Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan
Lampiran 1 INFORMED CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance
NIM : 121101091
Peneliti : Anita Carolina Yosefine
Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian untuk dapat memberikan informasi yang berguna tentangpengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance dan diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengembangan
(2)
pelayanan keperawatan luka dengan menerapkan metode moisture balance pada pasien luka kaki diabetik.
2. Jika Saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan. Jika Saudara mengizinkan, peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk merekam yang saudara katakan. Wawancara akan dilakukan minimal satu kali selama lebih kurang 60 menit.
3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko. Apabila Saudara merasa tidak aman saat wawancara, Saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari penelitian ini.
4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiaannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada Saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.
5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti.
6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.
Peneliti,
(3)
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (Inisial) : ………..
Umur : ………..
Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, saya memahami tujuan penelitia ini akan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai partisipan. Saya berhak tidak melanjutkan berpartisipasi dalam penelitian ini jika suatu saat merugikan saya.
Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi partisipan pada penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan pelayanan keperawatan luka pada pasien luka kaki diabetik dengan metode moisture balance. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Medan, 2016
Partisipan, Peneliti,
(4)
Lampiran 3
KUISIONER PENELITIAN
Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka
dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan
1. Kuisioner Data Demografi (KDD)Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Isilah titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai menurut Saudara.
Kode (diisi oleh peneliti) : 1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
(5)
Lampiran 4
Panduan Wawancara
Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka
dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan
1. Apa saja yang Anda ketahui mengenai perawatan luka kaki diabetik dengan metodekeseimbangan lembab (moisture balance)?
2. Coba Anda jelaskan bagaimana pengalaman Anda menjalani perawatan luka kaki diabetic dengan metode keseimbangan lembab (moisture balance)?
3. Apa manfaat perawatan luka kaki diabetik dengan metode keseimbangan lembab(moisture balance)yang Anda rasakan?
4. Bagaimana perasaan Anda saat menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode keseimbangan lembab (moisture balance)?
5. Apa yang menjadi hambatan atau kendala selama Anda menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode keseimbangan lembab(moisture balance)?
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Lampiran 9
JADWAL TENTATIF PENELITIAN
Jenis Kegiatan September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Januari 2016 Februari 2106 Maret 2016 April 2016 Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016 Agustus 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan judul
penelitian Menyusun Bab 1 Menyusun Bab 2 Menyusun Bab 3
Menyusun Panduan Wawancara Menyerahkan Proposal Penelitian Ujian Sidang Proposal Revisi Proposal Penelitian Pengumpulan Data Analisa Data Pengajuan Sidang Skripsi Ujian Sidang Skripsi Revisi Skripsi Mengumpulkan Skripsi
(13)
Lampiran 10
ANGGARAN DANA PENELITIAN
NO KEGIATAN BIAYA
1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal
Biaya internet dan pulsa modem
Kertas A4 80 gr 2 rim
Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka
Fotokopi memperbanyak proposal
Sidang proposal
Rp. 50.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 2 Pengumpulan data dan analisa data
Izin penelitian dan ethical clearence Fakultas Keperawatan USU
Transportasi
Fotokopi KDD dan informed consent
Cinderamata
Rp. 150.000,00
Rp. 100.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 100.000,00 3 Pengumpulan laporan skripsi
Kertas A4 80 gr 2 rim
Penjilidan
Fotokopi laporan penelitian
Sidang skripsi
Rp. 80.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 250.000,00
4 Biaya tak terduga Rp. 100.000,00
(14)
(15)
(16)
Lampiran 12 MATRIKS ANALISA DATA
No Pernyataan Signifikan Partisipan Koding Kategori Sub Tema Tema 1 Disini luka dicuci terlebih
dahulu oleh pak Asrizal
P2 Pasien mengetahui cara mencuci luka
Mencuci Luka Tahap perawatan luka kaki diabetik
dengan metode moisture balance 1.1 Oh iya lukanya dicuci
pake air sama cairan infus.
P3 Pasien mengetahui cairan yang digunakan
untuk mencuci luka 1.2 Iya luka pasti dicuci terus
dibersihin pake kasa-kasa itu sama cairan infus gitu
dek.
P6 Pasien mengetahui cairan yang digunakan
untuk mencuci luka 1.3 Iya lukanya ini dicuci terus
pake air rebusan daun jambu biji dek.
P7 Pasien mengetahui cairan yang digunakan
untuk mencuci luka 1.4 Selama dirawat dibersihin
aja terus dicuci dengan hati-hati
P9 Pasien mengetahui cara mencuci luka 1.5 Lukanya dibersihkan pake
sabun khusus luka.
P10 Pasien mengetahui cairan apa yang digunakan untuk
mencuci luka 1.6 Jaringannya diambil
semua yang mati sama mereka-mereka ini, sampe
habislah pokoknya pake gunting.
P2 Pasien mengetahui jaringan kulitnya
diambil dengan menggunakan gunting
Debridement
(17)
yang sudah tidak berfungsi.
jaringan kulitnya diambil 1.8 Dibersihin terus sel selaput
kulit matinya dikeluarin juga pake guntinglah diguntingin terus dilap
pake kasa.
P10 Pasien mengetahui cara pengambilan jaringan
kulitnya yang sudah mati
1.9 Setelah dibersihkan dikasih salep, Alhamdullilah banyak
kemajuan ini terus diperbanlah ini lukanya.
P2 Pasien mengetahui apa yang dimasukkan ke
dalam luka
Dressing
1.10 Itu apa sih namanya? Obat luka lah kayak salep gitu, putih-putih gitu dia, terus kan dek dibalutlah dia
pake perban sampe ketutup lukanya.
P3
Pasien mengetahui lukanya dibalut dan diberikan topikal terapi
1.11 Inilah ditaro obat gitu dia kayak gel ada, kayak salep juga ada dek, ya inilah abis salep dibalut lah pake yang
putih ini.
P7
Pasien mengetahui apa yang diasukkan ke
dalam luka
1.12 Habis dibersihin kan dek dikasih obat krim lukanya
ini, abis itu kan dek dibalutlah dia.
P8 Pasien mengetahui apa yang diasukkan ke
dalam luka 1.13 Ada ditaro krim supaya
tumbuh dagingnya seperti bentuk jel, terus ada krim
mungkin untuk lukanya
P10 Pasien mengetahui apa yang diasukkan ke
(18)
supaya kelembapan dalam kulitnya itu supaya gak
ada kuman.
2 Ya enak,
menyenangkanlah dek bisa lihat hasilnya baik dan
bagus.
P1 Pasien merasa senang saat melihat hasil yang
baik pada lukanya
Pasien meraasa senang Manfaat yang dirasakan di bidang psikologis Manfaat penerapan perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien 2.1 Senang selama disini
karena sudah bertumbuh dagingnya.
P2 Pasien merasa senang karena dagingnya sudah
tumbuh 2.2 Sebetulnya perawatan
disinilah lebih enak, menyenangkan, karena kan
dek kalo di rumah sakit rasanya panik. Rasanya kayak selalu panik, takut
gitu ngelihat alat-alat.
P4 Pasien merasa senang karena tidak terlalu banyak alat rumah sakit
yang dilihat
2.3 Ya senanglah dek karena kan ini luka sudah nampak
baik, ya jadi senanglah.
P8 Pasien merasa senang karena lukanya sudah kelihatan membaik 2.4 Ya semangatlah
berobatnya ya kan dek, karena sudah membayangkan hasilnya
pasti baik.
P5 Pasien merasa semangat dalam perawatan karena memikirkan bahwa dia
akan segera sembuh
Pasien merasa semangat
2.5 Ya semangatlah, usahalah namanya kan dek berserah kepada Allah mau sembuh
mau gak, kan Dia yang ngatur.
P7 Pasien merasa semangat karena kedekatannya
pada Allah
(19)
enyutah sekarang sih udah gak lagi.
yang dirasakan sudah tidak pernah muncul
dirasakan di bidang fisik 2.7 Lama kelamaan udah gak
terasa lagi nyerinya.
P2 Pasien merasa nyeri yang dirasakannya sudah jarang muncul 2.8 Iya terkadang panas
kadang nyeri tapi ini sudah berkurang dek.
P4 Pasien merasa nyeri yang dirasakannya
sudah berkurang 2.9 Nyeri juga udah semakin
berkurang. Pokoknya semakin bisalah ibu juga
aktifitas sendiri.
P6 Pasien merasa nyeri yang dirasakannya sudah berkurang dan mulai bisa beraktifitas 2.10 Kemaren iya nyeri dek.
Tapi ini udah gak lah. Kalo pun ada, sikit-sikit
dia.
P7 Pasien merasa nyeri yang dirasakannya
sudah berkurang 2.11 Lebih enak sekarang lah.
Tapi nyerinya masih ada lah, karna masih luka.
P9 Pasien merasa lebih enak walaupun nyeri
terkadang masih dirasakan 2.12 Lumayan cepet sih
sembuhnya cuma dalam hitungan bulan aja, gak
sampe bertahun.
P1 Pasien merasa proses penyembuhan cepat
Luka cepat sembuh
2.13 Iya lukanya kan udah mulai sembuh, perubahannya kan cepat dari yang kemarin lukanya
lebar sekarang udah ada tertutup.
