Analisis Ict Literacy Petani Kedelai Dan Pengembangan Kms Kedelai Menggunakan Konsep Arsitektur Informasi.

ANALISIS ICT LITERACY PETANI KEDELAI DAN
PENGEMBANGAN KMS KEDELAI MENGGUNAKAN
KONSEP ARSITEKTUR INFORMASI

HALIMAH TUS SA’DIAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis ICT Literacy
Petani Kedelai dan Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep
Arsitektur Informasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Halimah Tus Sa’diah
NIM G651130251

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

RINGKASAN
HALIMAH TUS SA’DIAH. Analisis ICT Literacy Petani Kedelai dan
Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep Arsitektur Informasi.
Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan DESTA WIRNAS.
Kedelai merupakan komoditas yang memiliki banyak manfaat namun para
petani belum mengusahakan kedelai secara intensif dengan cara budidaya yang
maju. Selain itu, para petani seringkali mengalami kesulitan dalam
membudidayakan kedelai, karena hanya sedikit petani yang mengetahui cara
mengatasi gulma, hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai. Petani
kedelai membutuhkan informasi mengenai kedelai, akan tetapi keberadaan

informasi tersebut masih tersebar dan belum terkelola dalam satu sistem. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu wadah untuk menampung dan mengakomodasi
pengetahuan secara khusus dalam satu sistem, yaitu Knowledge Management
System (KMS) Kedelai. Pengembangan KMS kedelai membutuhkan konsep
Arsitektur Informasi agar pengetahuan yang tersimpan dalam sistem terstruktur.
Selain itu, evaluasi ICT literacy perlu dilakukan sebelum pengembangan KMS,
agar tidak adanya perbedaan prefensi antara developer dan pengguna teknologi
yang akan menyebabkan kegagalan dalam difusi teknologi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur tingkat kebutuhan informasi petani kedelai, mengukur
ICT literacy petani kedelai dan membangun KMS kedelai menggunakan arsitektur
informasi.
Tahapan penelitian ini adalah evaluasi existing system, pembentukan tim,
analisis elemen AI (analisis pengguna, analisis konten, dan analisis konteks),
penangkapan pengetahuan, perancangan blueprint sistem, implementasi,
pengujian blackbox dan package sistem. Hasil penelitian menunjukan bahwa
petani kedelai membutuhkan informasi benih (98%), pupuk (90%), pengolahan
lahan dan kesesuaian lahan (91%), penanaman (92%), pengendalian OPT (86%),
panen (57%), penyiangan (46%) dan pascapanen (67%). Selain itu, hasil ICT
literacy petani kedelai menunjukkan bahwa telepon seluler (73%) merupakan tipe
ICT yang paling banyak digunakan oleh petani kedelai dibandingkan komputer

(13%) dan internet (7%). Kemampuan ICT petani kedelai terhadap kemampuan
telepon seluler (59%) lebih tinggi dibandingkan komputer (21%) dan internet
(18%). Penelitian ini telah berhasil mengembangkan KMS kedelai menggunakan
konsep AI dan telah berhasil di paket menggunakan Server2Go. Pengembangan
KMS diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada para
petani kedelai, penyuluh, pakar, peneliti dan masyarakat mengenai kedelai
sehingga dapat diterapkan dalam usaha kedelai. Selain itu, hasil evaluasi ICT
literacy petani kedelai diharapkan dapat menjadi panduan bagi para developer
website dalam mengembangkan situs pertanian sehingga perbedaan prefensi
antara developer dan pengguna tidak ada kesenjangan.
Kata kunci: arsitektur informasi, ICT literacy, kedelai, KMS, knowledge
management system

SUMMARY
HALIMAH TUS SA’DIAH. ICT Literacy Analysis of Soybean Farmers and
Development of soybean KMS using Information Architecture Concept.
Supervised by YANI NURHADRYANI and DESTA WIRNAS.
Soybean is a commodity that has many benefits, but farmers have not
intensively cultivated soybean in advanced cultivation method. In addition,
farmers often have difficulty cultivating soybeans, because only a few farmers

who know how to deal with weeds, pests and diseases that attack soybean plants.
Soybean farmers need information about soybean, but the existence of the
information still scattered and has not been managed in one system. Therefore, we
need a container to hold and accommodate knowledge especially in one system,
i.e., Knowledge Management System (KMS) Soybean. Development of soybean
KMS requires Information Architecture Concept that stored knowledge in
structured systems. Besides that, the evaluation of ICT literacy needs to be done
before the development of KMS. Therefore, there will be no difference of opinion
between developers and users of technology, which would cause a failure in the
diffusion of technology. This study aimed to measure the level of information of
soybean farmers needs, ICT literacy of soybean farmers measurement and build
soybean KMS using the concept of information architecture.
Stages of this study are evaluating the existing system, building a team,
information architecture of element analysis (user, content, and context analysis),
and the capture of knowledge, the design of the system blueprint, implementation,
blackbox testing and system packaging. The results showed that the need for seed
information for soybean farmers (98%), fertilizers (90%), land management and
land suitability (91%), planting (92%), pest control (86%), harvest (57%),
weeding (46%) and postharvest (67%). Also, the results of ICT literacy soybean
farmers showed that telephone celuler (73%) is the type most widely used ICT

compared to a computer (13%) and the internet (7%). ICT capability of soybean
farmers using telephone celuler is 59% that is higher than a computer (21%) and
internet (18%). This research has successfully developed a soybean KMS uses the
concept of information architecture and has succeeded in using Server2Go
package. KMS development is expected to provide information and knowledge to
soybean farmers, extension workers, experts, researchers and the public about the
applied of soybean in business. Also, the results of soybean farmers ICT literacy
evaluation are expected to be a guide for website developers in developing
agricultural sites so that there is no gap of difference perception between the
developer and the user.
Key words: ICT literacy, information architecture, KMS, knowledge management
system, soybean

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS ICT LITERACY PETANI KEDELAI DAN
PENGEMBANGAN KMS KEDELAI MENGGUNAKAN
KONSEP ARSITEKTUR INFORMASI

HALIMAH TUS SA’DIAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
Arsitektur Informasi, dengan judul Analisis ICT Literacy Petani Kedelai dan
Pengembangan KMS Kedelai menggunakan Konsep Arsitektur Informasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT
dan Ibu Dr. Desta Wirnas, SP. MSi atas ilmu, dan bimbingannya. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si dan Fitrah
Satrya Fajar Kusumah yang telah banyak memberi saran dalam pengembangan
KMS Kedelai. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, Msc.Agr beserta Tim Penelitian Institusi Kedelai
IPB, para petani kedelai di Lampung Timur yang telah membantu selama
pengumpulan data serta Dr. Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSc sebagai penguji
tugas akhir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah (Drs Safwan Abdulah), Ibu
(Yayah Rukoyah (Alm), Siti Aminah) yang telah menjadi inspirasi hidup, sumber
kekuatan, motivasi dan doa. Terima Kasih kepada kakak (Siti Maryam Fadhilah

