Hubungan antara Kecepatan Pemerahan dengan Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta Selatan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

SKRIPSI
NUR HAFIZAH TRISTY

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
Nur Hafizah Tristy. 2009. Hubungan antara Kecepatan Pemerahan dengan
Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta
Selatan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota


: Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr
: Ir. Andi Murfi, M.Si

Tingkat produksi susu nasional saat ini masih terbilang rendah bila
dibandingkan dengan konsumsi susu nasional, walaupun konsumsi nasional kita
merupakan yang paling rendah di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa harus
dilakukan suatu upaya peningkatan produksi susu. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi susu, salah satunya adalah manajemen pemerahan.
Manajemen pemerahan yang mudah untuk dinilai adalah kecepatan pemerahan untuk
kemudian dihubungkan dengan produksi susu yang dihasilkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecepatan
pemerahan dengan produksi susu. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan sapi
perah rakyat Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan pada bulan Desember
2008 sampai bulan Februari 2009.
Penelitian ini menggunakan 52 ekor sapi laktasi di peternakan Rahmawati
Jaya dengan jumlah pemerah sebanyak empat orang. Waktu pemerahan yaitu pagi
hari pada pukul 05.00 WIB dan sore hari pada pukul 14.00 WIB. Peralatan
penunjang penelitian adalah stopwatch, timbangan dengan kapasitas 125 Kg, pita
ukur, tabel pengisian data, dan alat tulis.
Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah dengan mencatat data

primer yang terdiri dari lama pemerahan, produksi susu (Kg), dan jumlah sapi yang
diperah. Dari data lama pemerahan dan produksi susu akan diperoleh data kecepatan
pemerahan, dan dari data produksi susu dan jumlah sapi yang diperah akan diperoleh
data rata-rata produksi susu, yang kemudian dihubungkan kecepatan pemerahan
dengan produksi susu. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan
linier dan ditentukan nilai korelasinya dengan menggunakan program Minitab 14 dan
Microsoft Excel.
Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi susu pada pemerahan pagi hari
yaitu 2.75 Kg dan rataan produksi pada pemerahan sore hari yaitu 1.63 Kg. Rataan
produksi susu satu hari adalah 4.38 kilogram dan rataan kecepatan pemerahan adalah
0.462 Kg/menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara kecepatan pemerahan dengan produksi susu pada pemerahan pagi hari (P <
0.01) dengan persamaan regresinya adalah Y = 1.37. X0.586, dengan y adalah rata-rata
produksi susu (Kg) dan x adalah kecepatan pemerahan (Kg/menit) dan nilai
korelasinya 0.99. Hal serupa juga terjadi pada proses pemerahan sore hari yang
memiliki persamaan regresi Y = 1.02.X0.574, dimana kecepatan pemerahan dengan
produksi susu berkorelasi positif dengan nilai 0.99. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan produksi susu pada pagi hari lebih tinggi bila dibandingkan produksi
susu pada sore hari, dan secara keseluruhan produksi susu di peternakan sapi perah
Rahmawati Jaya tergolong rendah dan terdapat hubungan antara kecepatan

pemerahan dengan produksi susu dimana semakin cepat kecepatan pemerahan maka

produksi susu akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin lambat kecepatan
pemerahan maka produksi susu akan semakin rendah.
Kata-kata kunci: sapi perah, kecepatan pemerahan, dan produksi susu

ABSTRACT
Corelation Between Milking Speed with Milk Yield Dairy Cows in Rahmawati
Jaya Daily Farm in Pengadegan South jakarta
Tristy, N. H., B. P. Purwanto and A. Murfi
The purpose of this research was to find out the correlation between milking speed
and average milk yield. This research were conducted at Rahmawati Jaya dairy farm
in Pengadegan, South Jakarta. The data consisted of primary and secondary data.
Primary data consisted of total milking time, total milk yield, milking speed and
average milk yield. Milking speed calculated as total milk yield divided by total
milk time. Milk yield were measure using balance for 80 times of morning and
afternoon milking. Data was analyzed using linear regression and correlation value.
Linear regression of milk yield (Y) (Kg) on milking speed (X) (Kg/minute) for
morning and and afternoon milkings were Y = 1.37. X0.586 (r = 0.99) and Y =
1.02.X0.574 (r = 0.99), respectively. It shows that there is a positive correlation

between milking speed and milk yield. Increasing in milking speed will be followed
by increasing milk yield.
Key words: Dairy Cows, Milking Speed, Milk Yield.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

NUR HAFIZAH TRISTY
D14050465

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

Oleh
NUR HAFIZAH TRISTY
D14050465

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.


Ir. Andi Murfi, M.Si.

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1987 di Jakarta. Penulis adalah
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sauki Mugeni dan Teten Partini.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD 012 pagi, Grogol Utara,
Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di

SLTP Negeri 161 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2005 di SMA Negeri 78 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada
departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2005.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan di antaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan
(2007-2008) dan Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER)
Fakultas

Peternakan

(2006-2007).

