmasi yang justru menggunakan amilase basa atau alkali (Hagihara et al., 2001).
C untuk selama 15 menit tanpa kehilangan aktivitas (Chung et al., 1995).
o
pemanasan 90
profundus DT 5432 tahan terhadap
o
Bakteri amilolitik adalah jenis bakteri yang memproduksi enzim amilase dan mampu memecah pati. Genus bakteri yang termasuk kelompok bakteri amilolitik yang cukup dikenal luas ialah Bacillus,
'( )*+*
aktivitas optimum yang sama pada suhu
Coagulans, dan B. caldolyticus memiliki
Enzim amilase dari B. lentus, B.
Umumnya α amilase yang dihasilkan dari bakteri memiliki stabilitas yang tinggi, yaitu stabilitas terhadap suhu dan pH ekstrim. Genus Bacillus merupakan sumber yang paling penting dalam industri enzim karena menghasilkan α amilase yang bersifat termostabil (Cordeiro et al., 2002).
(Reddy et al., 2003). Amilase merupakan kelompok enzim yang menghidrolisis pati dan glikogen. Dikenal tiga jenis enzim amilolitik yaitu α amilase, β amilase, dan glukoamilase. Enzim α amilase (EC. 3.2.1.1, α 1,4 D glukan glukanohidrolase, endoamilase) adalah enzim yang menghidrolisis ikatan α 1,4 glikosidik dari pati dan maltodekstrin secara acak dari bagian dalam molekul polisakarida menghasilkan maltosa dan beberapa oligosakarida rantai pendek (Ballschmiter et al., 2006).
Clostridium, Bacteriodes, Lactobacillus, Micrococcus, Thermus dan Actinomycetes
70
Indonesia Chimica Acta,
ISSN 2085 014X
dari tanah di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara.
g, akuades 600 mL) untuk pengamatan zona bening dan pengukuran indeks amilolitik (Fossi et al., 1995).
.7H
2 O 0,05% (b/v), KCl 0,05%
(b/v), pepton 0,6% (b/v), ekstrak ragi 0,2% (b/v), dan agar 2% (b/v) (Ekunsaumi., 1990). Biakan diinkubasi pada suhu kamar.
Setelah 48 jam koloni yang tumbuh digores kembali pada medium agar agar pati untuk disiapkan menjadi inokulum. Sisa koloni yang terdapat pada agar cawan ditetesi larutan iodium (komposisi KI 4,0 g, I
2
4,0
Isolat diidentifikasi berdasarkan ciri ciri morfologi koloni (warna koloni, elevasi/bentuk permukaan koloni, bentuk tepi koloni), pewarnaan Gram untuk mengetahui bentuk sel bakteri dan sifat Gram (Gram Negatif/Gram Positif) (Apun et al, 2000).
Isolasi bakteri amiloltik asidofilk dilakukan dengan menumbuhkan setiap isolat bakteri pada media agar pati pH 4 dengan komposisi amilosa 1% (b/v), MgSO
Produksi dan Pemurnian α amilase
Sebanyak 10 lup inokulum bakteri amilolitik ditumbuhkan dalam 1000 mL media kaldu pati steril ber pH 4 dengan komposisi amilosa 1% (b/v), MgSO
4
.7H
2 O
0,05% (b/v), KCl 0,05% (b/v), pepton 0,6% (b/v), dan ekstrak ragi 0,2% (b/v) (Ekunsaumi., 1990). Produksi enzim dilakukan dalam bioreaktor dengan pengocokkan selama dua hari pada suhu kamar.
Cairan kultur yang mengandung ekstrak kasar enzim disentrifus pada
4
Sebanyak 10% (b/v) tanah disuspensikan dalam akuades steril, kemudian diambil 0,1 mL larutannya lalu disebarkan dalam media NA dan diinkubasi pada suhu kamar selama dua hari. Koloni koloni bakteri yang tumbuh dikulturkan dalam media nutrien agar secara berulang ulang hingga diperoleh kultur murni.
,( - ( '( (+ Alat dan Bahan
.7H
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya; tanah dari ekosistem rawa Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, media nutrien agar (NA), crystal violet, safranin, alkohol, amilosa murni, maltosa murni (larutan standar), Lugol iodine, nutrien fermentasi (Ekstrak ragi, (NH
4
)
2 SO
4
, MgSO
4
2 O,
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
KH
2 PO
4
, pati, dan agar), larutan buffer pH 4, reagen DNS (Dinitrosalisilic acid, NaOH, dan Na K Tartrat), dan reagen Biuret.
