Pengaruh Jenls dan Konsentrasi Garam Serta Metode Pengasinan Terhadap Karakteristik Jahe Asinan

Prosiding Seminor Nosianal Teknalagi lnovatif Poscaponen untuk Pengembongon lndustri Berbosis Pertanian

PENGARUW JENlS DAN KONSENTRASI GAIRAM SERTA METODE
PENGASINAN TEIIPIDAP KARAKTERHSTIK JAWE ASINAN
Djajeng Sumangat

RRisfaheri !, Ira Mulyawanti 'dan Indra Gunawan Pane

. . .
Balai Besar Penelitian dqn Pengembangan Pascapanen Pertanian
UniversifasJu~nda,Ciawi, Bogor

Jahe asinan (salted ginger) merupakan produk makanan olahan yang dibuat dari rimpang jahe
gajah umur 3-4 bulan dengan menndarn rimpang di dalam larutan yang terdiri dari campuran
garam dan asam sitrat. Jahe asinan banyak dikonsumsi sebagai komponen makanan tradisional
masyarakat Jepang. Sebagian jahe asinan tersebut diimpor dari Indonesia. Untuk dapat menlenuhi
persyaratan mutu yang dimhta, diperlukan cara pengolahan jahe asinan yang sesuai dengan
keinginan importir. Penelitian pengolaha jahe asinan ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis
dan konsentrasi g a r m serta metode pengasinannya terhadap karakteristik jahe asinan yang
d%asilkan. Proses pengashan dilakukm dengan dua cara yaitu perendaman dalam Larutan garam
dm kristal garam. Proses pengasinan dilakukm selama 20 hari. Perlakuan yang diuji adalah (A)

jenis garam yaitu garam NaCI teknis (A13 dan garam dapur (A2); (B) konsentrasi garam dalam
larutan yaitu 30 % (811, 35 % (B2) dan 40 % (B3); metode pengasinan (C) yaitu perendaman
dalam larutan garam (61) d m perendman dalam kristal garam (C2). Rancangan percobaan yang
digtanalcan adalah b n c m g m Acak Lengkap faktorial dengan tiga kali ulangm.Hasil penelitian
menMukkan bahwa jenis garam, konsenaasi dan rnetode pengasinan berpengaruh terhadap
k d e r i s t i k jahe asinan yaitu kadar air, kadar garam dalam cairan dan rimpang, kadar minyak
atsiri, bobot jenis, pH cairan, kadar alkohol, warna dan aroma rirnpang serta cairan. Metode
pengasinan dalam kristal garam memberikan hasil lebih baik dibanding metode pengasinan dalafi
lanitan garam. Pada metode pengasinan dalam kristal gararn, kedua jenis garam menghasilkan
karakteristik jahe asinan yang hampir sama dan memenuhi persyaratan standar mutu dari importir.
Persyaratan pH yang memenuhi standar mutu yaitu 2-3,2 dipenuhi oleh metode kristal garam pada
hari ke 10 (pH 2,7-3,2), hari ke 15 (pH 2,X-3,0) dan hari ke 20 (pH 2,8-3,0). Pada metode larutan
garam, pH cairan rata-rata di atas 3,s yaitu pada hari ke 10, 15 dan 20. Bobot jenis yang memenuhi
persyaratan hanya dihasilkan pada metode kristaf garam yang nilai rata-ratanya di atas 1,142.
Pada metode larutan garam, bobot jenisnya rata-rata di bawah 1,142. Warna cairan perendam dan
warna rirnpang pada metode kristal garam berwarna pink, sedangkan pada metode larutan garam
berwarna kuning muda. Aroma rimpang dan cairan perendam khas jahe asinan.

Kata kunei: Rimpang jafie, jahe asinan, proses pengasinan.


