Pengaruh Pengalaman Auditor dan Keahlian Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Implikasinya pada Kualitas Audit.

(1)

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR DAN

IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT

SKRIPSI

Oleh:

MADE WAHYU HADIPRABAWA NIM: 1206305061

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR DAN

IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT

SKRIPSI

Oleh:

MADE WAHYU HADIPRABAWA NIM: 1206305061

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 14 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Drs. I D. G. Dharma Suputra, M.Si, Ak ………

2. Sekretaris : Dr. Drs. Ketut Muliartha R.M., MM, Ak, CPA ………

3. Anggota : Dr. I G. A. M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. Dr. Drs. Ketut Muliartha R.M., MM, Ak, CPA NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19560108 198503 1 001


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 4 Januari 2016 Mahasiswa,

Made Wahyu Hadiprabawa NIM. 1206305061


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Auditor dan Keahlian Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Implikasinya pada Kualitas Audit” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Dr. I Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai pembimbing akademik. 5. Dr. Drs. Ketut Muliartha RM., MM, Ak, CPA., sebagai dosen pembimbing,

terimakasih atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Drs. I D. G. Dharma Suputra, M.Si, Ak dan Dr. I G. A. M. Asri Dwija Putri, SE., M.Si., sebagai dosen penguji skripsi, terimakasih atas waktu, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga tercinta Bapak I Made Suarabawa, Ibu Ni Made Sukadi, Kakak Putu Yulinda Puspita, dan Adik Komang Aris Putrawibawa atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Oka Surya Utama, Mahindra Yogi, Krisna Junanta, Wiwekandari, Ayu Diah Kusumantari, Gank Belajar, HMJ Akuntansi, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 4 Januari 2016


(6)

Judul : Pengaruh Pengalaman Auditor dan Keahlian Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Implikasinya pada Kualitas Audit

ABSTRAK

Kualitas audit merupakan bentuk pelaksanaan audit yang harus dicapai oleh auditor dalam mengungkapkan pelanggaran maupun kesalahan dalam laporan keuangan. Hasil audit yang berkualitas dapat memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi bagi para pengambil keputusan berkenaan dengan informasi keuangan yang disajikan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor dan keahlian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor dan implikasinya pada kualitas audit. Penelitian dilakukan di Kantor Akuntan Publik yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015. Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan metode purposive sampling adalah sejumlah 52 auditor. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor dan teknik analisisnya menggunakan analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa pengalaman auditor dan keahlian auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Pengalaman auditor, keahlian auditor, dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif pada kualitas audit. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor, sedangkan keahlian auditor tidak berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.

Kata kunci: pengalaman auditor, keahlian auditor, skeptisisme profesional auditor, kualitas audit

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of auditor experience and expertise of the auditor's professional skepticism auditors and its implications on the quality of the audit. The study was conducted in a registered public accounting firm on the Indonesian Institute of Accountants (IAPI) in 2015. The number of samples obtained by purposive sampling method is the number of 52 auditors. Data was collected by distributing questionnaires to auditors and analysis techniques using path analysis (path analysis). Based on the analysis, it is known that the auditor's experience and expertise auditor positive effect on the auditor's professional skepticism. Auditor's experience, expertise auditor, and the auditor's professional skepticism positive effect on audit quality. The study also found that the auditor's experience a positive effect on the quality of the audit through the auditor's professional skepticism, whereas the expertise of auditors has no effect on audit quality through the auditor's professional skepticism.

Keywords: Experience Auditor, Auditor Expertise, Professional Skepticism Auditor, Quality Audit


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori sikap dan perilaku ... 11

2.1.2 Auditing ... 12

2.1.3 Standar audit... 13

2.1.4 Pengalaman auditor ... 14

2.1.5 Keahlian auditor ... 16

2.1.6 Skeptisisme profesional auditor ... 17

2.1.7 Kualitas audit ... 18

2.2 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25

3.3 Objek Penelitian ... 26

3.4 Identifikasi Variabel ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.6.1 Jenis data ... 30

3.6.2 Sumber data ... 31

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 31


(8)

3.7.2 Sampel ... 32

3.7.3 Metode penentuan sampel ... 32

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.9 Teknis Analisis Data ... 33

