Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

MEIDIANTA GINTING 090304097

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 3


(2)

ABSTRAK

MEIDIANTA GINTING (090304097) dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir.Iskandarini, MM, PhD.

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan dan parsial terhadap faktor inovasi teknologi di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan dan parsial terhadap faktor modal usaha di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial terhadap keputusanpetani dalam menentukan luas tanam di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi.

Hasil penelitian manyimpulkan bahwa faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan tidak berpengaruh terhadap faktor inovasi teknologi. Secara parsial faktor umur berpengaruh terhadap inovasi, sedangkan faktor pendidikan dana penyuluhan tidak berpengaruh. Faktor sosial secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan menentukan luas tanam. Harga bibit, harga pupuk, harga pestisia dan upah tenaga kerja berepengaruh secara simultan terhadap modal usaha, sedangkan secara parsial hanya upah tenaga kerja luar keluarga yang tidak berpengaruh. Faktor ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam, sedangkan secara parsial hanya faktor modal usaha yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam.


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tigapanah pada tangggal 16 Mei 1990. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Darmin Ginting dan Ibu Suasana br Sembiring.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut.

1) Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar Negeri No.040527 Tigapanah, kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

2) Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta Maria Goretti Kabanjahe, kabupaten Karo.

3) Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta Cahaya Medan, kota madya Medan.

4) Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Faklultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN).

Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Tanah Raja, kecamatan Firdaus, kabupaten Serdang Bedgai.

Selama masa kuliah, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Kesempatan yang diperoleh untuk melaksanakan penelitian di kecamatan Silahisabungan merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga bagi penulis terutama dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. Selama penelitian dan pembuatan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari banyak pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Ir.Thomson Sebayang, MT dan ibu Ir.Iskandarini,MM,PhD yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada kedua orangtua, penulis mengucapkan banyak terimakasih karena telah memberikan bimbingan, mendidik dan membesarkan penulis selama ini. Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada bapak kepala desa yang ada di kecamatan Silahisabungan yang telah membantu saya dalam pelaksanaan penelitian di daerah penelitian.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penyusun sebagai manusia dengan segala kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pembuatan skripsi dimasa yang akan datang.

Medan,


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ...i

RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang ...1

Identifikasi Masalah ...6

Tujuan Penelitian ...7

Kegunaan Penelitian ...7

TINJAUAN PUSTAKA ...9

Tinjauan Pustaka ...9

Landasan Teori ...11

Sosial Ekonomi...11

Teori Sikap ...16

Skala Likert ...17

Analisis Jalur ...18

Kerangka Penelitian ...18

Hipotesis Penelitian...21

METODE PENELITIAN ...22

Metode Penentuan Daerah Penelitian ...22

Metode Pengambilan Sampel ...23

Metode Pengambilan Data ...24

Metode Analisis Data ...25

Defenisi dan Batasan Oprasional ...36

Defenisi...36

Batasan Operasional ...37

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERRISTIK RESPONDEN ...39

Deskripsi Daerah Penelitian...39

Keadaan Penduduk ...40

Karakteristik Responden ...42

Umur Petani Bawang Merah ...42

Pendidikan Petani Bawang Merah...43


(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN...46

Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Luas Tanam ...47

Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Luas Tanam ...60

KESIMPULAN DAN SARAN ...79

Kesimpulan ...79

Saran...80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

1. Perkembangan produksi dan konsumsi bawang merah Sumatera Utara ... 3

2. Perbendaan produksi dan konsumsi bawang merah di Sumatera Utara .... 3

3. Perkembangan impor bawang merah Sumatera Utara ... 4

4. Perkembangan luas panen bawang merah di Sumatera Utara tahun 2007-2011 ... 5

5. Luas panen, Produksi dan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tahun 2011 ... 5

6. Perkembangan produksi dan luas panen bawang merah di Sumatera Utara tahun 2010-2011. ... 22

7. Luas panen, produksi, dan produktivitas bawang merah tahun 2007-2011 di kecamatan Silahisabungan ... 23

8. Jumlah populasi dan besar sampel penelitian... 24

9. Skor untuk setiap tingkat persetujuan ... 25

10.Luas wilayah menurut desa tahun 2011 ... 40

11.Luas desa, rumahtanggga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tanggga menurut desa tahun 2011... 40

12.Jumlah penduduk menurut jenis kelamin menurut desa ... 41

13.Banyak penduduk dirinci menururt jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2011... 42

14.Keadaan umur petani sampel petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan... 43

15.Keadaan tingkat pendidikaan petani sampel petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan ... 44

16.Jumlah tanggungan keluarga responden petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan... 45

17.Tabel interval luas tanam ... 47

18.Persentase jawaban petani terhadap faktor umur ... 47

19.Persentase jawaban petani terhadap faktor pendidikan ... 48

20.Persentase jawaban petani terhadap faktor penyuluhan ... 48

21.Persentase jawaban petani terhadap faktor inovasi teknologi yang dikuasai petani... 49

22.Tabel model summary faktor sosial terhadap luas tanam ... 50

23.Tabel ANOVA faktor sosial terhadap luas tanam ... 50

24.Tabel coefficients faktor sosial terhadap luas tanam... 51

25.Tabel model summary faktor umur, pendidikan formal, dan penyuluhan terhadap inovasi teknologi ... 53

26.Tabel ANOVA faktor umur, pendidikan formal, dan penyuluhan terhadap inovasi teknologi... 54

27.Tabel coefficients pengaruh faktor umur, pendidikan formal, dan penyuluhan terhadap inovasi teknologi ... 55

28.Persentase jawaban petani terhadap faktor harga bibit bawang... 60

29.Persentase jawaban petani terhadap faktor harga pupuk ... 61

30.Persentase jawaban petani terhadap faktor harga pestisida... 61


(8)

32.Persentase jawaban petani terhadap faktor modal usaha ... 62

33.Persentase jawaban petani terhadap faktor ketersediaan lahan yang dimiliki petani ... 63

34.Persentase jawaban petani terhadap faktor harga bawang merah ... 63

35.Persentase jawaban petani terhadap faktor keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh ... 64

36.Tabel model summary faktor ekonomi terhadap luas tanam... 64

37.Tabel ANOVA faktor ekonomi terhadap luas tanam ... 65

38.Tabel coefficients pengaruh faktor ekonomi terhadap luas tanam ... 66

39.Tabel model summary pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga terhadap faktor modal usaha ... 70

40.Tabel ANOVA pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga terhadap faktor modal usaha ... 71

41.Tabel coefficients pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga terhadap faktor modal usaha ... 72


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

1. Skema kerangka pemikiran ... 20

2. Model struktural diagram faktor sosial ... 26

3. Model struktural diagram faktor ekonomi ... 31`

4. Skema analisis jalur faktor sosial tehadap luas tanam ... 57


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1. Karakteristik responden dan luastanam bawang merah di kecamatan Silahisabungan.

2. Hasil data primer.

3. Hasil analisis faktor sosial terhadap luas tanam

4. Hasil analisis faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan terhadap inovasi tregnologi

5. Hasil analisis faktor ekonomi terhadap faktor luas tanam

6. Hasil analisis faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, dan upah tenaga kerja luar keluarga terhadap faktor modal


(11)

ABSTRAK

MEIDIANTA GINTING (090304097) dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir.Iskandarini, MM, PhD.

