PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN KOMIK FISIKA DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN
MENGGUNAKAN KOMIK FISIKA DAN KREATIVITAS
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SAANATUN
NIM: 8146175032

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017

ABSTRAK

Saanatun (NIM. 8146175032) “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training dengan Menggunakan Komik Fisika dan Kreativitas terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP”. Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training dengan menggunakan komik
fisika lebih baik daripada model pembelajaran konvensional serta pada kelompok
kreativitas tinggi lebih baik daripada kelompok kreativitas rendah. Menganalisis
interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran Inquiry Training dengan
menggunakaan komik fisika terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian
ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest
posttest design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Swasta An-nizam Medan tahun ajaran 2016/2017. Pemilihan sampel diambil
secara cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen
yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training dengan
menggunakan komik fisika dan kelas kontrol diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes
keterampilan proses sains dan tes kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan ANAVA dua jalur setelah data berdistribusi normal dan homogen pada
data hasil pasca-pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan

proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training
dengan menggunakan komik fisika lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional serta
pada kelompok kreativitas di atas rata–rata lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa pada kelompok kreativitas di bawah rata–rata,
dan terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dengan
menggunakan komik fisika dan pembelajaran konvensional pada tingkat
kreativitas dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Kata kunci : Model pembelajaran, Inquiry Training, Komik Fisika, Konvensional,
Kreativitas, Keterampilan Proses Sains

i

ABSTRACT
Saanatun (NIM. 8146175032) “The Effect Of Inquiry Training Use Physic’s
Comic and Creativity on Student’s Science Process Skill in Junior High
School”. Postgraduate School of the State University of Medan, 2017.
This study aimed to out difference of student’s science process skill among
inquiry training use physics comic and the conventional and find out the

difference of student science who has high creativity with student who has low
creativity and to find out the interaction among the inquiry training model use
physic’s comic and creativity level increasing student’s science process skill. This
study used a quasi experiment with two group pretest and posttest design the
population of this study was the student’s of VII grade junior high school in
2016/2017. The sample of this study divided into 2 classes, experiment class by
using the inquiry training use physic’s comic and control class by using
conventional. The instrument of this study was the science process skill test and
creativity test. The data of this study was analyzed among two ways ANAVA
after the data normality and homogeny in post-test data. The results of this study
showed that inquiry training model use physic’s comic was better than
conventional in improving the student’s science process skill. The student’s
science process skill to a group of student creativity’s level and get interaction
among the inquiry training model use physic’s comic and conventional in improve
student’s science process skill.

Keyword

: Learning model, Inquiry Training, Conventional, Physic’s comic,
Creativity, Science Process Skill


ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan keberkahan serta rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training dengan menggunakan komik fisika dan kreativitas terhadap keterampilan
proses sains siswa SMP” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis
ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan gelar Magister Pendidikan pada
program studi pendidikan fisika di program pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah
tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang membantu penyusunan tesis ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Pascasarjana dan Ibu Dr. Derlina, M. Si selaku Skretaris Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana dan pembimbing II yang selalu memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S selaku pembimbing I yang selalu
memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku narasumber I, ibu Prof. Dr. Retno
Dwi Suyanti, M. Si selaku narasumber II, dan ibu Dr. Eva Marlina Ginting,
M.Si selaku narasumber III yang telah

memberikan masukkan guna

kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Pps Unimed yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

iii

5. Bapak Dr. H. Hasnan Syarief P. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP An-nizam
Medan, guru, dan staff yang telah memberikan izin dan waktu kepada penulis

untuk melakukan penelitian.
6. Teristimewa kepada keluargaku yang sangat saya sayangi dengan penuh
hormat penulis menyampaikan terima kasih tidak terhingga kepada kedua
orang tuaku tersayang Ibunda Sarikem, Ayahanda Syamsuddin, Abangda
Syaiful Amri, Abangda Sahari Sucipto, Kakanda Ayu, Kakanda Nurlela,
Adinda Sahpitri S.Pdi, dan Ananda Mhd. Rayan, Tiara Anggraini, dan Kevin
Anggara Yudha yang telah memberikan motivasi, do’a, serta kasih sayang
yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Pps
Unimed hingga selesainnya tesis ini.
7. Teman-teman seperjuangan semasa perkuliahan Pps Pendidikan fisika kelas A2
2014 : kak Arini Hidayani M.Pd, Bima Anggraini M.Pd, Envil Harefa S.Si,
M.Pd., kak Fadillah M.Pd, Fine Eirene M.Pd, Haflah M.Pd, Irdes Hidayana
M.Pd, Ismadi Sihombing M.Pd, Johan Kalvin Nduru M.Pd, kak Nurul Ain A.K
Cibro M.Pd, Kak Pesta Carolina M.Pd, Putri M.Pd, Siska W. Sembiring M.Pd,
Kak Naomi Pohan M.Pd, Tionar Melisa Malau M.Pd. Teman-teman Kelas A1
dan Kelas B Pps Pendidikan fisika 2014 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Sahabat-sahabat Laskar Mujahidah Bintang Bersinar: Ari Fitriani
M.Si, Asmaul Husna M,Pd, Arizqa Ferina S.Pd, Arlina Rangkuti S.Pd, Ayu
Dyah Ika Fitri S.Pd, Ismi Raudha S.Pd, Kak Ira Suahrtina Perdana S.Pd, Kak
Namira Batubara, Kak Rina Fitriani S.Pd, Nurmalita S.Pd, Pipit S.Pd, Rida Sari

