BAB III Penyajian & Analisis Data

(1)

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian asi eksklusif yang dibagikan kepada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pakis.

Pengisian kuesioner dilakukan di Posyandu desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Pakis selama bulan Juni 2016 dengan 50 sampel. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagaimana pada Lameshow, et.al. (1997):

Rumus : n = Z 2 P (1-P) N d2 (N-1) + Z2 P (1-P)

Keterangan :

n = Besar sampel minimal N = jumlah populasi

Z = standar deviasi normal untuk CI 95% = 1,96 d = derajat ketepatan yang diinginkan sebesar 0,1 P = asumsi proporsi 0,5

Dengan demikian dapat dihitung jumlah sampel minimal yaitu :

n = (1.96)2 x0.5x(1-0.5)x11714

(0.1)2x(11714-1)+1.962x0.5x(1-0.5)

= 50

Setelah dilakukan penghitungan sampel maka diperoleh jumlah sampel 50 responden.

Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, dan tempat bersalin responden.


(2)

< 20 tahun; 8%

20-25 tahun; 27%

26-30 tahun; 26% 31-35 tahun; 15%

> 35 tahun; 23%

Usia Ibu (%)

< 20 tahun 20-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun > 35 tahun Diagram 3.1. Usia Responden

Pada diagram 3.1., diketahui bahwa responden terbanyak adalah ibu dengan usia 20-25 tahun dengan persentase 27%, selanjutnya adalah ibu dengan usia 26-30 tahun sebanyak 26%, pada urutan berikutnya adalah ibu dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 23%, responden dengan usia 31-35 tahun sebanyak 15%, dan pada urutan terakhir adalah responden dengan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 9%.

Buta huruf-SD; 34%

SMP-SMA; 58% Akademi/Perguruan Tinggi; 8%

Pendidikan Terakhir (%)

Buta huruf-SD SMP-SMA Akademi/Perguruan Tinggi Diagram 3.2. Pendidikan Terakhir Responden


(3)

Diagram 3.2 menunjukkan pendidikan terakhir responden, dengan pendidikan terbanyak adalah SMP-SMA sebanyak 58%, selanjutnya buta huruf-SD sebanyak 34%, dan yang terakhir adalah akademi atau perguruan tinggi sebanyak 8%.

Bekerja di luar rumah; 11% Bekerja di dalam rumah; 18%

Ibu rumah tangga; 71%

Pekerjaan saat Menyusui (%)

Bekerja di luar rumah Bekerja di dalam rumah Ibu rumah tangga

Diagram 3.3. Pekerjaan Responden saat Menyusui

Pekerjaan responden saat menyusui ditampilkan pada diagram 3.3. Sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sebesar 71%, kemudian ibu yang bekerja di dalam rumah sebanyak 18%, sedangkan ibu yang bekerja di luar rumah sebanyak 11%.

Rumah Sakit ; 14%

Praktik Bidan; 51%

Puskesmas; 6% Dukun Bayi; 8%

Rumah Bersalin; 22%

Tempat Bersalin (%)

Rumah Sakit Praktik Bidan Puskesmas Dukun Bayi Rumah Bersalin Diagram 3.4. Tempat Bersalin Responden


(4)

Pada diagram 3.4. menunjukkan tempat bersalin responden sebanyak 51% responden melahirkan di praktik bidan, selanjutnya sebanyak 22% responden melahirkan di rumah bersalin. Responden yang melahirkan di rumah sakit sebanyak 13%. Sedangkan responden yang melahirkan di dukun bayi sebanyak 8%. Di urutan terakhir adalah responden yang melahirkan di puskesmas sebanyak 6%.

1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3.1. Tabel Hasil Pengisian Kuesioner

Nomer soal

Persentase Jawaban Benar Faktor Internal Faktor Eksternal

1 68% 77%

2 86% 89%

3 77% 38%

4 88% 49%

5 78% 38%

6 84% 95%

7 73% 79%

8 77% 34%

9 48%

-Dari data hasil kuesioner tersebut, didapatkan bahwa dari factor internal dan eksternal, pemahaman responden mengenai ASI eksklusif secara luas dapat dikatakan cukup, hanya pada beberapa soal masih memiliki pemahaman yang kurang mengenai ASI eksklusif. Adapun soal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Faktor Internal

9. Bagaimanakah bila Ibu sakit dan dirawat di rumah sakit / Puskesmas?

a. ASI tidak diberikan, dibuang saja (9%) b. Digantikan susu formula, sekalian disapih

