Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri

KOMPARASI PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS
PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI

DESSY RIFAH ANSHORY

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komparasi
Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri Pada
PT Wijayakusuma adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Dessy Rifah Anshory
H34134009

ABSTRAK
DESSY RIFAH ANSHORY. Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras
Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Pelaku usahaternak ayam ras pedaging berbentuk peternakan rakyat,
banyak yang bekerjasama dengan perusahaan dalam bentuk kerjasama
kemitraan, dengan harapan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi
dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan.
Di sisi lain banyak juga usahaternak ayam ras pedaging diusahakan secara
mandiri. Usaha ini juga berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan
permintaan terhadap daging ayam. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
karakteristik, bentuk pola usaha, dan menganalisis pendapatan peternak mitra
dan peternak mandiri dalam pembudidayaan ayam ras pedaging. Metode
penentuan sampel menggunakan metode sensus untuk peternak mitra dan

convenience sampling untuk peternak mandiri, dengan jumlah sampel 23
peternak mitra dan 23 peternak mandiri. Pengolahan dilakukan secara deskriptif
dan kuantitatif (analisis pendapatan, analisis R/C ratio, dan uji t). Pola kemitraan
yang dibangun antara peternak mitra dengan PT. Wijayakusuma adalah inti
plasma. Kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
peternak. Namun, peternak mitra memperoleh banyak manfaat seperti bantuan
modal, penyuluhan serta pemasaran hasil.
Kata Kunci : mandiri, pendapatan, pola kemitraan.

ABSTRACT
DESSY RIFAH ANSHORY. Comparison of Business Revenue livestock Broiler
Partnership and Independent. Conducted by ANNA FARIYANTI.
The broiler livestock business players in the form of folk husbandry, most
of them having cooperation with the company shaped partnership, with the hope
that they can guarantee certainty of supply of production facilities and selling
price of the product with the market guarantee of product yielded On the other
side are also many broiler chicken farming cultivated independently. This
businesses is also growing fast, as the development of technology and demand
for chicken meat. The purpose of this study was to analyze the characteristics,
forms of business patterns, and analyze the income of farmers and ranchers

partners independent in broiler breeding. The sampling method using census
method for breeder partners and convenience sampling for independent farmers,
with 23 samples of each breeder partners and independent farmers. The
processing is done a descriptive and quantitative (income analysis, analysis of R
/ C ratio, and t test Pattern partnership is built between breeders partner with
PT. Wijayakusuma is the core plasma The Partnership does not effect the
increase in the income of breeders. However, breeders partners get so many
benefits such as financial aid, counseling and marketing results.
Keywords: independent, income, partnership.

KOMPARASI PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS
PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI

DESSY RIFAH ANSHORY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi: Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa
Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani
Nama

: Army Selvilia Riffani

NIM

: E34110101

Disetujui oleh

y


r Siswd o, MSi

P embimbing I

Tanggal Lulus:

2 7 JAN 2 016

Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang akan dilaksanakan mulai sejak bulan Februari 2015 ini adalah
Usahaternak, dengan Judul Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras
Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku

dosen pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator, Prof Dr
Rita Nurmalina, MS selaku penguji utama, dan Yanti Nuraeni Muflikh, Sp,
Magribuss selaku penguji akademik. Penulis ucapkan juga terima kasih kepada
Manager dan seluruh Staff PT Wijayakusuma yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian dan telah membantu dalam
pengumpulan data serta seluruh Pegawai dan Peternak dilapangan. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah penulis Helmy Anshory, ibu
penulis Ismiyati, adik penulis Endah Esti Anshory dan Ibnu Hasan Anshory.
Serta tak lupa penulis ucapkan terimakasih untuk Wahyu Mustika Aji dan
teman-teman atas segala doa, kasih sayangnya, motivasi dan bantuanya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Dessy Rifah Anshory

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
viii

DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Indonesia
4
Pola Usaha dalam Pembudidayaan Ayam Ras Pedaging di Indonesia
5

Analisis Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
Indonesia
6
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Analisis Penerimaan
7
Analisis Biaya
8
Analisis pendapatan
10
Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan
11
Kerangka Pemikiran Operasional
14
METODE PENELITIAN
16
Lokasi dan Waktu Penelitian

16
Metode Pengambilan Sampel
16
Metode Pengumpulan Data
16
Metode Analisis Data
17
GAMBARAN UMUM
16
Gambaran Umum Daerah Penelitian
20
Gambaran Umum PT. Wijayakusuma
23
Kegiatan Produksi Ayam Ras Pedaging
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri
29
Pola Usaha Ayam Ras Pedaging

34
Pola Mandiri Usahaternak Ayam Ras Pedaging
39
Keragaman Usaha Ternak Peternak Mitra dan Mandiri
41
Analisis Pendapatan, R/C dan Biaya Persatuan Hasil
47
Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan
48
SIMPULAN DAN SARAN
48
Simpulan
48
Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
52


DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Populasi ternak ayam di Indonesia tahun 2011-2014
Populasi ternak ayam di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2013
Metode analisis data
Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Playen tahun
2014
5 Luas desa dirinci menurut penggunaan lahan di Kecamatan Paliyan tahun
2014
6 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Karangmojo tahun
2014
7 Luas desa menurut penggunaan lahan di Kecamatan Panggang tahun 2014
8 Peternak mitra di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014
9 Jumlah dan lokasi peternak mitra PT Wijayakusuma di D.I Yogyakarta
tahun 2015
10 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan umur peternak
responden tahun 2015
11 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan pengalaman
beternak ayam broiler responden tahun 2015
12 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan sumber ilmu
pengetahuan peternak responden tahun 2015
13 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan tingkat
pendidikan responden tahun 2015
14 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan tanggungan
keluarga responden tahun 2015
15 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan pekerjaan di luar
usaha ternak responden tahun 2015
16 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan prioritas usaha
ternak ayam broiler responden tahun 2015
17 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak
beternak ayam ras pedaging tahun 2015
18 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak
mitra mengikuti kemitraan tahun 2015
19 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan alasan peternak
tidak mengikuti kemitraan tahun 2015
20 Sebaran jumlah peternak mitra dan mandiri berdasarkan status
kempemilikan lahan peternak responden tahun 2015
21 Rata-rata pengunaan faktor produksi usaha ternak ayam broiler peternak
mitra dan mandiri per periode dengan skala 5 000 ekor tahun 2015
22 Biaya DOC, pakan dan obat-obatan peternak mitra dan mandiri dengan
skala 5 000 ekor tahun 2015
23 Biaya dan kebutuhan obat-obatan untuk ayam broiler umur 1 hingga 36
Hari Peternak Mitra dan Mandiri dengan skala 5 000 ekor tahun 2015
24 Biaya perlengkapan yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan mandiri
dengan skala 5 000 ekor tahun 2015

1
2
17
21
21
22
22
23
24
29
30
30
31
31
32
32
32
33
33
34
41
42
43
43

25

Biaya penyusutan kandang dan peralatan oleh peternak mitra dan
mandiri dengan skala 5 000 ekor tahun 2015
26 Total biaya faktor produksi ayam broiler per 5000 ekor peternak mitra dan
mandiri per periode tahun 2015
27 Penerimaan usaha ternak ayam broiler per 5 000 ekor peternak mitra dan
mandiri per periode tahun 2015
28 Hasil analisis pendapatan, R/C Ratio dan biaya persatuan hasil usaha
ternak ayam broiler per 5000 ekor tahun 2015

45
46
46
47

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kurva penerimaan TR, AR, MR dalam PPS
Kurva biaya total
Kurva pendapatan
Kurva pengaruh kemitraan
Kerangka pemikiran operasional
Siklus ayam ras pedaging manajemen PT Wijayakusuma
Kandang peternak mitra
Budidaya ayam ras pedaging peternak mitra
Pola kemitraan PT Wijayakusuma
Kandang peternak mandiri
Budidaya ayam ras pedaging

8
9
10
10
15
25
26
29
39
39
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Peta administrasi Kabupaten Gunungkidul
Struktur organisasi PT Wijayakusuma
Pendapatan bersih peternak per periode tahun 2015
Hasil Uji Beda pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri

52
53
53
54

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha Peternakan ayam pedaging merupakan salah satu usaha yang
berpotensi menghasilkan daging. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat maka diperlukan pembangunan di bidang peternakan yang lebih cepat
menghasilkan produk. Salah satu komoditas ternak yang cukup potensial dalam
mencapai tujuan tersebut adalah ayam ras pedaging, di mana ayam ras pedaging
merupakan ayam hasil budidaya teknologi peternakan
yang memiliki
karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai
penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia
relatif muda (Gustina et al. 2010).
Ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis ayam yang memiliki
populasi tinggi dibandingkan unggas ayam lainnya seperti ayam petelur dan ayam
buras. Populasi ayam ras pedaging dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami
peningkatan dari tahun ketahun, pada tahun 2011 mencapai 22 persen, pada tahun
2012 peningkatan mencapai 24 persen, pada tahun 2013 mencapai 26 persen dan
pada tahun 2014 mencapai 28 persen. Peningkatan populasi ayam ras pedaging
dapat di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Populasi ternak ayam di Indonesia tahun 2011-2014
Kegiatan Utama
2011
2012
2013
2014
Ayam Buras (ekor)
264 340
274 564
276 777
286 538
Ayam Ras Petelur (ekor)
124 636
138 718
146 622
154 657
Ayam Ras Pedaging (ekor) 1 177 991 1 244 402 1 344 191 1 481 872
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2014)

Saat ini ayam ras masih merupakan komoditi peternakan yang cepat
diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan dengan ternak lainnya. Ayam ras
pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam broiler memiliki keunggulan
dibandingkan dengan jenis ayam ras lainnya. Keunggulan ayam ras pedaging
antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi
dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia
muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Keuntungan dari budidaya ayam ras pedaging khususnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta dahulunya dilakukan dalam bentuk mandiri tetapi dengan
berkembangnya teknologi, saat ini budidaya ayam ras pedaging tersebut banyak
dilakukan dalam bentuk kemitraan. Menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Kemitraan
adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,
atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan
menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dengan Usaha Besar.