Palestina, Hubbalillah Khomeini, Benazir Fatimah Zuhra), Adik (Khalidah,
Sahila, Abdullah Baihaqi) serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan
kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga untuk teman-teman satu bimbingan
lab SEIS (Husnul Khotimah dan Riva Aktivia) yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas akhir. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Puspa
Eosina, Ibu Tjut Awaliyah, Bayu Nuzulla, Pak Punki Prayughi, Ibu Yudith netty
selfiana, Indah Puji Astuti dan Vina nur febriani atas nasehat dan dukungannya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh dosen Ilmu Komputer atas
ilmu dan bimbingannya semoga menjadi ilmu yang berkah. Penulis ucapkan juga
terima kasih kepada teman-teman komputer angkatan 2013, Dinas Pendidikan
Perguruan Tinggi (DIKTI) atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam
Negeri (BPPDN) dan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)
2014 DIKTI atas dana untuk penyelesain penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Halimah Tus Sa’diah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Terkait

1
1
2
2
3
3

2 METODE PENELITIAN
Evaluasi Existing System
Pembentukan tim KMS
Analisis Elemen AI
Knowledge Capture
Design KMS Blueprint
Implementasi

Pengujian Blackbox
Package Sistem

3
4
4
5
6
7
7
7
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi SI di Indonesia dan Luar Negeri
Pembentukan Tim KMS
Analisis Elemen AI
Design KMS Kedelai Blueprint
Implementasi KMS Kedelai
Pengujian blackbox pada KMS Kedelai
Package Sistem KMS Kedelai

7
7
8
8
16
22
29
29

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

30
30
31

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

99

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Stakeholder KMS kedelai beserta tanggung jawabnya................................ 5
Deskripsi elemen ICT literacy (ETS 2006) ................................................. 5
Karakteristik petani kedelai ......................................................................... 9
Hasil pembobotan ICT literacy ................................................................. 10
Hasil pengetahuan tacit dan explicit .......... Error! Bookmark not defined.
Perancangan antarmuka berdasarkan AI ................................................... 16
Submenu pada menu utama SIPEKSOY (Atmoko 2014) ......................... 20
Hasil pengorganisasian fitur, blok, dan fungsi KMS kedelai .................... 20

DAFTAR GAMBAR
1 Tahapan penelitian ........................................................................................ 4
2 Pelaksanaan evaluasi pengguna (Evaluasi kebutuhan informasi, ICT
literacy, penggunaan sumber informasi) di Lampung Timur ....................... 6
3 Tingkat kebutuhan informasi petani kedelai ................................................. 9
4 Penggunaan ICT oleh petani ....................................................................... 10
5 ICT Proficiency........................................................................................... 12
6 Intensitas petani dalam pengiriman SMS ................................................... 13
7 Intensitas pengaksesan sumber informasi oleh petani kedelai.................... 13
8 Format teks insert frame (Drupal 2014) ..................................................... 14
9 Blueprint AI pada pengembangan KMS kedelai ........................................ 17
10 Perancangan antarmuka beranda ............................................................... 18
11 Rancangan menu teknologi budidaya ........................................................ 19
12 Rancangan teknologi budidaya .................................................................. 19
13 Labeling menu ........................................................................................... 21
14 Navigasi pada KMS kedelai ...................................................................... 21
15 Pencarian khusus teknologi produksi ........................................................ 22
16 Teknologi produksi agroekologi khusus .................................................... 22
17 Antarmuka beranda .................................................................................... 23
18 Antarmuka stadia pertumbuhan tanaman .................................................. 24
19 Menu teknologi produksi kedelai .............................................................. 24
20 Antarmuka budidaya kedelai ..................................................................... 25
21 Antarmuka identifikasi hama (Yuniar 2013; Puspita 2015) ...................... 25
22 Antarmuka jenis gulma .............................................................................. 26
23 Antarmuka metode pengendalian gulma ................................................... 26
24 Antarmuka teknik pengolahan tauco ......................................................... 27
25 Menu manajemen situs .............................................................................. 27
26 Antarmuka manajemen budidaya .............................................................. 28
27 Antarmuka CRUD budidaya ...................................................................... 28
28 Konfigurasi file pms_confige.ini pada server2go ...................................... 29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kategori KMS menurut Pinto (2012) ........................................................... 36
Antarmuka SIPEKSOY (Wahyu 2014) ........................................................ 37
Kuesioner kebutuhan dan ICT literacy petani kedelai ................................. 38
Existing System pertanian (Informasi kedelai) di Indonesia dan Luar
Negeri .......................................................................................................... 45
5 Tim Pengembangan KMS kedelai ................................................................ 46
6 Evaluasi kebutuhan informasi kedelai .......................................................... 47
7 Data evaluasi ICT literacy petani kedelai .................................................... 48
8 Intensitas penggunaan SI oleh petani kedelai .............................................. 50
9 Referensi analisis konteks kedelai yang dikembangkan pada KMS
Kedelai ......................................................................................................... 51
10 Kodifikasi pengetahuan kedelai menggunakan decision tree ..................... 52
11 Pengetahuan explicit KMS kedelai.............................................................. 53
12 Tabel pengetahuan untuk pencarian khusus teknologi produksi ................. 72
13 Antarmuka KMS kedelai Front end ............................................................ 88
14 Antarmuka KMS kedelai back end ............................................................. 94
15 Matriks kerunutan kebutuhan fungsionalitas sistem ................................... 96