P9 Pasien merasa lukanya sembuh dengan cepat
(20)
sampe baik, tadinya bolong sampe segini (menunjuk bagian luka) tapi abis dikerjain sama
pak Rizal perlahan baiklah, balik lagi semua
kulitnya.
bagus lukanya dan jaringannya tumbuh
tumbuh
2.15 Waktu di awal sih dek masih lambat ya karena baru-baru tapi ini setelah
rawatan semakin cepet dagingnya tumbuh.
P2 Pasien merasa jaringan kulitnya cepat tumbuh
2.16 Dari yang kemaren lukanya lebar setelah
dirawat nutuplah dia lukanya itu.
P9 Pasien merasa jaringan kulitnya cepat tumbuh
2.17 Saya ya merasa semakin sehat, badan enak aja
rasanya dek.
P1 Pasien merasa tubuhnya semakin sehat dan enak
Kondisi kesehatan tubuh membaik 2.18 Ya saya merasa sangat
membaik tubuh ini, makin enak lah karena udah fit itu
juga.
P3
Pasien merasa tubuhnya semakin enak dan fit
2.19 Cemana dibilang, namanya kita berobat kan
supaya cepat baik. Jadi saya rasa, penyakit saya
ini udah semakin berkurang.
P5 Pasien merasa sakitnya semakin berkurang
2.20 Kalo secara pribadi merasa semakin baik kehidupan
P7 Pasien merasa semakin baik dan infeksi sudah
(21)
saya, apalagi saya kemaren kan infeksi nah ini dia
udah gak lagi.
hilang
2.21 Jauh lebih baik dek, apalagi udah bisa jalan
seperti ini.
P8 Pasien merasa kondisi tubuhnya semakin baik
dan bisa kembali berjalan 2.22 Sungguh lebih baik
sekarang kesehatan saya, udah lebih enakan lah.
P9 Pasien merasa kondisi tubuhnya semakin sehat
dan enak 2.23 Iya dek, kondisi badan
saya juga sudah fit, gak oyong lagi.
P10 Pasien merasa kondisi tubuhnya fit dan tidak
oyong lagi 2.24 Baunya udah berkurang ini
dek, kemaren mah bau banget.
P7 Pasien merasa bau lukanya semakin
berkurang
Bau luka sudah berkurang 2.25 Sebelum perawatan ini
luka ibu kan bau bangke tapi setelah dirawat sikit
pun gak ada bau.
P8 Pasien merasa bau lukanya sudah tidak ada
lagi 2.26 Kalo disini ya biayanya
diusahakanlah dek, tapi kalo disini kan dek kesembuhannya sebanding
kok sama harganya.
P3 Pasien merasa biaya perawatan sebanding
dengan kesembuhan
Manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi
2.27 Ya kalo masalah biaya itu sebenernya relatif dek, ya kalo murut bapak sih ini
sesuai sama apa yang didapat dek.
P5 Pasien merasa biaya perawatan sebanding
dengan kesembuhan
(22)
ribu, cuma yah ini sebanding sama kesembuhan. Dari pada dirumah sakit kadang mau
asal-asalnkan perawatannya.
perawatan sebanding dengan kesembuhan
2.29 Cukup signifikan lah dek kalo biayanya cuma kalo udah mulai membaik dia
inilh turun harganya, mungkin karena peralatan
yang dipake gak banyak lagi.
P9 Pasien merasa biaya perawatan sebanding
dengan kesembuhan
2.30 Ya gak masalah sih dek biaya, selama ini hasil yang didapat juga baik
kok.
P10 Pasien merasa biaya perawatan sebanding
dengan kesembuhan 2.31 Saya rasa dimana-mana
saya alami, disini lah baru nampak dia hasil pengobatan itu dek udah
gitu dia malah meringankan kita, disesuaikan lah sama kemampuan kita gak kayak rumah sakit atau klinik, lebih pukul rata
harganya.
P5 Pasien merasa biaya perawatan meringankan
beban
Biaya lebih murah dari pengobatan lain
2.32 Hmm, mungkin dengan konsultasi begini lebih bagus kan ya, obat juga
P10 Pasien merasa biaya perawatan meringankan
(23)
gak banyak yang mau dibeli, paling cuman bayar
rawatannya aja, sama beli vitamin, gitu sih dek.
banyak obat yang dibeli
2.33 Gak dek, kuat kok balutannya. Gak lepas, kadang dibawa jalan juga
bisa.
P8 Pasien mengatakan balutannya tidak pernah
lepas
Balutan tidak mudah lepas
Manfaat kualitas bahan balutan
2.34 Kalo lepas sih gak lah dek, ikatan balautannya tetap
bagus kok.
P10 Pasien mengatakan bahwa balutannya bagus
dan tidak mudah lepas 2.35 Kalo balutannya baguslah,
Cuma karena cairan luka saya banyak haruslah
sekali tiga hari harus digantilah dek.
P7 Pasien mengatakan balutannya bagus dan
tidak mudah bocor
Balutan tidak mudah bocor
2.36 Balutannya rapi, udah gitukan gak ada yang bolong ketutup semuanya
dek, jadi gak ada lah bocornya sama sekali.
P8 Pasien mengatakn balutannya tidak mudah
bocor
2.37 Awalnya kan kondisi saya gemuk air dek, jadi dulu
cairan itu kayaknya tembus terus dari balutan tapi setelah dirawatlah ini
selama hampir empat bulan ya udah gak ada
kebocoran lagi, udah baguslah dia.
10 Pasien mengatakan balutannya tidak pernah
bocor
(24)
ribu terus, ini udah empat kali, jadi ngerasa sulit sih dek, berjuang juga buat
cari biaya.
dalam hal biaya perawatan
perawatan ekonomi dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance 3 Ya, apa yang ada lah kita
apa kan dulu, entah kereta digade atau semacam
itulah.
P2 Pasien menggadaikan barang untuk menjalani
perawatan luka 3.1 Iya dek, ibu kan dulu biaya
dari ayah di Aceh tapi ayah itu udah meninggal, jadi agak kesulitan sih dek tapi tetep bersyukur bapak
rizal mau bantu meringankan.
P6 Pasien merasa sulit untuk meng membiayai
perawatan
3.2 Kendalanya kadang di materi, bingung nyarinya
tapi ya diusahakan terus memang.
P7 Pasien bingung cara mencari sumber dana
perawatan
Kebingung memikirkan biaya
perawatan 3.3 Kita kan tinggal di binjai
dek, perjalanan dua jam lebih kemaren juga sempet
kesasar mau kemari, tapi untunglah sampe.
P5 Pasien pernah kesasar saat ingin berkunjung ke
klinik
Mengalami kesulitan akses klinik
Bidang Transportasi
3.4 Maunya letak klinik ini lebih strategis dan lebih mudah diakses sehingga mobil bisa sampe ke depan
klinik, jadi pasien kan gak harus dipapah dari simpang ke dalam klinik,
P10 Pasien merasa sulit akses ke klinik
(25)
apalagi ini pasien luka. 3.5 Iya dek kendaraan susah,
kalo angkot kan gak sampe ketempat. Ini pun bisa bawa mobil karena ada kawan yang mau pinjemin
mobilnya.
P5 Pasien merasa sulit transportasi saat ingin
berkunjung ke klinik
Mengalami kesulitan kendaraan
4 Ya bapak kalau mandi harus dimandiin atau di lap
aja gitu ditempat tidur.
P4 Pasien mengatakan untuk mandi hanya bisa
di lap di tempat tidur
Kesulitan melakukan personal hygien Aktivitas pasien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance Riwayat aktifitas sehari-hari 4.1 Ya itu lah yang saya
selama ini merasa malu sama isteri saya karena udah gak sanggup lagi ke kamar mandi, sulit untuk buang air kecil, mau buang
air besar juga harus merepotkan istri.
P5 Pasien tidak sanggup lagi ke kamar mandi
4.2 Ya saya kalau mandi paling dilap gitu aja sama ibu, terus kalo mau buang air besar mah dipakein
pispot.
P7 Pasien mengatakan untuk mandi hanya bisa
di lap di tempat tidur
4.3 Ibu ya palingan duduk aja terus deket, paling bergeser-geser dikt aja. Itulah aktivitas yang bisa
ibu lakuin.
P1 Pasien mengatakan hanya bisa bergeser saja
Kesulitan berjalan
4.4 Ya beginilah dek bapak aja mau masuk kesini kan harus pake kursi rodan
P4 Pasien mengatakakan harus dipapah saat
(26)
kan, inilah susah kadang. 4.5 Ya bapak kalau mau ke
kamar mandi di papah lah dek, ini kegiatan juga cuma duduk sama baring
ajalah disini.
P7 Pasien mengatakakan harus dipapah saat beraktifitas dan lebih
sering berbaring 4.6 Ya beginilah dek, harus
pake kursi roda lah. Mana bisa lagi jalan kalo
kemaren itu.
P9 Pasien mengatakan harus menggunakan
kursi roda untuk beraktifita 4.7 Kita kan ada usaha sepatu
dek yang nah kalo ini sekarang saya udah gak bisa lah melanjutkan, jadi
anak lah yang kerjain, kasian dek tapi mau gimana lagi ya kan dek,
udah sakit kitanya.