Skripsi

dengan

judul


Hubungan

KecepatanPemerahan dengan Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Sapi
Perah Rakyat Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta Selatan diselesaikan penulis
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian,
dan penulisan skripsi dengan judul Hubungan KecepatanPemerahan dengan
Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Sapi Perah Rakyat Rahmawati Jaya
Pengadegan Jakarta Selatan.
Beberapa alasan yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini di
antaranya adalah 1) produksi susu nasional yang masih rendah khususnya di DKI
Jakarta yang masih belum mengimbangi tingkat konsumsi susu nasional 2) perlu
dilakukan evaluasi pemerahan agar dapat diketahui penyebab rendahnya produksi
susu , serta 3) informasi untuk menilai produksi susu dari proses pemerahan salah
satunya adalah dengan mengukur kecepatan pemerahan di salah satu peternakan sapi
perah rakyat di Jakarta yaitu Peternakan Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta

Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kecepatan pemerahan dengan produksi susu sapi perah di peternakan sapi perah
rakyat Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan untuk menilai tingkat produksi
di peternakan tersebut. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan yang berarti bagi peternakan yang bersangkutan dan
kemajuan peternakan Indonesia. Amin

Bogor, Agustus 2009
Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN .........................................................................................

Halaman
i

ABSTRACT ............................................................................................


iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ............................................................................

vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................


viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Sapi Perah Di Indonesia ..............................................................
Metode Pemerahan .....................................................................
Waktu Pemerahan ...........................................................
Jarak Pemerahan .............................................................
Cara Pemerahan ..............................................................
Produksi Susu ..............................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ......................
Hubungan Lama Pemerahan dan Produksi Susu .........................

3
4
4
5
5
5
6
7

METODE

..........................................................................................

9

Lokasi dan Waktu .......................................................................
Materi ..........................................................................................
Rancangan ...................................................................................
Prosedur ........................................................................................
Lama Pemerahan .............................................................
Produksi Susu ..................................................................
Kecepatan Pemerahan ......................................................
Rata-rata Produksi Susu....................................................
Bobot Badan .....................................................................
Data Sekunder...................................................................

9
9
9
10
10
10
11
11
11
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

12

Profil Lokasi Penelitian ..............................................................
Pemberian Pakan .........................................................................
Tata Laksana Pemerahan ..............................................................
Produksi Susu ...............................................................................

12
13
15
16

Hubungan Kecepatan Pemerahan dengan Produksi Susu ...........
Pemerahan Pagi Hari ......................................................
Pemerahan Sore Hari ......................................................
Gabungan Pemerahan Pagi hari dan Sore Hari ...............
Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kecepatan Pemerahan
dengan Produksi Susu .................................................................

21
22
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

27

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

29

LAMPIRAN

30

..........................................................................................

24

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

SKRIPSI
NUR HAFIZAH TRISTY

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
Nur Hafizah Tristy. 2009. Hubungan antara Kecepatan Pemerahan dengan
Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta
Selatan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr
: Ir. Andi Murfi, M.Si

Tingkat produksi susu nasional saat ini masih terbilang rendah bila
dibandingkan dengan konsumsi susu nasional, walaupun konsumsi nasional kita
merupakan yang paling rendah di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa harus
dilakukan suatu upaya peningkatan produksi susu. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi susu, salah satunya adalah manajemen pemerahan.
Manajemen pemerahan yang mudah untuk dinilai adalah kecepatan pemerahan untuk
kemudian dihubungkan dengan produksi susu yang dihasilkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecepatan
pemerahan dengan produksi susu. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan sapi
perah rakyat Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan pada bulan Desember
2008 sampai bulan Februari 2009.
Penelitian ini menggunakan 52 ekor sapi laktasi di peternakan Rahmawati
Jaya dengan jumlah pemerah sebanyak empat orang. Waktu pemerahan yaitu pagi
hari pada pukul 05.00 WIB dan sore hari pada pukul 14.00 WIB. Peralatan
penunjang penelitian adalah stopwatch, timbangan dengan kapasitas 125 Kg, pita
ukur, tabel pengisian data, dan alat tulis.
Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah dengan mencatat data
primer yang terdiri dari lama pemerahan, produksi susu (Kg), dan jumlah sapi yang
diperah. Dari data lama pemerahan dan produksi susu akan diperoleh data kecepatan
pemerahan, dan dari data produksi susu dan jumlah sapi yang diperah akan diperoleh
data rata-rata produksi susu, yang kemudian dihubungkan kecepatan pemerahan
dengan produksi susu. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan
linier dan ditentukan nilai korelasinya dengan menggunakan program Minitab 14 dan
Microsoft Excel.
Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi susu pada pemerahan pagi hari
yaitu 2.75 Kg dan rataan produksi pada pemerahan sore hari yaitu 1.63 Kg. Rataan
produksi susu satu hari adalah 4.38 kilogram dan rataan kecepatan pemerahan adalah
0.462 Kg/menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara kecepatan pemerahan dengan produksi susu pada pemerahan pagi hari (P <
0.01) dengan persamaan regresinya adalah Y = 1.37. X0.586, dengan y adalah rata-rata
produksi susu (Kg) dan x adalah kecepatan pemerahan (Kg/menit) dan nilai
korelasinya 0.99. Hal serupa juga terjadi pada proses pemerahan sore hari yang
memiliki persamaan regresi Y = 1.02.X0.574, dimana kecepatan pemerahan dengan
produksi susu berkorelasi positif dengan nilai 0.99. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan produksi susu pada pagi hari lebih tinggi bila dibandingkan produksi
susu pada sore hari, dan secara keseluruhan produksi susu di peternakan sapi perah
Rahmawati Jaya tergolong rendah dan terdapat hubungan antara kecepatan
pemerahan dengan produksi susu dimana semakin cepat kecepatan pemerahan maka

produksi susu akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin lambat kecepatan
pemerahan maka produksi susu akan semakin rendah.
Kata-kata kunci: sapi perah, kecepatan pemerahan, dan produksi susu

