21 |Kementerian Kehutanan
3. Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan maupun hasil‐hasilnya, termasuk
ancaman kebakaran hutan dan lahan. 4. Sebagian masyarakat belum memahami pentingnya upaya‐upaya konservasi sumberdaya
alam, khususnya dalam konteks pelestarian jenis‐jenis flora dan fauna serta lingkungan
abiotiknya. 5. Lahan kritis termasuk kategori sangat kritis masih luas yang berdampak pada menurunnya
daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistem tata air dalam hubungannya
dengan masalah bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor.
6. Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwata alam guna memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap konsumsi jasa hutan. 7. Kesenjangan antara suply dan demand bahan baku industri kehutanan, khususnya kayu,
yang belum secara optimal disediakan dari hutan tanaman industri dan hutan rakyat,
disamping masih rendahnya efisiensi produksi industri hasil hutan.
8. Hasil hutan bukan kayu HHBK serta produk dari hutan rakyat dan hutan kemasyakatan secara
struktur belum secara nyata mendorong pengembanganpemberdayaan perekonomian
masyarakat. 9. Minat investasi di bidang kehutanan yang kurang kondusif karena sering terhambat oleh
permasalahan tenurial, tumpang tindih peraturan pusat dengan daerah, dan kurangnya
insentif permodalan, perpajakan dan retribusi.
10. Kurangnya data informasi kehutanan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak.
11. Pengembangan Iptek kehutanan belum secara optimal menunjang untuk kebutuhan informasi
dalam menetapkan kebijakan dan operasionalisasi teknis pengelolaan hutan di lapangan.
12. Kapasitas kelembagaan kehutanan yang masih terbatas termasuk kapasitas kualitas dan kuantitas
sumberdaya manusia SDM, baik pada tatanan pemerintah terutama pemerintah kabupatankota,
serta masyarakat khususnya yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan.
E. Kondisi Yang Diinginkan
Pada prinsipnya secara garis besar kondisi sumberdaya hutan yang diinginkan dalam lima tahun
mendatang adalah makin membaiknya kualitas sumberdaya hutan dan meningkatnya manfaat
hutan. Indikator membaiknya kualitas sumberdaya hutan adalah menurunnya deforestasi dan
degradasi hutan serta terselenggaranya upaya‐upaya rehabilitasi. Sedangkan indikator
meningkatnya manfaat hutan ditandai dengan meningkatnya kontribusi hutan terhadap
perekonomian nasional berupa pendapatan domestik bruto PDB, penyediaan lapangan kerja
dan kesempatan berusaha masyarakat, serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup termasuk
dalam konteks mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global.
Berdasarkan kluster fungsi hutan, kondisi sumberdaya hutan serta kelembagaan yang
diinginkan adalah:
Ekologi 1. Berkurangnya deforestasi sumberdaya hutan.
2. Kawasan hutan yang mantap melalui koordinasi dan sinkronisasi tata ruang, pengukuhan dan
opimalisasi tata guna hutan, antara lain dalam mendukung pembangunan infrastruktur.
3. Keberadaan dan penutupan hutan terjamin sesuai dengan fungsinya konservasi, lindung dan
produksi, termasuk dalam kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 4. Proses ekosistem esensial berjalan optimal serta keanekaragaman hayati dan sumberdaya
hutan terjaga, serta terpulihkannya ekosistem hutan rawa dan gambut.
22 |Kementerian Kehutanan
5. Menurunnya gangguan keamanan hutan dan hasil hutan serta berkurangnya kejadian kebakaran
hutan dan lahan. 6. Daerah aliran sungai DAS berfungsi secara optimal sehingga dapat mengurangi resiko
bencana alam berupa banjir, longsor dan kekeringan.
7. Kawasan hutan tetap yang dikelola oleh institusi permanen pada tingkat tapak. Ekonomi
1. Kontribusi kehutanan terhadap pendapatan produk domestik bruto PDB dari hasil hutan kayu,
bukan kayu dan jasa lingkungan meningkat secara proporsional dan bertahap. 2. Penyerapan tenaga kerja pada bidang pemanfaatan hutan, industri pengolahan hasil hutan,
konservasi dan jasa lingkungan meningkat.
3. Pendapatan riil masyarakat yang berusaha dalam pemanfaatan produk dan jasa hutan dan kehutanan,
terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan semakin baik. 4. Aneka usaha kehutanan oleh usaha kecil, menengah, koperasi dan masyarakat semakin
luas, serta terjalin hubungan usaha besar, menengah, kecil, koperasi dan masyarakat yang
makin harmonis dan terintegrasi.
5. Tercukupinya kebutuhan bahan baku industri kehutanan secara berkelanjutan. 6. Ekspor komoditas hasil hutan dan industri pengolahan hasil hutan terus meningkat.
Sosial 1. Manfaat hutan bagi masyarakat meningkat dan terdistribusi secara berkeadilan.
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan meningkat secara proporsional.
3. Akses masyarakat khususnya masyarakat lokal dan masyarakat adat secara proporsional terakomodir.
4. Kualitas kesejahteraan masyarakat kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan, dll di dalam
dan sekitar hutan semakin baik, termasuk dalam kaitannya dengan upaya‐upaya percepatan
pembangunan daerah tertinggal terutama di kawasan perbatasan. Kelembagaan
1. Terwujudnya reformasi birokrasi pada Kementerian Kehutanan dan instansi kehutanan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota, sehingga organisasi berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi embanannya. 2. Kelembagaan pengelolaan hutan pada tingkat lapangan dalam kesatuan pengelolaan hutan
makin mantap.
3. Regulasi dan kebijakan cukup memadai dan berjalan efektif. 4. Lembaga non pemerintah menjadi bagian penting dalam pembangunan kehutanan.
5. Jejaring kerja terbangun secara memadai. 6. Sumberdaya manusia kehutanan pada sektor pemerintah dan masyarakat kualitasnya terus
meningkat. 7. Pengawasan dan pengendalian berjalan efektif.
8. Tersedia produk Iptek yang handal dalam pengelolaan hutan. 9. Tersedia dukungan sarana dan prasarana serta dana yang cukup dan profesional.
23 |Kementerian Kehutanan
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN TAHUN 2010‐2014
A. Visi, Misi dan Tujuan