3.9.1 Uji validitas ... 33

3.9.2 Uji reliabilitas ... 34

3.9.3 Transformasi data ... 34

3.9.4 Uji asumsi klasik ... 34

3.9.5 Analisis jalur (path analysis) ... 36

3.9.6 Koefisien determinasi... 39

3.9.7 Uji kelayakan model (uji F) ... 40

3.9.8 Uji hipotesis (uji t) ... 40

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 41

4.2 Data Penelitian ... 42

4.2.1 Deskripsi responden ... 42

4.2.2 Karakteristik responden ... 43

4.3 Statistik Deskriptif ... 45

4.4 Hasil uji Instrumen ... 47

4.4.1 Uji validitas ... 47

4.4.2 Uji reliabilitas ... 48

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 48

4.5.1 Uji normalitas ... 49

4.5.2 Uji multikolinearitas ... 49

4.5.3 Uji heteroskedastisitas ... 50

4.6 Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) ... 51

4.7 Hasil Koefisien Determinasi ... 56

4.8 Hasil Kelayakan Model (Uji F) ... 56

4.9 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ... 57

4.10 Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR RUJUKAN ... 71


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Bali, 2015 ... 25

3.2 Jumlah Auditor di Kantor Akuntan Publik, 2015 ... 32

3.3 Ringkasan Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total ... 39

4.1 Jumlah Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 42

4.2 Data Pengambilan dan Pengembalian Kuesioner ... 43

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 44

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Dibidang Audit 44

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

4.6 Hasil Statistik Deskriptif... 46

4.7 Hasil Uji Validitas ... 47

4.8 Hasil Uji Reliabilitas... 48

4.9 Hasil Uji Normalitas Regresi 1 ... 49

4.10 Hasil Uji Normalitas Regresi 2 ... 49

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi 1 ... 50

4.12 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi 2 ... 50

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi 1 ... 51

4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi 2 ... 51

4.15 Regresi Pengaruh Tidak Langsung ... 52

4.16 Regresi Pengaruh Langsung ... 52 4.17 Rekapitulasi Output Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 24 3.2 Model Analisis Jalur (Path Analysis) ... 37 4.1 Validasi Model Analisis Jalur Akhir ... 54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Surat Permohonan Kuesioner ... 77

2 Kuesioner Penelitian ... 78

3 Tabulasi Data Ordinal ... 83

4 Tabulasi Data Interval... 87

5 Statistik Deskriptif ... 91

6 Hasil Uji Validitas ... 92

7 Hasil Uji Reliabilitas... 96

8 Hasil Uji Normalitas ... 97

9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 98

10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 100


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu media penting untuk mengkomunikasikan kondisi dan fakta-fakta mengenai suatu perusahaan dan sebagai dasar untuk menilai posisi keuangan perusahaan (Prastamawati, 2009). Laporan keuangan tersebut menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan oleh orang-orang yang berkepentingan diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, manajemen, kreditur, investor, pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi dari laporan keuangan. Menurut

Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Muliani dan Icuk (2010), dua

karakteristik terpenting yang harus dimiliki dalam laporan keuangan agar bermanfaat dan berguna bagi pemakai informasi adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

(reliable). Wisteri (2015) mengatakan kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit

untuk diukur dikarenakan adanya benturan kepentingan yang terjadi diantara manajemen (agent) dengan pemilik (principal), sehingga untuk menengahi perbedaan kepetingan tersebut maka para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor yang independen untuk mengurangi asimetri informasi ini guna mewujudkan laporan keuangan yang relevan dan dapat diandalkan.

Tugas seorang akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang


(13)

telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Matondang, 2010). Akibat berlangsungnya proses negosiasi antara auditor dengan klien dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan menyebabkan auditor berada pada situasi yang dilematis sehingga mempengaruhi kualitas audit. Satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang (Muliani dan Icuk, 2010). Kurang kuatnya prosedur audit menunjukkan kurang hati-hatinya auditor dalam menentukan prosedur audit, sehingga kurang profesional dan akan berakibat menurunkan kualitas audit (Gita, 2014).

Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern klien merupakan salah satu indikasi auditor telah melaksanakan audit secara berkualitas. Tujuannya adalah untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkungan pengujian yang akan dilaksanakan sesuai dengan standar pekerjaan lapangan point kedua (Halim, 2008). Kualifikasi dan kualitas auditor telah diatur dalam sebuah standar umum di dalam standar auditing sesuai dengan SPAP SA Seksi 201 (2001) untuk mengatasi perbedaan kepentingan antara klien dengan para pemakai laporan keuangan (Matondang, 2010).