ABSTRACT
Corelation Between Milking Speed with Milk Yield Dairy Cows in Rahmawati
Jaya Daily Farm in Pengadegan South jakarta
Tristy, N. H., B. P. Purwanto and A. Murfi
The purpose of this research was to find out the correlation between milking speed
and average milk yield. This research were conducted at Rahmawati Jaya dairy farm
in Pengadegan, South Jakarta. The data consisted of primary and secondary data.
Primary data consisted of total milking time, total milk yield, milking speed and
average milk yield. Milking speed calculated as total milk yield divided by total
milk time. Milk yield were measure using balance for 80 times of morning and
afternoon milking. Data was analyzed using linear regression and correlation value.
Linear regression of milk yield (Y) (Kg) on milking speed (X) (Kg/minute) for
morning and and afternoon milkings were Y = 1.37. X0.586 (r = 0.99) and Y =
1.02.X0.574 (r = 0.99), respectively. It shows that there is a positive correlation
between milking speed and milk yield. Increasing in milking speed will be followed
by increasing milk yield.
Key words: Dairy Cows, Milking Speed, Milk Yield.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

NUR HAFIZAH TRISTY
D14050465

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN
SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA
PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

Oleh
NUR HAFIZAH TRISTY
D14050465

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr.

Ir. Andi Murfi, M.Si.

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1987 di Jakarta. Penulis adalah
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sauki Mugeni dan Teten Partini.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD 012 pagi, Grogol Utara,
Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTP Negeri 161 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2005 di SMA Negeri 78 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada
departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2005.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan di antaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan
(2007-2008) dan Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER)
Fakultas

Peternakan

(2006-2007).

Skripsi

dengan

judul

Hubungan

KecepatanPemerahan dengan Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Sapi
Perah Rakyat Rahmawati Jaya Pengadegan Jakarta Selatan diselesaikan penulis
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian,
dan penulisan skripsi dengan judul Hubungan KecepatanPemerahan dengan
Produksi Susu Sapi Perah Di Peternakan Sapi Perah Rakyat Rahmawati Jaya
Pengadegan Jakarta Selatan.
Beberapa alasan yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini di
antaranya adalah 1) produksi susu nasional yang masih rendah khususnya di DKI
Jakarta yang masih belum mengimbangi tingkat konsumsi susu nasional 2) perlu
dilakukan evaluasi pemerahan agar dapat diketahui penyebab rendahnya produksi
susu , serta 3) informasi untuk menilai produksi susu dari proses pemerahan salah
satunya adalah dengan mengukur kecepatan pemerahan di salah satu peternakan sapi
perah rakyat di Jakarta yaitu Peternakan Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta
Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kecepatan pemerahan dengan produksi susu sapi perah di peternakan sapi perah
rakyat Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan untuk menilai tingkat produksi
di peternakan tersebut. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan yang berarti bagi peternakan yang bersangkutan dan
kemajuan peternakan Indonesia. Amin

Bogor, Agustus 2009
Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN .........................................................................................

Halaman
i

ABSTRACT ............................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ............................................................................

vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Sapi Perah Di Indonesia ..............................................................
Metode Pemerahan .....................................................................
Waktu Pemerahan ...........................................................
Jarak Pemerahan .............................................................
Cara Pemerahan ..............................................................
Produksi Susu ..............................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu ......................
Hubungan Lama Pemerahan dan Produksi Susu .........................

3
4
4
5
5
5
6
7

METODE

..........................................................................................

9

Lokasi dan Waktu .......................................................................
Materi ..........................................................................................
Rancangan ...................................................................................
Prosedur ........................................................................................
Lama Pemerahan .............................................................
Produksi Susu ..................................................................
Kecepatan Pemerahan ......................................................
Rata-rata Produksi Susu....................................................
Bobot Badan .....................................................................
Data Sekunder...................................................................

9
9
9
10
10
10
11
11
11
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

12

Profil Lokasi Penelitian ..............................................................
Pemberian Pakan .........................................................................
Tata Laksana Pemerahan ..............................................................
Produksi Susu ...............................................................................

12
13
15
16

Hubungan Kecepatan Pemerahan dengan Produksi Susu ...........
Pemerahan Pagi Hari ......................................................
Pemerahan Sore Hari ......................................................
Gabungan Pemerahan Pagi hari dan Sore Hari ...............
Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kecepatan Pemerahan
dengan Produksi Susu .................................................................

21
22
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

27

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

27
27

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

29

LAMPIRAN

30

..........................................................................................

24

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Produksi dan Kadar Lemak Susu Beberapa Bangsa Sapi Perah ....

3

2. Kandungan BK, PK, dan TDN dalam Pakan .................................

4

3. Populasi Sapi di Peternakan Rahmawati Jaya ................................

13

4. Kandungan Nutrisi dalam Pakan yang diberikan Pagi Hari ...........

14

5. Kandungan Nutrisi dalam Pakan yang diberikan Sore Hari ...........

15

6. Rata-rata Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan Rahmawati
Jaya per Ekor per Hari ....................................................................

17

7. Komposisi PK dan TDN dalam Pakan dan Kebutuhan PK dan
TDN untuk Hidup Pokok dan Sisa PK dan TDN............................

18

8. Perbedaan Produksi Susu Berdasarkan Kandungan Pakan dengan
Hasil Penelitian ..............................................................................

18

9. Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan Rahmawati Jaya dan
Beberapa Daerah di Indonesia ........................................................

20

10. Kecepatan Pemerahan pada Pagi Hari dan Sore Hari .....................

22

11. Laju Sekresi pada Waktu Pemerahan Pagi Hari dan sore Hari .......

25

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Grafik Hubungan antara Kecepatan Pemerahan dengan Rata-rata
Produksi Susu pada Pemerahan Pagi Hari Per Ekor .....................

22

2. Grafik Hubungan antara Kecepatan Pemerahan dengan Rata-rata
Produksi Susu pada Pemerahan Sore Hari Per Ekor ......................

23

3. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Pemerahan dengan Rata-rata
Produksi Susu Gabungan ...............................................................
4. Rataan Kecepatan Pemerahan dengan Jumlah Sapi yang Berbeda

24
26

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Analisis Ragam terhadap Hubungan antara Kecepatan Pemerahan
dengan Produksi Susu .....................................................................

32

2. Data Lingkar Dada, Bobot Badan dan Body Scoring Sapi Perah di
Peternakan Rahmawati Jaya............................................................

33

3. Perhitungan Komposisi Pakan dan Perkiraan Produksi Susu ........

33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi perah merupakan komoditi peternakan yang memiliki potensi yang besar
untuk dapat dikembangkan. Hal tersebut didasarkan pada tingginya kebutuhan akan
susu di kalangan masyarakat Indonesia. Susu merupakan salah satu bahan makanan
yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan juga lengkap serta dapat dikonsumsi
oleh semua umur, akan tetapi angka konsumsi susu di Indonesia adalah yang
terendah di Asia Tenggara. Berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia (FAO, 2008),
besarnya konsumsi susu penduduk Indonesia saat ini di bawah 10 liter atau tepatnya
hanya 9 liter/kapita/ tahun, tertinggal sekalipun dari Vietnam yang tingkat konsumsi
susunya sebanyak 10,7 liter/kapita/tahun. Bahkan, kalah jauh dibandingkan
Singapura 32 liter, Malaysia 25,4 liter, dan Filipina sebanyak 11,3 liter/kapita/tahun.
Tingkat konsumsi ini pun pada dasarnya masih belum dapat diimbangi oleh produksi
susu nasional. Data menunjukkan, bahwa produksi susu nasional pada tahun 2008
hanya mencapai 574.406 ton (Dirjen Peternakan, 2008). Berdasarkan data tersebut
perlu dilakukan upaya peningkatan produksi susu.
Peningkatan produksi susu nasional dapat dilakukan dengan mengembangkan
jumlah peternakan yang ada di Indonesia yang menyebar ke berbagai daerah mulai
dari skala rakyat sampai skala industri, tidak terkecuali di Jakarta. Berdasarkan data
dari Dirjen Peternakan (2008), populasi peternakan sapi perah rakyat di Jakarta tahun
2008 adalah 3.710 ekor. Salah satunya adalah peternakan sapi perah rakyat
Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan
Di bidang peternakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah produksi susu, seperti lingkungan, kondisi fisiologis dari ternak, umur ternak,
tata laksana pemberian pakan, serta manajemen pemerahan. Manajemen peternakan
yang diterapkan dalam sebuah peternakan sangat berhubungan erat dengan
produktivitasnya.
Manajemen pemerahan di sebuah peternakan dapat meliputi beberapa hal di
antaranya waktu pemerahan, selang pemerahan, frekuensi pemerahan dan tatalaksana
pemerahan. Secara umum, jadwal pemerahan di peternakan sapi perah di Indonesia
adalah pagi hari dan sore hari. Berarti frekuensi pemerahannya adalah dua kali
dengan selang pemerahan sangat bervariasi antar masing-masing peternakan. Di lain