Alat yang digunakan, diantaranya; autoklaf, laminar air flow, inkubator, pH meter, timbangan analitik, spektrofotometer UV vis, sentrifus, penangas air, pengaduk magnet, dan alat alat gelas yang umum digunakan di Laboratorium kimia, seperti: pipet volumetrik, pipet ukur, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, elenmeyer, gelas ukur, dan lain lain.
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil pada ekosistem rawa di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, yaitu tanah pada tepi rawa yang berada ± 2 m dari tepi rawa dan tanah pada dasar rawa. Contoh tanah yang diperoleh kemudian dianalisis kondisi fisiknya (suhu, jenis tanah, warna tanah, dan pH). pH tanah diukur dengan mencampurkan 3,0 gram contoh tanah dengan 7,5 mL akuades (perbandingan 1 : 2,5). Sebelum diukur, tanah dan akuades diaduk dan partikel tanah dibiarkan mengendap. Bagian supernatan diukur pHnya menggunakan pH meter.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Amilolitik Asidofilik
Sapto Raharjo et al.
ISSN 2085 014X
kecepatan 8500 rpm selama 15 menit pada suhu 4
o
C (Aiyer, 2004). Supernatan yang diperoleh dimurnikan lebih lanjut melalui fraksinasi (NH
4
)
4
20, 40, 60 dan 80% (b/v) dan didiamkan selama semalam pada suhu 4
2 SO
al., 2005). Endapan yang diperoleh dari
o
o
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh isolat bakteri penghasil enzim amilase yang toleran terhadap pH asam dari sampel tanah ekosistem rawa Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai sebanyak tiga isolat. Tabel 1 menunjukkan kondisi sampel tanah yang diambil dari ekosistem
) + '(, ) Deskripsi Isolat Bakteri Amilolitik Asidofilik dari Ekosistem Rawa Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas α amilase diukur dengan mencampur 1 mL enzim α amilase dengan 2 mL substrat (amilosa dalam buffer pH 4) pada konsentrasi substrat yang bervariasi mulai 0,25 – 2 % (b/v) lalu diinkubasi selama 30 menit. Setelah inkubasi, aktivitas α amilase kemudian ditentukan untuk mengetahui konsentrasi substrat optimumnya.
Pengaruh Konsentrasi Substrat (Amilosa) terhadap Aktivitas α amilase
C. Setelah inkubasi, aktivitas α amilase kemudian ditentukan untuk mengetahui suhu optimumnya.
55
fraksinasi amonium sulfat didialisis dengan akuades selama 3 jam. Setelah itu didialisis lagi menggunakan buffer sitrat pH 4,0 selama 24 jam pada suhu 5
Pengaruh suhu terhadap aktivitas α amilase diukur dengan mencampur 1 mL enzim α amilase dengan 2 mL substrat (amilosa 1% dalam buffer pH 4) lalu diinkubasi selama 30 menit pada suhu yang bervariasi mulai 30
Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas α amilase
Kadar protein enzim ditentukan berdasarkan metode Biuret, dengan cara mencampur 1 mL enzim α amilase dengan 4 mL reagen Biuret dan didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. Standar protein yang digunakan ialah bovin serum albumin (BSA) pada kisaran konsentrasi 1– 10 mg/mL dengan selang 2 mg/mL (Aiyer, 2004).
Sebanyak 1 mL enzim α amilase dicampur dengan 2 mL substrat (amilosa 1%, b/v dalam buffer pH 4) lalu diinkubasi selama 30 menit. Inkubasi dihentikan dengan penambahan 2 mL DNS (1 g asam 3,5 asam dinitrosalisilat, 20 mL NaOH 2 N, dan 30 g Na K Tartrat dalam 100 mL) kemudian dikocok dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Selanjutnya didinginkan dalam air es dan ditambahkan akuades sampai volumenya menjadi 10 mL. Setelah itu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Blanko mendapat perlakuan yang sama dengan sampel, namun penambahan enzim dilakukan setelah campuran dipanaskan (Shaw et al., 1995). Satu unit aktivitas α amilase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang diperlukan untuk melepas 1 mol gula pereduksi/menit atau setara dengan 1 mol maltosa/menit (Aiyer, 2004). Penentuan kadar maltosa hasil hidrolisis didasarkan pada kurva larutan standar maltosa yang dibuat pada kisaran konsentrasi maltosa 0,1 – 1,0 mg/mL dengan selang 0,2 mg/mL.
