METODOLOGI PENELITIAN Persepsi Pasien Luka Diabetik Tentang Perawatan Luka Lembab ASRI Wound Care Clinic Medan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian Setiadi, 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab di Asri Wound Care Center Medan. 2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien luka diabetik yang sedang menjalankan perawatan dari bulan September sampai Oktober 2013 di ASRI Wound Care Center Medan. Berdasarkan hasil data dari ASRI Wound Care Center Medan, diperoleh data jumlah pasien luka diabetik yang sedang dalam perawatan dari bulan September sampai Oktober 2013 adalah sekitar 42 pasien. 2.2 Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi Notoadmojo, 2012. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode jenis total sampling yaitu seluruh populasi diteliti Mahfoedz, 2013. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 42 orang pasien luka diabetik dengan Universitas Sumatera Utara kriteria inklusi yaitu pasien luka diabetik yang sedang menjalani rawat jalan di ASRI Wound Care Center, bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan persetujuan menjadi responden baik lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Asri Wound Care Center Medan. Pemilihan lokasi sebagai tempat penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab dan lokasi mudah dijangkau sehingga efisien dalam waktu dan biaya. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai November 2013 sampai dengan Juni 2014. Pengumpulan data dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2014. 4. Pertimbangan Etik Penelitian Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari pemilik ASRI Wound Care Center Medan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh ethical clearence oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat rekomendasi dan ethical clearence, selanjutnya peneliti melakukan beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu memberikan lembar persetujuan informed consent menjadi responden sebelum penelitian dilakukan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak Universitas Sumatera Utara mencantumkan nama responden anonymity pada lembar pengumpulan data kuesioner. Nama responden akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset Hidayat, 2007. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan responden berhak untuk mengundurkan diri karena dalam penelitian ini responden bersifat suka rela dan tidak dipaksa. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Jenis kuesioner adalah jenis kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal membubuhkan tanda check-list √ pada kolom yang tersedia. Kuesioner ini terdiri atas dua bagian yaitu kuesioner data demografi pasien luka diabetik dan kuesioner pernyataan untuk persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab. Bagian pertama berupa kuesioner demografi meliputi kode, initial, umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan dan rutin kontrol. Bagian kedua berupa kuesioner persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab terdiri dari 30 pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab yang peneliti susun sendiri berdasarkan tinjauan pustaka Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari pernyataan untuk konsep luka lembab 1-10, pernyataan untuk pemilihan balutan 11-20 dan pernyataan untuk penyembuhan luka 21-30. Pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dan menggunakan skala Likert, yaitu Pernyataan positif nomor 1,2,3,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,21,22,23,24,25,27,28,30 dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju SS : 4, Setuju S : 3, Tidak Setuju TS : 2 dan Sangat Tidak Setuju STS : 1. Pernyataan negatif nomor 4,5,8,18,26,29 : Sangat setuju SS : 1, Setuju S : 2, Tidak setuju TS : 3, Sangat tidak setuju STS : 4. Total skor untuk pernyataan konsep luka lembab adalah 10-40, pernyataan pemilihan balutan 10-40 dan pernyataan penyembuhan luka adalah 10- 40. Semakin tinggi jumlah skor maka persepsi pasien semakin baik. Berdasarkan rumus statistik untuk mencari panjang kelas yaitu p = rentangbanyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, rentang didapat dengan mengurangkan nilai tertinggi dan nilai terendah sehingga didapat untuk konsep luka lembab 30, pemilihan balutan 30 dan penyembuhan luka 30 dan banyak kelas dibagi atas 2 kategori kelas untuk persepsi pasien, maka akan diperoleh panjang kelas untuk konsep luka lembab p=15, pemilihan balutan p=15 dan penyembuhan luka p=15. Nilai terendah 10 sebagai batas kelas interval pertama, maka untuk persepsi pasien tentang konsep luka lembab dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut : 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik, persepsi pasien tentang pemilihan balutan dikategorikan atas interval sebagai berikut : 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik, persepsi pasien tentang penyembuhan luka dikategorikan atas interval Universitas Sumatera Utara sebagai berikut 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik. 6. Uji Instrumen 6.1 Uji Validitas Kuesioner yang dibuat oleh peneliti perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh salah seorang dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah di Fakultas Keperawatan USU. Uji validitas dilakukan dengan memperbaiki beberapa kata, seperti mengganti kalimat mempercepat sembuhnya luka diganti dengan mendukung penyembuhan luka, tanpa ada kuesioner yang dibuang. 