S. S.Pd, M.Sc, Rika Yulia M.Pd, Sri Rukmana Sari S.Pd, Tuti Widarti S.Pd,
Yessi Karmalina Pohan S.Pd, Suci Muslihani S.Pd, Sofia Ummi S.Pd, Erna Tri
Mulyani S.Pd, dan Kak Elly Gustina S.Si. Sahabat-sahabat Mahiratunnisa’ dan
ADK Akhwat Unimed. Serta Ananda-ananda Generasi Rabbaniyah Alya
Zahra, Melani Putri, Rahmadani Fitri, Ummu Ridho Ulya, Nabila Widyastuti,
Zahra Aziziyah, Zahra Adhyarazan, Elsa Tabina, Febi Lidia, Lukhita, Tata
antartika, Laila Kirani, Najwa Syafwani, Mutia Haliza, Maritza Hanan, Annisa
Nurfadhillah, Inayah, Alya, Wafa’ Urrahmah, Nadzifa, Adinda Puspita, Aja,

iv

Widya Amelita, Rika Sya’baniah, Tengku Zena. Adinda-adinda SMAniz Sope,
Mita-kun, Ridha, Sheila, Pika, Laili, Annisa, dan Bani.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Medan,


Januari 2017

Saanatun
NIM. 8146175032

v

DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................
Abstract ..................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
Daftar Tabel ............................................................................................
Daftar Gambar .......................................................................................
Daftar Lampiran ....................................................................................

i
ii
iii
vi

ix
x
xi

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................
1.1
Latar Belakang .............................................................
1.2.
Identifikasi Masalah .....................................................
1.3.
Batasan Masalah ..........................................................
1.4.
Rumusan Masalah ........................................................
1.5.
Tujuan Penelitian .........................................................
1.6.
Manfaat Penelitian .......................................................
1.7.

Definisi Operasional ....................................................

1
1
9
10
10
11
11
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1.
Kerangka Teoritis ........................................................
2.1.1. Model Pembelajaran Inquiry Training ........................
2.1.2. Pembelajaran Konvensional .........................................
2.1.3. Kreativitas .....................................................................
2.1.4. Keterampilan Proses Sains ...........................................

2.1.5. Komik Fisika ................................................................
2.2.
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran
Inquiry Training............................................................
2.2.1. Teori Belajar Konstruktivisme ....................................
2.2.2. Teori Belajar Bermakna David Ausebel ......................
2.2.3. Teori Penemuan Jerome Brunner .................................
2.3.
Penelitian yang Relevan ...............................................
2.4.
Kerangka Konseptual ....................................................
2.4.1
Keterampilan
Proses
Sains
Siswa
dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training
dengan Menggunakan Komik Fisika Lebih Baik
Dibandingkan Dengan Pembelajaran Konvensional. ...
2.4.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok
Siswa yang Memiliki Kreativitas Diatas Rata-Rata
Lebih Baik Dibandingkan Kelompok yang Memiliki
Kreativitas Dibawah Rata-Rata ...................................
2.4.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dengan Menggunakan komik Fisika dan Kreativitas
dan Pembelajaran Konvensional dengan Kreativitas
terhadap Keterampilan proses Sains Siswa .................
2.5.
Hipotesis Penelitian .....................................................