(22%)

c. Tetap diberikan, bisa melalui ASI perah (48%)

d. Dibiarkan saja menunggu ibu sembuh, sementara di beri susu formula (18%)


(5)

e. Diganti air tajin, air gula, atau yang lain yang bayinya mau (3%)

Jawaban benar 48%

Jawaban salah 52%

Pada soal di atas, jawaban yang benar adalah bila ibu sakit dan dirawat di rumah sakit atau puskesmas, sebaiknya ASI tetap diberikan, bisa melalui ASI perah. Dimana hasil kuesioner dengan jawaban yang benar adalah sebesar 48%. Selanjutnya, sebanyak 22% ASI digantikan susu formula sekalian disapih, 18% responden menunggu sembuh dulu sementara diberikan susu formula, sebanyak 9% responden memilih untuk membuang ASI dan tidak diberikan kepada bayinya, dan 3% responden menggantikan ASI dengan air tajin atau air gula yang bayinya mau.

2. Faktor Eksternal

3. Apakah yang sudah diberikan selain ASI saat bayi Ibu kurang dari enam bulan?

a. Susu formula (45%) b. Bubur (15%)

c. Buah / sari buah (2%) d. Tajin (0%)

e. Tidak ada (38%)

Persentase

Jawaban benar 38%

Jawaban salah 62%

Pada soal tersebut, seharusnya jawaban yang benar, saat bayi berusia kurang dari enam bulan, tidak ada minuman atau makanan apapun yang diberikan kecuali ASI. Hasil kuesioner dengan jawaban responden yang benar hanya 38%. Sebanyak 45% responden memberikan susu formula, 15% responden memberikan bubur pada bayinya, dan pemberian buah atau sari buah sebanyak 2%.

4. Apakah Ibu memberikan susu formula selain ASI kepada bayi Ibu?

a. Tidak

b. Iya (Lanjut ke no. 5)

Persentase

Jawaban benar 49%

Jawaban salah 51%

5. Mengapa Ibu memberikan susu formula?

a. ASI Saya tidak cukup untuk nutrisi bayi Saya, karena bayi masih sering menangis saat lapar (38%)


(6)

b. Saya meneruskan susu formula yang didapat dari tempat Saya melahirkan (22%)

c. Saya memberi susu formula karena kebiasaan dalam keluarga Saya (8%)

d. Selain ASI, bayi Saya juga butuh susu formula supaya cepat gemuk (19%)

e. Iklan susu formula membantu Saya memilih nutrisi tambahan untuk bayi Saya (13%)

Soal no. 4 dan no. 5 saling berhubungan, dimana soal no.4 sebanyak 49% responden menjawab dengan benar, yaitu tidak memberikan susu formula kepada bayiyang berusia kurang dari enam bulan. Selain itu, sebanyak 51% responden memberikan susu formula kepada bayi yang berusia kurang dari enam bulan.

Pada soal. No.5, alasan terbanyak memberikan susu formula pada bayi berusia kurang dari enam bulan adalah responden merasa ASI tidak cukup karena bayi masih sering menangis saat lapar, sebesar 38%. Selanjutnya, 22% responden mengatakan meneruskan susu formula dari tempat melahirkan. Sebanyak 19% responden yang lain mengatakan bahwa bayinya butuh susu formula supaya cepat gemuk, 13% responden menyapaikan bahwa iklan susu formula membantu memilih nutrisi tambahan bagi bayi. Yang terakhir, sebanyak 8% responden memberikan susu formula karena kebiasaan di keluarga.

8. Bagaimana budaya / tradisi di tempat Ibu berhubungan dengan ASI?

a. Bayi satu bulan sudah diberi pisang / nasi (dilethok) (12%)

b. Bayi kurang dari 6 bulan diberi susu tambahan supaya cepat gemuk (21%) c. Bayi kurang dari 6 bulan sudah makan

karena kalau ASI saja tidak cukup / masih lapar (25%)

d. ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan (34%)

e. ASI pertama yang kuning kental dibuang karena kotor (8%)

Persentase

Jawaban benar 34%

Jawaban salah 66%

Pada soal no. 8, sebanyak 34% responden memilih jawaban yang benar, yaitu ASI saja sejak lahir sampai usia bayi 6 bulan. Selanjutnya, 25% responden memberi makan bayi kurang dari 6 bulan karena ASI saja tidak cukup atau masih lapar. Sebanyak 21% responden memberi susu tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan supaya cepat gemuk, 12% responden


(7)

yang lain mengatakan bayi usia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi (dilethok). Yang terakhir, sebanyak 8% responden membuang ASI pertama yang kuning kental karena kotor.