2

Pelaku usahaternak ayam ras pedaging yang sebagian besar berbentuk
peternakan rakyat, banyak diantaranya bekerjasama dengan perusahaan besar
dalam bentuk kerjasama kemitraan. Peranan perusahaan besar sebagai mitra
peternak rakyat diharapkan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi
dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan.
Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan
yang dihadapi oleh peternak rakyat.
Selain itu pemerintah sangat mendukung adanyah program kemitraan,
yang mana di tuangkan dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1997 tentang Kemitraan, mendefinisikan kemitraan adalah kerjasama usaha
antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha
Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan.
Usaha peternakan ayam ras pedaging dimulai dengan usaha mandiri guna
memenuhi kebutuhan keluarga. Karena diusahakan untuk kebutuhan keluarga
maka pada umumnya diusahakan dalam skala kecil. Seiring tuntutan ekonomi dan
perkembangan teknologi, usaha peternakan ini pun mulai dikembangkan dalam
skala menengah dan besar. Usaha ini berkembang dengan pesat diberbagai
provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di D.I. Yogyakarta. D.I. Yogyakarta
merupakan salah satu provinsi dari duapuluh provinsi yang menghasilkan
populasi ayam ras pedaging terbesar di Indonesia. Selama tahun 2011 hingga
2013 pertumbuhan populasi mengalami peningkatan. Perkembangan populasi
ayam ras pedaging di D.I. Yogyakarta dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Populasi ternak ayam di D.I.Yogyakarta tahun 2011-2013
Tahun
Jenis ternak
2011
2012
2013
Ayam Buras (ekor)
4 019 960
4 060 722 3 993 055
Ayam Ras Petelur (ekor)
3 160 697
3 346 564 3 274 886
Ayam Ras Pedaging (ekor)
5 770 832
5 814 935 6 045 705
Itik (ekor)
516 525
529 839
524 887
Sumber : Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta (2013)

D.I. Yogyakarta merupakan salah satu wilayah pengembangan kemitraan
ayam ras pedaging. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ternak di daerah
Yogyakarta, dimana populasi yang paling banyak yaitu pada ternak ayam ras
pedaging. Dari data pada Tabel 2, dapat diindikasikan bahwa terjadi peningkatan
populasi dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Peningkatan ini terjadi sebesar 1
persen pada tahun 2012 hingga 2013. Sedangkan untuk populasi jenis ternak yang
lain mengalami penurunan sebesar satu persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
adanya pertambahan jumlah peternak ataupun volume produksi sehingga jumlah
ayam ras pedaging terus bertambah.
D.I. Yogyakarta memiliki populasi ayam ras pedaging yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh bertambah banyaknya
penduduk yang menjalankan usaha budidaya ayam ras pedaging. Adanya
keterbatasan dalam modal, teknologi, pasar dan manajemen maka dibentuklah

3

kerjasama oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternakpeternak kecil. Hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
peternak tetapi juga bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam
dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu dan keterjangkauan.
Perumusan Masalah
Peternak ayam ras pedaging di Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu
sebagian besar berbentuk peternak rakyat dengan pola usaha mandiri. Usaha
ternak mandiri dilakukan peternak dengan cara menyediakan semua sarana
produksi secara swadaya dan peternak memiliki kebebasan untuk menjual hasil
produknya. Walaupun dapat dengan bebas menentukan kepada siapa mereka
menjual produknya, tetapi karena sebagian besar peternak mempunyai lokasi
usaha yang terpencar-pencar dan kurangnnya informasi pasar menyebabkan
peternak bergantung kepada pedagang perantara yang biasanya langsung
mendatangi tempat usaha peternak. Hal ini cenderung menyebabkan harga produk
lebih ditentukan oleh pedagang perantara, mengingat posisi tawar peternak
umumnya rendah.
Saat ini sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Daerah Istimewa
Yogyakarta telah bekerjasama dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan besar.
Pola kemitraan tersebut dilakukan peternak dengan cara menjalin kerjasama atau
bermitra dengan perusahaan penyedia sarana produksi, dengan ketentuan peternak
diharuskan menjual semua hasil produksinya kepada perusahaan inti sesuai
dengan harga yang telah di tentukan oleh inti dan tertera dalam kontrak yang telak
disepakati bersama antara peternak dan perusahaan yang bersangkutan.
Dalam kerjasama ini, perusahaan berperan sebagai inti dan peternak
berperan sebagai plasma. Sebagai inti, perusahaan menyediakan sarana produksi
ternak seperti makanan, Day Old Chick (DOC), obat-obatan dan alat- alat
perkandangan seperti tempat pakan, alat pemanas, dan alat lainnya. Pada awal
kerjasama, inti akan menyediakan alat kandang, dan peternak wajib untuk
mengembalikan biaya dengan cara mencicil setiap kali panen. Tetapi bila peternak
mampu menyediakan alat kandang sendiri, maka sebagai plasma ia hanya
membeli sarana produksi ternak dari inti seperti DOC, pakan dan vaksin serta
pembayarannya dilakukan setelah hasil panen terjual ke inti.
Tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan
perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha
kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta
memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk
merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah
peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen.
Perusahaan Wijayakusuma merupakan perusahaan perunggasan yang
bergerak dibidang peternakan ayam broiler. Perusahaan ini telah menjalankan
program kemitraan dengan peternak-peternak kecil di D.I Yogyakarta. Kemitraan
agrisbisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku
agribisnis yang saling menguntungkan.
Adanya perbedaan pola dalam pengusahaan ayam ras pedaging,
menyebabkan perbedaan penerimaan dan biaya yang digunakan untuk