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas pangan terpenting setelah padi
dan jagung (Supadi 2010). Kedelai juga merupakan komoditas palawija yang
dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan, bahan baku industri dan bahan pakan
(Supadi 2010). Kedelai memiliki banyak manfaat namun para petani belum
mengusahakan kedelai secara intensif dengan cara budidaya yang maju (Suyamto
dan Widiarta 2010). Selain itu, para petani seringkali mengalami kesulitan dalam
membudidayakan kedelai, karena hanya sedikit petani yang mengetahui cara
mengatasi gulma, hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai (Pratama
et al. 2013). Informasi mengenai cara budidaya kedelai, cara mengatasi organisme
peganggu tanaman (OPT) kedelai dan cara pascapanen sangat dibutuhkan oleh
petani kedelai (Sadiah et al. 2015).
Informasi mengenai kedelai sudah banyak tersedia baik pada media fisik
(buku, hasil penelitian) maupun media digital, akan tetapi keberadaan informasi
mengenai kedelai masih tersebar dan belum terkelola dalam satu sistem. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu wadah untuk menampung dan mengakomodasi
informasi dan pengetahuan secara khusus dalam satu sistem, yaitu Knowledge
Management System (KMS). KMS adalah sistem yang berfungsi untuk
menciptakan, menyimpan, mengelola dan menyebarluaskan pengetahuan yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan (Laudon dan Laudon 2012).
KMS sangat penting karena pengetahuan dapat terpelihara di dalam sistem
dan pengetahuan dapat tersebar luas. Selain itu, pengetahuan dapat diakses oleh
semua orang dimanapun dan kapanpun. KMS memiliki banyak kategori, yaitu
Sistem Manajemen Dokumen (repositori pengetahuan), Peta Pengetahuan, Sistem
Kolaborasi (groupware), Sistem Workflow, Business Intelligence dan Data Mining
Tools, Expert Systems, Competence Management, Sistem E-learning, Sistem
Help-desk, Corporative Portals, dan web 2.0 (Lampiran 1). KMS tersebut
dikategorikan berdasarkan addressed issues, kemampuan dan fungsionalitas
(Pinto 2012). Penelitian ini akan mengembangkan KMS dengan kategori
Document Management System, yaitu KMS kedelai. KMS kategori ini sangat
penting dikembangkan karena KMS dapat menjadi alat yang berguna untuk
mengelola pengetahuan yang ada dalam bentuk digital (Peng et al. 2013).
Pengembangan KMS yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu KMS dengan
konteks hama kedelai (Yuniar 2013).
Pengembangan KMS kedelai membutuhkan konsep Arsitektur Informasi
(AI). AI merupakan design struktural dari suatu web yang terdiri dari kombinasi
organisasi, pelabelan, pencarian dan sistem navigasi yang membentuk produk
informasi untuk mendukung pencarian informasi dan usability (Morville dan
Rosenfeld 2007). Usability merupakan suatu atribut kualitas yang menilai
bagaimana antarmuka pengguna mudah untuk digunakan (Nielsen 1993).
AI sangat dibutuhkan dalam pengembangan sistem agar pengetahuan yang
tersimpan dalam sistem dapat teroganisasi. Selain itu, AI dapat mengurangi biaya
pemeliharaan sistem dan design sistem yang tidak terstruktur seperti design
antarmuka yang tidak mendukung usability, penempatan konten yang tidak
terorganisasi (Morville dan Rosenfeld 2007). Menurut Spencer (2010), AI dapat

2

mengurangi kegagalan dalam pencarian informasi. Oleh karena itu, konsep AI
diperlukan untuk pengembangan KMS yang usable.
KMS merupakan salah satu ICT (Information and Communication
Technology) yang dapat dikembangkan di sektor pertanian. Menurut Taragola et
al. (2009), ada beberapa hambatan dalam pengapdosian ICT di sektor pertanian,
yaitu keterbatasan kemampuan, kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran
akan manfaat ICT, dan ketersediaan software. Adapun salah satu cara untuk
mengetahui hambatan dalam pengadopsian ICT di sektor pertanian, yaitu evaluasi
ICT literacy.
ICT literacy, yaitu kemampuan menggunakan teknologi digital, atau alatalat komunikasi, untuk access, manage, integrate, evaluate, dan create informasi
untuk dapat berpatisipasi dalam masyarakat (ETS 2006; Gebhardt et al. 2012).
Evaluasi ICT literacy dilakukan untuk mengukur kemampuan pengguna dalam
menggunakan telepon seluler, komputer dan internet (ETS 2006). Evaluasi ICT
perlu dilakukan sebelum pengembangan KMS, agar tidak adanya perbedaan
prefensi antara pengembang dan pengguna teknologi yang akan menyebabkan
kegagalan dalam difusi teknologi (Lakitan 2009).
Penelitian ini akan mengukur kebutuhan informasi serta ICT literacy petani
kedelai dan mengembangkan KMS kedelai menggunakan pendekatan AI oleh
Morville dan Rosenfeld (2007). KMS kedelai yang akan dikembangkan
merupakan pengembangan dari sistem informasi (SI) dan pendidikan kedelai
(SIPEKSOY) yang telah dibangun oleh Atmoko (2014). SIPEKSOY merupakan
framework SI kedelai (Atmoko 2014) (Lampiran 2).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengukur tingkat kebutuhan informasi petani kedelai terhadap informasi
teknologi produksi melalui evaluasi kuesioner.
2. Mengukur ICT literacy petani kedelai melalui evaluasi kuesioner.
3. Membangun KMS kedelai menggunakan konsep AI (Rosenfeld dan
Morville 2007).
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah :
1. Evaluasi ICT literacy petani kedelai diharapkan dapat menjadi panduan bagi
para developer website dalam mengembangkan situs pertanian sehingga
perbedaan prefensi antara developer dan pengguna tidak ada kesenjangan.
2. Pembangunan KMS kedelai diharapkan dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan khususnya bagi peneliti, para penyuluh, petani kedelai dan
masyarakat yang membutuhkan pengetahuan mengenai kedelai, teknologi
produksi kedelai dan teknologi pengolahan hasil.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Beberapa ruang lingkup yang digunakan pada penelitian ini diantaranya :
1. Penyebaran kuesioner untuk petani kedelai hanya dilakukan di wilayah
Kecamatan Braja Selabah, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
pada tanggal 6 dan 7 September 2014 dengan responden sebanyak 30 orang.
2. Kuesioner ICT literacy dan ketentuan ICT bersumber pada framework ICT
literacy (ETS 2006).
3. Perancangan AI didasarkan pada pendekatan Rosenfeld dan Morville (2007)
Penelitian Terkait
Penelitian terkait dengan pengembangan KMS, yaitu:
Penelitian Atmoko (2014) bertujuan untuk membangun sebuah platform
untuk Sistem Informasi dan Pendidikan Kedelai (SIPEKSOY). Proses
pengembangan sistem menggunakan website’s lifecycle yang dipadukan dengan
pengembangan sistem secara incremental model untuk mendukung
pengembangan sistem secara modular. Sistem ini akan dijadikan platform dalam
pengembangan KMS.
Penelitian Nurhadryani et. al (2013) bertujuan untuk menguji usability
aplikasi M-Breakfast Nutrition. Pengukuran ICT literacy siswa SD dilakukan
sebelum pengujian. Pembobotan dalam kuesioner pada penelitian ini akan
digunakan pada analisis evaluasi ICT literacy petani kedelai.
Paper yang ditulis Yuan et al (2009) merupakan gambaran tentang
bagaimana tepatnya sebuah metodologi arsitektur informasi dalam
mengorganisasi konten informasi portal Tsinghua sehingga dapat menjadi
panduan atau gambaran dalam merancang AI pada pengembangan KMS.
Penelitian Yuniar (2013) dan Puspita (2015) telah mengembangkan KMS
hama kedelai. Pengetahuan hama kedelai yang telah dikodifikasikan akan
diimplementasikan pada pengembangan KMS kedelai. Penelitian Bestary (2014)
telah mengembangkan SI Visualisasi Silsilah Varietas Kedelai. Sistem ini akan
diintegrasikan dengan KMS kedelai.

