Oleh karena itu, penulis menggunakan beberapa jenis notasi balok barat. Notasi yang penulis gunakan antara lain;
E :
not seperempat bernilai satu ketuk crotchet
r : not seperdelapan bernilai setengah ketuk quaver
t :
not seperenambelas bernilai seperempat ketuk semiquaver
y : not sepertigapuluhdua bernilai seperdelapan ketuk
demisemiquaver
Sebagai tambahan, dalam proses penganalisisan ini penulis hanya akan membahas mengenai pola ritem dalan gendang tanpa gung dan penganak. Jika
gung dan penganak ikut turut di analisis, pada akhirnya akan terjadi banyak pengulangan. Ini dikarenakan, pola permainan gung dan penganak antara
ketiganya adalah sama.
4.2.1 Analisa Pola Ritem Simalungen Rayat
Berdasarkan hasil pentranskripsian pola ritem dalan gendang yang dimainkan oleh ketiga musisi pada bab III, maka penulis telah menganalisis pola-
pola ritem yang sering muncul pada permainan. Berikut adalah hasil analisis pola- pola ritem yang sering muncul pada permainan masing-masing musisi.
Beberapa pola dalan gendang yang sering ditemukan pada permainan Ismail Bangun dkk.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pola dalan gendang yang sering ditemukan pada permainan Timbangen Perangin-angin dkk.
Beberapa pola dalan gendang yang sering ditemukan pada permainan Kader Ginting.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa pola ritem yang ditemukan pada permainan ketiga musisi di atas, maka berikut adalah hasil analisis yang penulis lakukan.
Tempo
: 60 – 65 MM simalungen rayat.
Durasi Not :
r 12 ketuk, t 14 ketuk, dan y 18 ketuk.
Meter
: 8 ketukan dalam satu siklus selanjutnya di kelompokkan dalam meter 168.
Warna bunyi
: Tang dan tih untuk gendang singindungi; tang, cek, dan kok untuk gendang singanaki.
Universitas Sumatera Utara
Aksen
: Di setiap ketukan pertama gung dan penganak dan di setiap ketukan kelima penganak.
Motif
: Pola-pola yang muncul pada permainan ketiga musisi
Pola pertama merupakan gabungan tiga puluh dua buah not seperempat ketuk. Ketigapuluhdua not tersebut dikelompokkan menjadi empat buah not nilai
seperempat ketuk dalam satu kelompoknya. Pola tersebut adalah sebagai berikut.
Pola kedua merupakan gabungan dua buah not seperdelapan ketuk dan dua buah not tiga perdelapan ketuk. Penggabungannya merupakan selang seling antara
not seperdelapan ketuk dan not tiga perdelapan ketuk. Pola tersebut adalah sebagai berikut.
Pola ketiga merupakan gabungan dua buah not seperdelapan ketuk dan sebuah not seperempat ketuk. Pola tersebut adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Persamaan dalan gendang ketiga musisi dapat dilihat pada pola permainan variatif yang berhenti saat upacara adat memasuki sesi berbicara ngerana.
Permainan kembali kepada pola dasar permainan gendang. Pola tersebut adalah gabungan not setengah ketuk yang dikelompokkan menjadi dua buah not setengah
ketuk dalam setiap kelompoknya. Pola tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut.
Pada permainan Ismail Bangun, hal tersebut terjadi mulai pada birama ke dua puluh satu. Pada permainan Timbangen Perangin-angin, terjadi mulai pada
birama ke sebelas. Pada permainan Kader Ginting, terjadi pada birama delapan dan sembilan.
Permainan pola dasar saat mengiring sesi berbicara tersebut bertahan hingga sesi berbicara selesai, dan berikutnya permainan kembali kepada pola
variatif dan luncuran natang gerning. Saat acara akan berakhir, maka pola akan berganti menjadi pola odak-odak dan di lanjutkan dengan pola patam-patam
untuk mengakhiri acara.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Analisa Pola Ritem Dalan Gendang Odak-Odak