2. Data Sekunder

Data umum dikumpulkan dari data-data internal milik Puskesmas Pakis. Data-data tersebut antara lain berupa gambaran wilayah dan pelayanan Puskesmas Pakis, serta kondisi terkait bidang kesehatan.

1. Keadaan Geografi

Puskesmas Pakis mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 15 desa di Kecamatan Pakis yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di kabupaten malang dengan luas wilayah 53,72 Km2 dan mencakup 32 dusun. Kondisi geografis berupa dataran rendah dengan ketinggian 100 m dari permukaan laut dan suhu 23 – 31°C yang merupakan tanah samping jalan raya, persawahan, sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau pun motor sampai ke dusun.

Batas wilayah kerja Puskesmas Pakis Kecamatan Pakis, yaitu: Sebelah Utara : Kecamatan Jabung,

Sebelah Selatan : Kecamatan Tumpang,

Sebelah Timur : Kecamatan Kedung Kandang (kota), Sebelah Barat : Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Luas gedung puskesmas induk sebesar 2.500 m2 pada lahan seluas 3000 m2, pada tahun 2015 luas bangunan bertambah 800m2 dari dana APBD. Renovasi ruangan yang terdapat pada gedung puskesmas induk telah dilakukan sehingga beberapa fasilitas pelayanan dapat terpenuhi dan dapat dilakukan secara optimal.

Secara geografis, Puskesmas Pakis Kecamatan Pakis terletak pada lokasi yang sangat strategis, yaitu berada di samping jalan raya sebagai penghubung jalan utama Kecamatan Tumpang.


(8)

2. Demografi

Wilayah Kecamatan Pakis dibagi menjadi 15 desa. Jumlah penduduk dari pendataan BPS tahun 2014 sebanyak 139.919 jiwa (Laki-laki 71.381 jiwa atau 51,41% dan perempuan 67.467 jiwa atau 49,59%) dengan jumlah bayi 0-12 bulan 2.346 (1,69%) orang, umur balita 1-4 tahun 9.368 orang (6,76%). Jumlah balita 0-4 tahun 11.732 (8,45%), anak 0-15 tahun 51.221 orang (36,89%).

No Jenis Jaminan Kesehatan Jumlah

1 BPJS 39.194

2 Jamkesmas 30.448


(9)

4 Belum terjamin 70.281

Sumber: Bagian Umum Puskesmas Pakis Tahun 2015

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 70.281 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pakis belum mempunyai jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dan Jamkesda. Pada tahun 2015, Jamkesmas bergabung dengan BPJS kesehatan.

3. Sosio – Ekonomi

Pendidikan penduduk:

Tidak sekolah : 15.227 orang Belum tamat sekolah : 15.212 orang Tamat SD : 20.978 orang Tamat SLTP : 9.144 orang Tamat SLTA : 6.001 orang Tamat Akademi : 1.144 orang Tamat Perguruan Tinggi: 727 orang

4. Sarana Kesehatan Pemerintah 1. Prasarana

- Jumlah Pustu : 2 buah. - Jumlah Polindes/Poskesdes : 14 buah. - Jumlah Posyandu : 124 buah. - Jumlah Pusling : 0 buah. - Jumlah Ambulan s : 2 buah. - Sepeda Motor : 3 buah 2. Jenis Pelayanan Puskesmas

- Pengobatan Umum - K I A

- KB - Imunisasi - Pengobatan Gigi - Laboratorium

Kunjungan Luar gedung : - Kunjungan UKS


(10)

- Kunjungan Posyandu Lansia - Kunjungan pondok pesantren - Penyuluhan sesuai kebutuhan - Kunjungan PHN

3. UGD dan Rawat Inap

5. Data Laporan ASI Eksklusif di Puskesmas Pakis Tahun 2015

No. Nama Desa Jumlah Bayi

Diperiksa

Eksklusif (E0 – E5)

n %

1 Sekarpuro 147 58 39

2 Ampeldento 119 47 39

3 Sumber Kradenan 175 74 42

4 Kedung Rejo 126 57 45

5 Banjarejo 133 52 39

6 Pucang Songo 90 49 54

7 Suko Anyar 122 34 27

8 Sumber Pasir 85 33 38

9 Pakis Kembar 236 90 38

10 Pakis Jajar 158 63 40

11 Bunut 175 44 25

12 Asrikaton 208 101 48

13 Saptorenggo 228 148 64

14 Mangliawan 114 43 37

15 Tirtomoyo 179 68 38

PUSKESMAS: 2295 961 40.87

3. Problem List

1. Sebagian besar responden yaitu ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Pakis, pengetahuan tentang ASI eksklusif secara teori sudah cukup baik, namun pada aplikasinya masih kurang dilakukan karena terpengaruh persepsi diri sendiri dan pengaruh budaya daerah. 2. Para responden sebagian besar masih kurang memahami solusi jika ada kendala ketika

memberikan ASI eksklusif, sehingga banyak kegagalan pemberian ASI eksklusif ketika muncul permasalahan saat memberikan ASI.