pihak untuk tata laksana pemerahan terdapat dua metode yaitu dengan menggunakan
mesin perah dan tenaga manusia. Pemerahan dengan mesin perah biasa digunakan di
peternakan dengan skala produksi yang besar, sedangkan tenaga manusia atau
menggunakan tangan pada umumnya diterapkan pada skala peternakan rakyat.
Peternakan rakyat di Indonesia jumlahnya lebih banyak dibandingkan peternakan
skala industri, demikian pula di Jakarta. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
dalam tata laksana pemerahannya, agar dapat meningkatkan produktivitas susu
secara nasional.
Produksi susu yang berasal dari metode pemerahan dengan tenaga manusia
tergantung dari beberapa faktor yang berkaitan langsung dengan pemerah. Faktorfaktor tersebut antara lain keterampilan pemerah, sifat pemerah, dan kecepatan
pemerahan atau waktu yang dibutuhkan untuk memerah. Keterampilan pemerah dan
sifat pemerah secara umum sulit untuk dinilai dan diamati karena bersifat subyektif
dan perlu dilakukan pendekatan yang lebih personal serta membutuhkan waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas pemerahan dapat dilihat dari
kecepatan pemerahannya yang merupakan salah satu aspek tata laksana pemerahan.
Sehingga, dapat diketahui hubungan antara kecepatan pemerahan dengan produksi
susu yang dihasilkan pada suatu peternakan sapi perah.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tata laksana pemerahan yang
dilakukan di peternakan sapi perah rakyat Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta
Selatan, untuk mengetahui tingkat produksi susu dengan melihat hubungan antara
kecepatan pemerahan dengan produksi susu yang dihasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Perah Di Indonesia
Sapi yang paling banyak dipelihara di Indonesia adalah bangsa Fries Holland
(FH) dan peranakannya. Sapi FH berasal dari Belanda yang kemudian menyebar ke
Eropa dan seluruh dunia. Sapi FH murni mempunyai ciri warna bulu hitam-putih
atau merah-putih dengan corak yang jelas (Sudono, 1999). Diketahui bahwa jumlah
populasi sapi perah pada tahun 2008 adalah sekitar 407.767 (Dirjen Peternakan,
2008). Menurut Blakely dan Bade (1998) sapi FH merupakan bangsa sapi perah yang
memilki tingkat produksi air susu tertinggi dengan kadar lemak terendah
dibandingkan sapi perah lainnya.
Tabel 1. Produksi Susu Berbagai Bangsa Sapi
Tahun Beranak
Bangsa
Ayrshire
Brown Swiss
Guernsey
Holstein
Jersey

1980

1990

1995

1999

2002

----------------------- (Pon) ----------------------13,114
14,799
15,684
17,424
17,880
14,172
16,250
17,493
20,148
20,869
11,666
13,297
14,051
15,963
16,398
17,566
20,178
21,618
24,380
24,996
11,437
13,407
14,812
16,940
17,663

Milking Shorthorn
11,560
14,011
Sumber : Ensminger dan Howard (2006)

15,341

16,704

17,144

Lingkungan panas seperti di Indonesia sangat mempengaruhi produksi susu
sapi perah, terutama sapi FH. Manajemen yang baik menjadi sangat penting
dilakukan untuk mengatasi iklim tersebut. Di Indonesia, daerah yang cocok untuk
sapi FH adalah daerah pegunungan dengan ketinggian sekurang-kurangnya 800
meter di atas permukaan laut dan produksi akan turun rata-rata 4% bila ketinggian
turun 100 meter. Pada suhu lingkungan sekitar 18,3oC dan RH 55%, sapi FH di
kawasan tropika tidak menunjukkan penampilan yang berbeda dengan di negeri
asalnya (Sutardi, 1981).
Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara suhu
5 – 21oC, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk untuk pemeliharaan sapi
perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50-75% (Ensminger dan Howard, 2006).

Lokasi yang baik untuk beternak sapi perah adalah yang mempunyai
ketinggian sekurang-kurangnya 800 m di atas permukaan laut dengan suhu rataan
18,3oC dan kelembaban 55% (Sutardi, 1981).
Etgen et al., (1987) menyatakan bahwa rasio untuk hijauan dalam bahan
kering ransum harus berkisar 40-70%, jika rasio hijauan kurang dari 40%, maka
kadar lemak susu akan turun atau sebaliknya jika rasionya melebihi 70%, produksi
susu yang tinggi akan tercapai. Siregar (1996) juga sependapat dengan pernyataan di
atas, untuk mencapai produksi yang tinggi dengan tetap memperlakukan kadar lemak
susu dalam batas-batas yang memenuhi persyaratan kualitas, rasio hijauan konsentrat
adalah 60 : 40. Sapi perah yang sedang berproduksi dapat hanya diberikan hijauan,
namun produksi susu akan sangat rendah, sehingga tidak akan ekonomis. Demikian
pula halnya apabila yang diberikan seluruhnya adalah pakan konsentrat akan tercapai
produksi susu yang maksimal, namun kualitas susu yang dihasilkan akan menurun,
dan hal ini juga tidak akan ekonomis (Siregar, 2003).
Tabel 2. Kandungan BK, PK, dan TDN dalam Pakan
Jenis Pakan

Komposisi (%)
BK
PK
TDN
24.4
8.2
56.2
32.3
3.3
81.8
85.3
11
76
91
12
3.48
20.5
13
-

Rumput Lapang1
Singkong1
Konsentrat1
Kulit Kacang Kedele2
Ampas Tempe3
Sumber :

1

Sutardi (1981)
Deptan (2008)
3
Bakrie et al. (1990)
2

Metode Pemerahan
Waktu Pemerahan
Pada umumnya pemerahan dilakukan dua kali sehari, yakni pada pagi dan
sore hari. Namun, jika produksi susu yang dihasilkan lebih dari 25 liter/hari,
pemerahan sebaiknya dilakukan tiga kali sehari (Sudono et al, 2003).