P5 Pasien mengatakn tidak bisa melanjutkan usaha sepatu yang dimilikinya
Kesulitan melakukan usaha
4.8 Hmm, bapak sih sekarang udah bisa jalan ya dek dengan bantuan selop dari sini, jadi gak terlalu susah
lagi sekarang.
P2 Pasien mengatakan sudah mulai bisa
berjalan
Berjalan Aktivitas pasien setelah menjalani
perawatan luka dengan metode moisture balance 4.9 Pokoknya semenjak
nyerinya berkurang ibu udah bisalah beraktifitas,
gak harus dipapah lagi kalo jalan udah bisalah
sendiri pokoknya.
P6 Pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas
tanpa dipapah
4.10 Baguslah dek, ini pun kan dek ibu sudah bisa
P8 Pasien mengatakan sudah bisa berjalan dan
(27)
berjalan, terus gula darah juga terkontrol.
kadar gula terkontrol 4.11 Gak masalah sih dek, saya
malah merasa senang sih sudah bisa berjalan terus
ikut jalan-jalan sama keluarga.
P10 Pasien mengatakan sudah bisa berjalan bersama keluarga
4.12 Kalo sekarang sih ibu udah nyuci sendiri, mandi sendiri. Nah, lukanya ini ditutupi lah pake plastik
biar gak basah dia.
P6 Pasien mengatakan sudah bisa mencuci pakaiannya sendirir
Personal hygien
4.13 Kalo mandi ya ibu ambil plastik kresek, terus ikat dari sini kesini supaya gak
masuk air, terus ya udah mandi dek.
P3 Pasien mengatakan sudah bisa mandi
sendiri
5 Ya ini dek, ibu sih palingan kalo perlu aja
jalan. Lagian perawat disini juga saraninya jangan terlalu banyak gerak juga, terus kalo naik
kereta juga kan dek haruslah selalu diperhatikan kaki ini, jangan gerak karena kalo
kena knalpotnya kan bahaya.
P1 Pasien mengatakan melakukan aktifitas seperlunya saja Pasien berjalan seperlunya Pembatasan aktifitas Cara pasien menjaga luka di
rumah
5.1 Inilah dek, ya paling duduk aja yang bisa
P4 Pasien mengatakan lebih banyak duduk dan
(28)
dilakuin kalo gak tidur, kalo jalan harus kalo ada
keperluan kali aja
tidur, berjalan sanagat dibatasi
5.2 Ya beginilah dek, gak boleh banyak jalan. Hanya duduk-duduk ajalah bapak.
P7 Pasien mengatakan tidak boleh terlalu
banyak berjalan 5.3 Ya dibatasin ajalah dek
pergerakan kan, gak bisa sesuka kita mau jalan kemana kemana, soalnya
kan kita juga udah gak terlalu merasa kakinya, jadi takutlah kalo banyak
aktivitas.
P8 Pasien mengatakan membatasi pergerakan
5.4 Kalau saya ngerasa oyong ya saya gak bergerak dek,
tidur aja gitu di tempat tidur gak ada jalan.
P10 Pasien mengatakan jika sedang oyong akan berhenti beraktifitas 5.5 Kalau jalan yah tetep
gunakan sendal lah ya kan, ini kan disini ada disediain
sendal diabetik dek.
P5 Pasien mengatakan saat berjalan menggunakan
sendal diabetik
Menggunakan sendal diabetik
5.6 Ini kan dek, saya kemaren mau gak pake sendal kalo jalan, jadi ntah kena apa gitu luka lagi jadi sekarang
ya biar begitu lagi makanya saya pakelah
sendal ini.
P2 Pasien mengatakan saat berjalan menggunakan
sendal diabetik
5.7 Enak ini dek minum susu, biasa mah kalo berobat
P3 Pasien merasa enak saat mengkonsumsi susu
Mengkonsumsi susu diabetik
Mengkonsumsi gizi seimbang
(29)
kan ke rumah sakit minum obat kalo disini sih dikasih minum susu diabetik, nah
takarannya pas buat 4-5 hari dek, siap itu ya kita
beli lagi.
diabetik
5.8 Inilah dek kalo dirumah biar enakan gitu kan bou minum susu diabetik ini.
P9 Pasien mengatakan saat berjalan menggunakan
sendal diabetik 5.9 Yah paling sering sih
kalau ibu makannya sayur bening, rebus-rebus gitu aja dek kayak sawi sama kentang. Nasi paling dua kali sehari gitu, gantinya entah jagung entah ubilah.
P1 Pasien mengatakan lebih banyak mengkonsumsi sayur
Pola makan
5.10 Kalau ibu makan nasi kadang mau sekali aja sehari terus digantiin sama
makan ubi gitu, itu kan gak manis kali kan dek, atau gak makan roti tawar yang asin itu, terus makan buah-buahan tapi jangan
yang manis kali lah, kadang juga mau bikin jus
wortel campur tomat, jipang kecil dijus.
P2 Pasien mengatakan lebih banyak memakan
buah dan jus dibarengi dengan roti tawar
5.11 Ya biasa kan selain nasi dek tambahannya snack kue, pisang goreng atau
P3 Pasien mengatakan makan equal
(30)
telurlah, kadang mau juga makan gandum equal itu. 5.12 Kalau saya makan dek gak
terlalu selera, tapi seneng makan pisang atau ada itu
namanya suun gitu dek.
P4 Pasien suka makan buah pisang dan suun
5.13 Kalo makan pokoknya gak bolehlah yang pake bumbu aneh-aneh kayak mecin
gitu dek, nasi juga seadanya aja makan, gak
bisa banyak.
P5 Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak
bumbu penyedap 5.14 Kalau makan nasi sih
bapak sedikit ajalah ya dek, gak banyak-banyak lagi. Porsi makan gak bisa
nambo-nambo lagi.
P7 Pasien mengatakan hanya sedikit makan
nasi
5.15 Yah kalo makan nasi tetep tapi dibatasin, terus lebih banyak ke makan sayur sih
kayak sayur bayam, cabe-cabean juga dihindarin
dek.
P8 Pasien mengatakan membatasi konsumsi nasi dan lebih banyak
konsumsi sayur
5.16 Inilah kalo bou makannya harus diet, dalam arti bou
ini makan nasi cuman dikitlah, diporsiin gitu.
P9 Pasien mengatakan melakukan diet diabetik
5.17 Disini bou juga konsumsi vitamin tambahan biar badan juga sehat kan dek,
terus biar ngejaga nutrisi
P9 Pasien mengatakan mengkonsumsi vitamin
Mengkonsumsi vitamin
(31)
lukanya juga. 5.18 Ini saya juga ada dikasih
buat konsumsi vitamin dek, terus juga beli produk herbal gitu namanya pheng chuang untuk anti infeksi
dia.
P10 Pasien mengatakan mengkonsumsi vitamin dan ramuan herbal cina
(32)
Lampiran 13 Riwayat Hidup
Nama : Anita Carolina Yosefine Tempat Tanggal Lahir :Jakarta, 11 Januari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Gaharu Bambu III no.17 Medan Timur
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 05 Jakarta Tahun 1999 - 2005
2. SLTPN 193 Jakarta Tahun 2005 - 2008 3. SMA Methodist 8 Medan Tahun 2008 - 2011 4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012 - Sekarang
(33)
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Association. (2007). How to Keep Your Feet.diakses 25 September 2015, dari
Adib. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru.
Arisanty, Irma P. (2014). Manajemen Perawatan Luka: Konsep Dasar. Jakarta: EGC.
A, Sharp, & J, Clark. (2011). Diabetes and Its Effects on Wound Healing. Nursing Standard. 25, 45, 41-47.
Basit, Abdul & Nawaz, Asmat. (2013). Preventing Diabetes-Related Amputations in a Developing Country-teps in The Right Direction. Diakses tanggal 11 Februari 2016 dari
Bolton, Laura. (2010). Moist Wound Healing with Limited Resources. www.woundsresearch.com. diakses tanggal 16 Oktober 2015.
Braun, Liza R., Fisk, Whitney A., Lev-Tov, Hadar., Kirsner, Robert s., & Isseroff, Roslyn. 2014. Diabetic Foot Ulcer: An Evidence-Based Treatment Update. Vol 15. Page: 267-281.
Bryant, Ruth, & Nix, Denise. (2006). Acute & Chronic Wounds Current Management Concepts Third Edition. Minnesota: Elsevier.
Dunning, Trisha. 2009. Care of People with Diabetes: A Manual of Nursing Pratice 3rd Edition. Willey Blacwell.
Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM.
Fahrurrozi, & Purba, Teddy. (2014). Perawatan Luka Home Care di Deli Serdang. alphawoundcare88.com.
Gayatri, Dewi., Kristianto, Heri., & Nurachmah, Elly. (2011). Aspek Kenyamanan
Pasien Luka Kronik Ditinjau dari Transforming Growth Factor β1 dan
Kadar Kortisol. Makara, Kesehatan. Vol. 15, No: 2, Desember 2011: 73-80
Gitarja. 2008. Perawatan Luka Dibates. Bogor: WOCARE Publishing
Hardiman, H., Sutedjo, I, dan Salim. 2013. Tumbuh: Diabetes dan Komplikasi. Surakarta: Pustaka Pelajar.