14
14
14
20
22
26
31

vi

32
32
35
37
38
42

42

44

45
47

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................
3.1.
Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................
3.1.1. Lokasi Penelitian .........................................................
3.1.2. Waktu Penelitian ..........................................................
3.2.
Populasi Dan Sampel Penelitian ..................................
3.2.1. Populasi Penelitian .......................................................
3.2.2. Sampel Penelitian ........................................................
3.3.
Variabel Penelitian .......................................................
3.4.
Jenis Dan Desain Penelitian .........................................
3.4.1. Jenis Penelitian ............................................................
3.4.2. Desain Penelitian .........................................................
3.5.
Prosedur Penelitian ......................................................
3.6.
Instrumen Penelitian ....................................................
3.6.1. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ...................
3.6.2. Instrumen Kreativitas....................................................
3.7.
Tekhnik Analisis Tes ....................................................
3.7.1. Validasi Isi ...................................................................
3.7.2. Tekhnik Analisis Data ..................................................
3.7.2.1. Menentukan Mean .......................................................
3.7.2.2. Menentukan Standar Deviasi .......................................
3.7.2.3. Uji Normalitas .............................................................
3.7.2.4. Uji Homogenitas ...........................................................
3.7.2.5. Uji Hipotesis .................................................................

49
49
49
49
49
49
49
49
50
50
50
52
54
55
57
58
58
59
59
60
60
61
61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................
4.1.
Hasil Penelitian ............................................................
4.1.1. Analisis Statistika dan Hasil Penelitian Pra
pembelajaran ................................................................
4.1.1.1. Uji Normalitas .............................................................
4.1.1.2. Uji Homogenitas ..........................................................
4.1.1.3. Uji Kesamaan Rerata (Uji-t) ........................................
4.1.2. Kreativitas Siswa .........................................................
4.1.3. Analisis Statistika dan Hasil Penelitian Pasca
pembelajaran ................................................................
4.1.3.1. Uji Normalitas .............................................................
4.1.3.2. Uji Homogenitas ..........................................................
4.1.3.3. Deskripsi KPS Berdasarkan Kreativitas Siswa ............
4.1.4. Pengujian Hipotesis .....................................................
4.2.
Pembahasan .................................................................
4.2.1. KPS dengan Model Pembelajaran Inquiry Training
dengan Menggunakan Komik Fisika Lebih Baik Dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ...............
4.2.2. KPS pada Kelompok yang Memilki Kreativitas Diatas
Rata-rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang Di-

65
65

vii

65
67
67
68
69
70
73
73
74
76
79

79

Bawah Rata-rata ...........................................................
Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training
dengan Menggunakan Komik Fisika dan Kreativitas
untuk Meningkatkan KPS Siswa .................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
5.1.
Kesimpulan ..................................................................
5.2.
Saran ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

82

4.2.3.

viii

83
87
87
87
89

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.

Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.

Fase-fase Model Pembelajaran Inquiry Training .............
Langkaah-langkah Model pembelajaran Konvensional ...
Pengembangan Indikator Kreativitas ...............................
Penelitian Yang Relevan ..................................................
Two Group Pra-Pasca Design .........................................
Desain Penelitan ANAVA 2x2 .........................................
Spesifikasi Tes Keterampilan Proses Sains .......................
Kisi-Kisi Tes Kreativitas ..................................................
Ringkasan ANAVA Dua Jalur .........................................
Data Pra dan Pasca Pembelajaran KPS Siswa ..................
Uji Normalitas Data KPS Pra dan Pasca Pembelajaran
Kelas Kontrol dan Eksperimen .........................................
Uji Homogenitas ...............................................................
Uji-t ...................................................................................
Data Kreativitas Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan
Kontrol ..............................................................................
Data Kelompok Kreativitas Siswa Tinggi dan Rendah
pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ................................
Nilai Pasca Pembelajaran KPS Siswa Kelas Kontrol dan
Eksperimen .......................................................................
Uji Normalitas Data KPS Pasca Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Eksperimen ....................................................
Uji Homogenitas Data KPS Pasca Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Eksperimen ...................................................
KPS Siswa Berdasarkan Kreativitas ..................................
KPS Siswa Berdasarkan Kreativitas Diatas Rata-rata
(Tinggi) dan Dibawah Rata-rata (Rendah) pada Masingmasing Kelas ....................................................................
Statistik Deskritif ANAVA ...............................................
Data Hasil Perhitungan Dua Jalur .....................................
Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Schffe............................

ix

19
21
25
38
50
51
55
58
63
65
67
68
69
70
70
71
73
73
74

75
75
76
77

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Pengiring Model Pembelajaran Inquiry Training
...........................................................................................
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian .........................................
Gambar 4.1. Histogram Data Pra-pembelajaran Kelas Kontrol ............
Gambar 4.2. Histogram Data Pra-pembelajaran Kelas Eksperimen ......
Gambar 4.3. Histogram Data Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol .........
Gambar 4.4. Histogram Data Pasca-pembelajaran Kelas Eksperimen .
Gambar 4.5. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan
kreativitas terhadap KPS Siswa ........................................