6.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrumen penelitian hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang di uji cobakan kepada 10 responden yang sesuai kriteria. Uji ini diadakan di EdWCare Langsa, Aceh. Uji reliabilitas untuk instrumen dianalisis menggunakan Cronbach alpha. Hasil diperoleh pada instrumen persepsi pasien tentang perawatan luka lembab adalah 0,871. Suatu Universitas Sumatera Utara instrumen dikatakan sudah reliabel jika nilai reliabilitasnya lebih dari 0,70 Polit Hungler, 1995. 7. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian setelah permohonan izin telah diperoleh, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian kepada pemilik ASRI Wound Care Center Medan. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti dapat melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria yang sudah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta menandatangani lembar persetujuan informed concent. Responden yang bersedia diminta mengisi kuesioner yang diberikan peneliti selama ± 15 menit. Kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Untuk metode wawancara dipilih karena beberapa hal, antara lain waktu mengantri yang singkat, banyak responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner yang sudah selesai Universitas Sumatera Utara dijawab akan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa. 8. Analisa Data Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data pada kuesioner terkumpul. Analisa data dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama Editing untuk memeriksa kembali kelengkapan dan ketepatan data. Dilakukan dengan mengkoreksi data yang diperoleh meliputi pengisian, kelengkapan, dan kecocokan data yang dihasilkan. Kedua Coding, yaitu memberikan berupa angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Ketiga adalah entry data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan untuk dianalisa dengan program aplikasi komputer. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi Arikunto, 2006. Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. Penelitian telah dilakukan pada Maret – Mei 2014 di wilayah kerja ASRI Wound Care Center Medan. 1. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan dijabarkan mengenai deskripsi karakteristik responden dan persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. 1.1 Deskripsi Karakteristik Responden Deskripsi karakteristik responden mencakup, umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Untuk lebih menjelaskan hasil penelitan mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di ASRI Wound Care Center Medan n=42 Data Demografi Frekuensif Persentase Usia : ‐ 45-59 27 64,3 ‐ 60-74 12 28,6 ‐ 75-90 3 7,1 Jenis Kelamin: ‐ Laki-laki 16 38.10 ‐ Perempuan 26 61.90 Agama: ‐ Islam 30 71,40 ‐ Protestan 9 21,40 ‐ Katolik 2 4,80 ‐ Hindu 1 2,40 Pendidikan: ‐ SD 6 14,30 ‐ SMP 11 26,20 ‐ SMA 16 38,10 ‐ Diploma 6 14,30 ‐ Sarjana 3 7,10 Pekerjaan: ‐ Ibu rumah tangga 11 26,20 ‐ Buruh 6 14,30 ‐ PNS 4 9,5 ‐ Wirausaha 15 35,7 ‐ Petani 6 14,3 Penghasilan : ‐ Rp 1.320.000 19 45,20 ‐ Rp 1.320.000 23 54,80 Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang umur 45 - 59 tahun sebanyak 27 responden 64,3; responden mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden yaitu 26 responden 61,9; mayoritas responden adalah yang bersuku batak dengan jumlah responden 23 responden 54,8; responden mayoritas beragama islam yaitu 30 responden 71,4; kebanyakan responden tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA sebanyak 16 responden 38,1; mayoritas Universitas Sumatera Utara pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 responden 26,2; dan penghasilan keluarga responden yang terbesar adalah dibawah Rp. 1.305.000 yaitu sebanyak 23 responden 54,8. 