C selanjutnya disentrifus (Fossi et
C dengan stirer (Safey dan Ammar, 2004).
o
Penentuan Aktivitas dan Kadar Protein Enzim
Indonesia Chimica Acta,
ISSN 2085 014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
rawa Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Tabel 1. Kondisi Sampel Tanah dari Ekosistem Rawa Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai – Sulawesi Tenggara Parameter Contoh Tanah
Tepi Rawa Dasar Rawa
o
Suhu (
C)
33
27 pH 6,4 6,0 Warna Tanah Coklat Tua Coklat Keabu abuan Jenis Tanah Gambut Gambut Jumlah Isolat Total
4
2 Jumlah Isolat Amilolitik
2
1 Keterangan: Pengambilan contoh tanah dilakukan pada Sabtu, 14 Juli 2007 pukul 11.35 11. 50 WITA Bakteri amilolitik asidofilik ini Gambar 1. Pembentukan Zona Bening pada diperoleh dengan menambahkan pati pada Salah Satu Koloni Bakteri media agar ber pH 4. Penambahan pati ke Terpilih. dalam media tumbuh diharapkan dapat menginduksi sel sel bakteri untuk
Adapun indeks amilolitik dari ketiga isolat memproduksi dan mensekresikan enzim yang diperoleh, ditunjukkan pada Tabel 2. enzim eksraselulernya, khususnya enzim α amilase.
Tabel 2. Indeks Amilolitik Isolat Bakteri Dari ketiga isolat bakteri amilolitik
Terpilih yang diperoleh, dipilih satu isolat dengan Indeks
Isolat Asal indeks amilolitik terbesar. Indeks amilolitik Amilolitik (IA) ini ditentukan berdasarkan pembentukan
TR 1 Tepi Rawa 0,44 zona bening di sekitar koloni bakteri. Zona DR 1 Dasar Rawa 0,33 bening ini terjadi karena enzim α amilase TR 2 Tepi Rawa 0,20 yang disekresikan oleh sel bakteri
Keterangan: TR 1 (Tepi Rawa 1), TR 2 menghidrolisis molekul pati disekitarnya (Tepi Rawa 2), dan DR 1 (Dasar Rawa 1). sehingga kompleks amilum iod dengan warna biru kehitaman (disebabkan oleh
Ketiga isolat bakteri dengan penambahan iodin ke dalam media) aktivitas amilolitik kemudian diidentifikasi berkurang/hilang. Gambar 1 menunjukkan lebih lanjut berdasarkan warna koloni, pembentukan zona bening dari salah satu permukaan koloni, tepian koloni, bentuk sel koloni bakteri terpilih. dan sifat Gramnya. Hasil identifikasi isolat bakteri ini diperlihatkan pada Tabel 3.
Berdasarkan pengamatan morfologi Koloni koloni, ketiga isolat bakteri tidaklah memiliki ciri yang sama. Isolat TR 1 yang merupakan isolat bakteri dengan indeks
Zona Bening amilolitik terbesar memiliki karakteristik bentuk koloni dengan permukaan cembung, tepian tidak rata, dan warna koloni kuning keruh. Isolat TR 1 ini merupakan sel
Sapto Raharjo et al.
ISSN 2085 014X
Tabel 3. Morfologi Isolat Bakteri Amilolitik Terpilih Isolat Bakteri
dalam mengendapkan protein enzim. Pengaruh konsentrasi (NH
4
)
2 SO
4
terhadap kadar protein serta aktivitas α amilase disajikan pada Gambar 2.
Warna Koloni Permukaan Koloni
2 SO
Tepian Koloni
Sifat Gram
Bentuk Sel
TR 1 Kuning keruh Cembung Tidak rata Negatif Batang DR 1 Kuning tua Cembung Rata Positif Batang TR 2 Putih Cembung Tidak rata Negatif Batang
bakteri berbentuk batang dengan sifat Gram negatif. Isolat TR 2 memiliki karakteristik yang hampir sama dengan isolat TR 1, yang membedakannya hanyalah koloni isolat TR
5
4
)
4,734 4,063 3.910
)
2 yang berwarna putih serta aktivitas amilolitik yang lebih rendah. Berbeda dengan bakteri yang berasal dari dasar rawa (Isolat DR 1) dengan koloni berwarna kuning tua, tepian rata, dan permukaan koloni cembung. Isolat DR 1 ini memiliki bentuk sel batang dengan sifat Gram positif. Identifikasi isolat sampai ketingkat spesies tidak dilakukan karena diperlukan pengujian lebih lanjut seperti sifat biokimiawi serta mikroskopisnya. Dari ketiga isolat bakteri amilolitik yang diperoleh, isolat bakteri TR 1 yang paling baik untuk memproduksi enzim α amilase karena memiliki indeks amilolitik terbesar.
