ii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and posttest controlled group design.
B. Lokasi Penelitian
ii Pemberian perlakuan dan pengukuran kadar gula darah tikus putih
akan dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu LPPT Universitas Gadjah Mada UGM Yogyakarta..
C. Subjek Penelitian
Tikus diperoleh dari LPPT UGM berupa tikus putih Rattus norvegicus jantan, galur Sprague-Dawley, sehat dan mempunyai aktivitas
normal, berumur sekitar 3 bulan dengan berat badan ± 200 gram sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri
atas 6 ekor tikus putih yang dipilih secara acak.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer
Maryanto dan Fatimah, 2004. Rumus Federer :
Keterangan: n= besar sampel tiap kelompok
t= banyaknya kelompok n-1 x 5-1 15
n-1 x 4 15 n – 1 3,75
n 4,75 n-1 x t-1
15
ii Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 5 ekor tikus
putih. Peneliti memilih untuk menggunakan 6 ekor tikus putih tiap kelompok dengan jumlah kelompok sebanyak 5 kelompok sehingga jumlah seluruh
subjek penelitian sebanyak 30 ekor.
E. Klasifikasi Variabel
1. Variabel bebas
: Ekstrak kelopak bunga rosela Hibiscus sabdariffa L.
2. Variabel terikat
: Kadar gula darah tikus putih 3. Variabel luar :
a.
Dapat dikendalikan : pakan yang diberikan selama perlakuan, umur, dan jenis kelamin
b. Tidak dapat dikendalikan : penyakit hepar, penyakit pankreas, hormonal, stres
F. Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak kelopak bunga rosela Hibiscus sabdariffa L. Ekstrak kelopak bunga rosela yaitu ekstrak etanol dari kelopak
bunga rosela. Kelopak bunga rosela didapat dari kebun tanaman obat Merapi Farma, Sleman. Dikeringkan dan diekstraksi di Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu LPPT Universitas Gadjah Mada UGM Yogyakarta, dengan metode perkolasi sebagai metode penyarian
karena beberapa keuntungan yang dimilikinya, yaitu hasil ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi, serta singkatnya waktu pembuatan.
Ekstrak kelopak bunga rosela dibuat dalam tiga tingkatan dosis, yaitu 65
ii mg 200 g BB, 130 mg 200 g BB dan 195 mg 200 g BB. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. 2. Kadar Gula Darah
Yang dimaksud adalah kadar gula darah tikus putih adalah kadar gula darah yang diukur sebelum perlakuan, 7 hari setelah induksi
aloksan dan setelah pemberian perlakuan selama 30 hari. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan cara mengambil darah tikus putih
melalui sinus orbitalis dengan menggunakan tabung mikro kapiler sebanyak 1 ml tiap ekor. Kemudian diperiksa kadar gula darahnya pada
laboratorium klinik dengan metode glucose oxidase, yaitu 1 ml darah tikus putih dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
kemudian diambil serumnya. Kurang lebih 0,5 serum dimasukkan ke dalam sample cup, kemudian dimasukkan ke dalam alat pemeriksa
stardust dan didapatkan kadar gula darah tikus putih dengan satuan mgdl. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
rasio.
3. Variabel luar yang dapat dikendalikan a. Makanan
Makanan adalah salah satu sumber glukosa dalam tubuh, sehingga perubahan kadar gula dalam darah dapat dipengaruhi oleh
makanan. Untuk itu pemberian makanan setiap perlakuan dibuat sama
ii jumlah dan jenisnya, yaitu makanan buatan pellet dengan merk yang
sama. b. Kualitas kelopak bunga rosela
Tempat tumbuh dan proses pengeringan yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas zat gizi yang terkandung dalam kelopak bunga
rosela Maryani dan Kristiana, 2008. Pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan minuman rosela tidak cukup menjaga senyawa aktif di
dalamnya Faridah, 2008. Untuk mengendalikannya digunakan kelopak bunga rosela yang dikeringkan secara higienis dengan suhu
yang terjaga dan disimpan dalam tempat tertutup yang terlindung dari sinar matahari secara langsung.
c. Jenis kelamin tikus Dipilih tikus putih jenis kelamin jantan.
d. Galur tikus Faktor genetik berperan dalam menentukan kadar gula darah.
Heterogenitas genetik dapat memberikan perbedaan tingkat respon pada makanan, yang akan berpengaruh terhadap kadar gula darah.
Untuk meminimalkan bias, digunakan tikus putih dari strain yang sama, sehingga sampel dapat dikatakan homogen.
e. Umur tikus Tikus putih yang dipakai berumur sekitar 3 bulan.
f. Berat badan tikus
ii Tikus dipilih yang sudah mencapai berat badan ± 200 gram
sehingga memudahkan dalam konversi dosis. Data lengkap berat badan tikus dapat dilihat di lampiran .
g. Suhu udara Tikus dikandangkan dalam ruangan dengan suhu berkisar antara
25-28 °C. 4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
a. Penyakit hati Penyakit hati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
terjadinya kerusakan sel hati hepatosit yang mengakibatkan gangguan fungsi hati. Penyakit hati dapat menimbulkan kelainan pada
kadar gula darah sebab hati merupakan tempat degradasi insulin, sehingga bila hati rusak, jumlah insulin akan meningkat sehingga akan
menurunkan kadar gula darah.. Kerusakan sel hati tikus putih merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
peneliti karena untuk pemeriksaan pankreas membutuhkan biaya yang besar.
b. Penyakit pankreas Insulin adalah hormon yang disekresikan oleh sel beta pankreas,
yang merupakan kira-kira 60 dari semua sel pankreas Guyton dan Hall, 2003. Penyakit pankreas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kerusakan yang terjadi pada sel beta pulau Langerhans
ii pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Kerusakan ini dapat
menurunkan produksi insulin. Pada penelitian ini merupakan salah satu faktor yang juga tidak dapat dikendalikan karena untuk
pemeriksaan pankreas membutuhkan biaya yang besar. c.
Hormonal Sistem hormon berpengaruh pada pengaturan kadar gula darah.
Dalam keadaan normal, bermacam-macam hormon tertentu disekresi dalam tubuh yang nantinya akan mempengaruhi kadar gula darah.
Pemeriksaan hormonal memerlukan biaya yang besar. d.
Stres Stres tidak mungkin dapat dihindari pada tikus yang mendapat
perlakuan. Stres dapat disebabkan oleh penyuntikan, penyondean, dan pengambilan darah melalui vena mata yang berulang, suasana gaduh, dan
lain sebagainya. Pada keadaan stres yang berat terjadi pelepasan epinefrin. Epinefrin meningkatkan kadar gula darah. Jadi, stres
meningkatkan kadar gula darah Murray dkk, 1996. Pengaruh ini dapat dikurangi dengan adanya waktu adaptasi sebelum percobaan dan
pemisahan subyek penelitian dalam kandang yang terpisah.
G. Rancangan Penelitian