1.2 Gambaran Persepsi Pasien Luka Diabetik Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan negatif berikut, yaitu lingkungan luka yang lembab akan menjadi tempat berkembangnya kuman penyakit, sebesar 11,9 ; luka ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk akan membuat luka saya membusuk, sebesar 14,3 ; luka yang kering menandakan luka akan segera sembuh, sebesar 14,3 ; istirahat yang cukup tidak akan berpengaruh dalam pemnyembuhan luka saya, sebesar 2,4. Responden menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan berikut, perawatan luka yang menggunakan pembalut yang tipis dan tidak tertutup rapat akan menyebabkan udara masuk dan memperlama penyembuhan luka, sebanyak 11,9 ; suasana luka yang lembab akan memaksimalkan penyembuhan luka, sebesar 7,1 ; balutan luka yang saya pakai menutupi luka saya sehingga kuman tidak dapat masuk, sebesar 11 ; Balutan luka yang saya gunakan saat ini sangat sederhana, cepat dan mudah dipasang, mudah juga dilepaskan, sebanyak 9,5. Untuk lebih menjelaskan distribusi frekuensi dapat dilihat pada lampiran. Universitas Sumatera Utara 1.3 Persepsi Pasien Luka Diabetik Tabel 5.2 Tingkat persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan n=42 Persepsi Kategori Frekuensi f Persentase Persepsi tentang Konsep Luka lembab Baik Kurang Baik 35 7 83,3 16,7 Persepsi tentang Pemilihan Balutan Baik Kurang Baik 36 6 85,7 14,3 Persepsi tentang penyembuhan luka Baik Kurang Baik 42 100 Persepsi pasien tentang Perawatan luka lembab Baik Kurang Baik 35 7 83,3 16,7 Pada Tabel 5.2 menggambarkan persepsi responden tentang perawatan luka lembab berdasarkan kemampuan responden menjawab kuisioner dengan benar meliputi 30 pertanyaan. Persepsi responden tentang perawatan luka lembab dikategorikan dalam 2 kategori yaitu: baik dan kurang. Hasil penelitian menggambarkan bahwa persepsi pasien tentang konsep luka lembab baik 83,3, persepsi pasien tentang pemilihan balutan baik 85,7 dan persepsi pasien tentang penyembuhan luka adalah baik 100. Maka, didapat hasil keseluruhan persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab adalah 35 responden 83,3 memiliki persepsi yang baik dan 7 responden 16,7 memiliki persepsi yang kurang baik. 2. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas responden memiliki persepsi tentang luka lembab dalam kategori baik, persepsi pasien tentang konsep luka lembab baik 83,3, persepsi pasien tentang pemilihan balutan baik 85,7 dan persepsi pasien tentang penyembuhan luka adalah baik 100. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pernyataan merasa nyaman dan luka saya cepat sembuh, sebanyak 21 responden 50 responden menjawab sangat setuju. Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurachmah, Kristianto, Gayatri 2011 yang menyatakan pasien yang dirawat dengan menggunakan perawatan luka lembab hormon kortisolnya lebih rendah dibanding pasien yang menggunakan perawatan luka konvensional. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang dirawat dengan menggunakan konsep lembab lebih nyaman dibandingkan pasien yang menggunakan perawatan luka konvensional. Hasil penelitian tersebut didukung penelitian sebelumnya oleh Echeverry 2010 yang menyatakan pemberian tindakan perawatan luka merupakan salah satu aspek dalam usaha memberikan kenyamanan fisik. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka karena pengaktifan TGF transforming growth factor β1 yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi kortisol. Persepsi pasien dikatakan baik disaat stimulus-stimulus ataupun pengalaman yang diterima individu tidak bertentangan ataupun lebih baik dari stimulus yang didapat sebelumnya. merasa kembali percaya diri dengan keadaan luka yang sekarang ini. Berdasarkan pernyataan konsep luka lembab, perawatan luka lembab ini menghemat biaya perawatan karena tidak perlu sering-sering mengganti balutan, sebanyak 21 responden 50 menyatakan setuju. Perawatan luka lembab ini tidak perlu setiap hari mengganti balutan karena balutan itu sendiri mampu menyerap cairan luka untuk beberapa hari, sehingga responden tidak perlu setiap hari mengeluarkan biaya. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Rainey Universitas Sumatera Utara 2002 yang menyatakan perawatan luka lembab ini juga akan mengurangi biaya perawatan pada pasien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit. Efektif dalam pembiayaan, menghemat waktu pasien dan perawat adalah beberapa keuntungan dari perawatan luka lembab. Sekata dengan hasil penelitian Sartika 2012, Perawatan luka juga harus efektif dalam pembiayaan, efektif dalam pembiayaan tidak harus selalu murah tapi dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat pasien. Berdasarkan pernyataan perawatan luka lembab menghemat biaya, 6 responden 14,3 menjawab tidak setuju. Hal ini berkaitan dengan beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor penghasilan. Faktor penghasilan responden mempengaruhi persepsi responden tentang pembiayaan, sebanyak 23 responden 54,80 memiliki penghasilan rendah yang memberikan persepsi pada dirinya sendiri bahwa perawatan luka lembab pembiayaannya mahal, karena responden harus mengeluarkan biaya dalam jumlah yang tidak sedikit sekali pertemuan atau setiap 4-5 hari sekali. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ismail, Irawaty dan Haryati 2009 yang menyatakan biaya perawatan luka menggunakan balutan modern lebih mahal dibandingkan balutan konvensional. Namun tidak berarti balutan modern tidak efektif dalam pembiayaan. Biaya perawatan yang mahal bukan berarti tidak efektif, kondisi ini bisa di analogikan dengan suatu luka yang dirawat dengan metode konvensional akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam perawatan, keadaan seperti adanya perdarahan atau trauma ulang dapat memperlama masa perawatan. Sehingga efektifitas Universitas Sumatera Utara pembiayaan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan sebagai tujuan utama perawatan. Berdasarkan pernyatan pemilihan balutan, cairan luka saya mampu diserap oleh balutan luka yang saya gunakan, sebagian besar responden yaitu 26 orang 61,9 menjawab setuju. Balutan luka seharusnya mampu menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka, meningkatkan rehidrasi luka, mengangkat jaringan nekrotik dan menjaga kelembaban luka menurut Hartman 1999 dan Ovington 1999. Menggunakan balutan yang menyerap cairan luka, akan menyampaikan pada tujuan konsep lembab itu sendiri yaitu untuk menciptakan dan menjaga suasana lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan luka yaitu lingkungan yang lembab untuk mempercepat sembuhnya luka. Teori tersebut dan hasil penelitian yang didapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismail, Irawati Haryati 2009 yaitu balutan modern memiliki prinsip kerja dengan menjaga kelembaban dan kehangatan area luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses angiogenesis, proliferasi sel, granulasi dan epitelisasi. Didukung juga oleh makalah penelitian yang ditulis oleh Winarsih 2013 yang menyatakan balutan yang baik juga harus mampu melindungi luka dari invasi kuman, gesekan, cepat dan mudah dipasang serta tidak menimbulkan alergi atau gatal-gatal. Teori dan hasil penelitian sebelumnya diatas menjawab hasil yang didapat pada pernyataan balutan luka lembab yaitu, balutan luka lembab menutupi luka saya dan tidak ada bau lagi, sebanyak 28 responden 66,7 menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan pada penggunaan balutan yang mengkondisikan luka tetap lembab akan mempercepat sembuhnya luka dan membuat responden lebih nyaman dan percaya diri. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pernyataan pemilihan balutan, selama menjalani perawatan luka dengan konsep lembab ini, saya tidak perlu setiap hari mengganti balutan, sebanyak 30 responden 71,4 menyatakan sangat setuju. Perawatan luka lembab menggunakan balutan yang dapat menyerap cairan luka sehingga tidak perlu sering-sering mengganti balutan dan juga untuk menjaga kelembaban luka. Balutan luka diganti dalam rentang 1-3 hari tergantung pada jumlah eksudat dan karakteristik spesifik jenis balutannya Landry, 2003. Balutan tidak perlu sering diganti untuk meminimalkan masuknya kuman saat penggantian balutan. Hasil yang didapat didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurachmah, Kristianto, Gayatri 2011 yang menunjukkan hasil bahwa balutan luka lembab yang mampu menjaga suasana tetap lembab dan mampu menyerap cairan akan meningkatkan stimulasi stimulasi seluler terutama dalam membantu mekanisme fibrinolisis, angiogenesis, pembentukan growth factor dan stimulasi sel-sel aktif. Sehingga luka akan lebih cepat sembuh dengan menggunakan balutan yang mengutamakan konsep lembab ini. Berdasarkan pernyataan penyembuhan luka, saya menjalankan diet dan minum obat yang dianjurkan untuk mendukung penyembuhan luka saya, mayoritas responden, yaitu sebanyak 30 responden 71,4 menyatakan sangat setuju. Dukungan keluarga adalah yang paling penting selama proses penyembuhan dan membantu pasien menjalankan program diet. Apabila dukungan keluarga baik maka pasien Diabetes Mellitus akan patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Mellitus terkendali Rahmat, 2002. Teori tersebut didukung dengan penelitian Susanti 2013 yang menyatakan Universitas Sumatera Utara kepatuhan diet pada pasien luka diabetik yang dilakukan penelitian adalah patuh. Hal ini desebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan keluarga. Sebanyak 80 responden patuh menjalankan diet dengan dukungan keluarga. Dengan adanya dukungan dari keluarga diharapkan penderita akan merasa senang dan tenteram, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan rasa percaya diri untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik. Sekata dengan hasil yang di dapat pada pernyataan dukungan yang penuh dari keluarga saya memberi saya semangat dan keyakinan untuk penyembuhan luka saya, sebagian besar responden, 37 orang 88,1 menjawab sangat setuju. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang baik membuat pasien menjadi termotivasi untuk menjalani terapi diet dan dengan dukungan keluarga yang baik membuat pasien menjadi termotivasi untuk menjalani pola makan seimbang. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN