Bahasa hukum indonesia

BAHASA HUKUM
Oleh :

Moh. Zeinudin, SH, SHI, MHum
Dosen Tetap Fakultas Hukum
Universitas Wiraraja Sumenep
Peneliti pada Pusat Studi Asia Pasifik
(Center for Asia Pacific Studies)
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pengertian Bahasa Hukum


Dalam pengertian luas : Rangkaian
kata-kata, bunyi dan lambang/simbol
untuk menyatakan atau melukiskan
sesuatu kehendak, perasaan, pikiran,
pengalaman yang ada di dalam atau
yang terkait dengan hukum terutama
dengan
hubungannya

dengan
manusia lain.





Dalam arti luas tersebut, objek
bahasa hukum terdiri dari tulisan
(kata/kalimat), bunyi (ucapaan
lisan), lambang/simbol, warna dan
gambar.
Dalam masyarakat tradisional,
bahasa
simbol/lambang
ditemukan
sering
digunakan,
sedangkan dalam masyarakat
modern

sering
menggunakan
bahasa tulisan.



Dalam arti sempit : Bahasa hukum
adalah bagian dari ilmu bahasa,
yaitu
bahsa
indonesia
dalam
bidang hukum yang mengingat
fungsinya mempunyai karakteristik
tersendiri, oleh karena itu bahasa
hukum haruslah memuat syaratsyarat dan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.
(Rumusan Hasil Simposium Bahasa
Indonesia di Medan Tahun 1974)


 Karakteristik

bahasa
hukum
Indonesia terletak pada istilahistilah
dan
komposisi
dalam
bahasanya yang khusus dan
kandungan artinya yang khusus
pula.
 Bahasa hhukum merupakan bagian
dari
bahasa
Indonesia
yang
modern, maka penggunaannya
harus terang, monosemontik, dan
memenuhi syarat astetika bahasa
Indonesia.


Tujuan Belajar
Bahasa Hukum
Memahami

perkembangan ilmu
bahasa, dan dinamika perilaku
manusia
(pengalaman)
yang
berikibat hukum.
Memahami cakupan makna istilahistilah hukum yang digunakan
dalam rumusan bahasa hukum dan
peraturan perundang-undangan.

 Menguasai pilihan istilah, kata dan

atau kalimat dalam merumuskan
hukum dan perundang-undangan.
 Menguasai

istilah-istilah
asing
digunakan dalam studi ilmu hukum
dan perundang-undangan.
 Menguasai
metodelogi
tafsir
hukum.

Ciri-ciri Bahasa Hukum


Menurut Anton M. Mulyono : Bahasa hukum
(dalam arti sempit) hanya merupakan
bahasa ilmiah dengan ciri-ciri :
 Lugas
 Objektif
 Memberikan definisi yang clear dan cermat
 Menghindari pengunaan istilah yang multi tafsir.
 Tidak dogmatis

 Istilah yang digunakan cenderung baku
 Hemat dalam penggunaan kata dan atau kalimat.

Ruang Lingkup
Bahasa Hukum






Bahasa hukum merupakan bagian dari ilmu hukum.
Secara ontologis, mempelajari : sistem tanda-tanda
kebahasaan
yang
terdiri
dari
tulisan,
lambang/simbol, isyarat, ucapan lisan, dan bunyibunyi.
Secara epistemologis, mempelajari : tafsir hukum

dan politik hukum.
Secara aksiologis, mempelajari : makna yang ada
dibalik bahasa hukum dan atau menyatakan
sesuatu
kehendak
perasaan,
pikiran
dan
pengalaman yang berhubungan dengan hukum.

Bahasa perundang-undangan
•Ragam
bahasa
perundang-undangan
termasuk bahasa Indonesia yag tunduk
kepada kaidah tata bahasa Indonesia yang
menyangkut pembentukan kata, penyusunan
kalimat maupun pengejaannya. Ragam
bahasa perundang-undangan mempunyai
corak dan ragam yang khas yang bercirikan

kejernihan pengertian, kelugasan, kebakuan
dan keserasian.

• Jika merumuskan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka pilihlah kalimat
yang lugas dalam arti kalimatnya tegas, jelas
dan mudah ditangkap pengertiannya, tidak
berbelit-belit dan obyektif. Kalimat yang
dirumuskan tidak menimbulkan salah tafsiran
atau menimbulkan pengertian yang berbeda
setiap pembaca. Hindari pemakaian istilah
yang pengertiananya sedemikian kabur dalam
hubungan kalima kurang jelas. Istilah yang
dipakai sebaiknya sesuai dengan pengertian
yang biasa dipakai bahasa sehari-hari.



Hindari pemakaian:
a. Bebrapa istilah yang berbeda untuk


pengertian yang sama.
Contoh:
Istilah gaji, upah, pendapatan
digunakan untuk pengertian
penghasilan.
b. Satu istialah untuk bebrapa pengertian
yang berbeda.
Istilah penangkapan diartikan juga
penahanan atau pengemanan.

 Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah
dan anti dalam peraturan pelaksanaan yang
disesuakan dengan istilah dan arti yang dipakai
dalam peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi derajatnya.
Contoh:
Pengertian Pjaka dalam Peraturan Nomor 21
Tahun 1997 tentang Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor desesuaikan dengan

istilah Pajak dalam Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Pilihan Kata atau Istilah
 Pemakaiaan kata paling
untuk menyatakan pengertian maksimum
(relatif) digunakan kata paling:
Contoh
.........Diancam dengan pidana kurunan paling
lama 6 (enam) bulan atau benda paling
banyak Rp.5.000.000.- (lima juta rupiah)
Hindari penggunaan kata sekurangkurangnya dalam merumuskan norma yang
menyangkut batsan waktu.

 Pemakaiaan kata kecuali.
Untuk menyatakan makna tidak
termasuk dalam golongan digunakan
kata
kecuali.

Kata
kecuali
ditempatkan diawal kalimat jika yang
dikecualikan induk kalimat.
Contoh:
Kecuali A dan B, setiap orang wajib
memberikan
kesaksian
didepan
sidang pengadilan.

 Pemakaiaan kata Disamping.
untuk menyatakan kata makna
termasuk, dapat digunakan kata
disamping.
Contoh:
Disamping menjalani pidana
penjara, terpidana juga dikenai
denda.

 Pemakaiaan jika dan kata makna.
Untuk menyatakan makna pengandaian atau
kemungkunan digunakan kata jika atau frasa
dalam hal. Gunakan kata jika bagi
kemungkinan atau keadaan yang akan
terjadi lebih dari sekali dan setelah anak
kalimat diawali kata makna.
Contoh:
Jika perusahaan itu melanggar kewajiban
yang dimaksudkan dalam ..., maka....

 Pemakaiaan kata apabila.
untuk menyatakan atau menunjukkan
uraian atau penegasan waktu terjadi
sesuatu, sebaiknya menggunakan
kata apabila atau bahwa.
Contoh:
Salah satu pihak dalam perjanjian
kerja sama ini dapat mengajukan
pembatalan perjanjian apabila pada
waktu perjanjian ini dibuat terdapat
unsur
paksaan,
kekhilafan
dan
penipuan.

◙Pakaian kata dan, atau, dan atau.
Untuk menyatakan sifat yang kumulatif
digunakan kata dan.
Contoh:
 A dan B wajib memberikan ...
Untuk menyatakan sifat alternatif atau
eksklusif digunkan atau.
Contoh:
 A atau B wajib memberikan ...
Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun
kumulatif digunakan frasa dan atau.
Contoh:
 A dan atau B memperoleh ...

Untuk menyatakan istilah hak
digunakan kata berhak.
Contoh:
Setiap Pegawai Negeri Sipil
berhak
untuk
mendapatkan
pensiun.

 Untuk
menyatakan
kewenangan,
digukanan kata dapat atau kata boleh.
Kata
dapat
dapat
merupakan
kewenangan
yang
melekat
pada
seseorang, sedangkan kata boleh tidak
melekat
pada
seseorang.
Untuk
menyatakan isrulah kewajiban digunakan
kata wajib.
Contoh:
o Mentri Dalam Negeri dapat memberikan
pertimbangan/penghargaan/sanksi
kepada
setiap PNS dijajaran Departemen Dalam
Negeri.
o Setiap warga negara wajib membayar pajak.

 Utnuk menyatakan istilah sekedar
kondidsi
atau
persyaratan,
digunakan kata harus.
Contoh:
Untuk menduduki suatu jabatan,
tetntu seseorang calon pejabat
hrus terlebih dahulu mengukuti
pendidikan penjejangan.