Jarak Pemerahan
Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika
jaraknya sama, yakni 12:12, jumlah susu yang dihasilkan pada pagi hari dan sore
akan sama. Namun, jika jarak pemerahan tidak sama, jumlah susu yang dihasilkan
pada sore hari lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari (Sudono et
al., 2003).
Cara Pemerahan
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih.
Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi tetap sehat dan
terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya. Tahapan pemerahan
dengan cara manual atau dengan tangan adalah sebagai berikut:
 Membersihkan kandang dari segala kotoran.
 Mencuci daerah lipatan paha sapi yang akan diperah.
 Memberi konsentrat kepada sapi yang akan diperah, sehingga ketika
dilakukan pemerahan, sapi sedang makan dalam keadaan tenang.
 Membersihkan alat-alat pemerahan susu (ember dan alat takar susu) dan cane
susu.
 Membersihkan tangan pemerah
 Mencuci ambing dengan air bersih, kemudian melapnya dengan lap yang
bersih.
 Melakukan uji mastitis setiap sebelum dilakukan pemerahan.
(Sudono et al., 2003).
Produksi Susu
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu sapi perah
adalah bangsa sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur
sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tata laksana pemberian
pakan. Sapi perah hendaknya diberi pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat
berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Penambahan pakan untuk sapi yang
sedang mengalami penurunan produksi tidak akan dapat menigkatkan produksinya
sehingga tidak ekonomis (Sudono et al., 2003).

Peluang untuk meningkatkan produksi susu nasional itu dapat dikategorikan
dalam tiga kegiatan utama, yakni: (1) penambahan populasi sapi perah betina; (2)
perbaikan pemberian pakan dan tatalaksana; serta (3) perbaikan intensifikasi
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) (Siregar, 2003)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu
Sudono (1999) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh bangsa
sapi, lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, masa birahi, umur, selang beranak,
masa kering, frekuensi pemerahan, makanan, dan tata laksana. Sedangkan Haryati
(2001) menyatakan umur, skor kondisi tubuh (SKT), dan masa kering tidak
berpengaruh tehadap produksi susu rata-rata puncak laktasi namun SKT memiliki
kontribusi terbesar terhadap produksi susu rata-rata puncak laktasi bila dibandingkan
umur dan masa laktasi.
Pemeliharaan sapi perah laktasi di daerah dataran rendah umumnya
menunjukkan kemampuan bereproduksi susu yang lebih rendah dibandingkan
dengan dataran tinggi. Produksi susu yang lebih rendah tersebut disebabkan suhu
udara yang relatif panas di dataran rendah sehingga konsumsi ransum menurun dan
terjadinya energi tambahan yang dibutuhkan untuk pengaturan regulasi panas tubuh.
Untuk mencapai produksi susu yang tinggi, pemeliharaan sapi perah laktasi di
dataran rendah harus diperhatikan dengan cara: (a) pemberian ransum dalam
komposisi hijauan dan konsentrat yang sesuai, kuantitas yang memenuhi kebutuhan
zat gizi, kualitas yang lebih tinggi dan frekuensi pemberian yang lebih sering, (b)
pembangunan kandang dengan bahan dan konstruksi kandang yang mampu memberi
kenyamanan terhadap sapi perah laktasi (Siregar, 1996).
Perwito (1987) menyatakan bahwa di dataran tinggi ternak memperbanyak
konsumsi pakannya sebagai upaya untuk mengatasi dinginnya suhu lingkungan.
Dalam lingkungan dingin ternak akan meningkatkan produksi panas untuk mencegah
agar suhu tubuhnya tidak turun sehingga ternak meningkatkan konsumsi pakannya,
sebaliknya produksi panas akan dibuang bila suhu lingkungan meningkat sehingga
ternak mengurangi konsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan teori termostatik yang
mengatakan bahwa hewan makan (lapar) untuk mencegah suhu tubuhnya tidak turun
(hypotermia) dan berhenti makan (kenyang) untuk mencegah agar suhu tubuhnya

tidak naik terus (hypertermia). Panas yang timbul dari oksidasi makanan berperan
sebagai pembawa berita ke pusat di hypotalamus untuk menyesuaikan konsumsi
makanan.
Hubungan Lama Pemerahan dengan Produksi Susu
Terdapat hubungan yang positif antara produksi susu dengan lama
pemerahan, dimana semakin lama pemerahan maka nilai produksi susu akan semakin
tinggi dan rataan sapi perah membutuhkan waktu 5 menit untuk dapat mengeluarkan
susu (Ali, 1999).
Faktor yang mempengaruhi proses pengeluaran susu adalah proses
perangsangan atau stimulasi, dimana pada handling milking perangsangan terjadi
pada saat pencucian ambing dengan menggunakan air hangat (120oF – 130oF atau
48.8oC – 54.4oC). Proses perangsangan ini berlangsung sangata cepat yaitu 10 detik.
Apabila perangsangan tidak dilakukan secara sempurna atau kurang dari 10 detik
maka susu yang keluar akan lebih sedikit. Pemerahan yang diawali dengan
perangsangan yang sempurna akan meningkatkan produksi susu dan lamanya
pemerahan akan meningkat. Umumnya ternak perah akan megeluarkan susu tiga
sampai enam menit, tergantung dari jumlah susu dan karakteristik ternak
(Ensminger dan Howard, 2006).
Pengeluaran susu oleh ambing dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang
dilepaskan oleh kelenjar pituitary posterior. Hormon ini merupakan stimulator yang
akan memberikan perintah kepada alveolus pada ambing untuk mengeluarkan susu.
Setelah 45 detik perangsangan ambing akan menjadi padat dan penuh oleh susu yang
menandakan bahwa sapi telah siap untuk diperah. Sapi yang mengalami stress akan
mengalami penghambatan laju oksitosin dalam pembuluh darah yang menyempit
akibat peningkatan hormon adrenalin (Ensminger dan Howard, 2006).
Menurut Thompson et al., (1963), salah satu efek dari suhu panas pada ternak
adalah tekanan pada aktivitas kelenjar tiroid yang kemudian menghasilkan laju
metabolisme basal yang tinggi. Perubahan ini menyebabkan ternak mempertahankan
suhu tubuhnya terhadap lingkungan panas dengan jalan mengurangi produksi
panasnya melalui penguapan panas dari tubuh. Ternak terengah-engah dan
mengurangi konsumsi pakan. Selanjutnya lingkungan panas selain menurunkan