Pemurnian dan Karakterisasi Enzim α
α α α
Amilase
Metode yang umum dilakukan dalam tahap awal pemurnian enzim adalah dengan menggunakan garam (salting out). Garam yang sering digunakan adalah amonium sulfat, (NH
4
2 SO
4
4
. Enzim α amilase diendapkan dengan penambahan (NH
4
)
2 SO
4
dengan variasi konsentrasi 20, 40, 60, dan 80% (b/v) untuk melihat konsentrasi optimum (NH
4.5
1 Aktivitas
Aktivitas α amilase
60
4
[Protein]
7
5 +
3 / #
1 .'
7
5 +
6 /*
1 2 - 3 /4 "561
80 ./ )
40
0.548 0.548 0.536 0.525 4.715
20
)
2 SO
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
4 Terhadap Kadar Protein dan
Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi (NH
Indonesia Chimica Acta,
ISSN 2085 014X
Pada Gambar 2 di atas, konsentrasi (NH
2 SO
4
Aktivitas α amilase terus meningkat dari konsentrasi substrat 0,25% hingga mencapai optimumnya pada konsentrasi substrat 1,25% dengan aktivitas 0,0152 U/mL. Di atas konsentrasi substrat 1,25%, tidak terjadi lagi peningkatan aktivitas enzim dikarenakan konsentrasi substrat yang telah jenuh.
Pengaruh konsentrasi substrat amilosa terhadap aktivitas enzim α amilase telah dilakukan pada rentang substrat 0,25 1,75% pada pH 4,0 dengan hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
2 SO
60% belum murni karena masih mengandung sisa sisa garam. Oleh karena itu, enzim dimurnikan dengan dialisis untuk menghilangkan kelebihan garam. Enzim α amilase yang diperoleh pada setiap tahap pemurnian ini diukur aktivitasnya menggunakan substrat amilosa 1% pada pH 4,0. Dari serangkaian proses pemurnian enzim ini, terjadi peningkatan kadar protein serta aktivitas enzim α amilase yang sangat signifikan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
4
)
Enzim α amilase yang diperoleh melalui ekstraksi dengan (NH
4
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
4
)
4
60% (b/v) telah mampu mengendapkan protein serta meningkatkan aktivitas enzim α amilase secara optimal. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Shaw et al (1995), Safey dan Ammar (2004), dan Fossi et al (2005), dimana konsentrasi (NH
4
)
60% telah optimal dalam mengendapkan serta meningkatkan aktivitas enzim α amilase.
2 SO
C sampai 55
0.5
Berdasarkan Tabel 4, ekstraksi dengan amonium sulfat menghasilkan aktivitas spesifik 0,146 U/mg enzim dan tingkat kemurnian 3,8 kali dari ekstrak enzim kasar yang hanya memiliki aktivitas spesifik 0,038 U/mg enzim. Setelah dialisis, aktivitas spesifik α amilase meningkat menjadi 0,255 U/mg enzim dengan tingkat kemurnian 6,7 kali dari ekstrak enzim kasar.
Aktivitas α amilase juga diuji pada suhu yang bervariasi dari 30
o
1
5 +
6 /*
2 . " 3 /41
1.5
1
0.01 0.012 0.014 0.016
Hal ini dilakukan untuk mencari suhu yang memberikan aktivitas optimum enzim α amilase pada pH 4,0 dengan konsentrasi substrat 1%. Hasil pengukuran pengaruh suhu terhadap aktivitas α amilase diberikan pada Gambar 4. Aktivitas enzim α amilase meningkat di atas suhu 30
0.004 0.006 0.008
0.0146
0.014
0.0123 0.0020.0048 0.0143 0.0146 0.0152
C akibat denaturasi enzim oleh panas.
o
C dengan aktivitas 0,071 U/mL. Aktivitas α amilase kemudian menurun di atas suhu 45
o
C dan mencapai optimumnya pada suhu 45
o
o C.
Sapto Raharjo et al.