x

19
54
66
66
72
72
85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ...............................
Lembar Kerja Siswa I ........................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ..............................
Lembar Kerja Siswa II.......................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III .............................
LembarKerja Siswa III ......................................................
Instrumen KPS...................................................................
Lembar Observasi KPS Siswa ...........................................
Rubrik Penilaian KPS ........................................................
Tes Kreativitas Siswa SMP ...............................................
Kisi-kisi Instrumen Kreativitas..........................................
Daftar Siswa kelas Kontrol dan Eksperimen ....................
Data Hasil Pra-pembelajaran Kelas kontrol ......................
Data Hasil pra-pembelajaran Kelas Eksperimen ...............
Data Hasil Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol..................
Data Hasil Pasca-pembelajaran Kelas Eksperimen ...........
Data Hasil Kreativitas Kelas Kontrol ................................
Data Hasil Kreativitas Kelas Eksperimen .........................
Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pra dan Pasca
Pembelajaran .....................................................................
Komik-1 .............................................................................
Komik-2 ............................................................................
Komik-3 .............................................................................
Dokumentasi Penelitian .....................................................

xi

101
104
105
115
118
127
130
133
134
137
139
141
142
143
144
145
146
147
148
167
169
170
171

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa
mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta
didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi
nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, program
pendidikan dan pembelajaran saat ini harus lebih diarahkan atau lebih
berorientasikan kepada individu peserta didik.
Pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa merupakan salah satu
upaya untuk mengembangkan potensi siswa. Potensi dimana siswa dapat
menghadapi dan memecahkan masalah di dalam kehidupannya sehari-hari.
Menghadapi dan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang harus
sering dilatih. Melatih keterampilan-keterampilan

tersebut dibutuhkan suatu

pembelajaran yang dapat membiasakan keterampilan-keterampilan tersebut.

1

2

Pembelajaran yang menitik beratkan pada siswa merupakan salah satu upaya
untuk melatih keterampilan-keterampilan tersebut.
Pendidikan IPA (sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Departemen
Pendidikan nasional (2003) menyebutkan bahwa pendidikan sains tersebut tidak
hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri
atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam
mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Dengan demikian, tuntutan
untuk terus-menerus memukhtahirkan sains menjadi suatu keharusan. Peranan
pendidikan IPA (sains) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk "mencari tahu" dan
"berbuat" sehingga dapat membantu siswa untuk mengetahui alam lebih dalam.
Sains memilki ciri-ciri tertentu, beberapa ciri-ciri sains diantaranya adalah
memilki objek kajian berupa berupa benda-benda konkret, mengembangkan
pengalaman-pengalaman empiris, menggunakan langkah-langkah sistematis,
menggunakan cara berfikir logis, dan hukum-hukum yang dihasilkan bersifat
universal. Dengan demikian, mempelajari sains merupakan suatu proses
psikologis berupa suatu tindakan atau upaya untuk mengkronstruksi dan
memahami gejala alam.
Fisika adalah salah satu rumpun sains yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar baik kualitatif maupun kuantitatif

3

dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan,dan sikap percaya diri. Pada dasarnya, belajar fisika merupakan
suatu pembelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman,
konsep-konsep untuk memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Paradigma baru dalam
pembelajaran fisika

saat ini adalah membuktikan kepada siswa bagaimana

memecahkan masalah dan menemukan konsep-konsep sebagai pembuktian
langsung

konsep-konsep

yang

mereka

butuhkan.

Tidak

sekedar

suatu

pembelajaran yang bersifat verbalitas, hapalan, pengenalan rumus-rumus, dan
pengenalan istilah-istilah melalui melalui rangkaian verbal. Suatu pembelajaran
yang lebih dominan pada siswa sehingga siswa lebih aktif selama pembelajaran
berlangsung.
Fakta yang diperoleh di lapangan tidaklah sesuai dengan harapan, dimana
pembelajaran sains fisika yang diterapkan di sekolah pada umumnya masih
menerapkan metode konvensional atau metode yang menitik beratkan pada
hapalan teori-teori dan rumus-rumus. Fakta tersebut diperoleh peneliti dari hasil
wawancara dengan guru fisika di salah satu SMP swasta di kota Medan. Hasilnya,
siswa kurang berkesempatan aktif dan tidak kreatif selama pembelajaran dan
menemukan pengalaman belajarnya sendiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Khalid&Azeem (2012) bahwa guru di kelas masih menggunakan metode
konvensional. Hal ini bukan berarti bahwa para siswa tidak memilki rasa ingin
tahu, akan tetapi mereka kurang diberi kesempatan selama pembelajaran
berlangsung. Pernyataan ini juga sesuai dengan Azizah&Parmin (2012) yang