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan dan parsial terhadap faktor inovasi teknologi di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan dan parsial terhadap faktor modal usaha di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi, untuk menjelaskan pengaruh faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial terhadap keputusanpetani dalam menentukan luas tanam di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi.

Hasil penelitian manyimpulkan bahwa faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan tidak berpengaruh terhadap faktor inovasi teknologi. Secara parsial faktor umur berpengaruh terhadap inovasi, sedangkan faktor pendidikan dana penyuluhan tidak berpengaruh. Faktor sosial secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan menentukan luas tanam. Harga bibit, harga pupuk, harga pestisia dan upah tenaga kerja berepengaruh secara simultan terhadap modal usaha, sedangkan secara parsial hanya upah tenaga kerja luar keluarga yang tidak berpengaruh. Faktor ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam, sedangkan secara parsial hanya faktor modal usaha yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam.


(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap makanan menggunakan bawang merah sebagai bumbu pelengkap. Walaupun penambahannya tidak begitu banyak, tetapi jika belum memakai bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1999).

Bawang merah lazim dikonsumsi sebagai bumbu atau pelengkap masakan. Hampir semua jenis makanan di tanah air ini senantiasa menyertakan bawang merah sebagai penambah cita rasa. Penggunaan lainnya yang sebagai obat tradisional dan kegunaan-kegunaan lain yang cukup penting. Jadi wajarlah jika bawang merah sering disebut sebagai umbi multiguna (Jaelani, 2007).

Dari segi ekonomi budidaya bawang merah memang memberikan keuntungan cukup besar bagi para petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di berbagai daerah. Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis

tersebut. Kondisi ini terjadi karena bawang merah sering dimanfaatkan masyarakat untuk bahan baku pembuatan bumbu masakan, dan menjadi bahan utama dalam proses produksi bawang goreng yang sering digunakan sebagai


(13)

pelengkap berbagai menu kuliner (http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-budidaya-bawang-merah.html).

Semakin meningkatnya kebutuhan pasar akan bawang merah, produksi bawang merah Sumatera Utara belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di Sumatera Utara. Sumatera Utara memiliki kabupaten penghasil bawang merah yakni Simalungun, Dairi dan Samosir, tetapi bawang merah yang diproduksi adalah jenis bawang yang berukuran kecil. Benih umbi bawang merah Sumatera Utara kurang unggul, jika di bandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, misalnya di Brebes, Jawa Tengah (http://www.antaranews.com/berita/364318/ sumut-perluas-areal-tanaman-bawang-petani).

Produksi bawang merah di Sumatera Utara dari tahun 2007-2011 cenderung meningkat walaupun pada tahun 2010 mengalami penurunan produksi dari tahun sebelumnya. Namun produksi bawang merah di Sumatera Utara ini tidak cukup untuk memenuhi konsumsi Sumatera Utara. Oleh karenanya impor bawang merah selalu harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ini. Perkembangan produksi dan konsumsi bawang merah dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.


(14)

Tabel 1.1. Perkembangan produksi dan konsumsi bawang merah di Sumatera Utara.

No Tahun

Produksi (Ton)* Jumlah penduduk (Jiwa)** Konsumsi bawang merah (Ons/Kapita/Tahun)*** Jumlah konsumsi(Ton)*** *

1 2007 12.789,65 13.103.596 23,621 30.952

2 2008 13.911,25 12.982.204 25,289 32.830,7

3 2009 10.762,9 13.248.386 25,237 33.434,96

4 2010 12.920,12 13.042.317 27,427 35.771,16

5 2011 13.203,92 12.834.371 30,139 38.681,51

Sumber: * Sumatera Utara dalam angka 2008-2012 **Sumatera Utara dalam angka 2008-2012 *** Survei sosial ekonomi 2007-2011

****Hasil perhitungan (Konsumsi perkapita x Jumlah penduduk)

Dari perhitungan jumlah konsumsi pada tabel 1.1 di atas, selanjutnya dapat dijelaskan adanya kekurangan produksi bawang merah di Sumatera Utara. Perbedaan produksi dan konsumsi bawang merah di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Perbedaan produksi dan konsumsi bawang merah di Sumatera Utara. No Tahun Produksi (Ton)* Konsumsi (Ton) Kekurangan Produksi (Ton)

1 2007 12.789,65 30.952 18.162,35

2 2008 13.911,25 32.830,70 18.919,45

3 2009 10.762,90 33.434,96 22.672,06

4 2010 12.920,12 35.771,16 22.851,04

5 2011 13.203,92 38.681,51 25.477,59

Sumber : *Sumatera Utara Dalam Angka

Setiap tahun selalu terdapat impor bawang merah ke Sumatera Utara. Impor tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan 2011. Pada tahun 2007 impor bawang merah sebanyak 704.406 ton dan tahun 2011 sebanyak 606.708 ton. Impor bawang


(15)

merah ini dilakukan melalui pelabuhan Belawan. Bawang merah yang diimpor melalui pelabuhan Belawan ini selain untuk memenuhi kebutuhan Sumatera Utara juga untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain di pulau Sumatera. Perkembangan jumlah impor bawang merah Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Perkembangan impor bawang merah Sumatera Utara.

NO TAHUN IMPOR (Ton)

1 2007 704.406

2 2008 436.978

3 2009 190.800

4 2010 26.990

5 2011 606.708

Sumber: Ekspor-Import Sumatera Utara 2011

Sebagaimana dengan perkembangan jumlah produksi, luas panen bawang merah di Sumatera Utara juga mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2010 sebesar 380 ha. Namun dalam periode 2010 sampai 2011 luas panen bawang merah di Sumatera Utara menurun dari 1.610 Ha pada tahun 2010 menjadi 1.335 Ha pada tahun 2011. Luas panen bawang merah berkurang 275 Ha. Perkembangan luas panen bawang di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4. Perkembangan luas panen bawang merah di Sumatera Utara tahun 2007-2011

No Kabupaten

Tahun (Ha)

2007 2008 2009 2010 2011

1 Tapanuli Selatan 10 24 6 3 9

2 Tapanuli Utara 83 51 52 54 56

3 Toba Samosir 148 75 66 135 125

4 Dairi 159 156 360 350 316

5 Karo 227 163 63 100 97

6 Humbang Hasudutan 60 60 72 105 105


(16)

9 Padang Lawas Utara - 25 5 7 7

Jumlah 1230 1291 1353 1610 1335

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2008-2012

Di Sumatera Utara terdapat 9 daerah kabupaten yang memproduksi komoditi bawang merah. Pada tahun 2011 kabupaten yang paling besar luas panennya adalah kabupaten Simalungun dengan luas panen sebesar 403 ha, dan yang luas panennya terbesar kedua adalah kabupaten Dairi dengan luas panen sebesar 316 ha. Dari uraian diatas diketahui bahwa permasalahan utama adalah menurunya luas panen di Sumatera Utara terutama kabupaten Samosir dan Dairi.

Produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tergolong tinggi. Rata-rata produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tahun 2011 mencapai 98,9 kw/ha. Produktivitas tertinggi di kabupaten Simalungun dengan produktivitas 146,7 kw/ha dan produktivitas terendah di kabupaten Tapanuli Selatan dengan produktivitas hanya 7,1 kw/ha. Menurut Pitojo (2005) produktivitas bawang merah yang dikembangkan di Sumatera Utara mencapai 74 kw/ha. Luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut.

Tabel 1.5 Luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tahun 2011

No Kabupaten Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

1 Tapanuli Selatan 9 36 40

2 Tapanuli Utara 56 366,8 65,5

3 Toba Samosir 125 986 78,8

4 Dairi 316 2.714,72 85,9

5 Karo 97 953 98,25

6 Humbang Hasudutan 105 824 80,19

7 Simalungun 403 5.915 146,7

8 Samosir 217 1.358,40 62,6


(17)

Jumlah 1335 13.203,92 98,9 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012

Bawang merah sudah lama dikembangkan di kabupaten Dairi khususnya di kecamatan Silahisabungan. Kecamatan Silahisabungan merupakan satu-satunya kecamatan yang memproduksi komoditi bawang merah di kabupaten Dairi. Namun terjadi penurunan luas panen dalam satu tahun terakhir. Penurunan jumlah luas panen bawang merah pada satu tahun terakhir di Sumatera Utara khususnya kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel 1.4. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi petani terhadap luas tanam bawang merah di kabupaten Dairi, khususnya di kecamatan Silahisabungan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah?

2. Bagaimana pengaruh faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan dan parsial terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah?

3. Bagaimana pengaruh faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menetukan luas tanam bawang merah?


(18)

4. Bagaimana pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja secara simultan dan parsial terhadap faktor modal usaha?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pengaruh dari faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menetukan luas tanam bawang merah.

2. Untuk menjelaskan pengaruh dari faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan dan parsial terhadap faktor inovasi teknologi budidaya.

3. Untuk menjelaskan pengaruh faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial terhadap keputusan petani dalam menetukan luas tanam bawang merah.

4. Untuk menjelaskan pengaruh faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja secara simultan dan parsial terhadap faktor modal usaha.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan khususnya dalam bidang analisis ekonomi usahatani bawang merah.


(19)

2. Sebagai bahan informasi bagi para petani jika ingin melaksanakan usahatani bawang merah.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan informasi tentang bawang merah, baik untuk kepentingan akademis maupun ekonomis.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka

Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberap ribu tahun lalu. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Bangsa Mesir sudah mengenal sejak 3200-2700 SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel telah ditemukan sejak 1500 SM. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti peninggalan sejarah seperti patung, tugu dan batu-batuan pada jaman dinasti Mesir, Yunani kuno, Israel dan lain-lain (Rahayu,1999).

Di Indonesia, bawang merah juga merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memilliki nama khas di masing-masing daerah. Bahkan di daerah tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya, paling tidak terdapat lima panggilan khas untuk bawang merah yaitu isuna, makamu, isuna radang, isuna raidang, isuna mahadong dan jantuna mopura (Rahayu,1999).

Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak mencapai 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa perakaran serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu panjang ke dalam tanah. Bawang merah adalah tanaman yang tidak tahan kering ( Wibowo, 2008).

Bawang merah memang berbeda dengan bawang putih. Daunnya hanya mempunyai satu permukaan, bentuknya bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar


(21)

seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya ( Wibowo, 2008).

Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang dibagian atas cakram, di antara bagian daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Lalu dibagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari bagia ini dapat muncul bunga ( Wibowo, 2008).

Varietas bawang merah yang ditanami di Indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah ( kurang 10 Ha ton/ha). Beberapa hal lain yang membedakan varietas bawang merah satu dengan lain biasanya di dasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit serta hujan (Rahayu, 1999).

Varietas medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur panennya lebih lama dari bima brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi yakni 25% dari bobot panen basah. Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna putih (Rahayu, 1999).

Bawang merah varietas medan berasal dari daerah samosir, cocok ditanam didaerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Varietas ini memiliki karakteristik sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 26,9 cm – 41,3 cm, jumlah anakan berkisar antara 6- 12, daun berbentuk silindris dan berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 22 – 43 helai dan umur panen 70 hari. Secara


(22)

alami, tanaman mudah berbunga, yakni pada umur 52 hari. Bunga berkisar antara 90 – 120. Jumlah buah pertangkai berkisar antara 60 – 80, dengan biji berbentuk bulat, gepeng, keriput dan berwarna hitam (Pitojo, 2005).

Umbi berbentuk bulat dengan ujung runcing berwarna merah. Produksi umbi kering dapat mencapai 7,4 ton/ha, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering sekitar 24,7%. Umbi bawang merah varietas medan cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi, namun peka terhadap penyakit busuk daun (Pitojo, 2005).

Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan kadar air umbi 80% (http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php).

Landasan Teori

Sosial-Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (teknis), dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta hubungan antara faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi. Ilmu ekonomi pertanian sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi. Faktor-faktor sosiologis, tradisi, moral dan faktor lainya tetap memegang peran penting dalam perilauku manusia (Hanafie, 2010).

Pertanian merupakan proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap


(23)

usahatani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan merupakan hal yang harus diperhatikan (Antriyandarti, 2012).

Teori produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi disebut sebagai output. Hubungan kedua faktor tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Q = f (K,L,N dan T). Dimana Q adalah output, sedangkan K,L,N dan T adalah input. Input K adalah teknologi, L adalah tenaga kerja, N adalah sumberdaya alam dan T adalah teknologi (Wilson, 2007).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang dimaksud adalah lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.

Sebagian besar petani indonesia terlibat dalam usahatani atau mikro bisnis pertanian on-farm, baik di subsektor pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Prinsip utama mikro usahatani adalah efisiensi dalam sistem produksi. Mulai dari penggunaan atau kombinasi dan alokasi faktor produksi pertanian dari lahan, tenaga kerja, modal usaha, serta input modern seperti pupuk, pestisida dan herbisida. Aspek best practies menjadi sangat krusial dalam


(24)

keputusan untuk menggunakan faktor produksi satu yang lebih banyak dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Elemen harga faktor produksi dan harga output dalam proses pengambilan keputusan ekonomi menjadi sangat sentral dalam proses alokasi faktor produksi dan hasil tinggkat produksi yang ingin dipakai (Antriyandarti, 2012).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan pendapatan diangggap sebagai modal. Namun tidak demikian halnya dengan Koens yang menganggap hanya uang tunai saja yang dianggap modal usahatani. Dalam usahatani, keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi lainnya. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dengan modal pribadi (Suratiyah, 2006).

Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peran penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan kehidupan petani (Mubyarto, 1984).


(25)

Petani atau pelaku ekonomi lain pasti bekerja berdasarkan ekspektasi untuk memperoleh tambahan pendapatan yang lebih tinggi. Apabila ekspetasi positif ini tidak terpenuhi, sulit bagi siapapun untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian (Arifin, 2013).

Rendahnya kualitas sumberdaya petani merupakan salah satu sebab utama rendahnya produktivitas petani di Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumberdaya manusia tersebut lebih memprihatinkan lagi jika melihat usia para petani. Umur rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi (Soetrisno,2002).

Umur dan tingkat pendidikan berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (e-journal universitas udayana).

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian modern. Pengalaman seseorang dalam berusaha tani juga dalam menerima inovasi dari luar (Fauzia & Tampubolon, 1991)


(26)

Keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan petani membuat pola produksi pertanian yang diterapkan sangat sederhana sehingga tidak menghasilkan produksi yang optimal ( Tambunan, 2003).

Rendahnya mutu tenaga kerja tidak hanya mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja dan penghasilan, tapi juga menyulitkan usaha pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989).

Aspek kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertanian dan pembangunan pertanian yaitu administrasi pemerintahan, pendidikan dan penyuluhan, kegiatan gotong royong dan lain-lain faktor sosial budaya yang mempunyai pengaruh dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1984).

Pengembangan sumber daya manusia dalam arti peningkatan kualitas manusia, pada dasarnya harus merupakan suatu rangkaian proses berlanjut dari pendidikan, latihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi maupun tuntutan pembangunan (Soeharsono, 1989).

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern (Mosher, 1981).

Latar belakang sosial ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi penerapan inovasi adalah sebagai berikut : umur, pendidikan,


(27)

keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan (Mosher, 1981).

Penyuluhan yang merupakan pendidikan non formal. Tujuan dasar penyuluhan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sasaran penyuluhan. Penyuluhan adalah merupakan penghubung saluran atau jembatan antara lembaga-lembaga penelitian dengan masyarakat sasaran penyuluhan (Ginting, 2013).

Dalam penelitian ini yang di ukur adalah sikap petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Yang diukur adalah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menetukan luas tanam usahatai bawang merah.

Teori Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai


(28)

skala sikap. Metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar, 2005).

Skala Likert

Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial, dimana faktor yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator faktor kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan.

Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk jawaban setuju dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju. Sementara itu, pernyataan yang negatif diberi skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1.

Kelebihan skala likert dibandingkan dengan model skala sikap lainya adalah (1)skala Likert mudah dibuat dan diterapkan, (2)terdapat kebebasan dalam membuat pernyataan selama pernyataan masih sesuai dengan konteks permasalahan dan indikator, serta (3)mampu memperjelas item pernyataan karena jawaban berupa alternatif (permasalahan) (Umar, 2007).


(29)

Analisis Jalur

Teknik analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar faktor X1, X2, X3 yerhadap Y serta dampaknya kepada Z. Analisis korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Kemudian, dalam perhitungan jasa komputer dengan menggunakan program SPSS for Windows (Suwarno, 2007).

Asumsi-asumsi path analisis antara lain sebagai berikut:

1. Hubungan diantara faktor bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan diri)

2. Data yang digunakan berdistribusi normal.

3. Adanya keadaan dimana anak panah mempunyai hubungan satu arah dan tidak boleh terjadi pemuratan kembali.

4. Faktor terikat (endogenus) setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan ratio.

5. Mengunakan simple probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Kerangka Pemikiran

Dalam melaksanakan usahatani bawang merah, petani dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Adapun faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.


(30)

Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani. Keempat faktor sosial yaitu umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dimiliki petani berpengaruh langsung secara simultan maupun secara parsial terhadap keputusan petani untuk menentukan luas tanam usahatani bawang merah yang akan diusahakan. Selanjutnya, faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap inovasi teknologi budidaya dan secara tidak langsung melalui inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani berpengaruh terhadap sikap petani untuk menentukan luas tanam bawang merah.

Faktor ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanam untuk usahatani bawang merah adalah faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani bawang merah berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap keeputusan petani untuk menentukan luas tanam bawang merah. Selanjutnya, faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan maupun secara parsial berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah melalui modal usaha.


(31)

Secara singkat dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan :

Pengaruh

Gambar 1. Model kerangka pemikiran

UMUR PENDIDIKAN FORMAL

PENYULUHAN

HARGA BAWANG MERAH

INOVASI TEKNOLOGI

MODAL USAHA HARGA BIBIT

HARGA PUPUK HARGA PERTISIDA

UPAH TKLK KETERSEDIAAN LAHAN

KEUNTUNGAN USAHA


(32)

Hipotesis penelitian

1. Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

2. Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah.

3. Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

4. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.


(33)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive yaitu secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu karena merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Sumatera Utara. Kabupaten Dairi dipilih sebagai daerah penelitian dengan alasan pertimbangan jumlah produksi dan luas panen menempati posisi kedua di Sumatera Utara setelah kabupaten Simalungun pada tahun 2010-2011.

Tabel 3.1 Perkembangan produksi dan luas panen bawang merah di Sumatera Utara tahun 2010-2011

No Kabupaten

Produksi (Ton) Luas (Ha)

2010 2011 2010 2011

1 Tapanuli Selatan 12 36 3 9

2 Tapanuli Utara 353,7 366,8 54 56

3 Toba Samosir 1075 986 135 125

4 Dairi 1.192,5 2.714,72 350 316

5 Karo 856 953 100 97

6 Humbang Hasudutan 842 824 105 105

7 Simalungun 6.118,92 5.915 437 403

8 Samosir 2420 1.358,4 419 217

9 Padang Lawas Utara 50 50 7 7

Jumlah 12.789,65 12.920,12 1.610 1.335

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2011-2012

Pada tahun 2011 kabupaten yang memproduksi bawang merah terbesar adalah kabupaten kabupaten Simalungun dengan jumlah produksi 5.915 ton, kabupaten Dairi dengan jumlah produksi 2.714,72 ton dan kabupaten Samosir dengan jumlah produksi 1.358,4 ton. Jumlah produksi bawang merah di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 12.920,12 ton pada tahun 2010 menjadi 13.203,92 ton pada tahun 2011.


(34)

Kecamatan Silahisabungan di kabupaten Dairi dipilih karena merupakan satu-satunya daerah penghasil bawang merah di kabupaten Dairi. Kecamatan Silahisabungan memiliki potensi lahan dan agroklimat yang sesuai dengan bawang merah. Perkembangan luas panen, jumlah produksi dan produktivitas bawang merah tahun 2007-2011 di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.2 Luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah tahun 2007-2011 di kecamatan Silahisabungan

NO KETERANGAN 2007 2008 2009 2010 2011

1 Luas panen (Ha) 159 156 360 350 316

2 Produksi (Ton) 1192 1170 2700 2625 2714,72 3 Produktivitas (Ton/Ha) 7,5 7,5 7,5 7,5 8,59 Sumber : Kabupaten Dairi dalam angka 2008-2012

Lokasi penelitian mencakup seluruh desa yang ada di kecamatan Silahisabungan yaitu desa Silalahi I, Silalahi II, Silalahi III, Paropo, dan Paropo I.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang merah yang melakukan usahatani bawang merah di kecamatan Silahisabungan. Jumlah populasi petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan sebanyak 443 kk. Metode pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling agar tiap unit penelitian atau satu elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Besar sampel yang diambil untuk penelitian di tentukan dengan rumus Slovin yaitu dengan rumus:


(35)

Keterangan:

n : besar sampel N : jumlah populasi

e : nilai kritis yang diinginkan (10%)

Dengan menggunakan rumus Slovin maka besar sampel di kecamatan Silahisabungan diperoleh sebagai berikut:

� = + , 2 =

+ , = ,

= + .

= 81,58 atau 82 orang

Distribusi sampel untuk setiap desa ditentukan secara proporsional sebagaimana terlihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Jumlah populasi dan besar distribusi sampel penelitian

NO Desa Populasi (KK) Sampel

1 Silalahi I 90 17

2 Silalahi II 95 18

3 Silalahi III 85 16

4 Paropo 68 12

5 Paropo I 105 19

JUMLAH 443 82

Sumber: PPL Silahisabungan 2012

Metode Pengambilan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung kepada petani bawang merah dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang diambil adalah data skor pendapat petani


(36)

bawang merah terhadap faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan, inovasi teknologi budidaya, harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha untuk menentukan luas tanam bawang merah. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran lokasi umum lokasi penelitian, data demografi, data produksi, luas panen, produktivitas bawang merah di Sumatera Utara dan data jumlah pupulasi petani bawang merah. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, kantor Desa di kecamatan Silahisabungan dan buku literatur yang mendukung penelitian.

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah penelitian 1,2,3 dan 4, digunakan metode scoring (skala likert) dengan memilih salah satu jawaban dari pilihan yang tersedia. Data luas tanam bawang merah yang diusahakan petani responden dikelompokkan menjadi 5 kelas. Besar interval kelas ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

interval =luas tanam tertinggi − luas tanam terrendah jumlah kelas

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) dengan bantuan alat analisis software SPSS.16. Analisis jalur merupakan analisis regresi linier dengan faktor-faktor yang dibakukan. Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu faktor terhadap faktor lain.


(37)

Adapun model skoringnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Skor untuk setiap tingkat persetujuan

No Keterangan Skor pernyataan

positif

Skor pernyataan negatif

1 Sangat tidak berpengaruh 1 5

2 Tidak berpengaruh 2 4

3 Biasa-biasa saja 3 3

4 Berpengaruh 4 2

5 Sangat berpengaruh 5 1

Gambar model struktural untuk diagram faktor sosial adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Model struktural untuk diagram faktor sosial

Dalam model ini, penelitian dilakukaan untuk mengukur besar pengaruh secara langsung faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah dan mengukur pengaruh tidak langsung faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah melalui faktor inovasi teknologi.

X

1

X

2

X

3

Y

1

Z

ε

1

ε

2

ρZX1

ρZY1

ρZX3

ρZX2

ρY1X1

ρY1X2


(38)

Persamaan struktural untuk masalah penelitian 1 yaitu:

Dimana:

X1 : Umur

X2 : Pendidikan formal

X3 : Penyuluhan

Y1 : Inovasi teknologi bududaya

Z : Luas tanam

ε

2 : Faktor lainnya yang tidak digambarkan (tidak diukur)

ρ

ZX1,

...

,

ρ

ZY1 : Koefisien jalur

Untuk Menguji pengaruh secara simultan faktor bebas / eksogenus (Umur, Pendidikan Formal, Penyuluhan dan Inovasi teknologi) terhadap faktor terikat / endogenus (Luas Tanam) diuji dengan uji F statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

F hitung < F tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 F hitung ≥ F tabel atau sig ≥ 5% ; tolak H1 ; terima H0

H1 :Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.


(39)

H0 : Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara simultan berpengaruh nyata terhadap faktor terikat(luas tanam).

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (luas tanam).

Untuk menguji pengaruh secara parsial faktor bebas / eksogenus (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi) terhadap / endogenus (luas tanam) diuji dengan uji t statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

t hitung > t tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 t hitung < t tabel atau sig ≥ 5% ; terima H0 ; tolak H1

H1 :Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

H0 : Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap faktor terikat(luas tanam).


(40)

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas ecara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (luas tanam).

Persamaan struktural masalah penelitian 2 yaitu:

Dimana:

X1 : Umur

X2 : Pendidikan formal

X3 : Penyuluhan

Y1 : Inovasi teknologi budidaya

ε

1 : Faktor lainnya yang tidak digambarkan (tidak diukur)

ρ

Y1X1,

ρ

Y1X2,

ρ

Y1X3: koefisien jalur

Untuk menguji pengaruh secara simultan faktor bebas / eksogenus (Umur, Pendidikan Formal, Penyuluhan) terhadap inovasi teknologi budidaya (faktor terikat / endogenus) diuji dengan uji F statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

F hitung < F tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1

F hitung ≥ F tabel atau sig ≥ 5% ; tolak H1 ; terima H0

H1 :Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah.

H0 :Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah.


(41)

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 diterima / H0 ditolak, artinya faktor bebas secara simultan berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Inovasi teknologi).

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Inovasi teknologi).

Untuk menguji pengaruh secara parsial faktor bebas / eksogenus (umur, pendidikan formal, penyuluhan) terhadap inovasi tenologi budidaya (endogenus) dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap luas tanam diuji dengan uji t statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

t hitung > t tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 t hitung < t tabelatau sig ≥ 5% ; terima H0 ; tolak H1

H1 :Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah.

H0 : Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah..

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 diterima / H0 ditolak, artinya faktor bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Keteramapilan Budidaya).

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Inovasi teknologi budidaya).


(42)

Gambar struktural untuk diagram faktor ekonomi adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Gambar struktural diagram faktor ekonomi

Dalam model ini, penelitian dilakukaan untuk mengukur besar pengaruh secara langsung faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah dan mengukur pengaruh tidak langsung faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah melalui faktor modal usaha.

Persamaan struktural masalah penelitian 3 yaitu:

X

4

X

5

X

6

X

7

X

8

X

9

X

10

Y

2

Z

ρY2X4

ρY2X5

ρY2X6

ρY2X7

ρZ Y2

ρZ X4

ρZ X5

ρZ X6

ρZ X7

ρZ X8

ρZ X9

ρZ X10

ε

3

ε

4

Z =

ρZX X4 + ρZX X5 + ρZX X6 + ρZX X7 + ρZX X8 +ρZX X9 +ρZX X10 +ρZY Y + ε4


(43)

Dimana:

X4 : Harga Bibit

X5 : Harga Pupuk

X6 : Harga Pestisida

X7 : Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga

X8 : Ketersediaan lahan

X9 : Harga Bawang Merah

X10 : Keuntungan Usaha

Y2 : Modal Usaha

Z : Luas Tanam

ε

4 : Faktor lainnya yang tidak digambarkan (tidak diukur)

ρ

ZX4,

ρ

ZX5,

...., ρ

ZX10,

ρ

ZY2: koefisien jalur

Untuk Menguji pengaruh secara simultan faktor bebas / eksogenus (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, ketersediaan lahan, harga bawang merah, Keuntungan usaha, modal usaha) secara langsung terhadap luas tanam (faktor terikat / endogenus) diuji dengan uji F statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

F hitung < F tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 F hitung ≥ F tabel atau sig ≥ 5% ; tolak H1 ; terima H0

H1 : Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.


(44)

H0 : Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara simultan maupun secara parsial berpengaruh nyata terhadap Z (Luas Tanam).

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara simultan maupun secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Z (Luas tanam bawang merah).