4

memproduksi ayam ras pedaging. Selain itu, perbedaan pola pengusahaan juga
akan menyebabkan perbedaan pola pemasaran hasil sehingga perlu untuk
diketahui mana yang lebih menguntungkan antara usahaternak ayam ras pedaging
pola kemitraan atau pola mandiri.
Berdasarkan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yang
dapat dikaji dalam penelitian ini, yaitu Apakah terdapat perbedaan pendapatan
antara pola kemitraan dengan pola mandiri dalam usaha ternak ayam ras pedaging
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik antara peternak mitra dengan peternak
mandiri
2. Menganalisis bentuk pola usaha dalam pembudidayaan ayam
pedaging.
3. Menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dalam
pembudidayaan ayam ras pedaging.
Ruang Lingkup Penelitian
Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah peternakan
ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri. Dimana objek yang diamati
dalam penelitian ini adalah peternak pola kemitraan dan pola mandiri dalam satu
periode budidaya. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai pengaruh
pola usaha dengan membandingkan pendapatan peternak pola kemitraan dan
peternak pola mandiri.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Indonesia
Usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan, mengingat peranannya dalam pemenuhan kebutuhan akan daging
relatif murah dan pengusahaannya dilakukan secara massal, sehingga produksi
ayam broiler lebih mendominasi dari pada produksi daging lainnya (Sirajuddin et
al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza et al. 2012,
Windarsari 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).
Karakteristik peternak dalam penelitian meliputi umur, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak dan jumlah ternak. Umur tertinggi responden yaitu 55 tahun
dan umur terendah responden adalah 30 tahun. Umur responden rata-rata berada
pada usia produktif. Pendidikan responden tertinggi adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan terendah Sekolah Dasar (SD). Usaha peternakan ayam sebagian
besar dilakukan relatif lama yaitu berkisar antara 5 sampai10 tahun. Skala usaha

5

peternakan ayam menentukan besarnya pendapatan dan keuntungan pelaku usaha
(Fitriza et al. 2012).
Populasi ternak yang dimiliki peternak plasma bervariasi mulai dari yang
terkecil yaitu 3 000 ekor hingga yang terbesar dengan populasi 20 000 ekor. Skala
I kepemilikan usahaternak dibagi menjadi tiga skala usaha yaitu skala I dengan
populasi ternak dibawah 8 700 ekor, Skala II dengan populasi ternak antara 8 700
ekor hingga 14 400 ekor, dan skala III dengan populasi ternak diatas 14 400 ekor
(Rachmayanti 2004).
Karakteristik peternak mitra dan mandiri tidak terlalu berbeda. Sebagian
besar telah memiliki pengalaman beternak ayam broiler yang cukup lama. Hal
yang berbeda hanyalah alasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti kemitraan.
Para peternak mengikuti kemitraan karena kesulitan modal untuk menjalankan
usaha secara komersial dan selama beternak sedangkan peternak mandiri tidak
mengikuti kemitraan karena memiliki modal dan mampu memasarkan (Deshinta
2006).
Pola Usaha dalam Pembudidayaan Ayam Ras Pedaging di Indonesia
Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih.
Pihak yang terlibat dapat terdiri atas pengusaha, buruh, pemasok, pelanggan,
petani, atau pemerintah. Hubungan kerjasama ini dapat bersifat formal yaitu
dengan sistem kontrak dan berada pada kalangan intern ataupun tidak formal yang
tidak terlibat kontrak dan berhubungan dengan lingkungan perusahaan. Kemitraan
adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar
yang disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar yang
disertai prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk
memperkokoh struktur ekonomi nasional.
Kemitraan agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang
melibatkan satu, sekelompok atau beberapa kelompok orang/badan dimana
masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau
saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan
dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan dan saling
memerlukan (Imaduddin 2001).
Keberadaan perusahaan kemitraan ayam broiler telah dapat membantu
usaha budidaya ayam broiler tetap maju dan berkembang. Oleh sebab itu, pasca
krisis ekonomi usaha peternakan ayam broiler tetap dapat dijalankan oleh
peternak walaupun status peternak sudah beralih menjadi peternak mitra
perusahaan (Lestari 2009).
Keuntungan yang dapat diperoleh oleh peternak dalam melakukan
kemitraan diantaranya adalah ketersediaan sarana produksi ternak (sapronak) yang
lebih terjamin karena tersedia dalam kuantitas yang mencukupi, kualitas yang
baik dan ketersediaan yang terus-menerus. Selain itu, peternak dapat memperbaiki
cara budidaya karena perusahaan menyediakan tenaga-tenaga ahli yang
mengontrol kegiatan produksi. Ketersediaan sapronak dan kegiatan pengontrolan
dari perusahaan dapat meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas maupun
kualitas sehingga hasil panen dapat dijual sesuai dengan harga kontrak yang
berlaku. Keberhasilan dalam produksi dan ketersediaan pasar yang jelas pada