4

menyatakan bahwa sebenarnya para mahasiswa memiliki rasa ingin tahu yang
kuat tentang berbagai fenomena IPA, hanya saja mereka tidak memilki
pengalaman melakukan kegiatan penelitian. Pembelajaran fisika seharusnya
merupakan pembelajaran yang sangat menyenangkan karena aplikasi fisika
langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi apa yang diharapkan
pada umumnya tidaklah sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini terjadi karena
guru masih menerapkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
keaktifan dan kemampuan menemukan, mencari, dan menyusun sendiri konsepkonsep fisika yang mereka butuhkan. Pada kenyataannya, guru hanya sekedar
transfer konsep-konsep fisika memberikan contoh soal. Selanjutnya siswa
menghafal konsep-konsep yang diberikan dan mengerjakan soal-soal yang hampir
mirip dengan contoh soal yang diberikan, sehingga siswa hanya menerima
konsep-konsep tersebut dan tidak menyusun konsep-konsep yang dibutuhkannya.
Proses pembelajaran seperti ini pastinya akan menciptakan suasana belajar yang
monoton, cenderung diam, dan membosankan. Hal ini sejalan dengan Vaishnav
(2013) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional hanya sekedar
transfer ilmu dari guru ke siswa.
Dibutuhkan suatu pembelajaran yang tidak lagi konvensional. Dimana
guru IPA khususnya fisika harus dituntut dalam merancang suatu model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Azizah&Parmin
(2012) bahwa peserta didik diberikan kesempatan lebih aktif dalam menggali dan
mengkontruksi pengetahuannya melalui lingkungan sekitar.

5

Berdasarkan hasil temuan peneliti pada salah seorang guru fisika pada
salah satu SMP Negeri di kabupaten Batu Bara didapatkan bahwa selama
pembelajaran fisika siswa kurang aktif bertanya. Ketika guru selesai menjelaskan
materi yang diajarkannya, kemudian menawarkan siswa siapa yang ingin
mengajukan pertanyaan, ternyata siswa kurang merespon Mereka cenderung
hanya meperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran dan enggan bertanya. Hal
ini mengindikasi bahwa kemampuan meneliti siswa masih relatif rendah. Karena
siswa belum aktif bertanya mengenai materi yang disampaikan guru. Bertanya
merupakan salah satu komponen keterampilan meneliti. Selain itu, siswa juga
menganggap mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang sangat sulit untuk
dipahami yang dikarenakan banyaknya rumus-rumus yang harus dihafal dan
matematis. Pernyataan ini juga sejalan dengan pernyataan SUZUK, dkk (2011)
yakni bagi siswa fisika merupakan pelajaran yang sulit, alasan utamanya adalah
berupa teori, matematis dan abstrak jika tanpa contoh dalam kehidupan seharihari. Selain itu, alasan siswa kurang menyukai pelajaran fisika adalah pada waktu
yang siswa harus mengintegrasi antara teori, pratikum, rumus dan perhitungan
matematis, dan grafik pada saat yang sama terutama pada kegiatan pratikum. Hal
ini senada dengan pernyataan Ornek, dkk (2008) yang menyatakan bahwa fisika
itu susah karena siswa harus melawan pendapat mereka bahwa fisika itu selalu
dipenuhi dengan pratikum, rumus-rumus dan perhitungan, grafik, dan penjelasan
konsep pada waktu yang sama. Selain itu, didapatkan juga bahwa model
pembelajaran yang sering digunakan guru adalah pembelajaran adalah model
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru berpendapat

6

bahwa melalui pembelajaran berpusat dari guru dapat menyama ratakan
kemampuan semua siswa. Hal ini sejalan dengan Abdi (2014) bahwa asumsi
metode mengajar yang berpusat pada guru seluruh siswa memilki kemampuan
pengetahuan dasar yang sama pada permasalahan belajar dan menyerap pelajaran
juga pada waktu yang sama. Model pembelajaran yang diterapkan selama ini
ternyata kurang melibatkan siswa aktif selama pembelajaran sehingga kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam menemukan
dan menyusun konsep. Seharusnya Pembelajaran yang dipilh adalah pembelajaran
yang melatih kemampuan siswa untuk terbiasa berfikir seperti seorang ilmuan.
Selain itu, ditemukan pula bahwa selama ini guru belum pernah
meperhatikan keterampilan proses sains dan jarang melaksanakan kegiatan
pratikum sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses
sains siswa. Salah satu solusi upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi
masalah-masalah diatas adalah merancang suatu kegiatan pembelajaran yang
berbasis pada keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan meneliti siswa yakni
menerapkan model pembelajaran berbasis penemuan atau inquiry. Melalui
penerapan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan kemampuan
meneliti siswa dan merubah cara belajar siswa yang cenderung kurang aktif dan
jarang bertanya (Gormally, dkk : 2009) . selain itu model pembelajaran inquiry
training juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa (Vaishnav: 2013).
Menurut Alberta (2004), inquiry based learning adalah sebuah proses
dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan,