 Untuk menyangkal suatu kewajiban
atau
kondisi
yang
diwajibkan
digunkan frasa tidak dawajibkan
atau tidak wajib.
Contoh:
Waraga negara yang belum berumur
18 tahun dan belum kawin tidak
diwajibkan
untuk
mengikuti
pemilihan umum.

Teknik Pengacuan
 Untuk mengacu ayat atau pasal lain,
digunakan frasa sebagaimana
dimaksud pada atas dalam.
Contoh:
...sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 18 ...................

 Usahakan agar setiap Pasal atau
kebulatan ketentuan tanpa mengacu ke
Pasal lain.
Contoh:
Izin penggalian tambang batu bara
sebagaimana dimaksud dengan Pasal
18.... Pengacuan hanya boleh dilakukan
ke peraturan yang tingkatnya sama atau
lebih tinggi.

Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas
nomor dan tiap pasal atau ayat yang diacu dan hindarkan
penggunaan frasa pasal yang terdahulu atau pasal tersebut
diatas atau Persalini.
Contoh:
Panitia Pemilihan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134
ayat (3), bertugas...
Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat
diperlakukan seluruhnya, maka istilah tetap belaku dapat
dilakukan.
Pernyataan tetap berlaku dalam pengertian bahwa
digunakan jika ketentuan yang diacu itu sebagian atau
diberlakukan dengan perubahan.
Contoh:
Peraturan Daerah tentang Pajak selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tetap berlaku selama 1
(satu) tahun sejak berlakunya Undang-undang Nomor 18

 Apabila istilah tertentu dipakai berulang-ulang,
maka
untuk
menyederhanakan
susunan
perundang-undangan dapat dibuat definisi yang
tempatkan dalam Bab (tentang) Ketentuan
Umum.
Contoh:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak
adalah uraian yang wajib dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada Dearah tanpa imbalan
langusngyang seimbang, yang dapat dipaksakan
yang
berdasarkan
peraturan
perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah
dan pembangunan daerah.

 Jika istilah tertentu dipakai berulangulang,
maka
untuk
menyederhanakan susunan suku kata
dalam peraturan perundang-undang
dapat menggunakan singkatan atau
akronim.
Contoh:
o Anggaran Pendapatan dan Belanja

Dearah menjadi APBD.
o Badan Perencanaan Pembangunan
Dearah menjadi BAPPEDA

 Singkatan nama atau badan atau
lembaga yang belum begitu dikenal
umum dan bila tidak dimuat dalam
Ketentuan Umum, maka setelah
tulisan lengkapnya, singkatannya
dibuat diantara kurung.
Contoh:
o Badan Koordinasi Surveidan Pemetaan

Nasional (Bakorsutanal)
o Kredit Usaha Tani (KUT)

 daDi anjurkan sedapat mungkin menggunkan istilah
pembentukan bahasa Indonesia. Pemakaian () istilah
asing yang banyak dipakai dan sudh disesuaikan
ejaannya dengan kaidah bahasa Indonesa pat
depertimbangkan dan dibenarkan, jika istilah asing itu
memenuhi syarat:
o Mempunyai konotasi yang cocok;
o Lebih singkat dibandingkan pedomannya dalam bahasa
Indonesia;
o Lebih mudah tercapainya kesepakatan;
o Lebih mudah dipahami dari pada terjemahan bahasa
Indonesia.
Contoh:
 Apresiasi (memberikan penilaian atau penghargaan)
 Devaluasi (penurinari nilai mata uang)
 Devisa (alat-alat pembayaran luar Negeri)

Ragam Bahasa hukum
1.

Bahasa hukum tulisan
Pasal 43 PP. No. 10 Tahun 1961
“barang siapa membuat akta yang
dimaksud dengan pasal 19, tanoa
ditunjuk oleh seorang Mentri Agraria
sebagai pejabat di pidana dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3
bulan dan/ atau dengan denda
sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,00-.

2.

Bahasa hukum bunyi
Bunyi Bel : . (satu kali) = peserta masuk ruangan
. . (dua kali) = soal dibagikan
. . . (tiga kali) = ujian dimulai dan seterusnya

3.

Bahasa hukum warna
Trafic light :
- Kuning: hati-hati (siap-siap jalan/ berhenti)
- Merah: harus berhenti
- Hijau: silakan jalan

4.

Bahsa hukum
Silakan belok kanan.

Jalan terus (siap-siap/ berhenti)

5. Bahasa hukum isyarat
Mengangguk = tanda setuju.
Menggelengkan kepala = tanda tidak setuju