aktivitas kelenjar tiroid juga merangsang korteks adrenal, akibatnya ternak
meningkatkan plasma glukokortikoid yang berguna untuk membantu
mempertahankan homeostatis, sehingga laju pertumbuhan dan sekresi susu akan
turun.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di sebuah peternakan sapi perah rakyat di Jakarta
yaitu peternakan sapi perah Rahmawati Jaya di Jalan Pengadegan Utara III No.7,
Jakarta Selatan. Waktu penelitian akan berlangsung dari bulan Desember 2008
sampai Februari 2009.
Materi
Alat-alat yang digunakan pada saat penelitian antara lain timbangan kapasitas
125 kilogram merck MAGAKO, stopwatch, pita ukur, ember, alat dokumentasi, tabel
pengisian data, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada saat penelitian adalah susu yang
diproduksi oleh ternak sapi perah yang ada di peternakan sapi perah rakyat
Rahmawati Jaya, Pengadegan, Jakarta Selatan, dengan jumlah ternak laktasi
sebnayak 52 ekor dan pemerah sebanyak 4 orang.
Rancangan
Model yang digunakan untuk analisis pengaruh kecepatan pemerahan
terhadap produksi susu sapi perah adalah regresi non-linier. Persamaan regresi antara
kecepatan pemerahan dengan produksi susu dikelompokan berdasarkan waktu
pemerahan yaitu pemerahan pagi hari dan sore hari. Analisis data yang pertama kali
dilakukan adalah analisis korelasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kecepatan pemerahan dengan jumlah produksi susu, apabila terdapat korelasi nyata
maka dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Analisis korelasi dan
regresi linier dihitung dengan menggunakan rumus Walpole (1982).
Model Analisis Korelasi:
n Σxiyi – (Σxi)( Σyi)
r xy = _____________________________________
√{n Σxi2 – (Σxi)2} {n Σyi2 – (Σyi)2}

Model Analisis Regresi:
y = a. xb
yang disederhanakan menjadi :
ln y = ln a + b ln x
keterangan:
r xy

: Korelasi

antara peubah x dan y

yi

: Peubah prediktor (produksi susu)

xi

: Peubah respons (kecepatan pemerahan)

a

: Intersep

b

: Koefisien prediktor

n

: Jumlah sampel yang digunakan

e

: galat

Perubahan kecepatan pemerahan dan produksi susu sapi perah dianalisis
dengan menggunakan nilai rata-rata, korelasi, dan persamaan regresi linier
sederhana. Program komputer yang digunakan untuk analisis data adalah Microsoft
Excel dan Minitab 14.
Prosedur
Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri
aats kecepatan pemerahan, lama pemerahan, produksi susu (Kg), dan jumlah sapi
yang diperah. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Lama Pemerahan
Lamanya waktu pemerahan diukur dengan cara menghitung lamanya
pemerah melakukan pemerahan. Waktu dimulai dari semenjak pemerah memulai
memerah untuk memenuhi satu ember susu dan waktu dihentikan pada saat pemerah
berhenti memerah saat ember susu telah penuh. Lamanya waktu pemerahan dicatat
dalam satuan menit.
Produksi Susu
Banyaknya produksi susu diperoleh dengan cara menimbang satu ember susu
yang berhasil diperoleh dari proses pemerahan dengan menggunakan timbangan

badan dengan kapasitas 125 kilogram merck MAGAKO. Banyaknya susu yang
diperoleh dicatat dalam satuan kilogram.
Kecepatan Pemerahan
Data kecepatan pemerahan dihitung dengn menggunakan rumus:
Kecepatan pemerahan =

Produksi susu total (Kg)

.

Lamanya pemerahan (menit)
Rata-rata Produksi Susu
Rata-rata produksi susu =

Produksi susu total (Kg)

.