7

menyelidiki lebih luas, dan membangun pemahaman baru, makna dan
pengetahuan. Melalui penyelidikan, siswa dapat meningkatkan kemampuan proses
sainsnya. Hal

ini senada dengan pernyataan Azizah&Parmin (2012) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training merupakan model
latihan penelitian yang memperkuat dorongan alami untuk melakukan eksplorasi,
memberikan arah melalui eksplorasi dengan semangat besar dan dengan penuh
kesungguhan. Lebih lanjut Vaishnav (2013) menambahkan bahwa salah satu
dampak intruksional dari penerapan model inquiry training adalah prosedur
penelitian yang sistematik. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian
ERGÜL, dkk (2011) yakni penggunaan inquiry based teaching dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan sikap sains siswa.
Keterampilan proses sains dijelaskan sebagai kemampuan transfer konsep
yang dapat digunakan pada ilmu sains dan dapat mencerminkan sikap seorang
ilmuan. Dimana kemampuan ini memfasilitasi perilaku sains siswa, menjamin
keaktifan partisipasi siswa, menghasilkan siswa yang mampu mengembangkan
rasa tanggung jawab selama pembelajaran, menghasilkan pembelajaran yang kuat
diingat, dan menghasilkan siswa yang ahli dalam metode meneliti, sehingga
menghasilkan siswa-siswa yang berfikir dan bertingkah laku layaknya seorang
ilmuan. Alasan-alasan inilah keterampilan proses sains sangat penting
diaplikasikan dalam pembelajaran sains (Ostlund dalam ERGÜL, dkk: 2011).
Selama proses penerapan pembelajaran inquiry, tak hanya sekedar melatih
siswa berfikir dan bersikap layaknya seorang ilmuan, tetapi

siswa juga

berkesempatan untuk: a) terlibat aktif dalam penyelidikan dan berfikir kritis dan

8

kreatif, b) kritis dalam menggunakan dan mengelola tekhnologi informasi, c)
melakukan penelitian beretika dengan berbagai metode dan sumber, d)
menerapkan keterampilan metakognisi, merenungkan apa yang telah mereka
pelajari dan apa yang mereka butuhkan untuk dipelajari, e) mengkomunikasikan
ide-ide dan informasi dengan cara diinformasikan, terorganisir, dan meyakinkan
(Alberta learning: 2003f). Menurut Starko (dalam Cheng: 2010) menyatakan
bahwa di antara semua proses inquiry, pembuatan hipotesis dianggap sebagai
salah satu hal penting untuk menciptakan hubungan antara pengetahuan dan
pengalaman baru, dan juga melatih unsur kritis dari penyelidikan ilmiah dan
peningkatan kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu pengiring model inquiry
dalam mencapai keterampilan sains siswa. Menurut Walterova& Mares (dalam
TRONVA&TRNA : 2014) Kreativitas diartikan sebagai kemampuan mental yang
berdasarkan proses kognitif dimana dan bagaimanapun, berperan penting dalam
memainkan inspirasi, imajinasi, dan intuisi. Solusi kreatif tidak hanya benar, tapi
hal baru, yang tidak biasa dan di luar dugaan. Hodson dan Reid (dalam Barrow:
2010) menyatakan bahwa kreativitas menjadi bagian integral ilmu pengetahuan
dan proses ilmiah. Berfikir kreatif dalam belajar akan menciptakan siswa yang
berkompetensi untuk mengaplikasikan gagasan terperinci (Anggraini: 2014).
Melalui penerapan model inquiry training dan diiringi oleh kreativitas siswa
mampu mencapai tujuan pendidikan terutama dalam pembelajaran fisika.
Penguasaan konsep fisika akan berhasil jika siswa menyusun sendiri
konsep yang mereka butuhkan. Menyusun konsep fisika berdasarkan pengalaman
langsung melalui pratikum. Implementasi model inquiry training lebih efektif

9

dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa maupun hasil belajar siswa
dibandingkan model pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian ERGÜL,
dkk (2011) didapatkan bahwa metode inquiry based teaching meningkat secara
signifikan pada keterampilan proses dan sikap sains siswa. Hasil penelitian
Vaishnav (2013) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran inquiry
training berpengaruh signifikan pada pengembanga kognitif afektif siswa dan
meningkapkatkan kecakapan pengetahuan siswa daripada pendekatan tradisonal.
Keterampilan sains siswa dari pada model pembelajaran konvensional. Lebih
lanjut hasil penelitian Ginting (2013) bahwa model inquiry training dapat
meningkatkan hasil berfikir logis siswa dan keterampilan sains siswa
dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian Anggraini (2014)
didapatkan bahwa scientific inquiry dan berfikir kreatif dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Komik
fisika merupakan media yang digunakan untuk membantu mempermudah siswa
dalam memahami topik yang akan disajikan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang

berjudul

“Efek

model

pembelajaran

inquiry

training

dengan

menggunakan komik fisika dan kreativitas terhadap keterampilan proses
sains fisika siswa SMP”
1.2. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari latar belakang masalah adalah:
1. Proses pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghafal, konsep, dan rumus.