6

akhirnya akan meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan yang diikuti oleh
peternak dapat dianalisis peranannya dengan melakukan perbandingan antara
peternak mitra dan peternak mandiri (Deshinta 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama kemitraan antara
perusahaan inti dengan peternak plasma dijalankan berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati dan ditandatangani kedua belah pihak. Perusahaan inti memiliki
kewajiban untuk menyediakan sarana produksi ternak, melakukan pembinaan, dan
memasarkan hasil panen peternak plasma sedangkan kewajiban peternak plasma
adalah menyediakan kandang, memelihara ayam broiler, melaporkan kepada inti
jika terjadi kematian atau serangan penyakit, menggunakan sarana produksi ternak
dari inti, dan menjual hasil panen kepada inti (Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti
2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah
et al. 2013, Imaduddin 2001).
Analisis Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
Indonesia
Salah satu cara untuk mengukur manfaat pola kemitraan dibandingkan
dengan pola mandiri pada usahaternak ayam ras pedaging adalah dengan melihat
perbedaan pendapatan peternak untuk tiap satu ekor ternak yang mereka hasilkan.
Pendapatan merupakan selisih dari nilai penerimaan terhadap nilai pengeluaran
(biaya). Biaya usahaternak ayam ras pedaging merupakan nilai dari semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam menghasilkan produk per ekor ayam ras
pedaging (Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah et al. 2013).
Keberhasilan besar-kecilnya produksi yang diperoleh dalam usaha
agribisnis ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi atau input. Faktor yang
menentukan keberhasilan suatu usaha yaitu faktor lahan, modal untuk membeli
bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen (Soekartawi 2002).
Studi analisis mengenai usahaternak ayam ras pedaging telah dilakukan
oleh beberapa peneliti terdahulu. Sebagian besar penelitian tersebut mengarah
kepada analisis pendapatan dan keuntungan dari para peternak dengan pola
kemitaan maupun mandiri. Dalam beberapa penelitian, biaya yang dikeluarkan
dikelompokan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya
sewa kandang dan biaya untuk alat-alat kandang seperti tempat pakan, tempat
minum dan alat pemanas (gasolec). Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
habis digunakan dalam satu periode produksi ayam ras pedaging. Biaya-biaya ini
meliputi biaya DOC, biaya pakan, obat-obatan, vaksin, biaya tenaga kerja dan
biaya-biaya lainnya (gas, listrik, gula merah, sekam).
Dalam beberapa penelitian terdahulu, biaya dihitung untuk satu kali
periode produksi antara 30 hingga 35 hari, mulai dari persiapan untuk
berproduksi, proses produksi dan pemanenan. Sedangkan penerimaan usahaternak
ayam ras pedaging adalah nilai dari penjualan per ekor ayam ras pedaging. Setiap
ekor ayam ras pedaging yang siap dijual memiliki berat rerata 1.79 kg.
Pendapatan peternak ayam ras pedaging yang bermitra dengan perusahaan
lebih tinggi dibandingkan peternak yang bermitra dengan perusahaan perorangan
(bakul) (Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008,
Fitriza et al. 2012, Windarsari 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).

7

Pendapatan yang diterima oleh masing-masing peternak dari dua sistem
yang berbeda merupakan imbalan balas jasa dari keseluruhan aktivitas dalam
proses budidaya ternak ayam ras pedaging. Keuntungan yang diperoleh
merupakan selisih antara total nilai produksi yang merupakan hasil perkalian
produksi ayam ras pedaging dengan harga jual terhadap biaya-biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Semakin besar nilai produksi dihasilkan dan
semakin sedikit total nilai biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan
jumlah keuntungan besar. Demikian sebaliknya, semakin sedikit jumlah nilai
produksi yang diterima dan semakin besar total input yang digunakan maka akan
menghasilkan keuntungan yang kecil (Mahyudi et al. 2010).
Hasil Penelitian Imaduddin (2001) menyatakan bahwa, skala 1 dangan
populasi 500 hingga 9 000 ekor memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 5 125
518/ peternak/periode, skala II dengan populasi diatas 9 000 hingga 18 000 ekor
pendapatan rata-rata sebesar Rp 12 213 896/ peternak/periode, dan skala III
dengan populasi diatas 18000 hingga 55 000 ekor memiliki pendapatan rata-rata
sebesar Rp 32 699 074/ peternak/periode. Hal ini disebabkan karena semakin
besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.
Data yang akan diolah dan dianalisis dalam beberapa penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum
pelaksanaan kemitraan dan profil para pelaku kemitraan akan dianalisis secara
deskriptif. Sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis pendapataanalisis
R/C ratio, dan uji t. Kemudian diolah dengan menggunakan program komputer
dan disiapkan dalam bentuk tabulasi, sampai akhirnya diuraikan secara deskriptif
(Sirajuddin et al. 2013, Rachmayanti 2004, Deshinta 2006, Maulana 2008, Fitriza
et al. 2012, Azizah et al. 2013, Imaduddin 2001).

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini meliputi analisis
penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan pengaruh kemitraan. Secara
rinci penjelasan mengenai kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat dibawah ini.
Analisis Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli
oleh para pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi
tertentu. Kerangka waktu tersebut dapat satu jam, satu hari, satu tahun atau
periode lainya. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan mencakup harga
barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang yang berkaitan
perkiraan akan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi
konsumen, pengeluaran periklanan, dan sebagainya (Pappas 1995).
Penerimaan usahaternak adalah nilai uang yang diterima dari penjualan
pokok usata ternak, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha ternak.

8

Penerimaan kotor usaha ternak adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam
suatu kegiatan usaha ternak dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran.
Adapun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual (Siregar 2009).
Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output
(Q) dikali harga jual (P). Karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata
(average revenue) dan penerimaan marjinal (marginal revenue) adalah sama
dengan harga. Dengan demikan kurva permintaan (D) sama dengan kurva
penerimaan rata-rata (AR) sama dengan kurva penerimaan marjinal (MR) dan
sama dengan harga (P), seperti pada Gambar 1.