(34)
Hendra. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Hidayat, Nur. 2015. Teknologi Baru Perawatan Luka Modern. Jakarta: Gatra News
Hizkia, Indra. 2013. Pengaruh Aplikasi Modern Dressing Terhadap Kepuasaan Pasien dalam Perawatan Luka di Klinik Perawatan Luka Mandiri. Tesis Magister pada Fakultas Keperawatan USU: tidak diterbitkan
InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes.
International Best Practice Guildlines: Wound Management in Diabetic Foot Ulcers. Wound International. (2013). Diakses tanggal 29 Januari 2016 dari
Jones et al. (2007).Early onset type 2 diabetes: risk factors, clinical impact and management Kavitha, Karakkatu Vijayan., Tiwari, Shalbha., Purandare, Vedavati Bharat.,
Khedkar, Sudam., & Sameer, Shilpa. 2014. Choice of Wound Care in Diabetic Foot Ulcer: A Practical Approach. Vol 5, Issues 4. Page: 546-556.
Lagana, Gail, & Anderson, Elizabeth H. 2010. Moisture Dressing:The New Standard in Wound Care. The Journal for Nurse Practitioners.
Langi, Yuanita. (2011). Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes secara Terpadu. Vol 3, No: 2, Desember 2015.
Liesenfeld, B. A. (2009). Telemedical Approach to The Screening of Diabetic Retinopathy: Digital Rundus Photography. Diabetes Care. 2000;23:345–8. Maryunani, Anik. 2013. Perawatan Luka Modern Praktis Pada Wanita dengan
Luka Diabetes. Jakarta. Trans Info Media.
Maryunani, Anik. 2013. Step by Step Perawatan Luka Diabetes dengan Perawatan Luka Modern. Bogor: In Media.
Novak M (2010). Diabetes Mellitus. In Nettina SM (Ed) Manual of Nursing Practice. Lippincott Williams & Wilkins, Wolters Kluwer, London. Page 944-969.
O’Connor, Jhon. (2009). Moist is Better Than Dry for Wound Healing, Panel Notes.
Ose, Maria Imaculata. (2013). Pengaruh Perawatan LukaTeknik Balutan Wet-dry dan Moist Wound Healing dengan Hydrocoloid dressing pada
(35)
Parson, J.K. 2010. A Modern Dressing Range to Meet Today’s Wound Care Challenges. Wound Care. Vol 27, Number 5.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice (9th ed). Philadelphia: Lippincott.
Sari, Yunita. 2015. Perawatan Luka Diabetes. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saryono & Anggreini, M. D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smith, J. 2003. Review: Debridement using hydrogel seems to better than standard wound care for healing diabetic foot ulcer. ACP Journal Club. Page: 16.
Soegondo & Sukardji. (2008) Diabetes. The Silent Killer. www.medicastore.com. diakses tanggal 20 Oktober 2015.
Stephen & William. 2011. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine (Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tallis, Arthur., Motley, Travis A., Wunderlich, Robert P., Dickerson, Jaime E., Waycaster, Curtis., & Slade, Herbert B. 2013. Clinical and Economic Assessment of Diabetic Foot Ulcer Debridement with Collagenase: Result of a Randomized Controlled Study. Clinical Therapeutics. Vol 35, Number 11.
Tudhope. (2008). Wound Healing Southern Africa. The Diabetic Foot: Protocol and Current Therapies. Vol 1, no 1. diakses tanggal 9 Februari 2016, dari www.woundhealing.co.za.
Wijonarko. 2013. Tehnik Dressing pada Ulkus Diabetikum. Skripsi Strata pada Fakultas Kedokteran UI: tidak diterbitkan.
Wirdayati & Marvinia, S. (2013). Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance terhadap Penyembuhan Luka pada Pasien Ulkus Diabetikum di Klinik Perawatan luka FIKES UMM. Skripsi Strata pada Fakultas Keperawatan Stikes Aisyiyah Yogyakarta: tidak diterbitkan.
(36)
29
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu penelitian tentang pengalaman yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Fokus utama fenomenologi ini adalah pengalaman nyata, dimana penelitian ini menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu pada situasi alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Saryono & Anggreini, 2010).
Pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance.
2. Partisipan
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah (1) pasien luka kaki diabetik yang sudah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balanceselama 2-3 bulan (2)komunikatif (3) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.
(37)
30
Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah 10 orang. Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai saturasi data (Polit & Beck, 2012).Pada penelitian ini sudah terjadi saturasi data saat partisipan sepuluh.
3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Asri Wound Care Center Medan. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kepuasaan pasien dalam menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance mencapai 60% (Hizkia, 2014) ; (b) belum adanya penelitian tentang pengalaman pasien dalam menjalani perawatan luka kaki dengan metode moisture balance di klinik.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari September 2015 sampai Juli 2016. Pengumpulan data dilakukan dari 4 April 2016 sampai 30 Mei 2016 di Asri Wound Care Center Medan.
4. Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan suratethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
(38)
31
Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan memberikan lembar persetujuan (informed concent). Jika partisipan setuju maka partisipan menandatangani lembar persetujuan, namun jika partisipan tidak setuju, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya karena partisipan tersebut sifatnya suka rela dan partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri. Peneliti juga tidak akan mencantumkan nama partisipan hanya inisial saja (anonymity). Selain itu, identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Instrumen pertama merupakan Kuesioner Data Demografi (KDD)yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) berupa inisial, jenis kelamin, dan usia.
Instrumen kedua merupakan panduan wawancara berisi 5 pertanyaan yang diajukan seputar pengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Instrumen panduan wawancara ini telah divalidasi oleh 3 dosen pakar Keperawatan Medikal Bedah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
(39)
32
Utara,kemudian peneliti meminta izin Asri Wound Care Center Medan untuk melakukan penelitian. Peneliti selanjutnya mengambil data pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka dengan metode moisture balanceuntuk memperoleh data calon partisipan. Peneliti setelah mendapatkan data pasien melakukanprolonged engagement yaitu dengan cara mengadakan satu kali pertemuan. Akan tetapi, peneliti tetap memanfaatkan waktu yang telah disediakan oleh partisipan untuk melakukan prolonged engagement. Hal ini dimaksudkan agar antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi sehingga informasi yang diperoleh akan lebih lengkap. Pada tahap ini, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan pengumpulan data yang dilakukan terhadap partisipan.Langkah selanjutnya, setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi untuk mendapatkan data dasar.
Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari partisipan kemudian melakukanpilot study. Pilot study adalah suatu cara untuk melakukan studi awal dalam skala kecil atau suatu tes yang digunakan sebagai persiapan untuk penelitian kualitatif (Polit & Beck, 2012). Pilot study dilakukan dengan cara mewawancarai seorang pasien luka kaki diabetik di ASRI Wound Care Center Medan yang dapat dijadikan subjek penelitian (partisipan). Hal ini dilakukan untuk menguji apakah pedoman wawancara sudah cukup baik untuk menjawab
(40)
33
rumusan masalah penelitian dan sebagai latihan bagi peneliti untuk melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara.
Setelah pilot study dilakukan, hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya dikonsultasikan dengan pembimbing. Setelah mendapat persetujuan pembimbing, kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada partisipan berikutnya.
Peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-dept interview. In depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan alat perekam suara. Lama wawancara untuk setiap partisipan dilakukan sekitar 45 menit. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti mengumpulkan informasi. Setelah itu peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik probing. Teknik probing ini dilakukan pada saat in-dept interview dengan memberikan pertanyaan yang terbuka. Tujuan teknik probing adalah untuk memunculkan informasi-informasi yang lebih rinci, berguna, dan spesifik dari setiap partisipan dalam setiap wawancara yang dilakukan (Polit & Beck, 2012).
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan partisipan, peneliti membuat transkrip hasil wawancara setiap kali selesai wawancara. Peneliti mengelompokan data dan menguraikan data kedalam bentuk narasi kedalam bentuk tema, sub tema dan kategori yang utama. Kemudian peneliti membahas
(41)
34
ulang hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada sepuluh partisipan.
7. Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. (Polit & Beck, 2012). Proses analisa data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Setiap selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara dilengkapi dengan catatan lapangan, kemudian transkrip tersebut dibaca berulangkali.
Peneliti menggunakan metode Collaizi (1978) dalam (Polit & Beck, 2012) yang meliputi: (1) membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka, (2) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan, (3) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan, (4) mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema, (5) mengintegrasikan hasil ke dalam bentuk deskripsi, (6) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin, (7) memvalidasi apa yang telah ditentukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir.
(42)
35
8. Tingkat Kepercayaan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, dependability, confirmability, transferability, dan authenticity (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012).
Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan.
Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.
Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan.
Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama.
Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan berbagai realitas. Authenticitymuncul dalam penelitian ketika responden menyampaikan pengalaman mereka dengan penuh perasaan. Penelitian ini memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan pengalaman
(43)
36
kehidupan yang digambarkan, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan yang meningkat sesuai masalah yang digambarkan.
(44)
36 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman pasien dalam menajalani perawatan luka kaki diabetik dengan menggunakan metode moisture balance di Asri Wound Care Center Medan .Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.
2. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Kesepuluh partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Para partisipan adalah pasien yang menjalani perawatan lukaki diabetik dengan metode moisture balance di Asri Wound Care Center Medan. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia dan jenis kelamin. Dari kesepuluh partisipan mayoritas partisipan berusia antara 59-65 tahun (n=4, 40 %), dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (n=6, 60%). Data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1.
(45)
37
Tabel 4.1.
Karakteristik Partisipan
3. Pengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance di Asri Wound Care Center Medan
Hasil menelitian mendapatkan tema terkait pengalaman pasien luka kaki diabetik dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance di Asri Wound Care Center Medan meliputi (1) tahap perawatan luka dengan metode moisture balance, (2) manfaat penerapan perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien, (3) kendala dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien (4) riwayat aktifitas sehari-hari, (5) cara menjaga luka dan kontrol gula darah di rumah.
Karakteristik Frekuensi
Persentase (%)
Usia
45-51 tahun 2 20
52-58 tahun 3 30
59-65 tahun 4 40
66-75 tahun 1 10
Jenis kelamin
Perempuan 6 60
(46)
38
3.1 Tahap perawatan luka dengan metode moisture balance
Berdasarkan analisa data didapatkan ada 2 tahap dalam merawat luka dengan metode moisture balance menurut partisipan yaitu (1) melakukan pembersihan luka, (2) melakukan penutupan luka
1. Mencuci luka
Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan saat luka mereka dirawat maka hal yang dilakukan pertama setelah pembukaan balutan lama adalah melakukan pencucian luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Disini luka dicuci terlebih dahulu oleh pak Asrizal.” (Partisipan 2) “Oh iya lukanya dicuci pake air sama cairan infus.”
(Partisipan 3) “Iya luka pasti dicuci terus dibersihin pake kasa-kasa itu sama cairan infus gitu dek.”
(Partisipan 6) “Iya lukanya ini dicuci terus pake air rebusan daun jambu biji dek.”
(Partisipan 7) “Selama dirawat dibersihin aja terus dicuci dengan hati- hati.”
(Partisipan 9) “Lukanya dibersihkan pake sabun khusus luka.”
(47)
39
2. Debridement
Tiga dari sepuluh partisipan dalam penelitian ini juga mengatakan selama menjalani perawatan luka, jaringan mati yang ada pada luka mereka diambil secara keseluruhan oleh perawat luka seperti peryataan partisipan berikut :
“Jaringannya diambil semua yang mati sama mereka-mereka ini, sampe habislah pokoknya pake gunting.”
(Partisipan 2) “Dikorek-korek jaringannya yang sudah tidak berfungsi.”
(Partisipan 9) “Dibersihin terus sel selaput kulit matinya dikeluarin juga pake guntinglah diguntingin terus dilap pake kasa.”
(Partisipan 10) 3. Dressing
Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa perawat menutup luka menggunakan gel/ salep, seperti pernyataan partisipan berikut:
“Setelah dibersihkan dikasih salep, Allhamdulilah banyak kemajuan ini terus diperbanlah ini lukanya..”
(Partisipan 2) “ Itu apa sih namanya? Obat luka lah kayak salep gitu, putih-putih gitu dia, terus kan dek dibalutlah dia pake perban sampe ketutup lukanya.”
(Partisipan 3) “Inilah ditaro obat gitu dia kayak gel ada, kayak salep juga ada dek, ya inilah abis salep dibalut lah pake yang putih ini..”
(Partisipan 7) “Habis dibersihin kan dek dikasih obat krim lukanya ini, abis itu kan dek dibalutlah dia.”
(48)
40
“Ada ditaro krim supaya tumbuh dagingnya seperti bentuk jel, terus ada krim mungkin untuk lukanya supaya kelembapan dalam kulitnya itu supaya gak ada kuman.”
(Partisipan 10) 3.2 Manfaat penerapan perawatan luka dengan metode moisture balance pada pasien
Berdasarkan analisa data didapatkan ada 3bagian manfaat dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance yaitu (1) manfaat yang dirasakan di bidang psikologis, (2) manfaat yang dirasakan di bidang fisik, (3) manfaat yang dirasakan dibidang ekonomi
1. Manfaat yang dirasakan di bidang psikologis
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa manfaat perawatan luka dengan moisture balance di bidang psikologis ada dua yaitu senang dan semangat.
a. Pasien merasa senang
Empat partisipan dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa mereka senang dalam menjalani perawatan luka, seperti pernyataan partisipan berikut:
“Ya enak, menyenangkanlah dek bisa lihat hasilnya baik dan bagus.”
(Partisipan 1) “Senang selama disini karena sudah bertumbuh dagingnya.”
(Partisipan 2)
“Sebetulnya perawatan disinilah lebih enak, menyenangkan, karena kan dek kalo di rumah sakit rasanya panik. Rasanya kayak selalu panik, takut gitu ngelihat alat-alat.
(49)
41
“Ya senanglah bapak juga baik kan ngerawatnya, apalagi dia orang aceh jadi enak ibu ngobrol sama bapak waktu lagi dirawat.”
(Partisipan 6) “Ya senanglah dek karena kan ini luka sudah nampak baik, ya jadi senanglah.”
(Partisipan 8) b. Pasien merasa semangat
Dua partisipan dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa mereka semangat dalam menjalani perawatan luka, seperti pernyataan partisipan berikut:
“Ya semangatlah berobatnya ya kan dek, karena sudah membayangkan hasilnya pasti baik.”
(Partisipan 5) “Ya semangatlah, usahalah namanya kan dek berserah kepada Allah mau sembuh mau gak, kan Dia yang ngatur.”
(Partisipan 7) 2. Manfaat yang dirasakan di bidang fisik
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa manfaat perawatan luka dengan moisture balance di bidang fisik ada empat yaitu rasa nyeri berkurang, luka cepat sembuh, jaringan tumbuh, kondisi kesehatan tubuh membaik,dan bau luka sudah tidak tercium lagi
a. Rasa nyeri berkurang
Beberapa partisipan menyatakan bahwa setelah melakukan perawatan luka dengan metode moisture balance rasa nyeri yang dirasaka karena luka berkurang, hal ini sesuai dengan pernytaan partisipan sebagai berikut:
“Tadinya kan sakit enyut-enyutah sekarang sih udah gak lagi.” (Partisipan 1)
(50)
42
“Lama kelamaan udah gak terasa lagi nyerinya.”
(Partisipan 2) “Iya terkadang panas kadang nyeri tapi ini sudah berkuran dek.”
(Partisipan 4)
“Nyeri juga udah semakin berkurang. Pokoknya semakin bisalah ibu juga aktivitas sendiri.”
(Partisipan 6)
“Kemaren iya nyeri dek. Tapi ini udah gak lah. Kalo pun ada, sikit-sikit dia.”
(Partisipan 7) “Lebih enak sekarang lah. Tapi nyerinya masih ada lah, karna masih luka.”
(Partisipan 9) b. Luka cepat sembuh
Dua dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa penyembuhan lukanya cepat sembuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
“Lumayan cepet sih sembuhnya cuma dalam hitungan bulan aja, gak sampe bertahun.”
(Partisipan 1) “Iya lukanya kan udah mulai sembuh, perubahannya kan cepat dari yang kemarin lukanya lebar sekarang udah ada tertutup.”
(51)
43
c. Jaringan cepat tumbuh
Tiga dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa jaringan kulit selama menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance tumbuh dengan cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataaan partisipan sebagai berikut:
“Ya gitulah ya, bagus sampe baik, tadinya bolong sampe segini (menunjuk bagian luka) tapi abis dikerjain sama pak Rizal perlahan baiklah, balik lagi semua kulitnya.”
(Partisipan 1) “Waktu di awal sih dek masih lambat ya karena baru-baru tapi ini setelah rawatan semakin cepet dagingnya tumbuh.”
(Partisipan 2) “Dari yang kemaren lukanya lebar setelah dirawat nutuplah dia lukanya itu.”
(Partisipan 9) d. Kondisi kesehatan tubuh membaik
Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa kondisi tubuhnya semakin membaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
“Saya ya merasa semakin sehat, badan enak aja rasanya dek.” (Partisipan 1) “ Ya saya merasa sangat membaik tubuh ini, makin enak lah karena udah fit itu juga.”
(Partisipan 3) “Cemana dibilang, namanya kita berobat kan supaya cepat baik. Jadi saya rasa, penyakit saya ini udah semakin berkurang.”
(Partisipan 5) “Kalo secara pribadi merasa semakin baik kehidupan saya, apalagi saya kemaren kan infeksi nah ini dia udah gak lagi.”
(Partisipan 7) “Jauh lebih baik dek, apalagi udah bisa jalan seperti ini.”
(52)
44
(Partisipan 8) “Sungguh lebih baik sekarang kesehatan saya, udah lebih enakan lah.”
(Partisipan 9) “Iya dek, kondisi badan saya juga sudah fit, gak oyong lagi.”
(Partisipan 10) e. Bau luka sudah berkurang
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa setelah menjalani perawatan luka, bau lukanya semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
“Baunya udah berkurang ini dek, kemaren mah bau banget.” (Partisipan 7) “Sebelum perawatan ini luka ibu kan bau bangke tapi setelah dirawat sikit pun gak ada bau.”