10

2. Keterampilan proses sains fisika belum pernah diterapkan.
3. Aspek kreativitas belum diperhatikan dalam pembelajaran fisika.
4. Model pembelajaran yang diterapkan selama ini kurang bervariasi.
5. Peran aktif siswa masih kurang dalam kegiatan pembelajaran.
6. Motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran fisika yang masih rendah.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dari peneliti waktu tersedia, maka
yang menjadi batasan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model inquiry training dengan
menggunakan komik fisika dan pembelajaran konvensional.
2. Kreativitas siswa dilihat pada kemampuan kreativitas tinggi dan kemampuan
kreativitas rendah.
3. Hasi belajar yang akan diukur adalah keterampilan proses sains siswa SMP
kelas VII.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah keterampilan

proses

sains

siswa

yang dibelajarkan

dengan

menggunakan model inquiry training dengan menggunakan komik fisika lebih
baik dibandingkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang memilki
kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang memiliki
kreativitas rendah?

11

3. Apakah terdapat interaksi antara model inquiry training menggunakan komik
fisika dan konvensional serta kreativitas dalam meningkatkan keterampilan
proses sains siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan
masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model inquiry training berbatuan komik fisika lebih baik
dibandingkan pembelajaran konvensional.
2. Untuk menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa pada kelompok
siswa yang memilki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan kelompok siswa
yang memiliki kreativitas rendah.
3. Untuk menganalisis Apakah terdapat interaksi antara model inquiry training
dengan menggunakan komik fisika dan konvensional serta kreativitas dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil adalah :
a. Manfaat Praktis
1. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Menumbuhkembangkan

kemampuan

bekerjasama

antar

siswa

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.

dan

12

3. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai satusatunya sumber informasi dalam pembelajaran fisika, tetapi menjadi
perannya sebagai fasilitator dan mediator.
4. Membangun kecakapan siswa untuk berpikir dalam proses belajarnya
dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan
nyata yang dihadapinya.
b. Manfaat Pengembangan Ilmu
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model inquiry
training.
2. Menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam
merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan model
pembelajaran

yang

efektif,

sehingga

kualitas

hasil

belajar

dapat

dioptimalkan.
3. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran berbasis inquiry training dalam rangka meningkatkan
aktivitas siswa.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
mengenai efek model pembelajaran inquiry training dalam proses
pembelajaran fisika dan sebagai penambah wawasan bagi peneliti dan bekal
mengajar di masa yang akan datang.
1.7. Definisi Operasional
Definisi Operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

13

1. Model pembelajaran Inquiry Training dengan menggunakan komik fisika
merupakan rangkaian pembelajaran yang menitikberatkan pada proses berpikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
suatu permasalahan fisika dengan dibantu media komik fisika. Fase-fasenya
adalah menghadapkan
pengumpulan

data

pada masalah, pengumpulan data (verifikasi),

(eksperimentasi),

mengolah,

memformulasi

suatu

penjelasan, dan analisis proses penelitian
2. kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan informasi baru
dengan informasi yang dimilki siswa tersebut tanpa harus menjadi sesuatu yang
baru bagi orang lain. Indikatornya dimulai dengan berpikir lancar, berpikir
luwes (flexible), berpikir orisinal, berfikir terperinci (elaborasi), mengambil
resiko, merasakan tantangan, rasa ingin tahu, imajinasi/firasat.
3. Keterampilan proses sains adalah suatu keterampilan, kreativitas dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Indikator pada penelitian ini dibatasi pada
mengamati/