Untuk menguji pengaruh secara parsial faktor bebas / (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, ketersediaan lahan, harga bawang merah, keuntungan usaha, modal msaha) secara langsung terhadap luas tanam (faktor terikat / endogenus) diuji dengan uji t statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

t hitung > t tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 t hitung < t tabel atau sig ≥ 5% ; terima H0 ; tolak H1

H1 : Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

H0 : Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan


(45)

usaha) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

Apabila :

Sig < 5%, maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap Z (Luas Tanam).

Sig ≥ 5%, maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Z (Luas tanam bawang merah).

Persamaan struktural masalah penelitian 4 yaitu:

Dimana:

X4 : Harga Bibit

X5 : Harga Pupuk

X6 : Harga Pestisida

X7 : Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga

Y2 : Modal Usaha

ε

3 : Faktor lainnya yang tidak digambarkan (tidak diukur)

ρ

Y2X4,

ρ

Y2X5,

ρ

Y2X6,

ρ

Y2X7: koefisien jalur

Untuk Menguji pengaruh secara simultan faktor bebas / eksogenus (Harga Bibit, Harga Pupuk, Harga Pestisida, Upah TKLK) terhadap faktor terikat / endogenus (modal usaha) diuji dengan uji F statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

F hitung < F tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 F hitung ≥ F tabel atau sig ≥ 5% ; tolak H1 ; terima H0


(46)

H1 :Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara simultan beerpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.

H0 :Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.

Apabila :

Sig < 5% , maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara simultan berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Modal Usaha).

Sig ≥ 5% , maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor bebas secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Modal Usaha).

Untuk menguji pengaruh secara parsial faktor bebas / eksogenus (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga) terhadap faktor terikat / endogenus (modal usaha) dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap luas tanam bawang merah diuji dengan uji t statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

t hitung > t tabel atau sig < 5% ; tolak H0 ; terima H1 t hitung < t tabel atau sig ≥ 5% ; terima H0 ; tolak H1

H1 :Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.

H0 :Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.

Apabila :

Sig < 5% , maka H1 di terima / H0 tolak, artinya faktor bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Modal Usaha).


(47)

Sig ≥ 5% , maka H1 ditolak / H0 diterima, artinya faktor secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap faktor terikat (Modal Usaha).

Untuk mencari nilai

ε

1,

ε

2,

ε

3 mengunakan rumus sebagai berikut:

R2 = pengaruh bukti langsung faktor

Defenisi dan Batasan Oprasional Defenisi

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat defenisi antara lain:

1. Petani bawang merah adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani bawang merah pada sebidang tanah atau lahan.

2. Faktor sosial antara lain adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluh pertanian dan inovasi teknologi.

3. Umur adalah usia petani pada saat diwawancarai.

4. Pendidikan formal adalah lama pendidikan formal yang pernah diterima petani sampel.

5. Penyuluhan pertanian adalah dampak peran penyuluhan yang diterima petani dalam satu tahun.

6. Inovasi teknologi adalah jenis teknologi yang dikuasai petani bawang merah dalam melaksanakan usahatani bawang merah.


(48)

7. Faktor ekonomi adalah harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usahatani, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha.

8. Harga bibit adalah harga bibit bawang merah yang berlaku pada saat penelitian.

9. Harga pupuk adalah harga pupuk yang biasa digunakan petani dalam melakukan usahatani bawang merah.

10.Harga pestisida adalah harga perstisida yang biasa digunakan petani dalam melakukan usahatani bawang merah.

11.Upah tenaga kerja luar keluarga adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja dalam usahatani bawang merah.

12. Modal usaha adalah sejumlah uang tunai yang dimiliki petani untuk dapat melakukan usaha dengan lancar.

13.Ketersediaan lahan adalah luas lahan yang dimiliki petani bawang merah yang bisa digunakan untuk usahatani bawang merah.

14.Harga bawang merah adalah harga bawang yang berlaku saat dilakukan penelitian.

15.Keuntungan usaha adalah profit yang diperoleh petani jika mengusahakan usahatani bawang merah.

16.Luas tanam adalah luas tanam usahatani untuk komoditi bawang merah yang diukur dalam hektar (Ha).

Batasan Operasional


(49)

2. Sampel penelitian adalah petani bawang merah yang sedang mengusahakan usahatani bawang merah di kecamatan Silahisabungan. 3. Petani sampel adalah petani yang melakukan usahatani bawang merah

pada saat penelitian.


(50)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Kecamatan Silahisabungan

Kecamatan Silahisabungan mempunyai luas 7.562 Km² terletak pada ketinggian 725 m di atas permukaan laut, antara :

Lintang Utara : 02.25̊ - 02.45̊ Bujur Timur : 98.00̊ - 98.30̊

Sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang hanya sebagian kecil yang dataran/rata. Sebagian besar kecamatan Silahisabungan adalah hutan sehingga udara di kecamatan Silahisabungan masih sangat segar.

Wilayah kecamatan Silahisabungan berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Karo

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba/ kabupaten Samosir 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Parbuluan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sumbul/Pegagan Hilir Kecamatan Silahisabungan terdiri dari 5 desa yaitu:

1. Desa Paropo 2. Desa Paropo I 3. Desa Silalahi I 4. Desa Silalahi II 5. Desa Silalahi III

Berikut ini adalah luas wilayah menurut desa tahun 2011 di kecamatan Silahisabungan:


(51)

Tabel 4.1 Luas wilayah menurut desa tahun 2011

No Desa Luas (Km²)

1 Paropo I 1.119

2 Paropo 1.291

3 Silalahi I 1.581

4 Silalahi II 1.819

5 Silalahi III 1.725

Jumlah 7.562

Sumber : Kecamatan Silahisabungan dalam Angka 2012

Keadaan Penduduk

Penduduk kecamatan Silahisabungan tahun 2011 sebanyak 4.473 jiwa yang terdiri dari 2.235 jiwa laki-laki dan 2.238 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk adalah sebanyak 59 jiwa per km persegi dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap desa.

Desa yang paling padat penduduknya adalah desa Paropo I yaitu dengan kepadatan penduduk sebanyak 92 jiwa per km persegi. Desa yang terjarang kepadatan penduduknya adalah desa Paropo dengan tingkat kepadatan 30 jiwa per km persegi. Berikut ini adalah tabel luas desa, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga menurut desa tahun 2011.

Tabel 4.2. Luas desa, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga menurut desa tahun 2011.

No Desa Luas (Km²)

Jumlah penduduk

(jiwa)

Rumah tangga

Kepadatan penduduk/ Km

(jiwa)

Rata-rata/RT


(52)

1 Paropo I 11,19 1.025 269 92 3,8

2 Paropo 12,91 392 110 30 3,6

3 Silalahi I 15,81 1.067 280 67 3,8

4 Silalahi II 18,19 985 249 54 3,9

5 Silalahi III 17,52 1004 249 57 4,0

Jumlah 75,62 4.473 1.157 59 3,9

Sumber : Kecamatan Silahisabungan dalam Angka 2012

Jumlah penduduk di kecamatan Silahisabungan sebanyak 4.473 jiwa. Desa yang paling banyak penduduknya adalah desa Silalahi I sebanyak 1.067 jiwa. Penduduk di desa Silalahi I terdiri dari 519 jiwa laki-laki dan 548 jiwa perempuan. Jumlah penduduk yang paling sedikit jumlahnya adalah desa paropo dengan jumlah penduduk hanya 392 jiwa dengan jumlah penduduk 202 jiwa laki-laki dan 190 jiwa perempuan. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan menurut desa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin menurut desa (jiwa)

No Desa

Penduduk

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Paropo I 545 480 1.025

2 Paropo 202 190 392

3 Silalahi I 519 548 1.067

4 Silalahi II 453 532 985

5 Silalahi III 516 488 1.004

Jumlah 2.235 2.238 4.473

Sumber : Kecamatan Silahisabungan dalam Angka 2012

Dilihat dari segi kelompok umur, jumlah penduduk di kecamatan Silahisabungan yang paling besar jumlahnya adalah kelompok umur 10 – 14 tahun. Jumlah penduduk yang paling sedikit berada pada usia 75+ yaitu sebanyak 84 jiwa.


(53)

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di kecamatan Silahisabungan sebanyak 2.235 jiwa laki-laki dan 2.238 jiwa perempuan. Rasio antara jumlah laki-laki dan perempuan adalah sebesar 0,998. Jumlah penduduk di kecamatan Silahisabungan dirinci menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Banyak penduduk dirinci menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2011

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 256 232 488

2 5 – 9 289 252 541

3 10 – 14 313 275 588

4 15 – 91 225 192 417

5 20 – 24 108 82 190

6 25 -29 111 101 212

7 30 – 34 148 118 266

8 35 – 39 115 129 244

9 40 – 44 137 154 291

10 45 – 49 126 132 258

11 50 – 54 116 155 271

12 55 – 59 126 120 246

13 60 – 64 64 92 156

14 65 – 69 45 78 123

15 70 – 74 33 65 98

16 75 + 23 61 84

Jumlah 2.235 2.238 4.473

Sumber : Kecamatan Silahisabungan dalam Angka 2012

Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi umur petani, pendidikan terakhir yang diperoleh petani dan jumlah tanggungan petani. Karakteristik responden diperoleh dari para responden dengan melakukan wawancara secara langsung di daerah penelitian yaitu di kecamatan Silahisabungan kabupaten Dairi.


(54)

Adapun umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani bawang merah. Semakin tua umur petani maka kemampuan dan keinginan kerjanya cenderung menurun, yang akhirnya mempengaruhi luas tanam bawang merah dan penurunan produksi bawang merah. Keadaan sampel umur petani bawang merah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Keadaan umur petani sampel petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan

No Umur (tahun) Jumlah (orang)

1 ≤ 20 1

2 21-30 21

3 31-40 24

4 41-50 26

5 51-60 6

6 ≥ 61 4

Jumlah 82

Sumber : Analisis data primer (lampiran 1)

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling besar berada pada umur 41–50 tahun yaitu sebanyak 26 orang. Jumlah responden yang paling sedikit jumlahnya berada pada usia dibawah 20 tahun hanya 1 orang. Responden yang sudah berusia diatas 61 tahun sebanyak 4 orang. Bervariasinya jumlah responden ini mulai dari usia yang paling muda yaitu usia dibawanh 20 tahun sampai paling tua diatas 61 tahun menunjukan bahwa usahatani bawang merah sangat menjanjikan untuk diusahakan di kecamatan Silahisabungan sehingga masyarakat yang berumur masih sangat muda sampai yang sudah berumur diatas 61 tahun tertarik untuk malakukan usahatani bawang merah.


(55)

Pendidikan Petani Bawang Merah

Tingkat pendidikan dari petani bawang merah erat kaitannya dengan kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan kemampuan petani untuk mengelola tanaman dan mengolah tanah dalam melakukan usahatani bawang merah. Adapun tingkat pendidikan petani responden di kecamatan Silahisabungan sangat bervariasi mulai dari SD, SMP, dan SMA. Tingkat pendidikan yang pernah diterima petani responden di kecamatan Silahisabungan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6. Keadaan tingkat pendidikan petani responden di kecamatan Silahisabungan

No Pendidikan Jumlah (orang)

1 SD 10

2 SMP 20

3 SMA/SMK 52

Jumlah 82

Sumber : Analisis data primer (lampiran 1)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan paling banyak sudah lulus SMA/SMK yaitu sebanyak 52 orang selanjutnya oleh adalah lulus SMP yaitu sebanyak 20 orang dan paling sedikit adalah lulusan SD 10 orang.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Jumlah tanggungan berpengaruh terhadap petani untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang harus diperoleh petani permusim tanamnya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga petani. Jumlah tanggungan


(56)

keluarga responden petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Jumlah tanggungan keluarga reponden petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan.

No Jumlah tanggungan (orang) Jumlah

1 1-5 58

2 6-10 24

3 >10 0

Jumlah 82

Sumber : Analisis data primer (lampiran 1)

Dari tabel 4.7 dapat dilihat sebanyak 58 responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak 1-5 orang, dan sebanyak 24 responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak 6-10 orang.


(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usahatani bawang merah merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di kecamatan Silahisabungan. Budidaya bawang merah sudah seperti menjadi suatu kebudayaan yang melekat pada masyarakat di kecamata Silahisabungan. Hampir seluruh keluarga di kecamatan Silahisabungan mengusahakan usahatani bawang merah sebagai mata pencaharian.

Dalam melaksanakan kegiatan usahatani petani bawang merah selalu mempertimbangkan berbagai faktor. Fakto-faktor yang menjadi bahan pertimbangnan adalah faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial adalah faktor dari dalam diri petani itu sendiri dan dari hasil interaksi dengan orang lain. Faktor sosaial yang dimaksud adalah umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya. Faktor ekonomi yang dimaksud adalah harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah dan keuntungan usaha.

Luas tanam yang diusahakan petani responden di daerah penelitian untuk usahatani bawang merah rata-rata seluas 2.484,146 m². Luas tanam bawang merah yang diusahakan petani di kecamatan Silahisabungan sangat terbatas dan sempit, ini dikarenakan kondisi tanah di kecamatan Silahisabungan yang berbukit-bukit dan berbatu-batu.

Luas tanam bawang merah yang diusahakan petani responden di kelompokkan menjadi 5 kelas. Besar interval luas tanam bawang merah adalah sebaigai berikut:


(58)

Setiap kategori interval dalam stiap kelas di beri skor sesuai dengaan kelasnya. Jadi batas kelas untuk setiap kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 tabel interval dan skor untuk setiap luas tanam bawang merah

No Interval (Ha) Skor

1 0,1 – 0,28 1

2 0,29 – 0,46 2

3 0,47 – 0,65 3

4 0,66 – 0,84 4

5 0,85 – 1,03 5

Sumber : Analisis lampiran 1

Pengaruh Faktor Sosial ( Umur, Pendidikan Formal, Penyuluhan, Dan Inovasi Teknologi) Terhadap Luas Tanam Bawang Merah.