(Partisipan 8) 3. Manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa manfaat perawatan luka dengan moisture balance di bidang ekonomi ada dua yaitu biaya sebanding dengan kesembuhan, dan lebih murah dari pengobatan lain.
a. Biaya sebanding dengan kesembuhan
Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa biaya perawatan sebanding dengan kesembuhan yang didapat. Hali ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Kalo disini ya biayanya diusahakanlah dek, tapi kalo disini kan dek kesembuhannya sebanding kok sama harganya.”
(53)
45
“Ya kalo masalah biaya itu sebenernya relatif dek, ya kalo murut bapak sih ini sesuai sama apa yang didapat dek.”
(Partisipan 5) “Ya sekali rawatan 500-600 ribu, cuma yah ini sebanding sama
kesembuhan. Dari pada dirumah sakit kadang mau asal-asalnkan perawatannya.”
(Partisipan 8) “Cukup signifikan lah dek kalo biayanya cuma kalo udah mulai
membaik dia inilh turun harganya, mungkin karena peralatan yang dipake gak banyak lagi.”
(Partisipan 9) “Ya gak masalah sih dek biaya, selama ini hasil yang didapat juga baik kok.”
(Partisipan 10) b. Biaya lebih murah dari pengobatan lain
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa biaya perawatan luka dengan moisture balance lebih murah dari pengobatan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Saya rasa dimana-mana saya alami, disini lah baru nampak dia hasil pengobatan itu dek udah gitu dia malah meringankan kita, disesuaikan lah sama kemampuan kita gak kayak rumah sakit atau klinik, lebih pukul rata harganya.”
(Partisipan 5) “Hmm, mungkin dengan konsultasi begini lebih bagus kan ya, obat juga gak banyak yang mau dibeli, paling cuman bayar rawatannya aja, sama beli vitamin, gitu sih dek.”
(Partisipan 10) 4. Manfaat Kualitas Bahan Balutan
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa manfaat perawatan luka dengan moisture balancedilihat dari kualitas balutannya ada dua yaitu balutan tidak lepas, dan balutan tidak bocor.
(54)
46
a. Balutan tidak lepas
Dua dari sepuluh partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa balutan yang digunakan dalam perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance tidak mudah lepas. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Gak dek, kuat kok balutannya. Gak lepas, kadang dibawa jalan juga bisa.”
(Partisipan 8) “Kalo lepas sih gak lah dek, ikatan balautannya tetap bagus kok.”
(Partisipan 10) b. Balutan tidak mudah bocor
Tiga dari sepuluh partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa balutan yang digunakan dalam perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance tidak mudah bocor. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Kalo balutannya baguslah, Cuma karena cairan luka saya banyak haruslah sekali tiga hari harus digantilah dek.”
(Partisipan 7) “Balutannya rapi, udah gitukan gak ada yang bolong ketutup
semuanya dek, jadi gak ada lah bocornya sama sekali.”
(Partisipan 8) “Awalnya kan kondisi saya gemuk air dek, jadi dulu cairan itu
kayaknya tembus terus dari balutan tapi setelah dirawatlah ini selama hampir empat bulan ya udah gak ada kebocoran lagi, udah baguslah dia.”
(55)
47
3.3 Kendala pasien dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
Berdasarkan analisa data didapatkan ada dua kendala selama menjalani perawatan luka yaitu (1) kendala di bidang ekonomi, dan (2) kendala di transportasi
1. Bidang ekonomi
Partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan biaya dan bingung memikirkan sumber biaya perawatan.
a. Kesulitan membiaayai perawatan
Tiga dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa kesulitan ekonomi merupakan kendala selama menjalani perawatan luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“Tiap sekali berobat 350 ribu terus, ini udah empat kali, jadi ngerasa sulit sih dek, berjuang juga buat cari biaya.”
(Partisipan 1) “Ya, apa yang ada lah kita apa kan dulu, entah kereta digade atau semacam itulah.”
(Partisipan 2) “Iya dek, ibu kan dulu biaya dari ayah di Aceh tapi ayah itu udah meninggal, jadi agak kesulitan sih dek tapi tetep bersyukur bapak rizal mau bantu meringankan.”
(Partisipan 6) b. Kebingung memikirkan biaya perawatan
Salah satu dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa bingung memikirkan biaya selama perawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Kendalanya kadang di materi, bingung nyarinya tapi ya diusahakan terus memang.”
(56)
48
2. Bidang Transportasi
Partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa mengalami kesulitan dalam hal transportasi yaitu kesulitan akses klinik dan mengalami kesulitan kendaraan.
a. Mengalami kesulitan akses ke klinik
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mengalami kesulitan untuk mengakses ke klinik perawatan luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Kita kan tinggal di binjai dek, perjalanan dua jam lebih kemaren juga sempet kesasar mau kemari, tapi untunglah sampe.”
(Partisipan 5) “Maunya letak klinik ini lebih strategis dan lebih mudah diakses sehingga mobil bisa sampe ke depan klinik, jadi pasien kan gak harus dipapah dari simpang ke dalam klinik, apalagi ini pasien luka.”
(Partisipan 10) b. Mengalami kesulitan kendaraan
Salah satu dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mengalami kesulitan masalah kendaraan menuju ke klinik. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Iya dek kendaraan susah, kalo angkot kan gak sampe ketempat. Ini pun bisa bawa mobil karena ada kawan yang mau pinjemin mobilnya.”
(Partisipan 5) 3.4 Riwayat aktivitas sehari-hari
Berdasarkan analisa data didapatkan ada dua riwayat aktivitas sehari-hari selama pasien menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
(57)
49
yaitu (1) aktivitas pasien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance, dan (2) aktivitas pasien sesudah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
1. Aktivitas pasien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sulit menjalani aktivitas keseharian mereka yaitu kesulitan melakukan personal hygien kesulitan berjalan, dan kesulitan menjalani usaha.
a. Kesulitan melakukan personal hygien
Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa kesulitan untuk melakukan personal hygien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Ya bapak kalau mandi harus dimandiin atau di lap aja gitu ditempat tidur.”
(Partisipan 4) “Ya itu lah yang saya selama ini merasa malu sama isteri saya karena udah gak sanggup lagi ke kamar mandi, sulit untuk buang air kecil, mau buang air besar juga harus merepotkan istri.”
(Partisipan 5) “Ya saya kalau mandi paling dilap gitu aja sama ibu, terus kalo mau buang air besar mah dipakein pispot.”
(Partisipan 7) b. Kesulitan berjalan
Beberapa partisipan mengatakan bahwa mengalami kesulitan berjalan sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
(58)
50
“Ibu ya palingan duduk aja terus deket, paling bergeser-geser dikt aja. Itulah aktivitas yang bisa ibu lakuin.”
(Partisipan 1) “Ya beginilah dek bapak aja mau masuk kesini kan harus pake kursi rodan kan, inilah susah kadang.”
(Partisipan 4) “Ya bapak kalau mau ke kamar mandi di papah lah dek, ini
kegiatan juga cuma duduk sama baring ajalah disini.”
(Partisipan 7) “Ya beginilah dek, harus pake kursi roda lah. Mana bisa lagi jalan kalo kemaren itu.”
(Partisipan 9) c. Kesulitan melakukan usaha
Salah satu partisipan mengatakan bahwa mengalami kesulitan untuk melanjutkan usaha sebelum menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance. Hal ini sesuai dengan pernyataan:
“Kita kan ada usaha sepatu dek yang nah kalo ini sekarang saya udah gak bisa lah melanjutkan, jadi anak lah yang kerjain, kasian dek tapi mau gimana lagi ya kan dek, udah sakit kitanya.”
(Partisipan 5) 2. Aktivitas pasien setelah menjalani perawatan luka dengan metode
moisture balance
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa mengalami kemajuan untuk melakukan aktivitas sendiri setelah menjalani perawatan luka dengan. metode moisture balance yaitu berjalan, dan personal hygien.
a. Berjalan
Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka mengalami kemudahan dalam berjalan setelah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
(59)
51
“Hmm, bapak sih sekarang udah bisa jalan ya dek dengan bantuan selop dari sini, jadi gak terlalu susah lagi sekarang.”
(Partisipan 2) “Pokoknya semenjak nyerinya berkurang ibu udah bisalah
beraktivitas, gak harus dipapah lagi kalo jalan udah bisalah sendiri pokoknya.”
(Partisipan 6) “Baguslah dek, ini pun kan dek ibu sudah bisa berjalan, terus gula darah juga terkontrol.”
(Partisipan 8) “Gak masalah sih dek, saya malah merasa senang sih sudah bisa berjalan terus ikut jalan-jalan sama keluarga.”
(Partisipan 10) b. Personal hygien
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami kemudahan dalam melakukan personal hygien setelah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikuit:
“Kalo sekarang sih ibu udah nyuci sendiri, mandi sendiri. Nah, lukanya ini ditutupi lah pake plastik biar gak basah dia.”
(Partisipan 6) “Kalo mandi ya ibu ambil plastik kresek, terus ikat dari sini kesini supaya gak masuk air, terus ya udah mandi dek.”