P

P

Sumber : Soekartawi (2011)
Gambar 1 Kurva Penerimaan TR, AR, MR dalam PPS
Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup
pinjaman uang untuk keperluan uasahatani. Sedangkan pengeluran usahatani
didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan
jasa bagi usahatani. Dalam pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok (Soekartawi 2011).
Analisis Biaya
Keberhasilan mengelola usahatani dapat diukur dari pengeluaran dan
pendapatan yang diperoleh. Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total
usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun yang tidak dijual.
Seluruh produk dinilai berdasarkan harga kontrak yang ditetapkan oleh
perusahaan inti.
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat
diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima

9

oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu,
dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Tobing (2000),
komponen-komponen biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi budidaya
ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri
atas biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya opportunitas dan lainnya.
Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga
kerja, sekam, kapur, gula, minyak tanah, gas dan listrik.
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi berlangsung. Faktor biaya sangat menentukan kelangsungan
proses produksi. Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap total (Total Fixed Cost/ TFC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit, misalnya: sewa tanah, sewa gudang, pajak dan
lainnya.
2. Biaya variabel total (Total Variable Cost/ TVC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya: biaya sarana
produksi, upah tenaga kerja, biaya angkut, dan sebagainya.
Jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel disebut dengan biaya total (TC). Biaya
total usahatani diartikan sebagai nilai semua masukkan yang habis terpakai atau
dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua
yaitu biaya tunai dan non tunai. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usaha
ayam broiler ini akan berpengaruh pada pendapatan yang diterimanya.
P

TC
TVC
TFC

Q

Sumber : Soekartawi (2011)
Gambar 2 Kurva Biaya Total
Menurut Soekartawi (2011) terdapat dua macam biaya produksi dalam
menghitung pendapatan usahatani yaitu:
1. Biaya tunai adalah pengeluaran aktual yang dilakukan oleh petani untuk
membeli sumberdaya (faktor produksi) yang digunakan dalam suatu
proses produksi. Biaya tunai mengacu pada pembelanjaan yang nyata
yang menyangkut pembelian atau pengadaan kebutuhan input.
2. Biaya non tunai adalah biaya oportunitas dari penggunaan faktor
produksi yang dimiliki oleh petani dalam proses produksi. Biaya non

10

tunai sering tidak dianggap sebagai biaya di dalam proses produksi.
Biaya non tunai mengacu pada nilai input yang dimiliki petani yang
digunakan oleh petani untuk proses produksi
Soekartawi (2011) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai hasil dari
output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah
barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan
perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen dari peternak dan
barang olahannya.
Analisis pendapatan
Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai
usahatani dan pengeluaran tunai usahatani dimana digunakan untuk mengukur
kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Terdapat pula kelebihan
uang tunai usahatani yang merupakan uang tunai yang dihasilkan untuk keperluan
rumahtangga. Pendapatan tunai rumah tangga merupakan kelebihan uang tunai
usahatani ditambah dengan penerimaan tunai rumahtangga, dimana digunakan
oleh petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitanya dengan
usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total
usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual,
selain itu digunakan sebagai ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang
digunakan dalam usahatani.

Sumber : Soekartawi (2011)
Gambar 3 Kurva Pendapatan
Pada Gambar 3 ditas dapat di jelaskan mengenai kurva pendapatan,
dimana pada kurva ini digunakan untuk mecerminkan posisi tingkat produksi atau
penjualan pulang pokok. Dimana Q adalah jumlah produk, R adalah penerimaan
total, C adalah biaya total dan TPP adalah titik pulang pokok (break even point).
Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis
pakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja
keluarga petani. Pengeluaran dibagi menjadi dua, yaitu Pengeluaran tidak tetap

11

didefinisikan sebagai pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak
tertentu dan jumlahnya berubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi
tanaman atau ternak tersebut. Sedangkan Pengeluaran tetap ialah pengeluaran
usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi.
Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak
tunai. Jadi nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan
benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai penegluaran. Hal uang
sama berlaku bagi produksi usahatani yang digunakan untuk bibit atau makanan
ternak. Apabila di usahatani itu digunakan mesin-mesin pertanian, maka harus
diperhitungkan penyusutannya dan dianggap sebagai pengeluaran. Penyusutan ini
merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama
tahun pembukuan.
Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor
usahatani dan pengeluaran total usahatani dan digunakan untuk mengukur
imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi
kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan ke dalam usahatani. Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan
usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa
usahatani (Soekartawi 2011).
Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan
Kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha
menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan. Sedangkan maksud dan tujuan
kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil di bidang
manajemen, produk, pemasaran, dan teknis, di samping agar bisa mandiri demi
kelangsungan usahanya sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan.
Untuk mengembangkan dan melaksanakan kemitraan bisa dengan salah
satu atau lebih dari pola-pola kemitraan yang ada. Salah satu pola kemitraan
adalah pola inti plasma. Dalam pola inti plasma usaha menengah atau usaha besar
bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Perusahaan ini
melaksanakan hal –hal teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. Usaha
besar dan atau usaha menengah sebagai inti membina dan mengembangkan usaha
kecil yang menjadi plasmanya dalam hal, penyediaan dan penyiapan lahan,
penyediaan sarana prasarana, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha
produksi (Tohar 2002).
Sedangkan menurut Hafsah (1999) kemitraan adalah suatu strategi bisnis
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan
sangat ditentuikan oeh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika bisnis.
Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu instrumen kerjasama
yang mengacu kepada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan dan
ketrampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok

12

melalui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling
membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat.
Kemitraan usaha bersama bertujuan untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, jaminan suplai jumlah, kualitas produksi, meningkatkan
kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha, dalam rangka membutuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri (Martodireso dan
widada 2002).
Pengertian kemitraan selain diterangkan oleh para ahli juga terdapat secara
jelas pada peraturan perundang-undanagn antara lain.
1. Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang tertuang pada UndangUndang No. 9 Tahun 1995, tentang Usaha Kecil. Kemitraan kerja
sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan
Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha
Menengah atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Dimana kemitraan dilaksanakan dengan pola inti plasma, subkontrak,
dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk lain.
Sedangkan hubungan kemitraan dituangkan dalam bentuk perjanjian
tertulis yang sekurang-kurangnya mengatur bentuk dan lingkup
kegiatan usaha kemitraan, hak dan kewajiban masing-masing pihak,
bentuk pembinaan dan pengembangan, serta jangka waktu dan
penyelesaian perselisihan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2013 tentang
pemberdayaan peternak. Kemitraan usaha adalah kerjasama yang
saling menguntungkan dan saling memperkuat antara usaha kecil dan
usaha menengah/besar di bidang peternakan atau di bidang kesehatan
hewan. Dalam melakukan kemitraan, perusahaan peternakan harus
melaksanakan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan proses alih
teknologi, sedangkan peternak harus mengikuti pendidikan dan
pelatihan, pemagangan, dan/ atau penyuluhan yang dilaksanakan oleh
perusahaan peternakan, serta menerapkan teknologi yang diberikan
perusahan peternakan.
3. Praturan Presiden Republik Indonesia no 48 tahun 2013 tentang
budidaya hewan peliharaan adalah “usaha yang dilakukan di suatu
tempat tertentu pada suatu kawasan budidaya secara
berkesinambungan untuk hewan peliharaan dan produk hewan.
Kemitraan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 penyelenggaraan
budidaya hewan pliharaan dapat melakukan kemitraan dengan
menyelenggarakan budi daya hewan peliharaan. Kemitraan budi daya
hewan peliharaan dilakukan berdasarkan perjanjian yang saling
memerlukan, memperkuat, menguntungkan, dan berkeadilan.
Sedangkan pada pasal 20, kemitraan dapat dilakukan antar peternak,
antara peternak dengan perusahaan peternakan, dan antara peternak
dengan perusahaan di bidang lain.
4. Kemitraan pertanian dalam Surat Keputusan Menteri pertanian
No.940/Kpts/ OT.210/10/1997 menerangkan bahwa kemitraan usaha
pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dengan
kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Kemitraan usaha

13

pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan
peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra
melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling
memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Saling memerlukan
dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan
kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan.
Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra
sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis.
Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan
mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan
usaha. Salah satu pola kemitraan dalam agribisnis yaitu kemitraan
inti-plasma.
Pada usahaternak ayam ras pedaging untuk mengetahui usahaternak ayam
ras pedaging berproduksi pada tidak ekonomis (diseconomies of scale) atau skala
usaha yang ekonomis (economies of scale) diperlukan analisis biaya jangka
panjang. Usahaternak ayam ras pedaging yang dilakukan peternak mencapai skala
tidak ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi ratarata menjadi lebih besar. Sebaliknya, usahaternak ayam ras pedaging yang
dilakukan peternak dapat mencapai skala ekonomis apabila penambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih kecil.
MC

P

ATC
AFC

P

MCʹ

ATC ʹ
AFC ʹ



0

Q



Q

Sumber : Pappas (1995)
Gambar 4 Kurva pengaruh kemitraan
Biaya marginal adalah perubahan biaya yang diasosiasikan dengan satu
perubahan dalam keluaran, dan karena biaya tetap tidak bervariasi dalam kaitanya
dengan keluaran, biaya tetap tidak mempengaruhi biaya marjinal. Dimana AFC
adalah Average Fix Cost, ATC adalah Average Total Cost, AVC adalah Average
Variabel Cost dan MC adalah Marginal Cost.
Pada Gambar 4 dapat di jelaskan hubungan antara biaya dan keuntungan,
ketika P atau harga sama dengan ATC maka keuntungannya sama dengan 0, dan
dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Pada kondisi mendapatkan keuntung,
maka P berada di atas ATC atau ketika P berada di atas biaya rata-rata. Sedangkan