Faktor sosial petani yaitu umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi yang dikuasai petani untuk melaksanakan usahatani bawang merah. Adapun respon petani terhadap faktor sosial (umur, pendidikan, penyuluhan dan inovasi teknologi) dalam menentukan luas tanam adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Persentase jawaban petani terhadap faktor umur

No Keterangan Persentase (%)

1 Sangat tidak berpengaruh 56,09

2 Tidak berpengaruh 18,29

3 Biasa-biasa saja 9,75

4 Berpengaruh 10,97

5 Sangat Berpengaruh 4,87

Sumber : Analisis Lampiran 2

Dari tabel 5.2 dapat dilihat sebesar 56, 09% dari responden menjawab bahwa faktor umur sangat tidak berpengaruh bagi petani dalam menentukan luas tanam bawang merah. Sebesar 4,87 % dari responden menjawab bahwa faktor umur sangat berpengaruh bagi petani untuk melakukan usahatani bawang merah. Petani


(59)

bawang merah yang menjawab bahwa umur sangat berpengaruh dalam menentukan luas tanam bawang merah rata-rata sudah berada di usia diatas 50 tahun.

Tabel 5.3 Persentase jawaban petani terhadap faktor pendidikan formal

No Keterangan Persentase(%)

1 Sangat tidak berpengaruh 40,24

2 Tidak berpengaruh 14,63

3 Biasa-biasa saja 21,95

4 Berpengaruh 14,63

5 Sangat Berpengaruh 8,53

Sumber : Analisis Lampiran 2

Dari tabel 5.3 dapat dilihat sebesar 40,24% dari responden menjawab bahwa pendidikan dari bangku sekolah sangat tidak berpengarauh bagi petani dalam menentukan luas tanam bawang merah. Responden petani bawang merah di kecamatan Silahisabungan merasa pendidikan yang diperoleh di sekolah tidak berpengaruh, karena pendidikan yang diterima di sekolah tidak ada hubungannya dengan usahatani bawang merah.

Tabel 5.4 Persentase jawaban petani terhadap faktor penyuluhan

No Keterangan Persentase (%)

1 Sangat tidak berpengaruh 18,29

2 Tidak berpengaruh 39,02

3 Biasa-biasa saja 39,02

4 Berpengaruh 2,43

5 Sangat Berpengaruh 1,21

Sumber : Analisis Lapiran 2

Dari tabel 5.4 dapat dilihat sebesar 39,02% dari responden menjawab penyuluhan tidak berpengarauh bagi petani dalam menentukan luas tanam bawang merah yang akan diusahakan. Sebesar 39,02% dari responden menjawab biasa-biasa saja


(60)

terhadap pengaruh penyuluhan dari dinas pertanian terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.

Tabel 5.5 Persentase jawaban responden terhadap faktor inovasi teknologi yang dikuasai petani

No Keterangan Persentase (%)

1 Sangat tidak berpengaruh 3,65

2 Tidak berpengaruh 28,04

3 Biasa-biasa saja 37,8

4 Berpengaruh 25,60

5 Sangat Berpengaruh 4,87

Sumber : Analisis lampiran 2

Dari tabel 5.5 dapat dilihat sebesar 37,8% dari responden menjawab bahwa teknologi yang dikuasai petani responden berpengaruh biasa-biasa saja bagi petani responden dalam menentukan luas tanam bawang merah. Sebesar 28,04% persen dari responden menjawab bahwa inovasi teknologi yang dikuasai petani tidak berpengaruh dalam menentukan luas tanam bawang merah yang akan diusahakan petani. Sebesar 25,6% dari responden menjawab bahwa inovasi teknologi yang dikuasai petani dalam budidaya teknologi berpengaruh dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani belum memberi dampak yang begitu besar bagi petani bawang merah.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis jalur. Analisis jalur adalah sebuah metode untuk mempelajari pengaruh langsung dan tidak langsung dari faktor-faktor. Analisis jalur faktor sosial dianalisis menggunakan alat analisis software SPSS.16.

Untuk melihat pengaruh secara simultan dari faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi) terhadap keputusan petani dalam


(1)

Lampiran 4. Hasil analisis regresi faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan

terhadap faktor inovasi teknologi dengan

software

SPSS.16

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 penyuluhan, pendidikan, umura

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: inovasi teknologi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .114a .013 -.025 .95451

a. Predictors: (Constant), penyuluhan, pendidikan, umur

Lanjutan lampiran 4

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .935 3 .312 .342 .795a

Residual 71.065 78 .911

Total 72.000 81

a. Predictors: (Constant), penyuluhan, pendidikan, umur

b. Dependent Variable: inovasi teknologi


(2)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.005 .434 6.922 .000

umur -.062 .073 -.098 -.845 .401 .950 1.053

pendidikan .003 .078 .005 .040 .968 .986 1.015

penyuluhan .095 .130 .085 .729 .468 .940 1.064


(3)

Lampiran 5. Hasil analisis regresi faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga

pestisida, upah tenaga kerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga

bawang, dan keuntungan) terhadap faktor luas tanam dengan

software

SPSS.16

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 keuntungan, ketersediaan lahan, upah tenaga kerja, harga bawang, harga bibit, modal usaha, harga pestisida, harga pupuka

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: luas tanam

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .347a .120 .024 .83532

a. Predictors: (Constant), keuntungan, ketersediaan lahan, upah tenaga kerja, harga bawang, harga bibit, modal usaha, harga pestisida, harga pupuk

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.966 8 .871 1.248 .284a

Residual 50.936 73 .698

Total 57.902 81

a. Predictors: (Constant), keuntungan, ketersediaan lahan, upah tenaga kerja, harga bawang, harga bibit, modal usaha, harga pestisida, harga pupuk


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.932 .761 2.539 .013

harga bibit -.052 .178 -.037 -.292 .771 .752 1.329

harga pupuk -.006 .129 -.011 -.050 .960 .242 4.125

harga pestisida -.089 .134 -.132 -.669 .505 .309 3.231

upah tenaga

kerja -.044 .110 -.059 -.402 .689 .558 1.793

modal usaha -.281 .116 -.311 -2.415 .018 .727 1.375

ketersediaan

lahan .044 .087 .058 .510 .612 .942 1.061

harga bawang .017 .125 .016 .136 .892 .837 1.195

keuntungan .189 .107 .204 1.770 .081 .905 1.105


(5)

Lampiran 6. Hasil analisis regresi faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida,

dan upah tenaga kerja luar keluarga terhadap faktor modal usaha.

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 upah tenaga kerja, harga bibit, harga pestisida, harga pupuka

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: modal usaha

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .370a .137 .092 .89081

a. Predictors: (Constant), upah tenaga kerja, harga bibit, harga pestisida, harga pupuk

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.678 4 2.420 3.049 .022a

Residual 61.102 77 .794

Total 70.780 81

a. Predictors: (Constant), upah tenaga kerja, harga bibit, harga pestisida, harga pupuk


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 5.065 .325 15.602 .000

harga bibit -.471 .174 -.302 -2.700 .009 .895 1.117

harga pupuk .267 .132 .417 2.021 .047 .264 3.795

harga pestisida -.214 .139 -.286 -1.537 .128 .323 3.096

upah tenaga

kerja -.241 .113 -.290 -2.135 .036 .606 1.649

a. Dependent Variable: modal usaha