(Partisipan 3) 3.5 Cara pasien menjaga luka di rumah
Berdasarkan analisa data didapatkan ada dua cara pasien menjaga luka yaitu (1) pembatasan aktivitas, (2) mengkonsumsi gizi seimbang.
1. Pembatasan aktivitas
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa untuk menjaga luka pasien melakukan pembatasan aktivitas dengan berjalan seperlunya, memakai sendal dan kaus kaki jika berjalan.
(60)
52
a. Berjalan seperlunya
Beberapa pasien dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka
melakukan aktivitas berjalan seperlunya untuk membatasi aktivitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Ya ini dek, ibu sih palingan kalo perlu aja jalan. Lagian
perawat disini juga saraninya jangan terlalu banyak gerak juga, terus kalo naik kereta juga kan dek haruslah selalu diperhatikan kaki ini, jangangerak karena kalo kena knalpotnya kan bahaya.”
(Partisipan 1) “Inilah dek, ya paling duduk aja yang bisa dilakuin kalo gak tidur, kalo jalan harus kalo ada keperluan kali aja.”
(Partisipan 4) “Ya beginilah dek, gak boleh banyak jalan. Hanya duduk-duduk ajalah bapak.”
(Partisipan 7) “Ya dibatasin ajalah dek pergerakan kan, gak bisa sesuka kita mau jalan kemana kemana, soalnya kan kita juga udah gak terlalu merasa kakinya, jadi takutlah kalo banyak aktivitas.”
(Partisipan 8) “Kalau saya ngerasa oyong ya saya gak bergerak dek, tidur aja gitu di tempat tidur gak ada jalan.”
(Partisipan 10) b. Menggunakan sendal diabetes
Dua dari sepuluh partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka menggunakan sendal diabetes saat berjalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Kalau jalan yah tetep gunakan sendal lah ya kan, ini kan disini ada disediain sendal diabetes dek.”
(61)
53
“Ini kan dek, saya kemaren mau gak pake sendal kalo jalan, jadi ntah kena apa gitu luka lagi jadi sekarang ya biar begitu lagi makanya saya pakelah sendal ini.”
(Partisipan 2) 2. Mengkonsumsi gizi seimbang
Partisipan dalam penelitian ini menyatakan mengatur pola makan untuk menjaga lukanya yaitu dengan cara mengkonsumsi susu diabetes, pola makan, dan mengkonsumsi vitamin.
a. Mengkonsumsi susu diabetes
Dua dari partisipan dalam penelitian ini mengatakan mengatur pola makan dengan meminum susu. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Enak ini dek minum susu, biasa mah kalo berobat kan ke rumah sakit minum obat kalo disini sih dikasih minum susu diabetes, nah takarannya pas buat 4-5 hari dek, siap itu ya kita beli lagi.”
(Partisipan 3) “Inilah dek kalo dirumah biar enakan gitu kan bou minum susu diabetes ini.”
(Partisipan 9) b. Pola makan
Beberapa partisipan dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa melakukan pembatasan makan nasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“Yah paling sering sih kalau ibu makannya sayur bening, rebus-rebus gitu aja dek kayak sawi sama kentang. Nasi paling dua kali sehari gitu, gantinya entah jagung entah ubilah.”
(Partisipan 1) “Ya biasa kan selain nasi dek tambahannya snack kue, pisang goreng atau telurlah, kadang mau juga makan gandum equal itu.”
(Partisipan 2) “Kalau ibu makan nasi kadang mau sekali aja sehari terus digantiin sama makan ubi gitu, itu kan gak manis kali kan dek, atau gak makan roti tawar yang asin itu, terus makan buah-buahan tapi jangan yang manis kali lah, kadang juga mau bikin jus wortel campur tomat, jipang kecil dijus.”
(62)
54
(Partisipan 3) “Kalau saya makan dek gak terlalu selera, tapi seneng makan
pisang atau ada itu namanya suun gitu dek.”
(Partisipan 4) “Kalo makan pokoknya gak bolehlah yang pake bumbu aneh-aneh kayak mecin gitu dek, nasi juga seadanya aja makan, gak bisa banyak.”
(Partisipan 5) “Kalau makan nasi sih bapak sedikit ajalah ya dek, gak banyak-banyak lagi. Porsi makan gak bisa nambo-nambo lagi.”
(Partisipan 7) “Yah kalo makan nasi tetep tapi dibatasin, terus lebih banyak ke makan sayur sih kayak sayur bayam, cabe-cabean juga dihindarin dek.”
(Partisipan 8) “Inilah kalo bou makannya harus diet, dalam arti bou ini makan nasi cuman dikitlah, diporsiin gitu.”
(Partisipan 9) c.Mengkonsumsi vitamin
Dua dari sepuluh partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi vitamin dalam menjaga luka kaki diabetiknya. Hal ini berkaitan dengan pernyataan berikut:
“Disini bou juga konsumsi vitamin tambahan biar badan juga sehat kan dek, terus biar ngejaga nutrisi lukanya juga.”
(Partisipan 9) “Ini saya juga ada dikasih buat konsumsi vitamin dek, terus juga beli produk herbal gitu namanya pheng chuang untuk anti infeksi dia.”
(63)
55
Tabel 4.2. Matriks Tema
Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance
Tema 1: Tahap Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture
Balance
1. Mencuci Luka 2. Debridement 3. Dressing
Tema 2: Manfaat Penerapan Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance pada Pasien
Sub Tema: 1. Manfaat yang
dirasakan di bidang psikologi
2. Manfaat yang dirasakan di bidang fisik
3. Manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi
4. Manfaat kualitas bahan balutan
Kategori
a. Merasa senang b. Merasa semangat
a. Rasa nyeri berkurang b. Luka cepat sembuh c. Jaringan cepat tumbuh d. Kondisi tubuh membaik e. Bau luka berkurang
a. Biaya perawatan sebanding dengan kesembuhan
b. Biaya perawatan lebih murah dari pengobatan lain
a. Balutan tidak mudah lepas b. Balutan tidak mudah bocor
Tema 3: Kendala Pasien dalam Menjalani Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance
Sub Tema:
1. Kendala di bidang ekonomi
Kategori:
a. Kesulitan membiayai perawatan
(64)
56
2. Kendala di bidang transportasi
a. Mengalami kesulitan akses ke klinik perawatan
b. Mengalami kesulitan kendaraan Tema 4: Riwayat Aktivitas Sehari-hari
Sub Tema:
1. Aktivitas pasien sebelum
menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
2. Aktivitas pasien setelah
menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance
Kategori:
a. Kesulitan melakukan personal hygiene b. Kesulitan berjalan
c. Kesulitan melakukan usaha
a. Kemampuan berjalan
b. Kemampuan melakukan personal hygien
Tema 5: Cara Pasien Menjaga Luka di Rumah
Sub Tema: 1. Pembatasan
aktivitas
2. Mengkonsumsi gizi seimbang
Kategori:
a. Berjalan seperlunya
b. Berjalan menggunakan sandal diabetes
a. Mengkonsumsi susu diabetes b. Mengatur pola makan
(65)
57
4. Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan pengalaman pasien dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance yang meliputi (1)tahap perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance, (2) manfaat penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada pasien, (3) kendala dalam menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada pasien, (4) riwayat aktivitas sehari-hari, (5) cara pasien menjaga luka dirumah. Tema-tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
4.1 Tahap Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance
Luka kaki diabetik merupakan salah satu kompilakasi dari penyakit diabetes melitus. Dalam hal ini yang perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pencucian luka, debridement, dan dressing (Gitarja, 2008). Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan ada tiga tahap dalam melakukan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance.
1. Pencucian Luka
Hasil analisa data diperoleh penatalaksanaan pencucian luka dilakukan menggunakan air aquades dan cairan normal saline. Hal ini sesuai dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa cairan normal saline dan air yang steril sangat direkomendasikan sebagai cairan pencuci luka. Cairan ini merupakan cairan isotonik, tidak toksik terhadap jaringan, tidak menghambat
(66)
58
proses penyembuhan luka dan tidak menyebabkan reaksi alergi atau merubah flora bakteri (Sari, 2010). Sejalan dengan penelitian Braun et al (2013) yang menyataklan bahwa luka yang dicuci dengan cairan normal saline akan lebih cepat sembuh dibandingakn luka kaki diabetik yang dicuci dengan menggunakan alkohol. Namun selain kedua cairan tersebut ada juga cairan tradisional yang digunakan untuk mencuci luka pada partisipan dalam penelitian ini yaitu air rebusan daun jambu biji. Sama halnya dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan rebusan daun jambu biji dapat meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan mengurangi bau luka.
2. Debridement
Hasil analisa data diperoleh penatalaksanaan debridement dilakukan dengan menggunakan pinset dan gunting (mekanikal debridement). Hal ini sesuai dengan penjelasan Sari, (2010) yang menjelaskan bahwa debridement bedah merupan tipe debridement yang paling cepat dan efektif, selain itu debridement yang dilakukan juga adalah autolysis debridement, dimana lingkungan luka dijaga kelembapannya (Gitarja, 2008).