Ketika terjadi situasi konflik audit inilah auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan dengan cara mempertahankan independensinya (Kautsarrahmelia, 2013). Klien mungkin saja


(14)

melakukan penghentian penugasan bila auditor menolak memenuhi keinginannya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran moral auditor memainkan peran penting dalam mengambil keputusan akhir. Seorang auditor harus tetap profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinannya (Arens, et al., 2008).

Sikap kehati-hatian dalam pengambilan keputusan audit terutama dalam menentukan opini atas laporan keuangan menjadi dimensi penting yang harus diperhatikan seorang auditor. Auditor sebagai individu dihadapi oleh persepsi kompleksitas audit tentang kesulitan suatu tugas auditnya karena banyak menghadapi persoalan yang kompleks (Ika, 2011). Sehingga ketepatan pengambilan keputusan akan mencerminkan kualitas seorang auditor tersebut.

Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti yang terjadi pada Olympus Corp. Perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal Jepang telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an dan akhirnya terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corp. membayar 687 juta dollar AS atau sekitar 6 triliun rupiah sebagai biaya penasihat keuangan untuk menyembunyikan kerugian (Kautsarrahmelia, 2013). Olympus Corp. secara bergantian diaudit oleh KAP yang tergolong big five, yaitu Arthur Andersen, KPMG dan Ernest & Young. Namun temuan-temuan menunjukkan terjadi kegagalan dalam mendekteksi maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan (Kautsarrahmelia, 2013). Kegagalan


(15)

tersebut bisa terjadi karena kurangnya independensi, keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun skeptisisme auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik ditunjukkan dari segi lamanya waktu penyelesaian audit maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang subtantif (Matondang, 2010). Auditor yang memiliki lebih banyak pengalaman dapat menghasilkan berbagai macam harapan dalam menjelaskan temuan auditnya. Auditor dengan pengalaman dua tahun memiliki sikap profesional, komitmen terhadap kinerja organisasi, dan kualitas audit (Gita, 2014). Ramdanialsyah (2010), Nurmalita (2011), dan Agustin (2013) telah meneliti tentang pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan menunjukkan hasil bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Badjuri (2011) serta Piorina dan Ramantha (2015) menunjukkan hasil dari penelitiannya bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Desyanti dan Ratnadi (2006) mendefinisikan keahlian merupakan keterampilan dari seorang ahli. Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan. Hayes Roth et al. (1983) dalam Desyanti dan Ratnadi (2006) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.


(16)

Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan. Seorang auditor dalam melaksanakan audit bukan semata hanya untuk kepentingan klien melainkan juga untuk pihak yang lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Keahlian diperlukan karena seorang auditor independen sebagai pihak yang memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan akhir-akhir ini menghadapi tuntutan pertanggungjawaban yang lebih besar atas berbagai praktek yang terjadi dalam perusahaan yang diauditnya (Metondang, 2010). Penelitian Badriyah (2009) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit yang menunjukkan hasil bahwa keahlian berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Ashari (2011) dan Riharna (2013) yang menyatakan keahlian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Securities and Exchange Commissions (SEC) menemukan bahwa urutan

ketiga dari penyebab kegagalan audit adalah tingkat skeptisisme profesional yang kurang memadai. Dari 45 kasus audit yang diteliti SEC, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisisme profesional yang memadai (Beasley, et al., 2001:65). Rendahnya sikap skeptisme profesional yang dimiliki akan mengurangi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sehingga auditor tidak mampu memenuhi tuntutan untuk menghasilkan laporan yang berkualitas (Wisteri, 2015).

Skeptisisme perlu diperhatikan oleh auditor profesional agar hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan laporan tersebut. Auditor dituntut untuk selalu cermat dan seksama dalam


(17)

menggunakan kemahiran profesionalnya. Akan tetapi dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki oleh para auditor yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan (Bunga dan Januarti, 2013).

Seorang auditor yang skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Sabrina dan Indira, 2011). Sikap skeptisisme profesional auditor ini, auditor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, menjunjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas audit dan citra profesi auditor tetap terjaga. Relevan dengan definisi skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2015). Berdasarkan penelitian Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Ayu dan Lely (2015) yang menemukan bahwa sikap skeptisme berpengaruh terhadap kualitas audit.