3. Sumber informasi yang salah banyak menyebabkan kesalahan persepsi mengenai pemberian ASI eksklusif

4. Kurangnya penyuluhan yang berhubungan dengan ASI eksklusif serta solusi ketika ada permasalahan saat memberikan ASI.


(11)

4. Diagnosis Komunitas

1. Kurangnya tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif 2. Persepsi yang salah tentang pemberian ASI eksklusif

5. Solusi yang Mungkin Dilaksanakan Penyuluhan tentang ASI eksklusif


(1)

b. Saya meneruskan susu formula yang didapat dari tempat Saya melahirkan (22%)

c. Saya memberi susu formula karena kebiasaan dalam keluarga Saya (8%)

d. Selain ASI, bayi Saya juga butuh susu formula supaya cepat gemuk (19%)

e. Iklan susu formula membantu Saya memilih nutrisi tambahan untuk bayi Saya (13%)

Soal no. 4 dan no. 5 saling berhubungan, dimana soal no.4 sebanyak 49% responden menjawab dengan benar, yaitu tidak memberikan susu formula kepada bayiyang berusia kurang dari enam bulan. Selain itu, sebanyak 51% responden memberikan susu formula kepada bayi yang berusia kurang dari enam bulan.

Pada soal. No.5, alasan terbanyak memberikan susu formula pada bayi berusia kurang dari enam bulan adalah responden merasa ASI tidak cukup karena bayi masih sering menangis saat lapar, sebesar 38%. Selanjutnya, 22% responden mengatakan meneruskan susu formula dari tempat melahirkan. Sebanyak 19% responden yang lain mengatakan bahwa bayinya butuh susu formula supaya cepat gemuk, 13% responden menyapaikan bahwa iklan susu formula membantu memilih nutrisi tambahan bagi bayi. Yang terakhir, sebanyak 8% responden memberikan susu formula karena kebiasaan di keluarga.

8. Bagaimana budaya / tradisi di tempat Ibu berhubungan dengan ASI?

a. Bayi satu bulan sudah diberi pisang / nasi (dilethok) (12%)

b. Bayi kurang dari 6 bulan diberi susu tambahan supaya cepat gemuk (21%) c. Bayi kurang dari 6 bulan sudah makan

karena kalau ASI saja tidak cukup / masih lapar (25%)

d. ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan (34%)

e. ASI pertama yang kuning kental dibuang karena kotor (8%)

Persentase

Jawaban benar 34%

Jawaban salah 66%

Pada soal no. 8, sebanyak 34% responden memilih jawaban yang benar, yaitu ASI saja sejak lahir sampai usia bayi 6 bulan. Selanjutnya, 25% responden memberi makan bayi kurang dari 6 bulan karena ASI saja tidak cukup atau masih lapar. Sebanyak 21% responden memberi susu tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan supaya cepat gemuk, 12% responden


(2)

19

yang lain mengatakan bayi usia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi (dilethok). Yang terakhir, sebanyak 8% responden membuang ASI pertama yang kuning kental karena kotor. 2. Data Sekunder

Data umum dikumpulkan dari data-data internal milik Puskesmas Pakis. Data-data tersebut antara lain berupa gambaran wilayah dan pelayanan Puskesmas Pakis, serta kondisi terkait bidang kesehatan.

1. Keadaan Geografi

Puskesmas Pakis mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 15 desa di Kecamatan Pakis yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di kabupaten malang dengan luas wilayah 53,72 Km2 dan mencakup 32 dusun. Kondisi geografis berupa dataran rendah dengan ketinggian 100 m dari permukaan laut dan suhu 23 – 31°C yang merupakan tanah samping jalan raya, persawahan, sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau pun motor sampai ke dusun.

Batas wilayah kerja Puskesmas Pakis Kecamatan Pakis, yaitu: Sebelah Utara : Kecamatan Jabung,

Sebelah Selatan : Kecamatan Tumpang,

Sebelah Timur : Kecamatan Kedung Kandang (kota), Sebelah Barat : Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Luas gedung puskesmas induk sebesar 2.500 m2 pada lahan seluas 3000 m2, pada tahun 2015 luas bangunan bertambah 800m2 dari dana APBD. Renovasi ruangan yang terdapat pada gedung puskesmas induk telah dilakukan sehingga beberapa fasilitas pelayanan dapat terpenuhi dan dapat dilakukan secara optimal.

Secara geografis, Puskesmas Pakis Kecamatan Pakis terletak pada lokasi yang sangat strategis, yaitu berada di samping jalan raya sebagai penghubung jalan utama Kecamatan Tumpang.


(3)

2. Demografi

Wilayah Kecamatan Pakis dibagi menjadi 15 desa. Jumlah penduduk dari pendataan BPS tahun 2014 sebanyak 139.919 jiwa (Laki-laki 71.381 jiwa atau 51,41% dan perempuan 67.467 jiwa atau 49,59%) dengan jumlah bayi 0-12 bulan 2.346 (1,69%) orang, umur balita 1-4 tahun 9.368 orang (6,76%). Jumlah balita 0-4 tahun 11.732 (8,45%), anak 0-15 tahun 51.221 orang (36,89%).

No Jenis Jaminan Kesehatan Jumlah

1 BPJS 39.194

2 Jamkesmas 30.448


(4)

21

4 Belum terjamin 70.281

Sumber: Bagian Umum Puskesmas Pakis Tahun 2015

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 70.281 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pakis belum mempunyai jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dan Jamkesda. Pada tahun 2015, Jamkesmas bergabung dengan BPJS kesehatan.

3. Sosio – Ekonomi Pendidikan penduduk:

Tidak sekolah : 15.227 orang Belum tamat sekolah : 15.212 orang Tamat SD : 20.978 orang Tamat SLTP : 9.144 orang Tamat SLTA : 6.001 orang Tamat Akademi : 1.144 orang Tamat Perguruan Tinggi: 727 orang

4. Sarana Kesehatan Pemerintah 1. Prasarana

- Jumlah Pustu : 2 buah. - Jumlah Polindes/Poskesdes : 14 buah. - Jumlah Posyandu : 124 buah. - Jumlah Pusling : 0 buah. - Jumlah Ambulan s : 2 buah. - Sepeda Motor : 3 buah 2. Jenis Pelayanan Puskesmas

- Pengobatan Umum - K I A

- KB - Imunisasi - Pengobatan Gigi - Laboratorium

Kunjungan Luar gedung : - Kunjungan UKS


(5)

- Kunjungan Posyandu Lansia - Kunjungan pondok pesantren - Penyuluhan sesuai kebutuhan - Kunjungan PHN

3. UGD dan Rawat Inap

5. Data Laporan ASI Eksklusif di Puskesmas Pakis Tahun 2015

No. Nama Desa Jumlah Bayi

Diperiksa

Eksklusif (E0 – E5)

n %

1 Sekarpuro 147 58 39

2 Ampeldento 119 47 39

3 Sumber Kradenan 175 74 42

4 Kedung Rejo 126 57 45

5 Banjarejo 133 52 39

6 Pucang Songo 90 49 54

7 Suko Anyar 122 34 27

8 Sumber Pasir 85 33 38

9 Pakis Kembar 236 90 38

10 Pakis Jajar 158 63 40

11 Bunut 175 44 25

12 Asrikaton 208 101 48

13 Saptorenggo 228 148 64

14 Mangliawan 114 43 37

15 Tirtomoyo 179 68 38

PUSKESMAS: 2295 961 40.87

3. Problem List

1. Sebagian besar responden yaitu ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Pakis, pengetahuan tentang ASI eksklusif secara teori sudah cukup baik, namun pada aplikasinya masih kurang dilakukan karena terpengaruh persepsi diri sendiri dan pengaruh budaya daerah. 2. Para responden sebagian besar masih kurang memahami solusi jika ada kendala ketika

memberikan ASI eksklusif, sehingga banyak kegagalan pemberian ASI eksklusif ketika muncul permasalahan saat memberikan ASI.

3. Sumber informasi yang salah banyak menyebabkan kesalahan persepsi mengenai pemberian ASI eksklusif

4. Kurangnya penyuluhan yang berhubungan dengan ASI eksklusif serta solusi ketika ada permasalahan saat memberikan ASI.


(6)

23

4. Diagnosis Komunitas

1. Kurangnya tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif 2. Persepsi yang salah tentang pemberian ASI eksklusif

5. Solusi yang Mungkin Dilaksanakan Penyuluhan tentang ASI eksklusif