3. Dressing
Hasil analisa diperoleh pemakaian dressing dibarengi dengan
penggunaan topycal therapyyaitu hydroaktif gel. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputa, (2013) yang menyatakan bahwa hydrogeal banyak mengandung air yang dapat membuat suasana luka menjadi lembab Selain itu ada juga jenis thopycal therapy lain yang digunakan oleh partisipan yaitu zinc cream (metcovazin). Hal ini sesuai dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa topikal jenis
(67)
59
ini mudah digunakan karena hanya tinggal mengoles saja dan topikal ini dapat digunakan untuk semua dasar luka serta mempersiapkan dasar luka menjadi sehat. Silver dressing sebagai thopycal therapi juga digunakan oleh partisipan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena silver dressing dapat menangani luka yang sudah terinfeksi dan mengangkat biofilm yang ada pada luka (Arisanty, 2014).
4.2 Manfaat Penerapan Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance pada Pasien
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada tiga bagian dari manfaat dalam menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance menurut partisipan diantaranya adalah manfaat yang dirasakan di bidang psikologis (merasa senang, dan merasa semangat), manfaat yang dirasakan dibidang fisik (rasa nyeri berkurang, luka cepat sembuh, jaringan cepat tumbuh, kondisi tubuh membaik, dan bau luka berkurang), dan manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi (biaya perawatan sebanding dengan kesembuhan, dan biaya perawatan lebih murah dari pengobatan lain).
1. Manfaat yang dirasakan di bidang psikologis
Hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance sangat bermanfaat dalam mendukung kondisi psikologis pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijonarko, (2013) yang menyatakan bahwa implementasi metode perawatan luka moisture balance dapat mengurangi ketakutan karena tidak mengalami nyeri saat perawatan luka sehingga pasien bersemangat dan senang dalam menjalani perawatan. Selain itu
(68)
60
hasil penelitian Jones et al, (2007) menyatakan bahwa perawatan luka diabetik dengan metode moisture balance dapat mengurangi perasaan ketidakberdayaan dan sedih karena secara fisik memiliki keterbatasan.
2. Manfaat yang dirasakan di bidang fisik
Hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance sangat bermanfaat juga dalam mendukung kondisi fisik yang sangat baik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputra, (2013) yang menyatakan bahwa dengan adanya perawatan moisture balance maka proses pemulihan luka akan berlangsung lebih cepat karena kondisi luka lembab, selain itu penelitian O’Connor, (2009) manfaat yang dirasakan secara fisik adalah tumbuhnya jaringan dengan cepat serta rasa nyeri berkurang, terutama saat pergantian balutan.
3. Manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi
Hasil analisa data menunjukkan hasil pada beberapa partisipan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance bermanfaat untuk mengurangi biaya pengeluaran saat perawatan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputra, (2013) yang menyatakan bahwa dengan perawatan luka moisture balance keringanan biaya didapatkan oleh pasien karena pergantian balutan tidak dilakukan setiap hari sehingga kualitas hidup pun semakin meningkat. Sejalan dengan penelitian Tallis et al (2013) yang menyatakan bahwa dilihat dari standard ekonomi, perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance lebih rendah dibandingkan dengan perawatan luka konvensional.
(69)
61
4.3 Kendala dalam Menjalani Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance pada Pasien
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada tiga bagian dari kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada beberapa partisipan diantaranya adalah kendala dibidang ekonomi (kesulitan membiayai perawatan, dan kebingungan memikirkan biaya perawatan), dan kendala di bidang transportasi (mengalami kesulitan akses ke klinik perawatan, dan mengalami kesulitan kendaraan
1. Kendala di bidang ekonomi
Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moistureditinjau dari bidang ekonomi dikarenakan tidak semua partisipan berasal dari Medan, ada yang berasal dari luar Medan yang juga membutuhkan biaya transportasi tidak hanya untuk biaya pengobatan, ditambah lagi ada sebagian partisipan yang kehilangan pekerjaan untuk menjalani perawatan luka kaki diabetik.
2. Kendala di bidang transportasi
Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moistureditinjau dari bidang transportasi dikarenakan akses jalan ke klinik sangatlah kecil sehingga kendaraan sulit masuk dan pasien harus dipapah dari simpang klinik sampai masuk ke klinik, dan ada beberapa pasien yang memiliki kesulitan untuk datang ke klinik karena kendaraan yang tidak memadai.
(1)
(2)
(3)
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya skripsi yang berjudul “Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, demikian juga kepada Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kepselaku Wakil Dekan I serta seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi jenjang Sarjana Keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ns. Asrizal, S.Kep, M.Kep, RN, WOC(ET)N, CHt.N, selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan dan arahan yang sangat inspiratif sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Nunung Febriany Sitepu, S.Kep., Ns., MNS dan Reni Asmara Ariga, S.Kp., MARS selaku dosen penguji yang juga banyak memberi saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih teristimewa kepada kedua orang tua, ayahanda Kamil Sitompul dan ibunda Erika Pardosi yang telah memberikan dukungannya secara moril, material, cinta kasih, doa yang mereka panjatkan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada adik-adik penulis yaitu, Octavia Sitompul dan Yosua Aryanto Hasiholan Sitompul yang juga selalu menghibur dan memberi semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga tidak lupa berterima kasih
(4)
kepada abang Fredryk Panjaitan yang telah membantu penulis dalam proses penelitian dan memberikan dukungan moral.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2012Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara teristimewa untuk Novita, Marta, Ranafika, dan Paramitha yang telah banyak membantu, menyemangati dan memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini serta teman satu dosen pembimbing Fatricia, Aster, dan Bebi yang selalu berbagi informasi dan saling bertukar pikiran. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat penulis Jessy, Lidya, Sonya, Marta, Risma, dan Friska yang selalu memberi semangat dan tempat berbagi cerita saat proses penelitian dan penyelesaian skripsi.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada kepala direktur klinik Asri Wound Care Center Medan dan staf perawat yang telah memberi izin, kesempatan untuk melakukan penelitian dan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis mengaharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2016 Penulis
Anita Carolina Yosefine 121101091
(5)
Daftar Isi
HalamanJudul ... i
HalamanOrisinalitas ... ii
HalamanPengesahan ... iii
Prakata...iv
Daftar Isi...vi
Daftar Tabel… ... viii
Abstrak...ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1. LatarBelakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 8
3. Tujuan Penelitian ... 8
4. Manfaat Penelitian ... 8
4.1 Pendidikan Keperawatan ... 8
4.2 Pelayanan Keperawatan ... 8
4.3 PenelitianKeperawatan ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Luka Kaki Diabetik ... 10
1.1 Definisi Luka Kaki Diabetik ... 10
1.2Etiologi Luka Kaki Diabetik ... 10
1.2.1 Luka Neuropati... 11
1.2.2 Luka Iskemik ... 11
1.2.3 Luka Neuroiskemik ... 12
1.3Patofisiologi Luka Kaki Diabetik ... 12
1.4Klasifikasi Luka Kaki Diabetik ... 12
1.4.1KlasifikasiMegit-Wagner ... 12
1.4.2Klasifikasi PEDIS ... 13
1.5 ManajemenPengkajian Luka Kaki Diabetik ... 14
1.5.1 KeluhanUtama... 14
1.5.2 RiwayatKesehatan ... 14
1.5.3 Pengkajian Luka Kaki Diabetik ... 15
1.6 FaktorIntrinsikdanEkstrinsikPenyembuhan Luka Kaki Diabetik ... 18
2. KonsepPerawatan Luka Moisture Balance ... 19
2.1EvolusiManajemen Luka... 19
2.2Moisture Balance dalamPerawatan ... 20
2.3MemilihBalutan Luka berdasarkanKonsepMoisture Balance ... 21
2.3.1 Hal yang diperhatikandalamMemilihBalutan ... 22
2.3.2 TujuanPemilihanBalutan Luka ... 22
2.3.3 JenisdanKegunaanBalutanpadaMetodeMoisture Balance ... 23
(6)
BAB 3. METODE PENELITIAN
1. DesainPenelitian ... 29
2. Partisipan ... 29
3. TempatdanWaktuPenelitian ... 30
3.1 TempatPenelitian ... 30
3.2 WaktuPenelitian ... 30
4. PertimbanganEtik ... 30
5. InstrumenPenelitian ... 31
6. Pengumpulan Data ... 31
7. Analisa Data ... 34
8. Tingkat Kepercayaan data ... 35
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 36
2. Karakteristik Partisipan ... 36
3. Pengalaman Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perwawatan Luka dengan Metode Moistur Balance di Asri Wound Care Center Medan ... 37
4. Pembahasan ... 57
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 65
2. Saran ... 66
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Informed consent
Lampiran 2. Lembarpersetujuanmenjadipartisipan
Lampiran 3. Instrumenpenelitian (Kuesioner Data Demografi) Lampiran 4. Panduanwawancara
Lampiran 5. Surat ujivalidasipertanyaanwawancara Lampiran 6. Surat komiteetik
Lampiran 7. Surat izinpenelitian Lampiran 8. Surat selesaipenelitian Lampiran 9. Jadwalpenelitian Lampiran 10. Anggarandana
Lampiran 11. Lembarbuktibimbingan Lampiran 12. Matriksanalisa data Lampiran 13. Riwayat hidup