Kode Etik BPK LANDASAN TEORI PERSEPSI AUDITOR TENTNG PENTINGNYA KEAHLIAN AUDIT FORENSIK: KOMPARASI AUDITOR PEMERINTAH DAN AUDITOR SWASTA.

39 3 Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau badan sesuai dengen undang-undang. Untuk memudahkan pemahaman mengenai bagaimana arus laporan ikhtisar hasil pemeriksaan oleh BPK dapat digambarkan melalui gambar berikut. Dimana garis putus-putus menunjukkan arus laporan ikhtisar hasil pemeriksaan BPK. Gambar 2.3 Arus Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Sumber: Tuanakotta. 2010. Akuntansi Forensik Audit Investigatif

2.9 Kode Etik BPK

BPK RI telah memiliki kode etik sesuai Peraturan BPK RI No.2 Tahun 2011 tentang kode etik Badan Pemeriksa Keuangan. Kode etik tersebut adalah norma- norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK, pemeriksa dan pelaksana BPK lainnya selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, 40 dan kredibilitas BPK. Pasal 2 kode etik BPK menyebutkan bahwa kode etik bertujuan untuk memberikan pedoman yang wajib ditaati oleh anggota BPK, pemeriksa, dan pelaksana BPK lainnya untuk mewujudkan BPK yang berintegritas, independen, profesional demi kepentingan negara. Pada BPK RI, peraturan mengenai etika diatur pada PBPK Nomor 2 Tahun 2007 tentang Etika Badan Pemeriksa Keuangan. Pasal 6 ayat 2 PBPK Nomor 2 Tahun 2007 menyatakan bahwa: Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib: a. bersikap netral dan tidak memihak, b. menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban profesionalnya, c. menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi, d. mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang diperiksa dalam menyusun opini atau laporan pemeriksaan, dan e. bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri. Pasal 7 ayat 1 PBPK Nomor 2 Tahun 2007 menyatakan bahwa: Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pemeriksa wajib: a. bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan, b. bersikap tegas untuk mengemukakan dan atau melakukan hal-hal yang menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan, dan c. bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia pihak yang diperiksa. Pasal 8 ayat 1 PBPK Nomor 2 Tahun 2007 menyatakan bahwa: Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa wajib: a. menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan. 41 b. menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa dan hanya mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang. c. menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain. d. menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya. e. mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. f. memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam rangka melaksanakan tugas pemeriksaan. g. menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara Pemeriksa sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas. h. saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dalam menjalankan tugas pemeriksaan. i. menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan ekonomis.

2.10 Standar Pemeriksaan BPK dalam Audit Forensik