2 METODE PENELITIAN
Pengembangan KMS menggunakan pendekatan model Knowledge
Management System Life Cycle (KMSLC) (Elias dan Hasan 2004) dan Arsitektur
Informasi (Morville dan Rosenfeld 2007). Tahapan KMSLC pada penelitian ini
adalah evaluasi existing system, pembentukan tim, penangkapan pengetahuan,
perancangan blueprint sistem, implementasi, pengujian balckbox dan package
sistem. Pada tahapan penelitian (Gambar 1), KMSLC didasari dengan AI, yaitu
analisis elemen AI (pengguna, konten dan konteks) (Morville dan Rosenfeld
2007; Yuan et al. 2009; Spencer 2010) dan design antarmuka yang disesuaikan
dengan pembentuk AI meliputi organisasi, pelabelan, pencarian dan sistem
navigasi (Morville dan Rosenfeld 2007).

4

Evaluasi existing system

Pembentukan tim KMS
Analisis Elemen AI
 Analisis Pengguna (Analisis kebutuhan informasi, Analisis
ICT literacy, Analisis penggunaan sumber informasi )
 Analisis Konten
 Analisis Konteks

Knowledge Capture
Design KMS blueprint
Implementasi
Pengujian Blackbox
Package Sistem
Gambar 1 Tahapan penelitian

Evaluasi Existing System
Evaluasi existing system, yaitu evaluasi SI kedelai yang ada di Indonesia
dan negeri lainnya. Evaluasi yang dilakukan berupa daftar menu atau modulmodul atau fungsi yang ada pada SI tersebut. Evaluasi sistem dilakukan dengan
pencarian SI kedelai atau pertanian di search engine Google.
Pembentukan tim KMS
Pembentukan tim pengembangan KMS dibentuk berdasarkan identifikasi
stakeholder kedelai, yang terdiri atas pakar kedelai, petani kedelai, sistem analis dan
programmer. Struktur tim dibentuk beserta tugas, tanggung jawab dan
karakteristik yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan KMS. Tabel 1
menunjukan stakeholder kedelai disertai tanggung jawabnya.

5

Tabel 1 Stakeholder KMS kedelai beserta tanggung jawabnya
Stakeholder
Pakar kedelai
Petani kedelai
Sistem analis
Programmer

Tanggung jawab
Memberikan pengetahuan tacit dan explicit tentang kedelai
serta sebagai validator pengetahuan yang telah ditangkap
Salah satu pengguna KMS kedelai yang dievaluasi kebutuhan
informasi
Menggunakan analisis dan teknik design untuk memecahkan
masalah bisnis menggunakan teknologi informasi
Mengimplementasikan seluruh pengetahuan pakar ke dalam
sebuah aplikasi
Analisis Elemen AI

Analisis Pengguna (Analisis kebutuhan informasi, Analisis ICT Literacy,
Analisis penggunaan sumber informasi )
Analisis pengguna pada AI harus menjawab salah satu dari pertanyaan
mengenai informasi yang dibutuhkan pengguna dan kemampuan ICT. Pada tahap
analisis pengguna akan dilakukan evaluasi dengan penyebaran kuesioner
mengenai tingkat kebutuhan informasi budidaya kedelai, ICT literacy dan
penggunaan sumber informasi. Evaluasi pengguna terdiri atas beberapa tahap,
yaitu: perancangan kuesioner, pengumpulan data dan analisis data.
Pertanyaan kuesioner (Lampiran 3) terdiri atas: karakteristik petani, ICT
(telepon seluler, komputer dan internet), ICT literacy (telepon seluler, komputer
dan internet) dan penggunaan sumber informasi. Pengukuran ICT literacy
digunakan 5 variabel (Tabel 2), yaitu access, manage, integrate, evaluate dan
create.
Tabel 2 Deskripsi elemen ICT literacy (ETS 2006)
Elemen ICT
literacy
Access
Manage
Evaluate
Integrate
Create

Deskripsi
Mengkoleksi dan retrieve informasi
Mengelola skema, mengatur atau format teks atau gambar
Penilaian mengenai kualitas suatu gambar
Interpreting atau repsentasi informasi
Adapting, applying, designing, inventing, atau authoring
information

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 6 September 2014 di Kecamatan
Braja Selabah (Lampung Timur) (Gambar 2). Data yang dikumpulkan adalah data
primer, yaitu penyebaran kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Sample diambil
dengan menggunakan teknik convenience sampling (Sugiarto 2010). Reponden
yang diamati sebanyak 30 orang karena menurut Guilford dan Fruchter (1981),
ukuran sampel minimal 30 responden sudah memenuhi syarat perhitungan
statistik yang baik dengan penyebaran skor yang mendekati kurva normal.

6

Data yang telah terkumpul diolah melalui tabulasi dan direpsentasikan ke
dalam biner (0-1). Pertanyaan dengan jawaban ‘ya’, akan diberi nilai 1 dan
jawaban ‘tidak’ akan diberi nilai nol sedangkan untuk pertanyaan dengan skala
likert, diberi bobot berdasarkan tingkat kebutuhan atau kepentingan.