14

pada kondisi rugi, P berada di bawah ATC dan diatas AVC. Pada kondisi tersebut
perusahaan tetap dapat berproduksi tetapi tidak mendapatkan keuntungan (Pappas
1995).
Dengan adanya kemitraan yang dimana harga dari masing-masing input
produksi sudah di tetapkan sesuai dengan kontra kerjasama yang telah disepakati.
Pada Gambar 4 ketika harga berada di atas biaya rata-rata maka peternak
kemitraan dapat di memperoleh keuntungan, tetapi jika biaya rata-rata lebih tinggi
dari harga kontrak kerjasama kemitraan maka peternak dapat mengalami
kerugian. Kemintraan belum tentu dapat meningkatkan keuntungan, dikarenakan
harga input dapat berubah-ubah. Jika harga kemitraan per ekor ayam lebih tinggi
dari pada biaya total rata-rata per ekor ayam, maka peternak dapat memperoleh
keuntungan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Ketidakmampuan peternak kecil untuk mengembangkan usaha berasal dari
berbagai faktor. Faktor yang menjadi penyebab adalah keterbatasan modal,
teknologi, pasar dan manajemen. Keterbatasan inilah yang membuat peternak
tidak dapat berusaha secara mandiri. Berangkat dari berbagai kendala ini maka
peternak perlu untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan peternakan dalam
bentuk kemitraan. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh peternak diantaranya
adalah ketersediaan sarana produksi ternak (sapronak) yang lebih terjamin karena
tersedia dalam kuantitas yang mencukupi, kualitas yang baik dan ketersediaan
yang terus-menerus.
Selain itu peternak dapat memperbaiki cara budidaya karena perusahaan
menyediakan tenaga-tenaga ahli yang mengontrol kegiatan produksi. Ketersediaan
sapronak dan kegiatan pengontrolan dari perusahaan dapat meningkatkan
produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga hasil panen dapat
dijual sesuai dengan harga kontrak yang berlaku. Keberhasilan dalam produksi
dan ketersediaan pasar yang jelas pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
peternak.
Kemitraan yang diikuti oleh peternak dapat dianalisis peranannya dengan
melakukan perbandingan antara peternak mitra dan peternak non mitra (peternak
mandiri). Fokus penelitian yang akan dilaksanakan terbagi dalam tiga bagian
utama yaitu mempelajari pola kemitraan, implementasi kemitraan antara
perusahaan inti dengan peternak mitra di D.I. Yogyakarta dan penilaian
pendapatan usahaternak ayam ras pedaging.
Kegiatan usaha ternak yang dilakukan oleh kedua kelompok bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu ukuran kinerja usaha ternak adalah
ukuran pendapatan.Pendapatan usahaternak ayam ras pedaging yang dianalisis
dalam penelitian ini diukur berdasarkan pendapatan atas biaya total. Setelah itu
dilakukan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C Ratio). Analisis ini
digunakan untuk menghitung penerimaan relatif dari suatu cabang usahatani
dengan cabang usahatani lain berdasarkan perhitungan finansial. Setelah itu
dilakukan perbandingan pendapatan melalui uji t untuk melihat apakah
pendapatan peternak mitra berbeda secara nyata dengan peternak mandiri.

15

Dari analisis tersebut dapat dilihat seberapa besar peranan kemitraan
terhadap peningkatan pendapatan peternak di daerah penelitian. Bagan alur
kerangka pemikiran operasional dapat disajikan pada Gambar 5.

Keterbatasan Peternak dalam Menjalankan Usaha yang
Meliputi Keterbatasan Modal, Teknologi, Manajemen dan Pasar

Peternak Mandiri

Peternak Mitra

Analisis Usaha
Ternak
Input Produksi :
DOC, Pakan,
Obat, Sapronak,
Tenaga kerja,
Kandang,
Peralatan

Jumlah
Output

Analisis
Struktur
Biaya

Penerimaan

Harga
Output

Harga Input

Pendapatan

Rekomendasi

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

16

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan yang
berkedudukan di Yogyakarta. Pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan metode
purposive sampling dengan pertimbangan bahwa perusahaan Wijayakusuma
merupakan salah satu perusahaan ayam ras pedaging yang telah lama
melaksanakan pola kemitraan dalam proses budidaya ayam ras pedaging.
Penelitian ini juga dilakukan terhadap peternak mitra dan mandiri di Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi peternak
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa sebagian besar mitra
merupakan peternak berskala kecil dan menengah. Penelitian dilakukan selama
dua bulan (Februari-Maret 2015) untuk pengumpulan dan analisis data.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Sensus untuk peternak mitra dan untuk peternak mandiri adalah metode
Convenience Sampling. Responden yang dipilih adalah peternak yang menjalin
kemitraan dengan perusahaan, sedangkan untuk peternak mandiri di ambil dari
peternak mandiri yang melakukan pembelian pakan di perusahaan.
Seluruh peternak mitra dan peternak mandiri yang menjadi responden
berada di kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
bersedia diwawancarai. Jumlah seluruh responden peternak dalam penelitian ini
berjumlah 46 orang. Peternak mitra berjumlah 23 orang dan mandiri berjumlah 23
orang. Responden yang di teliti dengan populasi ternak antara 2 000 hingga 8 000.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder, baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
meliputi data produksi, sedangkan data mengenai pemeliharaan, penanganan
panen dan pasca panen yang diperlukan dalam analisa diperoleh data wawancara
langsung dengan peternak ayam. Perolehan data dan informasi juga diperoleh
melalui pengamatan langsung terhadap keadaan usaha ternak ayam broiler.
Peneliti juga dipandu dengan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya agar
dapat mempermudah dalam pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari
berbagai instansi seperti perusahaan, Badan Pusat Statistik, Dinas peretnakan
dalam bentuk laporan dan tulisan yang relevan dengan topik penelitian.

17

Metode Analisis Data
Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan tujuan penelitian maka metode analisis data yang digunakan dapat
diri