Jumlah sapi yang diperah (ekor)
Bobot Badan
Pengukuran bobot badan digunakan sebagai data pendukung. Pengukuran
bobot badan diukur dengan mengukur lingkar dada sapi perah. Lingkar dada sapi
diukur dengan menggunakan pita ukur penjahit. Lingkar dada diukur pada bidang
yang terbentuk mulai dari pundak sampai dasar dada di belakang siku dan tulang
belikat. Penaksiran bobot badan dihitung dengan menggunakan rumus Schoorl
(Sudono et al., 2003)
Bobot Badan Sapi (Kg) = {Lingkar Dada (cm) + 22}²
100
Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari jumlah produksi susu, ketinggian lokasi dan
pemberian pakan dari peternakan sapi perah rakyat lain di Indonesia, data populasi
ternak perah di DKI Jakarta tahun 2008, data produksi susu nasional tahun 2008 dan
data konsumsi susu per kapita nasional tahun 2007 yang diperoleh dari literatur yang
telah ada. Selain data tersebut, data sekunder juga terdiri dari profil peternakan
tempat penelitian berlangsung yang diperoleh dari kantor kelurahan Pengadegan dan
jenis serta asumsi jumlah pakan yang diberikan yang diperoleh dari wawancara
dengan pemilik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Lokasi Penelitian
Peternakan Rahmawati Jaya didirikan pada tahun 1970 dan berlokasi di
provinsi DKI Jakarta, tepatnya di Jalan Pengadegan Utara III No.7, Jakarta Selatan.
Lokasi penelitian ini berada pada ketinggian tanah 17 m di atas permukaan laut dan
beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 25-31°C serta tingkat kelembaban
berkisar antara 80-90%. Kondisi tersebut memang kurang sesuai untuk ternak sapi
perah dimana bangsa sapi perah yang dominan di ternakan di peternakan ini adalah
Fries Holand (FH). Menurut Sutardi (1981) lokasi yang baik untuk beternak sapi
perah adalah yang mempunyai ketinggian sekurang-kurangnya 800 m di atas
permukaan laut dengan temperatur rataan 18,3oC dan kelembaban 55%.
Lingkungan sekitar peternakan merupakan lingkungan padat penduduk.
Peternakan Rahmawati Jaya berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dan tidak
jauh dari jalan raya dan jalan bebas hambatan, lebih tepatnya berdekatan dengan
jalan M.T. Haryono, Pancoran, dan Cawang yang akrab dengan hiruk pikuk
kehidupan perkotaan yang sarat akan polusi udara dan polusi suara yang disebabkan
oleh tingginya jumlah kendaraan bermotor yang lewat setiap harinya. Selain itu,
lokasi peternakan ini juga dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran dan pusat
perbelanjaan. Kondisi lingkungan yang seperti ini pada dasarnya tidak sesuai untuk
ternak sapi perah yang merupakan ternak yang merasa lebih nyaman dengan
lingkungan yang tenang, selain itu ternak sapi perah relatif lebih mudah stress bila
dibandingkan dengan ternak lainnya.
Populasi ternak sapi perah di peternakan Rahmawati Jaya terbilang besar
untuk skala peternakan rakyat khususnya untuk wilayah DKI Jakarta. Populasi sapi
perah di DKI Jakarta berdasarkan data dari Dirjen Peternakan (2008) adalah 3710
ekor. Namun, sayangnya di peternakan ini tidak dilakukan recording. Persentase
laktasi di peternakan sapi perah Rahmawati Jaya adalah 59.77% dengan rata-rata
bobot badan sapi laktasi di peternakan Rahmawati Jaya adalah 373 Kg. Populasi
ternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Sapi di Peternakan Rahmawati Jaya
Jumlah (ekor)

Satuan Ternak (ekor)

Pejantan

16

16

Jantan muda

11

5.5

Dara

19

9.5

Pedet

16

4

Induk laktasi

52

52

Jenis Sapi

Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan di peternakan Rahmawati Jaya tidak berbeda dengan
peternakan sapi perah lainnya. Sapi diberi beberapa jenis pakan diantaranya singkong
yang diperoleh dari pasar Kramat Jati, kulit kacang kedele yang diperoleh dari pabrik
di daerah Hutan Kayu, ampas tempe yang diperoleh dari pabrik tempe di sekitar
lokasi penelitian dan konsentrat yang diperoleh dari koperasi sapi perah rakyat
daerah DKI Jakarta (KOPERDA). Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 2.5 Kg
singkong, 2.5 Kg konsentrat komersil, 2.5 Kg kulit kacang, dan 10 Kg ampas tempe
untuk tiap ekor ternak dan tidak dibedakan berdasarkan status fisiologis ternak.
Pakan-pakan tersebut dimasukkan dan dicampurkan ke dalam tempat pakan serta
dicampur dengan air minum yang berfungsi sebagai pelarut pakan, sehingga pakan
mudah dikonsumsi oleh ternak. Pemberian pakan konsentrat yang dicampur dengan
air minum memiliki kelebihan dan kelemahan. Pemberian konsentrat dan pakan lain
yang dicampur dengan air akan mengurangi tercecernya pakan, sehingga pakan
tersebut dapat sepenuhnya dikonsumsi oleh ternak. Kelemahan dari pemberian pakan
yang dicampur dengan air adalah dapat menurunkan kecernaan bahan kering dan
bahan organik konsentrat di dalam rumen ( Putra, 2004). Pakan-pakan non hijauan
ini diberikan dua kali sehari yaitu pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan siang hari
pada pukul 13.00 WIB.
Pakan hijauan juga diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi hari pada
pukul 06.00 WIB dan sore hari pada pukul 18.00 WIB. Sama halnya dengan
pemberian pakan lainnya, pemberian hijauan juga tidak memiliki patokan tertentu
untuk jumlahnya dan tidak dibedakan berdasarkan kondisi fisiologis dari ternak.
Hijauan yang diberikan adalah rumput lapang dengan pemberian kurang lebih 10 Kg
per ekor pada sore hari dan 5 Kg pada pagi hari berikutnya. Jumlah hijauan yang

diberikan pada sore hari lebih banyak bila dibandingkan dengan hijauan yang
diberikan pada pagi hari. Hal tersebut disebabkan terbatasnya jumlah hijauan.
Terbatasnya jumlah hijauan disebabkan lahan tumbuh hijauan di Jakarta semakin
berkurang, karena