Gambar 2 Pelaksanaan evaluasi pengguna (Evaluasi kebutuhan informasi, ICT
literacy, penggunaan sumber informasi) di Lampung Timur (6
September 2014)
Analisis Konten
Analisis konten merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam
pengembangan sistem menggunakan konsep AI (Morville dan Rosenfeld 2007;
Spencer 2010). Analisis yang dilakukan meliputi analisis tipe dan format konten.
Analisis konten dilakukan dengan cara mengidentifikasi konten yang telah ada di
SIPEKSOY dan yang diperlukan pengguna dalam pengembangan KMS Kedelai.
Analisis Konteks
Analisis konteks meliputi analisis bisnis inti yang akan dikembangkan pada
pengembangan KMS Kedelai. Selain itu, analisis konteks juga dapat berupa tipe
sistem yang akan dikembangkan. Tipe sistem dapat berupa website, aplikasi
mobile atau desktop.
Knowledge Capture
Penangkapan pengetahuan dilakukan dengan cara menangkap pengetahuan
berupa tacit dan pengetahuan berupa explicit. Pengetahuan tacit merupakan
pengetahuan yang masih tersimpan di dalam pikiran manusia, sedangkan
pengetahuan explicit merupakan pengetahuan yang telah terdokumentasi (Elias
dan Hasan 2004). Pengetahuan tacit dikumpulkan dengan cara wawancara atau
diskusi dengan pakar, sedangkan pengetahuan explicit diperoleh dari buku-buku,
dan hasil penelitian.

7

Design KMS Blueprint
Design KMS blueprint, berupa blueprint AI dan design antarmuka KMS.
Blueprint AI dirancang dengan pendekatan top down yaitu arsitektur informasi
yang disusun secara hirarki. Pendekatan top-down membantu dalam
mengidentifikasi bagian yang hilang (missing pieces) yang dibutuhkan untuk
melengkapi submenu atau kategori (Brinck et al. 2002). Adapun design
antarmuka KMS disesuaikan dengan konsep AI yang meliputi organisasi,
pelabelan, pencarian dan sistem navigasi (Morville dan Rosenfeld 2007).
Implementasi
Pengembangan KMS dilakukan pada lingkungan sistem operasi Microsoft®
Windows 8.1 Intel core i3. Pengetahuan yang telah dikodifikasi
diimplementasikan pada SIPEKSOY. Adapun pengembangan KMS menggunakan
bahasa pemrograman PHP-MYSQL prosedural yang diintegrasikan ke dalam
CMS Drupal (SIPEKSOY).
Pengujian Blackbox
Pengujian yang dilakukan berupa pengujian blackbox. Pengujian balckbox
adalah pengujian yang dilakukan pada fungsionalitas sistem. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk memastikan fungsi-fungsi pada sistem berjalan
sebagaimana mestinya.
Package Sistem
Package sistem dilakukan untuk memudahkan distribusi KMS Kedelai.
Selain itu, package sistem dilakukan dengan tujuan untuk pengujian sistem.
Package sistem dilakukan menggunakan aplikasi server2go. Server2go
merupakan aplikasi portable WAMP stack (Windows-Apache-MYSQL-PHP)
yang dapat jalan tanpa proses installasi serta sistem mampu dijalankan dalam CD,
flashdisk (www.server2go-web.de).

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi SI di Indonesia dan Luar Negeri
Hasil observasi beberapa SI pertanian yang memuat informasi kedelai yang
ada di Indonesia dan Luar Negeri disajikan pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil
evaluasi (Lampiran 4), SI yang ada di Indonesia masih bersifat umum, belum ada
SI khusus untuk satu komoditas misalnya kedelai yang menyajikan informasi
lengkap mulai dari teknologi produksi sampai dengan teknologi pengolahan hasil.
Adapun SI yang terdapat di luar negeri sudah fokus dalam satu komoditas,
misalnya kedelai. Beberapa situs tersebut adalah “Pioneer”,“Feedipedia, forages

8

of florida, canadian soybean council”, “molecular genetics & soybean genomics
laboratory” (Lampiran 4).
Pembentukan Tim KMS
Tim KMS yang terbentuk terdiri dari 8 orang yang terdiri dari 1 orang
pakar, 2 orang analyst sebagai project manager, 2 orang analyst sebagai system
developer dan 3 orang programmer. Pakar merupakan sesorang yang ahli dalam
bidang tertentu (Elias dan Hasan 2004). Sistem analyst merupakan seorang
profesional bisnis yang menggunakan analisis dan teknik desain untuk
memecahkan masalah bisnis menggunakan informasi teknologi (Satzinger et al.
2010). Sistem analyst dapat berperan sebagai project manager dapat juga
berperan sebagai system developer (Satzinger et al. 2010). Lampiran 5
mendeskripsikan anggota tim KMS disertai peran dan tanggungjawabnya.
Analisis Elemen AI
Analisis Pengguna
Analisis Karakteristik Petani Kedelai
Karakteristik petani ditunjukkan pada Tabel 3. Umur petani dihitung sejak
lahir sampai ulang tahun terdekat. Berdasarkan Tabel 3, rata-rata umur petani
adalah 42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani yang diamati
berumur cukup tua. Karakteristik petani berdasarkan pengalaman berusahatani
merupakan lamanya petani telah melakukan kegiatan usahatani. Menurut Fitriah
(2007), pengalaman berusaha tani memiliki peranan yang sangat penting bagi
seseorang petani dalam mengembangkan usahataninya, dan menerima serta
menerapkan teknologi yang baru (Fitriah 2007). Berdasarkan Tabel 3, 66% telah
berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas
karakteristik petani dapat menerima serta menerapkan teknologi yang baru.
Pendidikan formal, yaitu pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh petani.
Menurut Prabayanti (2010), seseorang yang berpendidikan akan relatif lebih cepat
melaksanakan adopsi inovasi. Berdasarkan Tabel 3, 50% petani telah
berpendidikan SMA. Hal ini menunjukan bahwa para petani sudah dapat
melaksanakan adopsi atau inovasi, salah satunya adalah penerapan ICT.
Analisis Kebutuhan Informasi Kedelai
Hasil evaluasi kuesioner kebutuhan pengguna dilampirkan pada Lampiran 6.
Evaluasi kebutuhan pengguna sangat diperlukan dalam arsitektur informasi
(Spencer 2010, Rosenfeld dan Morville 2007). Berdasarkan hasil evaluasi
kuesioner dengan karakteristik petani (Tabel 3) menunjukkan bahwa kebutuhan
informasi akan benih, pupuk, pengolahan lahan dan kesesuaian lahan sangatlah
tinggi diatas 90% dibandingkan dengan informasi pemeliharaan tanaman, panen,

9

penyiangan dan pascapanen (Gambar 3). Informasi tersebut sangat dibutuhkan
karena cara penanganan teknologi budidaya kedelai berbeda pada jenis lahan,
jenis tanah maupun kadar asam. Sedangkan informasi panen dan penyiangan
kurang dibutuhkan karena cara dan waktu panen kedelai sama untuk semua
teknologi budidaya semua jenis lahan atau jenis tanah.
Tabel 3 Karakteristik petani kedelai
Umur
Pengalaman
Bertani
30 dan 40 dan 50 thn
20%
15-20 thn 10%
> 20 thn
33%

Pendidikan
Formal
S1
3%
D3
3%
SMA
50%
SMP
27%
SD
17%

Informasi pascapanen cukup dibutuhkan karena penanganan pascapanen
yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya susut bobot dan kerusakan biji
(Surahman et al. 2014). Informasi mengenai pengendalian OPT kedelai seperti
Informasi gulma dan teknik penanganannya, gejala dan teknologi pengendalian
hama atau penyakit dibutuhkan petani (Gambar 3). Informasi pengendalian OPT
kedelai dibutuhkan petani karena salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai
adalah karena kurang pengetahuannya petani terhadap penyakit dan cara
pengendaliannya (Pratama et al. 2013).

Gambar 3 Tingkat kebutuhan informasi petani kedelai
Analisis ICT Literacy Petani Kedelai
Ditinjau dari penggunaan ICT, telepon seluler merupakan tipe ICT yang
paling banyak digunakan oleh petani kedelai dibandingkan komputer dan internet
(Gambar 4). Menurut Sumardjo et al. (2011), rendahnya akses dan kepemilikan
komputer atau media komunikasi berbasis internet disebabkan oleh masih relatif
barunya media tersebut dan para petani menganggap media tersebut sebagai

10

barang yang mahal, kondisi internet tidak mudah dijangkau dan penggunaannya
relatif sulit. Selain itu, penggunaan komputer dan internet memerlukan
pelatihan khusus (Mulyandari 2011).
Menurut Rosenfeld dan Morville (2007) dalam analisis pengguna pada
arsitektur informasi harus menjawab salah satu dari pertanyaan Do you know
who’s using your web site? Do you know how they’re using it?. Pengukuran ICT
literacy diukur dengan menguji pengetahuan responden dengan pertanyaan berupa
kuesioner yang mewakili masing-masing elemen ICT literacy (Lampiran 3). Hasil
pembobotan ICT literacy dilampirkan pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil
pembobotan pada kontribusi pertanyaan (Qi) maka dapat diketahui kemampuan
ICT literacy petani kedelai terhadap elemen ICT: access, manage, integrate,
evaluate dan create dengan melihat rata-rata persentase dari setiap elemen
terhadap nilai kontribusi pertanyaan (Tabel 4).

Telepon
Seluler

Gambar 4 Penggunaan ICT oleh petani
Tabel 4 Hasil pembobotan ICT literacy
Tipe
ICT

Elemen
ICT
literacy

Telepon Seluler

Akses

Manage

Evaluate

Integrate

Elemen
Qi
ICT
(%)
(%)

Keterangan
Membuka pesan di
telepon seluler
Memutar musik atau
video di telepon seluler
Mengatur nada dering
di telepon seluler
Mengubah tampilan
layar di telepon seluler
Membandingkan
gambar telepon seluler
yang mempunyai
resolusi berbeda
Mengambil gambar
dengan kamera telepon
seluler
Mengirim MMS

22

0.73

73
67

18

0.6

60

17

0.57

57
52

14

0.47

47

22

0.73

73

19

0.63

63

6

0.2

20

73

42

11
Tabel 4 Hasil pembobotan ICT literacy (Lanjutan)
Tipe
ICT

Elemen
ICT
literacy

Create

Akses

Manage

Evaluate

Komputer

Integrate

Create

Akses

Internet

Manage

Evaluate

Integrate

Create

Elemen
Qi
ICT
(%)
(%)

Keterangan
dengan telepon seluler
Membuat SMS
Membuat kontak baru
di telepon seluler
Membuka mirosoft
office
Menutup mirosoft
office
Copy- Paste teks atau
gambar
Membuka folder
Membandingkan
gambar komputer yang
mempunyai resolusi
berbeda
Insert gambar ke
microsoft word
Insert suara ke
microsoft power point
Edit foto di komputer
Membuat slide di
powerpoint
Membuka Situs
Mencari informasi di
Internet
Copy-paste gambar di
Internet
Menyimpan file dari
internet
Membandingkan
gambar Internet yang
mempunyai resolusi
berbeda
Upload foto di
facebook
Attach file di internet
Membuat akun email
Posting di jejaring
sosial seperti facebook

20

0.67

67

18

0.6

60

4

0.13

13

64

13
4

0.13

13

4

0.13

13

4

0.13

13

22

0.73

73

2

0.07

7

1

0.03

3

1

0.03

3

1

0.03

3

2

0.07

7

2

0.07

7

1

0.03

3

13

73

5

3

7

3
1

0.03

3

22

0.73

73

1

0.03

3

0
1

0
0.03

0
3

1

0.03

3

73

1.5

3

Berdasarkan Tabel 4, para petani memiliki kemampuan acsess, manage,
integrate dan create yang tertinggi pada telepon seluler dibandingkan komputer
dan internet. Hal ini dikarenakan telepon seluler merupakan media komunikasi

12

yang sudah biasa petani manfaatkan karena mudah penggunaannya (Sumardjo et
al. 2011). Berdasarkan semua elemen ICT pada telepon seluler, petani memiliki
kemampuan yang paling rendah dari kemampuan integrate (Tabel 4). Hal ini
dikarenakan masih banyak petani yang belum dapat mengirim MMS dengan
telepon seluler (Tabel 4).
Kemampuan petani pada komputer dan internet masih cukup rendah, hal ini
dapat dilihat dari keempat elemen ICT, yaitu access, manage, integrate dan create
hanya memiliki kontribusi pertanyaan dibawah 10% (Tabel 4). Dari keempat
elemen tersebut, petani memiliki kemampuan terendah pada elemen create pada
penggunaan komputer (Tabel 4). Hal ini dikarenakan para petani belum dapat
mengedit foto di komputer dan membuat slide pada microsoft powerpoint (Tabel
4). Adapun untuk penggunaan internet, petani memiliki kemampuan terendah
pada elemen integrate (Tabel 4), yaitu para petani tidak ada yang memiliki
kemampuan attach file di email.
ICT Proficiency, yaitu kemampuan ICT dari kelima elemen (akses, manage,
evaluate, integrate dan create). Telepon seluler merupakan tipe ICT yang paling
tinggi dari ketiga tipe ICT, yaitu 59% (Gambar 5). Hal ini menunjukan bahwa
para petani sudah cukup memiliki kemampuan dalam mengakses, mengelola,
mengevaluasi, mengintegrasi dan mengoperasikan telepon seluler. Berdasarkan
hasil tersebut, telepon seluler menjadi tool yang tepat untuk penerapan ICT di
sektor pertanian. Para developer dibidang ICT pada sektor pertanian dapat
mengembangkan SI dalam memenuhi kebutuhan informasi dengan menggunakan
telepon seluler sebagai tool utamanya. Menurut Bhavnani et al. (2008), ponsel
dapat berfungsi sebagai pengganti transportasi dan memungkinkan petani untuk
mengakses informasi penting secara tepat waktu dan biaya yang efektif (Bhavnani
et al. 2008). Selain itu, dengan telepon seluler petani dapat meningkatkan akses
untuk private information mengenai teknologi pertanian, sehingga berpotensi
dalam farmers’ learning (Aker 2010).