Uraian latar belakang tersebut memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian terkait faktor pengalaman auditor dan keahlian auditor terhadap kualitas audit dengan skeptisisme profesional auditor sebagai variabel pemediasi. Peneliti menggunakan skeptisisme profesional auditor sebagai variabel intervening karena skeptisisme profesional auditor berhubungan dengan pengumpulan dan penilaian


(18)

bukti secara tepat, dimana kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki auditor, maka kualitas adit yang dihasilkan akan semakin baik (Ayu dan Lely, 2015). Penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian yang telah dilakukan Ayu dan Lely (2015) yang meneliti pengaruh independensi auditor dan kompetensi auditor terhadap skeptisisme profesional auditor dan implikasinya pada kualitas audit. Perbedaan peneilitian ini dengan Ayu dan Lely (2015) terletak pada variabel independen yang digunakan. Penelitian ini menggunakan pengalaman auditor dan keahlian auditor sebagai variabel independen karena keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam melakukan prosedur audit karena keahlian seorang auditor juga cenderung mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor (Sabrina dan Indira, 2011). Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Pengaruh Pengalaman Auditor dan Keahlian Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Implikasinya pada Kualitas Audit”.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana pengaruh pengalaman auditor terhadap skeptisisme profesional auditor?

2) Bagaimana pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit?

3) Bagaimana pengaruh keahlian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor?


(19)

5) Bagaimana pengaruh skeptisisme profesional auditor pada kualitas audit? 6) Bagaimana pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit melalui

skeptisisme profesional auditor?

7) Bagaimana pengaruh keahlian auditor pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor?

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap skeptisisme

profesional auditor.

2) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit.

3) Untuk mengetahui pengaruh keahlian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor.

4) Untuk mengetahui pengaruh keahlian auditor pada kualitas audit.

5) Untuk mengetahui pengaruh skeptisisme profesional auditor pada kualitas audit.

6) Untuk mengetahui pengalaman auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.

7) Untuk mengetahui keahlian auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.


(20)

1.2.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan atau wawasan, menambah referensi dan informasi bagi mahasiswa serta dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama mengenai pengaruh pengalaman auditor dan keahlian auditor terhadap skeptisisme profesional auditor dan implikasinya pada kualitas audit.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada auditor Kantor Akuntan Publik di Bali serta dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan keahliannya dalam melakukan audit sedangkan untuk masyarakat diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada akuntan publik dalam melakukan audit.

1.3 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini, konsep-konsep, antara lain uraian mengenai


(21)

teori sikap dan perilaku, auditing, standar audit, pengalaman auditor, keahlian auditor, skeptisisme profesionl auditor, kualitas audit dan rumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, subyek dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjabarkan gambaran umum kantor akuntan publik, karakteristik responden, hasil penelitian serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam bab pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

Teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Trinandis (1971), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Jazen (1985) dalam Arumsari (2014) menyatakan bahwa sikap dapat dipelajari, sikap mendefinsikan prediposisi kita terhadap aspek-aspek yang terjadi di dunia, sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan orang lain, dan sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang obyek, orang, atau peristiwa.

Perilaku ditentukan untuk apa orang-orang ingin lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan (aturan-aturan sosial), apa yang mereka bisa lakukan (kebiasaan) dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan (Yulian, 2012). Lebih lanjut dijelaskan sikap sebagai kecenderungan individu untuk berpikir, merasa atau bertindak secara positif atau negatif terhadap objek di lingkungan kita. Sikap juga dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses kognitif yaitu keyakinan, komponen afektif yaitu suka dan tidak suka, berkaitan dengan apa yang dirasakan dan komponen perilaku yaitu bagaimana seorang ingin berperilaku terhadap sikap.


(23)

Piorina dan Ramantha (2015) menjelaskan perilaku seseorang disebabkan oleh faktor personal. Pengertian faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, faktor personal terdiri atas sikap pengalaman auditor dalam mengudit laporan keuangan, keahlian auditor, serta sikap skeptisisme profesional auditor yang dimiliki auditor terhadap kualitas audit laporan keuangan sehingga peran faktor personal sangat mempengaruhi kepribadian seorang auditor dalam bersikap jujur, teliti, terampil serta tidak memihak dalam pemberian opini terhadap laporan keuangan yang diauditnya.

2.1.2 Auditing

Auditing didefinisikan dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing

Concepts) adalah sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Halim, 2008:1). Mulyadi (2010) dalam Ramdanialsyah (2010) mendefenisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Tujuan utama dari audit adalah untuk memastikan pengguna bahwa laporan keuangan bebas dari bahan salah saji, nilai audit tergantung dari persepsi pihak-pihak


(24)

yang berkepentingan yang dinilai dari probabilitas bahwa auditor akan menemukan pelanggaran atau kesalahan dalam sistem pelaporan dan pada probabilitas bahwa auditor akan melaporkan pelanggaran ditemukan atau kesalahan (Al-Khaddash, et al., 2013)

Menurut Arrens and Loebbecke (2005) dalam Ashari (2011) mendefinisikan pengertian auditing adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti – bukti yang menjadi pendukung informasi kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauh mana kesesuaian antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen. Auditing merupakan suatu prosesi bagi auditor yang sangat dibutuhkan spesialisasi tertentu dalam menentukan derajat kualitasnya. Profesi akuntan publik mempunyai kedudukan berbeda dibandingkan profesi lain. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan tugasnya dituntut mempunyai derajat keahlian yang memadai (Prastamawati, 2009).

2.1.3 Standar Audit

Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesional dan memelihara skeptisisme profesional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan. Standar audit terbagi atas 4 bagian yaitu prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab, penilaian risiko dan respons terhadap risiko yang telah dinilai, atas entitas dan lingkungannya, bukti audit, penggunaan pekerjaan lain, kesimpulan audit dan pelaporan, dan area-area khusus yang kesemuanya terdiri atas 35 butir pernyataan standar audit.


(25)

Pada penelitian ini lebih mengacu pada Standar Audit (SA) 200 mengenai Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu Audit Berdasarkan Standar Audit. Terdapat Pasal A18 hingga A22 dalam SA 200 yang mengatur sikap skeptisisme profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor.

2.1.4 Pengalaman Auditor

Herman (2009) dalam Ramdanialsyah (2010) menyatakan bahwa pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan sebagai auditor yang berpengalaman (Ramdanialsyah, 2010). Karena semakin lama bekerja sebagai auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.

Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya (Yulian, 2012). Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Choo dan Trotman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum dibandingkan auditor yang


(26)

kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item yang umum.

Penelitiaan serupa dilakukan oleh Tubbs (1992), menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkaan auditor yang pengalaman auditya lebih sedikit. Ananing (2006) dalam Ramdanialsyah (2010) mengatakan bahwa seorang yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal seperti mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap, dan

sophisticated dibandingkan dengan seseorang yang belum berpengalaman.

Pengalaman dalam praktik audit juga harus mensyaratkan asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing juga harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapat supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya oleh atasan yang lebih berpengalaman (IAI, 2015). Akuntan publik harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam profesinya serta mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi (Prastamawati, 2009). Oleh karena itu pengalaman auditor telah dipandang sebagai suatu faktor yang penting.


(27)

2.1.5 Keahlian Auditor

Menurut Sabrina dan Indira (2011) keahlian audit adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain. Keahlian auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama (Ashari, 2011). Trotter dalam Mayangsari (2003) mengartikan keahlian adalah mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Prakteknya definsi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi

(official recognition) seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus

(consensual acclamation) seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri

tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut keahlian (Mayangsari, 2003).

Keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit itu sendiri, tolak ukurnya adalah tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang pendidikan sarjana formal (Gusti dan Ali, 2008). Adapun secara umum ada 5 (lima) pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003 dalam Yulian, 2012) menjelaskan bahwa pengetahuan tersebut terbagi menjadi sebagai berikut, pengetahuan pengauditan umum, pengetahuan area fungsional, pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, pengetahuan mengenai industri khusus, dan pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.


(28)

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu Gusti dan Ali (2008) serta Sabrina dan Indira (2011) menghubungkan antara keahlian audit dengan skeptisisme profesional auditor maka dalam penelitian ini keahlian audit juga akan dijadikan sebagai salah satu variabel independen yang berhubungan dengan skeptisisme profesional auditor

2.1.6 Skeptisisme Profesional Auditor

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2012 dalam Kautsarrahmelia (2013) menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Standar auditing menggambarkan skeptisisme profesional sebagai sikap yang mencakup pikiran pertanyaan dan kesadaran akan kemungkinan penipuan (Bowlin, et al., 2012). Nelson (2009: 4) mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai penilaian terhadap tingginya risiko bahwa pernyataan manajemen tidak sepenuhnya benar. Skeptisisme profesional merupakan komponen penting dari pola pikir auditor dan pelatihan sesuai skeptisisme profesional merupakan ciri mutlak dari auditor yang berkualitas (Westermann, et al., 2014).

Skeptisisme profesional menunjukkan auditor tidak mudah percaya dan puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen adalah jujur (Rusyanti, 2010). Shaub dan Lawrence (1996) mengartikan skeptisisme profesional auditor sebagai berikut “professional scepticism is a choice to fulfill the professional auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s behavior…”. Skeptisme profesional digabungkan ke dalam literatur


(29)

profesional yang membutuhkan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material. Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain (Kautsarrahmelia 2013).

Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Rusyanti, 2010). Tanpa menerapkan skeptisme profesional, hanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja yang akan ditemukan oleh auditor dan akan sulit untuk menemukan salah saji yang yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.

2.1.7 Kualitas Audit

De Angelo (1991) dalam Adeniyi dan Mieseigha (2013) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan jujur melaporkan kesalahan material, kekeliruan dan kelalaian yang terdeteksi dalam sistem akuntansi klien. Rusyanti (2010) mendefenisikan kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewangan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk


(30)

masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja. Kualitas auditor merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan.

Hasil penelitian Deis dan Giroux (1992) menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Penelitian ini dilakukan atas empat hal yang dianggap mempunyai hubungan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Oktania dan Suryono (2013) mengatakan semakin tinggi pengalaman yang dimiliki auditor maka skeptisisme profesional auditornya akan meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan pengalamannya, seorang auditor tidak akan mudah percaya terhadap kliennya dan akan selalu memertanyakan laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya serta akan selalu bersikap hati-hati dalam mengerjakan


(31)

tugasnya. Pernyataan di atas didukung pula dengan hasil penelitian dari Pramudita (2012), Paulus (2013) serta Winantyadi dan Waluyo (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara pengalaman terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut.

H1: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. 2.2.2 Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit

Seorang auditor akan lebih mudah untuk mendeksi kesalahan maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan kliennya apabila auditor tersebut memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang audit, dengan pengalaman yang dimilikinya maka auditor akan mampu untuk menghasilkan kualitas audit yang baik jika dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang audit. Menurut hasil penelitian Ramdanialsyah (2011) menunjukkan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut didukung pula dengan hasil penelitian Ika (2011), Nurmalita (2011) dan Agustin (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Maka dari penjelasan diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.


(32)

2.2.3 Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Skeptisisme Prifesional Auditor Keahlian yang dimiliki oleh auditor dapat membuat skeptisme yang dimiliki oleh auditor menjadi meningkat. Hal tersebut dikarenakan dengan keahlian yang dimilikinya, seorang auditor dapat menggunakan pengetahuan, keterampilan serta kompetensi yang dimilikinya untuk mendeteksi salah saji maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan klien sehingga auditor tersebut akan cenderung untuk bersikap hati-hati atau selalu memertanyakan laporan keuangan kliennya. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Winantyadi dan Waluyo, 2014), Oktania dan Suryono (2013) dan Paulus (2013) yang menyatakan bahwa keahlian auditor memiliki hubungan yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor.

H3: Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. 2.2.4 Pengaruh Keahlian Auditor pada Kualitas Audit

Keahlian yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun penguasaan terhadap objek audit juga harus dimiliki oleh serang auditor. Auditor juga dituntut untuk menguasai disiplin ilmu lain yang mendukung pekerjaannya dan mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan berkomunikasi secara efektif (Sari, 2014). Ashari (2011) dan Riharna (2013) mengatakan auditor yang memiliki keahlian akan menghasilkan audit yang berkualitas dibandingkan dengan auditor yang tidak meiliki keahlian, karena dengan keahlian yang dimilikinya seorang auditor dapat menyelesaikan tugasnya secara profesional, sehingga akan menghasilkan audit yang


(33)

berkualitas tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H4: Keahlian auditor berpengaruh positif pada kualitas audit.

2.2.5 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor pada Kualitas Audit

Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Rusyanti, 2010). Auditor dituntut untuk selalu cermat dan seksama dalam menggunakan kemahiran profesionalnya. Skeptisisme perlu diperhatikan oleh auditor profesional agar hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan laporan tersebut (Ayu dan Lely, 2015). Hasil penelitian Queena (2012) serta Ayu dan Lely (2015), menunjukkan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. H5: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif pada kualitas audit.

2.2.6 Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit melalui Skeptisisme Profesional Auditor

Skeptisme profesional adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menilai secara kritis bukti-bukti audit. Fitriany dan Hafifah (2012) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan skeptisme profesional auditor adalah banyaknya pengalaman audit


(34)

karena dengan penglaman yang dimilikinya seorang auditor dapat melakukan tugasnya dengan lebih berhati-hati dan cermat, sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa sikap skeptis berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian lainnya juga menyatakan sikap skeptisme berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit (Piorina dan Ramantha, 2015). Berdasarkan pemaparan diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H6: Pengalaman auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.

2.2.7 Pengaruh Keahlian Auditor pada Kualitas Audit melalui Skeptisisme Profesional Auditor

Ashari (2011) mengatakan keahlian yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila keahlian rendah/buruk maka kualitas audit akan rendah/buruk. Auditor yang memiliki keahlian yang diperoleh dari beberapa seminar atau pelatihan-pelatihan dalam hal pengauditan, sehingga mempengaruhi auditor untuk memiliki sikap skeptisisme profesional auditor (Ayu dan Lely, 2015). Auditor yang memiliki keahlian dapat melaksanakan tugas sesuai dengan standar dan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan serta keahlian teknis yang memadai (Pangestika dkk, 2014). Dengan keahlian yang memadai dan memiliki sikap skeptisisme profesional maka diharapkan auditor dapat memberikan kualitas audit yang baik. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H7: Keahlian auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.


(1)

profesional yang membutuhkan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material. Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain (Kautsarrahmelia 2013).

Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Rusyanti, 2010). Tanpa menerapkan skeptisme profesional, hanya salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja yang akan ditemukan oleh auditor dan akan sulit untuk menemukan salah saji yang yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.

2.1.7 Kualitas Audit

De Angelo (1991) dalam Adeniyi dan Mieseigha (2013) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan jujur melaporkan kesalahan material, kekeliruan dan kelalaian yang terdeteksi dalam sistem akuntansi klien. Rusyanti (2010) mendefenisikan kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewangan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk


(2)

masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja. Kualitas auditor merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan.

Hasil penelitian Deis dan Giroux (1992) menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Penelitian ini dilakukan atas empat hal yang dianggap mempunyai hubungan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Oktania dan Suryono (2013) mengatakan semakin tinggi pengalaman yang dimiliki auditor maka skeptisisme profesional auditornya akan meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan pengalamannya, seorang auditor tidak akan mudah percaya terhadap kliennya dan akan selalu memertanyakan laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya serta akan selalu bersikap hati-hati dalam mengerjakan


(3)

tugasnya. Pernyataan di atas didukung pula dengan hasil penelitian dari Pramudita (2012), Paulus (2013) serta Winantyadi dan Waluyo (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara pengalaman terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut.

H1: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. 2.2.2 Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit

Seorang auditor akan lebih mudah untuk mendeksi kesalahan maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan kliennya apabila auditor tersebut memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang audit, dengan pengalaman yang dimilikinya maka auditor akan mampu untuk menghasilkan kualitas audit yang baik jika dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang audit. Menurut hasil penelitian Ramdanialsyah (2011) menunjukkan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut didukung pula dengan hasil penelitian Ika (2011), Nurmalita (2011) dan Agustin (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Maka dari penjelasan diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.