Salted ginger is made by soaking the three to four months old ginger rhizhomes in the mix solution
of salt and citric acid. It has been known as a traditional food used by Japanese society as
condiment along with the other Japanese food such as raw fish. Some of salted ginger has been
imported from Indonesia but some of them did not meet the quality requirement due to lack of
knowledge owned by Indonesian processor. This experiment has been conducted to evaluate the
effect of salt type and concentration and method of salting on the quality chawcteristic of salted
ginger. Treatmeits applied were (A) type of salt namely NaCl technical laboratory grade (A 1) and
home used salt grade (A2); (B) salt concentration in solution, namely 30 % (BI), 35 % (B2) and
40 % (B3); (6) salting method, namely soaking in salt solution (C1) and soaking in salt crystal
(62). Salting process was conducted in 20 days. The experiment was designed using factorially
completely randomized design wish 3 replications.
The results showed that type of salts, concentration of salt and salting method had significant
effect on the characteristic of salted ginger namely moisture content, salt content in the rhizome
and solution, essential content and specific density of salted ginger, pH, and alcohol content of

Balaf Besor Penelition don Pengembangon Pascapanen Pertanian

755

Prosiding Seminar Nosionol Teknologf lnovotif Pascoponen untuk Pensembongon lnduslrl Berbasls Pertanfan


solution, colour and flavour of rhizome and solution. Method of salting using salt crystal (C2)
produced better quality than soaking in salt solution (el)in which both type of salts used in this
method produced similar quality characteristics and met the standard quality requirement.
The quality standard requirement of pH i.e 2.7-3.2 was achieved within 10 days of soaking in salt
crystal (pH 2.7-3,2), within 15 days (pH 2.8-3.0) and within 20 days (pH2.8-3.0). Tne average of
pH of solution using salting method in salt solution was higher i.e 3.5. The qualiw standard of
specific density was only met by salting method using salt crystal which were higher than 1.142
while salting method using salt solution produced lower specific density i.e lower than 1.142. The
colour of salted ginger produced by salting method using salt crystal was pink while the other
method was light yellow. The flavour of salted ginger and its soaking solution was typical of salted
ginger required by quality standard.
Keywords: ginger rhizome, salted ginger, salting process.

Rimpang jahe (Zingiber oflcinale Rosc.) merupakan salah satu komoditas
pertanian Indonesia yang digunakan sebagai rempah-rempah dan bahan baku obat
biofartnaka. Dalam perdagangan dikenal dalam bentuk rimpang jahe segar, jahe kering,
minyak jahe, oleoresin jahe dan bentuk rnakanan olahan jahe yang diawetkan seperti simp
jahe, anggur jahe, jahe asinan (salted ginger), pemen jahe (ginger candy) dan produk
lainnya. Selama ini Indonesia mengekspor jahe terutama dalarn bentuk jahe segar, jahe

kering dan minyak jalx (Mauludi L. et al., 1992). Sejak tahun 1987 te'lah ada pemintaan
impor jahe dalam bentuk jahe asinan terutama dari Jepang..Pemintaan impor jahe asinan
dari Jepang rata-rata 40.000 ton/tahun dan diperkirakan akan terns rneningkat karena
komoditas ini merupakan salah satu komponen dalam menu rnakanan tradisionai
masyarakat Jepang (Risfaheri et a]., 1990)
Jahe asinan adalah produk makanan olahan setengah jadi yang dibuat dari rirnpang
jahe gajah berurnur 3-4 bulan dengan merendamnya dalam lamtan carnpuran garam dan
asam sitrat. Karakteristik jahe asinan yang dibeli tergantung permintaan masing-masing
pembeli. Perusahaan Nissin Sugar Mfg., Co., Ltd. di Jepang menghendaki jahe asinan
yang diproses dengan merendam jahe di dalam larutan yang terdiri dari garam clan asam
sitrat selama 10- 14 hari. Selama perendaman tersebut, konsentrasi larutan diatur minimal
180" Be (bobot jenis 1,142) dengan rimpang bemama pink dan pH l m t a n minirnal2,8.
Hal tersebut dapat dicapai dengan merendam jahe di dalarn larutan garam 25% dan a s m
sitrat 1% purdjannah et al., 1994). Pembeli lain ada yang menginginkan jahe diasinkan
dengan merendam dalam larutan garam 15% dan asam sitrat 2%.
Cararn sebagai bahan pengawet dan sebagai bumbu yang rnemberi rasa pada bahan
yang diawetkan terdapat dalarn bentuk NaCl teknis, garam dapur kristal (krosok) dan
garam dapur batangan (Anonymous, 1979). Pemilihan jenis garam yang ekonomis tetapi
dapat menghasilkan karakteristik jahe asinan yang memenuhi syarat, menentukan biaya
proses produksi. Jenis garam krosok lebih murah dan rnudah pemakaiannya dibanding

garam batangan. Asam sitrat digunakan dalam industri makanan sebagai penentu derajat
keasaman (menurunkan pH), flavoring agent dan pengawet karena bersifat sebagai
chelating agent yang dapat menghambat reaksi biologis (Desroier, N.W., 1988)
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi garam
serta cara pengasinan terhadap karakteristik jahe asinan yang sesuai dengan persyaratan
iinportir.

756

Bolof Besar Penelltlon don Pengembongon Poscoponen Pertonlon

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembongon lndustri Berbasis Pertanion

BANAN DAN METODE
Bahan baku yang digunakan adalah rimpang jahe gajah berumur 4,s bulan dari
kebun petani di Cianjur, Bahan pembantu adalah garam NaCI teknis, garam dapur
(krosok) dan asam sitrat teknis.
Metode (cara) pembuatan jahe asinan digambarkan ifalam diagram alir (Gambar I):
Perlakuan yang diuji adaIah (A)jenis garam yaitu A]= garam NaGl teknis dan A2=
garam dapur (krosok) ; (B)konsentrasi g a r m yaitu 81= 30%, B2= 35% dan B3= 40%;

dan (C) metode pengasinan yaitu C1= perendaman dalarn larutan garam, dan C2=
perendaman daiam krista) garam.
Pada pengasinan d a l m larutan garam, konsentrasi garam berdasarkan volume air
yang digunakan yal'tu 2,s liter; sedangkan pada pengasinan dengan kristal garam,
konsentrasi garam berdasarkan berat rimpang.
Rancangan pereobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap factorial
dengan tiga kali ulangan.
Pengarnatan berupa analisis terhadap cairan perendam yaitu pH, volume cairan,
kekemhan (visual), warna, aroma, kadar alkohol (AOAC, 1984), bobot jenis. Terhadap
rimpang dilakukan pengamatan kadar air, kadar garam, kadar minyak atsiri, warna dan
aroma rimpang. Pengamatan terhadap kadar air, kadar garam dan kadar minyak atsiri
rimpang dilakukan seklah pengasinan selesai (setelah hari ke 20)

Pencucian dan pengikisan kulit
rimpang dengan pisau anti karat

+
Pengisian jahe (2,5 kg) + bahan pengasin (30%, 35%, 40%) + asam sitrat 1% ke
dalam ember plastik


Rimpang jahe dan cairan dikemas kedalam wadah
toples gelas

Gambar 1. Diagram alir pembuatan jahe asinan

Balai Besor Penelition dan Penqembongan Pascoponen Pertonian

757

Prosiding Semfnar Nasfonal Teknologi lnovatif Pascapanen untuk Pengembangon lndustrl Berbasls Pertanlan

HASIL DAN PEMBAWASAN

Karakteristik bahan baku (rimpang jahe segar)
Terlihat bahwa kadar rninyak atsiri jahe setelah dikupas lebih rendah dibanding
jahe berkulit. Hal ini disebabkan karena sebagian besar minyak atsiri pada rimpang jahe
terdapat pada,sel-sel jaringan epidemis di bawah kulit luar. Implikasinya adalah dalam
pengikisan kulit luar rimpang tidak boleh mengakibatkan terkelupasnya kulit terlalu
dalam.
Tabel 1. Karakteristik rimpang jahe segar umur 4-43 bulan

Komponen
Air, %
Abu total,%
Pati,%
Serat kasar,%
Minyak atsiri,%

Jahe berkulit
96,80

Jahe dikupas
8223

Analisis pada cairan dilakukan terhadap pH, volume cairan, bobot jenis, kadar
alkohol, kekeruhan, warna dan aroma.

86110 hari
a15 hari

b20 hari


A1 B1Ci

A1 B361

A28261

AIBlC2

A16362

AZB~C~

perlakuan

Garnbar 2. Histogram pH cairan perendam rimpang.
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pH cairan tertinggi (5,421 pada hari ke-10
dihasilkan dari perlakuan AlBlCl Genis garam NaCl teknis, konsenih-asi 30%, metode
pengasinan dalarn larutan) tidak memenuhi persyaratan yang diminta importit yaitu pH 23,2. Sedangkan pH terendah (2,591 yang memenuhi syarat, dihasilkan dari perlakuan
AlB3G2. Pada hari ke-15, pH yang memenuhi syarat (2,70) dihasilkan dari perlakuan

A1 B2G2, sedangkan pada hari ke 20, perlakuan AIB2C2 dan A1B3C2 menghasilkan pH
2,70 yang memenalri syarat importir. Pada penggunaan NaCl teknis, pH yang dihasilkan

758

Baloi Besar Penelltlan don Pengembongon Pascapanen Pertanion

Prostding Seminar Nos!onaf Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangon lndustri Berbasis Pertanian

rendah dibandingkan penggunaan garam dapur (krosok). Untuk menekan biaya agar
diperileh pH yang lebih rendah seperti dihasilkan NaCl teknis, inaka konsentrasi asam
sitrat perlu ditingkatkan di atas 1%. D a i segi komersial, garam dapur (krosok) lebih
ekonornis untuk digunakan sebagai bahan pengasin selain dapat menghasilkan
karakteristik cairan yang s m a dengan NaCl teknis.
Pada Gambar 3 terlihat bahwa metode pengasinan dalam larutan gararn (C1)
memiliki volume cairan yang lebih bmyak dibandingkan metode dengan kristal garam
(C2) karena pada rnetode kristal gararn cairannya hanya diperoleh dari proses pencairan
gararn selarna pengasinan. Tejadinya penurunan volume cairan disebabkan adanya
absorbsi cairan oleh rimpang. Penurunan antara hari ke 15 dan 20 relatif kecil disebabkan
absorbsi cairan oleh rimpang telah cukup jenuh.


-

2500

E
;2000
1500

115 hari

-o
>

0 2 0 hari

500

.

.

#

perlakuan

Gambar 3. Histogram volume cairan perendam rimpang.

El I 0 hari
itti 15 hari

a 2 0 hari

perlakuan
Cambar 4. Histogram kadar alkohol cairan perendam rimpang.

.-

Selarna proses perendaman temyata terbentuk alkohol yang mungkin disebabkan
teGadinya ferm.entasi pati dae rimpang jahe. Kadar alkohol pada metode perendaman
dalam larutan NaCf relatif lebih rendah dengan rata-rata 0.33%, dibandingkan rnetode
pengasinan dengsn kristal gararn (rata-rata 0.73%). Ada kecenderungan makin lama
pengasinan, kadar alkoholnya rneningkat (Cambar 4) terutarna pada metode, kristal
garam. Adanya alkohol pada kadar 0.33-0.73% dianggap memenuhi syarat yang diminta
pedagang.

M a l Bern Peneiitim dan Pengembangon Pacupanen Pertanian

759

Prosiding Seminor Nasional Teknologi lnovotlf Pascoponen untuk Pengembongon Industrl Berbasfs Perfonlon

.-gVf

1.22
1.2
1.18
1.16

n

1.14

'g1.12
1.1
n
1.08
1.06
1104
1.02
AlBlCl

a 1 0 hari
m15 hari
C120 kari

AIB3C1

A282C1

A181C2

A183C2

A282C2

perlakuan
Gambar 5. Histogram bobot jenis cairan perendam rimpang.
Bobot jenis cairan dengan metode perendaman NaCl relatif lebih rendah
dibanding dengan metode kristal karena volume cairmnya lebih bmyak (Gambar 5 dm
3). Bobot jenis yang memenuhi syarat gerdagangan adaIah 1,1452 dan nilai ini dicapai
hanya pada rnetode pengasinan dengan kristal g a m (rata-rata di atas 1,142) sedangkan
pada rnetode perendaman WaCl, rata-rata di bawah 1,142.
Kadar garam, kadar air dan kadar minyak atsiri ~ m p a n g

Pengaruh ke tiga faktor periakuan dan interaksinya memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar gararn rimpang jahe. Kadar garam tertinggi (47,29%) dihasilkan dari
perlakuan AlB2C2 (NaCI teknis, konsentrasi 35%, perendaman dalam kristal garam).
Kadar garam terendah (20,95%) dihasilkan pada perlakuan AIBICI (NaCl teknis,
konsentrasi 30%, perendaman dalam larutan garam).
Pada metode pengasinan dengan kristal garam, kadar g a r m rimpang lebih ringgi
di bandingkan metode pengasinanlperendanan dalam larutan garam. Penggunaan garam
dapur krosok pada metode pengasinan dengan kristal garam, dihasilkan kadar gararn
Empang yang hampir sarna dengan penggunaan garam NaCl tehis.

Gambar 6. Histogram kadar garam rimpang setelah perendarnan 20 hari,

760

Boloi Besor Penelition don Pengembongon Pascoponen Pertonion

Prosiding Seminar Naslonal Teknologf lnovatif Pascapanen untuk Pengembongon lndustri Berbasis Pertanion

AlBlCl

A183C1

A2B2C1

AIBlC2

AiB362

A2B2C2

periakuan

Gambar 7. Kadar air rimpang jahe setelah perendaman 20 hari.
ada Gambar 7 terlihat bahwa kadar air rimpang hasii perendaman 20 hari pada
metode larutan NaCl relatif lebih tinggi dibandingkan pada metode kristal gararn dapur.
Kadar air akan berpengaruh terhadap tekstur dari jahe asinan yang dihasilkan. Lebih
disukai kadar air rimpang yang lebih rendah dan kadar garam ri~npangyang lebih tinggi.
Kadar minyak atsiri pada rimpang hasil perendaman setelah 20 hari berada pada
kisaran 0, f -0,3% (Gambar 7). Pada jahe tua (umur panen 9-1 0 bulan), kadar atsirinya 12%. Adanya minyak atsiri yang kadarnya masih rendah serta kandungan oleoresin jahe
yang juga diduga masih rendah pada jahe muda, berpengaruh terhadap rasa pedas dan
aroma jahe asinan . Pada jahe asinan diharapkan rasa dan aroma rninyak atsiri tidak
terlalu kuat seperti pada jahe tua.

perlakuan

Gambar 8. Histogram kadar minydk atsiri rimpang jahe setelah perendaman 20 hari.
Terlihat bahwa kadar minyak atsiri hasil pengasinan dengan metode kristal garam
relatif lebih rendah dibandingkan perendaman dalam larutan NaCI.

Warwa dan aroma rimpang dan eairan perendam
Pada metode pengasinm dalarn larutan garam, cairan umumnya berwarna kuning
agak kernerban d m sedikit kemh, sedangkan pada metode kristal garam, cairan
berwma pink d m tidak kemta. Terbentuknya warna pink diduga karena adanya asam
sitrat yang bereaksi dengw senyawa asam pada rimpang. Pada metode larutan garam,
perbandingan air dengan asam sitrat yang ditambahkan relatif kecil sehingga konsentrasi
asam lebih kecil dan terbentuknya warna pink juga kecil. Persyaratan warna pink
dikehendaki oleh importir Jepang sedangkan importir Australia menghendaki warna
kuning muda.

Bald Besar Penelition dan Pengembongan Pascupanen Pertanion

761

Prosiding Semfnar Nasional Teknologi /novatif Pascapanen vntuk Pengembangan Industrl Berbasls Pertonian

Aroma rimpang dan cairan yang dihasilkan pada hari ke 10, 15 dan 20 adalah
aroma khas jahe asinan yang terbentuk sebagai hasil interaksi senyawa garam, asam sitrat
dan minyak atsiri rimpang. Aroma rimpang dan cairan yang dihasilkan penelitian ini
dapat memenuhi persyaratan yang diminta import?.
Kekeruhan ealran perendam

Kekeruhan cairan pada metode perendman dengan larutan gararn lebih tinggi
dibanding metode kristai garam, disebabkan tumbuhnya kapang pada cairan perendaman.
Tingkat kekeruhan cairan meningkat dengan makin lamanya perendarnan. Tejadinya
kekeruhan mungkin juga disebabkan mutu garam kurang baik dan sisa kotoran yang
masih ada pada rimpang jahe. Dari hasil pengamatan, tingkat kekeruhan yang rend&
dihasilkan dari metode kristal garam karena tidak tejadi pe~umbuhankapang. Pada
metode kristal, kekeruhan mulai tampak setelah hari ke 15 sedangkan pada metode
perendaman dalam larutan, kekeruhan telah terjadi sejak hari ke 10 yang disebabkan
tumbuhnya kapang pada pemukaan cairan.