Telepon
Seluler
Gambar 5 ICT Proficiency
Aplikasi yang dapat dikembangkan oleh developer dengan menjadikan
telepon seluler sebagai tool utama salah satunya adalah aplikasi SMS Gateway.
Hal ini dikarenakan dari 73% petani yang telah menggunakan telepon seluler
(Gambar 4), 95% dari petani tersebut pernah mengirim SMS (Gambar 6). ICT
berbasis aplikasi mobile belum dapat diterapkan kepada petani, karena banyak
petani yang belum menggunakan smartphone. Aplikasi komputer dan internet
seperti SI berbasis website juga belum dapat diterapkan pada petani. Hal ini
dikarenakan ICT proficiency komputer dan internet masih cukup rendah (Gambar
5) dan infrastruktur belum memadai (Sumardjo et al. 2011).

13

Berdasarkan hasil evaluasi tingkat intensitas penggunaan sumber informasi
oleh petani kedelai (Lampiran 8), separuh responden yang diamati lebih sering
mencari informasi ke teman atau petani kedelai (Gambar 7). Hal ini menunjukan
bahwa petani kedelai masih menggunakan sifat komunikasi bersifat interpersonal.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dioptimalkan pemanfaatkan informasi
teknologi oleh penyuluh, salah satunya media internet (web). Ahuja dan Vivek
(2011) menyatakan bahwa ketersediaan informasi melalui internet membantu proses
penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif. Selain itu, Chury et al. (2012)
menyatakan bahwa internet diidentifikasi sebagai saluran yang penting untuk berbagi
pengetahuan pertanian di saat kegiatan pelatihan teknis diberikan.

Gambar 6 Intensitas petani dalam pengiriman SMS

Gambar 7 Intensitas pengaksesan sumber informasi oleh petani kedelai
Menurut Veronice (2013), penerapan ICT di bidang pertanian dapat
mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Penerapan ICT di bidang
pertanian juga dapat meningkatkan layanan informasi bagi para petani atau
penyuluh di Indonesia karena dapat menyediakan informasi yang tepat waktu
(Pinardi 2011). Integrasi yang efektif antara ICT dengan sektor pertanian akan
menuju pertanian berkelanjutan yang dapat memberikan informasi yang tepat
kepada petani dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha taninya untuk
peningkatan produktivitasnya. ICT dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan

14

cepat terhadap informasi yang secara positif berdampak pada kualitas dan
kuantitas produksi (Maureen 2009).
Analisis Tipe dan Format Konten KMS Kedelai
Pengembangan tipe konten pada sistem adalah basic page dengan format
teks insert frame. Format teks insert frame merupakan salah satu format teks yang
menyediakan input filter untuk include frame situs lain (Drupal 2014). Format
teks insert frame dapat dilihat pada Gambar 8. Url merupakan alamat dari situs
yang akan diload kontennya. Ukuran konten yang akan disisipkan dapat diatur
lebarnya dan tingginnya dengan atribut weight dan height. Format teks dalam
bentuk insert frame memiliki nilai default ID = 1, dan nilai offset = 15 (Drupal
2014). ID digunakan sebagai id atau nama dari frame sedangkan offset merupakan
angka untuk menambahkan atau memperbaiki auto tinggi yang dihitung.
Allowtransparency memperbolehkan frame transparan atau tidak. Adapun
wrapper yaitu insert frame yang dapat menyisipkan beberapa konten halaman
situs lain berupa teks, html dan htmlpage.

Gambar 8 Format teks insert frame (Drupal 2014)
Pengembangan konten pada sistem tidak hanya berupa teks, gambar video
atau teks yang bersifat insert frame tetapi juga berupa file download.
Disediakannya file yang dapat di download, yaitu agar memudahkan pengguna
untuk menyimpan informasi atau pengetahuan yang ada pada sistem. File
download yang dianjurkan berupa pdf (portable document format). PDF adalah
file standar untuk pertukaran elektronik ke dalam bentuk dokumen (Tulane PDF
Creation Guide).
Analisis Konteks KMS Kedelai
Konteks pada KMS kedelai merupakan bisnis inti dari kedelai. konteks yang
dikembangkan merujuk pada 10 referensi yaitu Bestary (2014), Ghulamahdi
(2011), Kumalasari (2013), 4 buku Puslitbang, Puspita (2015), Surahman et al.
(2014), dan Yuniar (2013) (Lampiran 9). Konteks yang telah dihasilkan dari
rujukan kemudian didiskusikan bersama pakar kedelai, yaitu Dr. Desta Wirnas,
SP, M.Si. Konteks kedelai tersebut terdiri atas informasi tentang kedelai,
teknologi produksi meliputi varietas, teknologi budidaya, dan pengendalian OPT
(Gulma, Hama, dan Penyakit) serta teknologi pengolahan hasil (pengolahan hasil
fermentasi dan pengolahan hasil nonfermentasi). Adapun tipe sistem yang akan
dikembangkan adalah sistem berbasis website.

15

Knowledge Capture Kedelai
Hasil penangkapan pengetahuan ditunjukan Tabel 5. Pengetahuan tacit
didapatkan dari hasil wawancara bersama Dr. Desta Wirnas, SP. MSc dan Prof.
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS (Tabel 5). Pengetahuan explicit dihasilkan dari
hasil penelitian Puspita (2015), Yuniar (2013), Ghulamahdi (2011), Bestary
(2014), dan 3 buku Puslitbang (Tabel 5). Hasil penangkapan pengetahuan
dikodifikasi dalam bentuk decision tree (Lampiran 10). Pengetahuan explicit
dilampirkan pada Lampiran 11. Pengetahuan explicit yang tersedia pada sistem
merupakan pengetahuan yang telah diuji dan siap diigunakan untuk diaplikasikan
dalam kehidupan.
Tabel 5 Hasil pengetahuan tacit dan explicit
Pengetahuan tacit (Narasumber)
Pengetahuan explicit (Sumber tahun)
Pengetahuan mengenai pembagian
teknologi produksi, yaitu varietas,
budidaya kedelai dan pengendalian
Organisme pengganggu tanaman (Dr.
Desta Wirnas, SP. MSc)
Pengetahuan
mengenai
organisme
pengganggu tanaman meliputi gulma,
hama dan penyakit (Dr. Desta Wirnas,
SP. MSc)
Pengetahuan
mengenai
budidaya
kedelai dibedakan berdasarkan lahan,
yaitu lahan sawah, lahan kering, lahan
kering masam, lahan rawa lebak dan
lahan pasang surut (Dr. Desta Wirnas,
SP. MSc)
Pengetahuan mengenai waktu, cara
panen dan pascapanen untuk budidaya
kedelai (Dr. Desta Wirnas, SP. MSc)
Pengetahuan cara budidaya kedelai
lahan pasang surut (Prof. Dr. Ir. Munif
Ghulamahdi, MS)
Kedelai : Asal-usul, taksonomi, stadia
pertumbuhan, morfologi (Dr. Desta
Wirnas, SP. MSc)