observasi,

menafsirkan/interpretasi,

mengajukan

hipotesis,

menggunakan alat/sumber/bahan, melaksanakan percobaan, menarapkan
konsep, dan menarik kesimpulan.
4. pembelajaran konvensional adalah pembelajaran memusatkan perhatian siswa
sepenuhnya kepada guru sehingga guru aktif memberikan pengajaran
sedangkan siswa hanya bersifat pasif. Langkah-langkah pembelajaran
konvensional adalah menyampaikan tujuan, menyampaikan informasi,
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan memberikan
kesempatan latihan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’
Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of
Educational Research 2(1): 37-41
Alberta Learning. 2004. Guide to Education. ECS to Grade 12 2004-2005.
Edmonton, AB: Alberta Learning. Retrived juli 25, 2004, dari
http://www.learning.gov.ab.ca/educationguide/
Alberta Learning. 2003f. social Studies Kindergarten to Grade 12 Program of
Studies, Validation Draft, September 2003. Edmonton, AB: Alberta
Learning.
Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Avrililiyanti,A.,Budiawanti,S.,&Jamzuri. 2013. Penerapan Media Komik untuk
pembelajaran Fisika Model kooperatif dengan Metode Diskusi pada Siswa
SMP negeri 5 Surakarta Kelas VII Tahun Ajaran 2011/2012 Materi Gerak.
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1: halaman 156
Azizah,A.& Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan
Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal. USEJ 1(1): 1-11
Barrow,L.H. 2010. Encouraging Creativity with Scientific Inquiry. Scientific
Research. doi: 10. 4236
CHENG. Vivian M.Y. 2010. Teaching Creativity Thinking in Regular Science
Lessons: Potentials and Obstacles of Three Different Approach in An Asian
Context. Asia-Pacific Forum in Science Learning and Teaching. Vol.11
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati&Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati&Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Deta. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta

89

90

Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1). hal : 28-34
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. PT.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
ERGUL,R.,SIMSEKLI,Y.,CALIS,S.,OZDILEK,S.,GOCMENCELEBI,S.,SANLI,
M. 2011. The Effect of Inquiry-based Science Teaching on Elementary
School Students’ Science Process Skills and Science Attitude. Bulgarian
Journal of Science and Education Policy (BJSEP). Vol.5 No.1: 48-68
Gormally, C., Brickmann, P., Hallar, B., & Armstorng, N. effects of Inquiry-based
Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence. International
Journal for The Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3 No.2: 1-21
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Joyce,B.,Weil,M.&Calhoun,E. 2009. Model-Model Pembelajaran Edisi Delapan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kostelnikova, M. & Ozvoldova, M. 2013. Iquiry in Physics Classes by Means of
Remote Experiments. Procedia Social and Behavior Sciences. Hal : 133138
Khalid,A.&Azeem,M. 2012. Constructivist Vs Traditional: Effective Instructional
Approach in Teacher Education. International Journal of Humanities and
Social Science. Vol.2 No. 5: 170-177
McBride,W.J,Bhatti,M.I.,Hanan,M.A.,&Feinberg,M. 2004. Using an Inquiry
Approach to Teach Science to Secondary Schools Science Teachers.
Journal Physics Education (5) : 1-6
Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah: Petunjuk Bgi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia
Nafiah. 2008., Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Pokok Getaran dan Gelombang Kelas VII SMP Negeri 4 Binjai T.P
2007/2008. Skripsi FMIPA Unimed, Medan

91

Ornek.F., Robinson,W.R.& Haugan, M.P. 2008. What Make Physics Difficult?.
International Journal of Environmental and Science Education.
Sari,D.R.P,Sulur&Winarto. Pengembangan Komik Fisika sebagai Media di
SMP/MTs Kelas VII Pokok Bahasan Gaya. Jurnal Universitas Negeri
Malang: Tidak Dipubliskan.
Siagian, H.E. Bukit,N. & Derlina. 2016. Efek Model Inquiry Training
Menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif
terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Fisika. Medan :
Unimed
Silitonga, P. Harahap, M.B. & Derlina. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Fisika. Medan : Unimed
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Tawil&Lilianasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implementasinya
dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Penerbit UNM
Sakdiah&Sahyar. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantukan
Hand Out dan Sikap Ilmiah terhadap Kemampuan Siswa Berbasis
Keterampilan Proses Sains (KPS). Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 3 (3): 3339
Segumpan&Reynold. 2014. Bruneian Education Students’ Science Process Skills:
Implication to curriculum and Management. Journal of Science and
Mathematics Education in S.E. Asia (24): 21-39
SUZUK, E. CORLU, M.A, & GUREL, C. 2011. Students’ Perceptions of
Learning Efficiency of Introductory Physics Course. Eurosian Journal of
Physics and Chemistry Education (EJPCE): 65-71
TRONA,E.&TROVA,J. 2014. Implementation of Creativity in Science Teacher
Training. International Journal on New Trends in Education and Their
Implication. Vol.5: 54-63

92

Vaishnav, R. 2013. Effectiveness of Inquiry Training for Teaching Science.
Scholary Research Journal for Interdisiplinary Studies. Vol. 1: 1216-1220