(4)

2.2.3 Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Skeptisisme Prifesional Auditor Keahlian yang dimiliki oleh auditor dapat membuat skeptisme yang dimiliki oleh auditor menjadi meningkat. Hal tersebut dikarenakan dengan keahlian yang dimilikinya, seorang auditor dapat menggunakan pengetahuan, keterampilan serta kompetensi yang dimilikinya untuk mendeteksi salah saji maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan klien sehingga auditor tersebut akan cenderung untuk bersikap hati-hati atau selalu memertanyakan laporan keuangan kliennya. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Winantyadi dan Waluyo, 2014), Oktania dan Suryono (2013) dan Paulus (2013) yang menyatakan bahwa keahlian auditor memiliki hubungan yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor.

H3: Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. 2.2.4 Pengaruh Keahlian Auditor pada Kualitas Audit

Keahlian yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun penguasaan terhadap objek audit juga harus dimiliki oleh serang auditor. Auditor juga dituntut untuk menguasai disiplin ilmu lain yang mendukung pekerjaannya dan mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan berkomunikasi secara efektif (Sari, 2014). Ashari (2011) dan Riharna (2013) mengatakan auditor yang memiliki keahlian akan menghasilkan audit yang berkualitas dibandingkan dengan auditor yang tidak meiliki keahlian, karena dengan keahlian yang dimilikinya seorang auditor dapat menyelesaikan tugasnya secara profesional, sehingga akan menghasilkan audit yang


(5)

berkualitas tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H4: Keahlian auditor berpengaruh positif pada kualitas audit.

2.2.5 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor pada Kualitas Audit

Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Rusyanti, 2010). Auditor dituntut untuk selalu cermat dan seksama dalam menggunakan kemahiran profesionalnya. Skeptisisme perlu diperhatikan oleh auditor profesional agar hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan laporan tersebut (Ayu dan Lely, 2015). Hasil penelitian Queena (2012) serta Ayu dan Lely (2015), menunjukkan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. H5: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif pada kualitas audit.

2.2.6 Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit melalui Skeptisisme Profesional Auditor

Skeptisme profesional adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menilai secara kritis bukti-bukti audit. Fitriany dan Hafifah (2012) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan skeptisme profesional auditor adalah banyaknya pengalaman audit


(6)

karena dengan penglaman yang dimilikinya seorang auditor dapat melakukan tugasnya dengan lebih berhati-hati dan cermat, sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa sikap skeptis berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian lainnya juga menyatakan sikap skeptisme berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit (Piorina dan Ramantha, 2015). Berdasarkan pemaparan diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H6: Pengalaman auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.

2.2.7 Pengaruh Keahlian Auditor pada Kualitas Audit melalui Skeptisisme Profesional Auditor

Ashari (2011) mengatakan keahlian yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila keahlian rendah/buruk maka kualitas audit akan rendah/buruk. Auditor yang memiliki keahlian yang diperoleh dari beberapa seminar atau pelatihan-pelatihan dalam hal pengauditan, sehingga mempengaruhi auditor untuk memiliki sikap skeptisisme profesional auditor (Ayu dan Lely, 2015). Auditor yang memiliki keahlian dapat melaksanakan tugas sesuai dengan standar dan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan serta keahlian teknis yang memadai (Pangestika dkk, 2014). Dengan keahlian yang memadai dan memiliki sikap skeptisisme profesional maka diharapkan auditor dapat memberikan kualitas audit yang baik. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

H7: Keahlian auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor.


Dokumen yang terkait

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

PENGARUH INDEPENDENSI, TIME BUDGET PRESSURE, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN PENGALAMAN Pengaruh Independensi, Time Budget Pressure, Skeptisisme Profesional Auditor, Etika Auditor Dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Ha

0 3 17

PENGARUH INDEPENDENSI, TIME BUDGET PRESSURE, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN PENGALAMAN Pengaruh Independensi, Time Budget Pressure, Skeptisisme Profesional Auditor, Etika Auditor Dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Ha

0 3 16

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASIAUDIT, ETIKA DAN GENDER TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan Gender Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Surakarta Dan Yogya

0 2 19

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA DAN GENDER TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan Gender Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Surakarta Dan Yogy

0 2 14

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN PENGALAMAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi, Etika, Keahlian, Dan Pengalaman Dengan Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Aud

0 2 15

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN PENGALAMAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi, Etika, Keahlian, Dan Pengalaman Dengan Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Aud

0 1 17

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA, PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 1 12

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16

Skripsi PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, KEAHLIAN, PENGALAMAN, DAN SITUASI AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI

0 0 14