Jenis garam, konsentrasi garam dan metode pengasinan berpengaruh terhadap pH
cairan, volume cairan, bobot jenis cairan, kadar alkohol cairan, kadar air rimpang, kadar
miyak atsiri rimpang, kadar garam rimpang, warna dan aroma eairan dan rimpang.
pH cairan yang dapat memenuhi persyaratan impcrtir (2-3,2) hanya dihasilkm
pada metode kristal garam yaitu pada hari ke 10 (pH 2,71-3,24), pada hari ke 15 (pH
2,80-3,031 dan pada hari ke 20 (pH2,80-3,0). Pada metode larutzn gararn, pH cairan-ratarata lebih besar dari 3,5 dan tidak memenuhi persyaratan mutu yang diminta.
Bobot jenis cairan yang dapat memenuhi persyaratan irnportir Jepang hanya
dihasilkan pada metode kristal garam yaitu ma-rata di atas 1,142 (hari ke 30, 15 dan 201,
sedangkan pada metode larutan garrrm, bobot jenis eairan rata-rata di bawah 1,142 dan
tidak memenuhi persyaratan.
Kadar garam rimpang terendah pada metode kristal garam dihasilkan pada
perlakuan A 1B 1422 yaitu 3473 %. Pada rnetode larutan garam, dihasilkan pada perlakuan
A 1B 1C 1 yaitu 20,951 %. Kadar mllnyak atsiri rimpang berkisar antara 0,1-0,3 %. Kadar air
rimpang terendah pada metode kristal sebesar 63,12 % sedangkan pada metode larutan
garam sebesar 73,29 %.
Wasil pengamatan visual terhadap wama cairan dan rimpang yang terbaik (warna
pink) dihasilkan patla metode perendaman dalam kristal gamm, Pada metode larutan
garam, warna yang dihasilkan kuning pucat (kuning rnuda). Aroma rimpang dan cairan
khas jahe asinan. Kekeruhan cairan pada rnetode larutan garam telah terjadi sejak hari ke
10, sedangkan pada metode kristal gararn mulai terjadi setelah hari ke 15 dan 20.
Metode pengasinan dalarn lamtan garam tidak menghasilkan jahe asinan dm
cairan perendam yang memenuhi syarat perdagangan yang dirninta importir. Pada
metode pengasinan dengan kristal g a m y kedua jenis garam yang digunakan (kristal
garam NaCI teknis dan kristal garam dapur (krosok) menghasilkan karakteristik jahe
asinan yang hamper sama. Jenis garam dapur (krosok) dapat ddigunakan sebagai bahan
pengasin.karena menghasilkan karakteristik jahe asinan yang memenuhi persyaratan dan
dalam skala komersial lebih ekonomis.

762

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanfan

Prosfdlng Serntnor Nmional Teknologl lnovotif Pascopanen untuk Pengembangan lndustri Berbozis Pertonion

Anonymous 1979. Pembuatan perbaikan mutu garam dan iodisasinya. Komunikasi Balai
Penelitian Kimia Surabaya No. 75, BPK Surabaya.
Desroier, N.W. 1988. Teknologi pengawetan pangan (terjemahan). UI Press, Jakarta.
Indera , K.S. 1992. Pengaruh penambahan kultur bakteri dan lama ferrnentasi terhadap
rnutu pike! jahe. Skripsi Fateta IPB, Bogor.
Lunawati, 1982. Pengaruh konsentrasi gula dan jenis potongan pada mutu acar jahe
selama penyimpanan. Skripi Fateta IPB, Bogor.
Mauludi, L.dm M,Januwati 1992. Jahe Indonesia: prospeknya di-pasaran intemasional.
Buletin Khusus Penelitian Tanaman Rernpah dan Obat 6(2): 2 1-28
Nurdjannah, N.dan L. Yanti 1994. Majian proses pengolahan jahe asin yang memenuhi
syarat mutu. Laporan Penelitian Balittro, Bogor.
Risfaheri 1991, Persyaratan mutu jahe segar dan cara penanganannya. Buletin Informasi
Pertanian Propinsi Jawa Barat No.2, BIP Jabar, Lembang.
Risfaheri dan S. Rusli 1990. Pengolakan jahe segar untuk ekspor. Makalah pada
Pertemuan Teknis Penyusunan Stndar Perdagangan Jahe Segar dan Kapulaga,
Departernen Perdagangan, Jakarta.
Yuliani, S. , Hernani dan Anggraeni 1991. Aspek pascapanen jahe. Buletin Kl~ususLittro
7 ( l ) 1$-26.

Boloi Besor Penelitton don Pengembongan Pascoponen Pertonion

763