Pengetahuan
mengenai
panduan
umum pengelolaan tanaman terpadu
kedelai
(Puslitbang 2007)
Pengetahuan mengenai kedelai yaitu
teknik produksi dan pengembangan
(Puslitbang 2007)
Pengetahuan mengenai teknologi
produksi kedelai untuk lahan sawah,
kering masam, dan lahan pasang surut
tipe C dan D (Puslitbang 2010)

Pengetahuan mengenai best practice
dalam budidaya kedelai
di lahan pasang surut (Ghulahmadi
2011)
Pengetahuan mengenai visualisasi
silsilah varietas kedelai (Bestary
2014)
Pengetahuan mengenai manajemen
pengetahuan Hama (Yuniar 2013,
Puspita 2015)
Pengetahuan mengenai Gulma dan
metode
pengendalian
gulma
(Puslitbang 2007)
Pengetahuan mengenai teknologi
pengolahan hasil (fermentasi dan
nonfermetnasi) (Puslitbang 2007)

16

Design KMS Kedelai Blueprint
Blueprint AI
Hasil blueprint AI disusun secara hirarki. Hasil design arsitektur informasi
untuk KMS kedelai ditunjukan Gambar 9. Arsitektur informasi KMS kedelai
(Gambar 9) dirancang berdasarkan analisis konteks dan hasil kodifikasi
pengetahuan tacit dan explicit (Lampiran 10).
Perancangan Antarmuka KMS Kedelai berdasarkan AI
Perancangan Antarmuka Beranda
Perubahan struktur design antarmuka sistem ditunjukkan pada Tabel 6. Pada
KMS Kedelai, terdapat 7 perubahan design dan 6 penambahan blok atau fungsi.
Pada penempatan design, lebih banyak ditempatkan di sidebar kanan
dibandingkan sidebar kiri (Gambar 10). Hal ini dikarenakan pada sidebar kiri
ditempatkan navigasi, blok artikel, polling (Gambar 10) yang menempati ruang
sidebar yang lebih banyak. Selain itu, tujuannya adalah agar design antarmuka
tetap seimbang (Gambar 10). Navigasi dan blok artikel ditempatkan sebagai
navigasi lokal atau yang disebut dengan navigasi bar yang pada umumnya
ditempatkan pada sidebar kiri (Krug 2007). Navigasi bar menyediakan
mekanisme utama untuk pengguna dalam menelusuri situs. Selain itu, navigasi bar
menetapkan kerangka bagi pengguna untuk memahami bagaimana situs tersusun
(Brinck et al. 2002). Hal ini menjadikan penempatan blok bahasa ditempatkan
pada bagian header atas.
Tabel 6 Perancangan antarmuka berdasarkan AI
No

Design

Sistem dulu

Sistem sekarang

1
2

Logo
Tagline

3
4
5

Blok Bahasa
Menu
Konteks

SIPEKSOY
SI dan pendidikan
kedelai
Sidebar kiri
4 menu
Tidak ada

6
7
8

Navigasi
Isi polling
Blok referensi
konten
Blok Aplikasi
Blok Media
Gallery
Video
Dowload File

Tidak ada
Sidebar kanan
Tidak ada

Kedelai
Sistem manajemen
pengetahuan kedelai
Bagian header
5 menu
Kedelai, teknologi
produksi, pengolahan hasil
Sidebar kiri
Sidebar kiri
Sidebar kanan

Menu
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sidebar kanan
Sidebar kanan
Sidebar kanan
Sidebar kanan
Sidebar kanan

9
10
11
12
13

Searching

Beranda

Teknologi Produksi

Kedelai
- Asal usul
- Taksonomi
- Morfologi
- Stadia Pertumbuhan
- Daftar Artikel
- Aplikasi Kedelai

Morfologi

Akar
Biji
Batang
Daun
Polong

Varietas

Pemilihan
varietas
Visualisasi
silsilah
varietas

Pengolahan Hasil
- Non fermentasi
- Fermentasi

- Varietas
- Teknologi budidaya
- Pengendalian OPT

Teknologi
Budidaya
L. Sawah
L. Kering
L. Kering Masam
L. Rawa Lebak
L. Pasang Surut

Pengendalian
OPT
Hama
Penyakit
Gulma

Hama

Penyakit

Identifikasi Hama
Teknologi Pengendali

Nama Penyakit
Gejala Penyakit
Teknologi Pengendali

Konsultasi
- Buku tamu
- Forum kedelai
- Informasi penyuluh
- Tentang kami

Non Fermentasi

Fermentasi

Tahu
Susu Kedelai
Tepung Kedelai
Sari Kedelai
Hitam

Tempe
Kecap
Tauco
Soyghurt
Keju

Tentang Kami

Deskripsi sistem
Sitemap
Hubungi Admin
Hubung pengembang sistem

Gulma
Nama Gulma
Teknologi
Pengendali

17

Gambar 9 Blueprint AI pada pengembangan KMS kedelai

18

Beranda

Tentang
Kedelai

Teknologi
Produksi

Pengolahan
Hasil

Konsultasi

Slide show

Menu
Referensi Konten

Aplikasi

Login Anggota

Media

Useful Link
Isi Polling
Event Calender

footer

Gambar 10 Perancangan antarmuka beranda
Logo adalah identitas dari suatu web (Sadiah 2012). Menurut Chak (2003),
logo dapat memberitahu pengguna bahwa situs ini adalah benar. Situs yang
dikembangkan merupakan situs informasi mengenai pengetahuan kedelai
sehingga logo sipeksoy diubah menjadi logo kedelai. Pemberian nama kedelai
akan lebih mudah diingat oleh pengguna karena sud