ISSN 2085 014X
30
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
40
35
0.041 9%9:;
45
50
55 / $1
6 /*
5 +
7
1
0.01
0.05 0.052 0.064 0.048
Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas α amilase Gambar 4. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim α amilase
60% (b/v) aktivitas spesifiknya 0,146 U/mg enzim, dan setelah dialisis aktivitas spesifiknya menjadi 0,255 U/mg enzim.
( ,'*+
Isolat bakteri amilolitik asidofilik terdiri atas tiga isolat, yaitu isolat TR 1, TR 2, dan DR 1. Dari ketiga isolat ini, isolat TR 1 memiliki aktivitas amilolitik tertinggi. Isolat ini memiliki warna koloni kuning keruh, permukaan koloni cembung, bentuk tepian koloni tidak rata, bentuk selnya batang dan bersifat Gram negatif. Selain itu, isolat ini tahan dan mampu hidup pada lingkungan asam dengan pH 4,0.
Aktivitas α amilase mencapai optimumnya pada konsentrasi substrat amilosa 1,25% (b/v) dan suhu 45
o C.
Aktivitas spesifik α amilase mengalami peningkatan pada setiap tahap pemurnian. α amilase dalam bentuk ekstrak kasar memiliki aktivitas spesifik 0,038 U/mg enzim, setelah ekstraksi dengan (NH
4
)
4
8 '*
Rawa Aopa Watumohai, BKSDA Sulawesi Tenggara, Kendari.
Aiyer, P.V.D., 2004, Effect of C:N Ratio on
Alpha Amylase Production by Bacillus licheniformis SPT 27,
African J. of Biotechnology, Vol 3 (10) : 519 522. Apun, K., Jong, B.C., dan Salleh, M.A.
2000, Screening and Isolation of A
Cellulolytic and Amylolytic Bacillus from Sago Pith Waste, J. Gen. Appl.
Microbiol, Vol. 46: 263 267. Ballschmiter, M., Futterer, O., dan Liebl, W.
2006, Identification and
Characterization of a Novel Intracellular Alkaline α1Amylase from The Hyperthermophilic Bacterium Thermotoga maritima MSB8, Appl. and Env. Microbiol, Vol 72 (3) : 2206 2211.
2 SO
BKSDA Sultra. 2006, Taman Nasional
Indonesia Chimica Acta,
ISSN 2085 014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008 falvus var.columnaris, Ass. Univ.
Chung, Y.C., Kobayashi, T., Kanai, H., Bull. Environ. Res. Vol. 7 No. 1.
Akiba, T., dan Kudo, T. 1995,
Purification and Properties of Shaw, J.F., Lin, F.P., Chen, S.C., dan Chen, Extracellular Amylase from The H.C. 1995, Purification and Hyperthermophilic Archaeon Properties of an extracellular α1 Thermococcus profundus DT5432, amylase from Thermus sp., Bot.
Appl. Environ. Microbiol, Vol.
Bull. Acad. Sin, Vol. 36: 195–200. 61(4): 1502 1506.
Cordeiro, C.A.M., Martins, M.L.L., dan Luciano, A.B. 2002, Production and
Properties of α1Amylase from Thermophilic Bacillus sp., Braz. J.
Microbiol. Vol 33 (1). Ekunsaumi, T. 1990, Laboratory Production
and Assay of Amylase by Fungi and Bacteria, UW, Washington Country.
Fossi, B.T., Tavea, F., dan Ndjouenkeu, R.
2005, Production and Partial
Characterization of a Thermostable Amylase from Ascomycetes Yeast Strain Isolated from Starchy Soils,
African J. of Biotechnology, Vol. 4 (1): 14 18. Hagihara, H., Igarashi, K., Hayashi, Y.,
Endo, K., Ikawakitayama, K., Ozaki, K., Kawai, S., dan Ito, S. 2001,
Novel α1Amylase That Is Highly Resistant to Chelating Reagents and Chemical Oxidants from The Alkaliphilic Bacillus Isolate KSM1 K38, Applied and Environmental
Microbiology, Vol 67 (4) : 1744 1750. Reddy, N.S., Nimmagadda, A., dan Rao,
K.R.S.S. 2003, An Overview of The
Microbial α1Amylase Family,
African J. of Biotechnology. Vol 2 (12) : 645 648. Safey, E.M. dan Ammar, M.S. 2004,
Purification and Characterization of
α1amylase Isolated from Aspergillus