PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:
SHINTA SONIA GULTOM
NIM : 8146175034

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017

ABSTRAK

Shinta Sonia Gultom. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis
Kolaboratif Dan Sikap Ilmiah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMP.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Kolaboratif akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan pembelajaran langsung, dan keterampilan proses sains pada
kelompok siswa yang memliki sikap ilmiah diatas rata-rata akan lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah siswa di bawah
rata-rata, kemudian ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran Inquiry
Training berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap
ilmiah siswa terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini dilakukan di
SMP Methodist Berastagi dengan menggunakan metode penelitian kuasi
eksperimen dan pengambilan sampel dengan cluster random sampling yaitu kelas
IX-2 sebagai kelas kontrol dan kelas IX-1 sebagai kelas eksperimen. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah instrumen keterampilan untuk keterampilan
proses sains dan tes kuesioner untuk mengukur sikap ilmiah siswa. Dari
penelitian yang dilakukan didapatlah hasil penelitian yang dianalisis dengan
menggunakan uji ANAVA 2 jalur yaitu keterampilan proses sains siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran langsung, dan keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang
memiliki sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan sikap
ilmiah siswa di bawah rata-rata, kemudian ada interaksi antara model
pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran
langsung dengan sikap ilmiah siswa terhadap keterampilan proses sains siswa
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif, Sikap
Ilmiah, Keterampilan Proses Sains

i

ABSTRACT
Shinta Sonia Gultom. The effect of Inquiry Training-based Collaborative Model
and Scientific Attitude To Students’ Science process skill. Postgraduate School of
the State University of Medan, 2017
The aimed of the research is to analyzed: students’ science process skill
using inquiry training-based collaborative model is better than direct instruction
model, students’ science process skill who had scientific attitude above average
are better than under average, and to know the interaction between inquiry
training -based collaborative model and direct instrunction with scientific attitude

to increase students’ science process skill. The experiment was conducted in SMP
Methodist Berastagi used in the research is quasi experiment as population, class
IX-2 as a control class and IX-1 as a experiment class were chosen trough cluster
random sampling. Science process skilss used test of skill and scientific attitude
used questioner test . Result of the data was analyzed by using two eays ANAVA.
The results is students’ science process skill using inquiry training-based
collaborative model is better than direct instruction model, students’ science skill
who have above average better than under average, and there is an interaction
between inquiry training-based collaborative model and abilty scientific attitude
to increase students’ science process skill
Keyword : inquiry training-based collaborative model, scientific attitude and
science process skill

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis

kolaboratif dan sikap ilmiah terhadap keterampilan proses sains siswa SMP” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan gelar Magister Pendidikan pada program studi pendidikan
fisika di program pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana dan Ibu Dr. Derlina, M. Si selaku Skretaris Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana yang telah memberi perhatian pada
penyempurnaan tesis ini.
2. Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan Ibu Prof. Dr.
Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku narasumber I, ibu Dr. Betty M
Turnip, M.Pd selaku narasumber II, dan Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku
narasumber III yang telah memberikan masukkan guna kesempurnaan tesis
ini.

4. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Pps Unimed yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
5. Teristimewa kepada keluargaku yang sangat saya sayangi dengan penuh kasih
penulis menyampaikan terima kasih tidak terhingga kepada kedua orang tuaku
tersayang Ayahanda Benediks Gultom, Ibunda Ratna Saragih, Adik- adikku
iii

Lusia Maria Gultom, Grasella Gultom, Hotnita Gultom dan Sarah Gultom yang
telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Pps Unimed hingga selesainya
tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terkasih
Martinus Sinaga atas motivasi, doa, serta kasih sayang yang telah menjadi
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Pps Unimed.
. Teman-teman seperjuangan semasa perkuliahan Pps Pendidikan fisika kelas A1
2014 : Kak Dela, Anggi, Muliani, Riska, Kak Nazila, Kak Fatma, Bang Bakti,
Jefri, Andri, Bang Sumihar, Preti, Bima, Saanatun, Haflah, Kak Dewi, dan
Indah Jait juga semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, 23 Januari 201

Shinta Sonia Gultom
NIM. 14 1 5034

iv

DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................
Abstract ..................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
Daftar Tabel ............................................................................................
Daftar Gambar .......................................................................................
Daftar Lampiran ....................................................................................

i
ii

iii
v
viii
ix
x

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................
1.1
Latar Belakang .............................................................
1.2.
Identifikasi Masalah .....................................................
1.3.
Batasan Masalah ..........................................................
1.4.
Rumusan Masalah ........................................................
1.5.
Tujuan Penelitian .........................................................
1.6.

Manfaat Penelitian .......................................................
1.7.
Definisi Operasional ....................................................

1
1
10
10
11
11
12
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1.
Kerangka Teoritis ........................................................
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran ......................................
2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ............

2.1.3. Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training ...
2.1.3.1 Kondisi Kelas Model Pembelajaran Inquiry
Training. .......................................................................
2.1.3.2 Tugas Guru Dalam Model Pembelajaran Inquiry
Training. . .....................................................................
2.1.3.3 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training. . .....
2.1.3.4 Teori Belajar
Melandasi
Model Pembelajaran
Inquiry Training. . .....................................................
2.1.4. Pembelajaran Kolaboratif .............................................
2.1.5. Model Pembelajaran Inquiry
Training Berbasis
Kolaboratif ....................................................................
2.1.6. Model Pembelajaran Langsung ....................................
2.1.7. Ciri- ciri Khusus Pembelajaran Langsung ....................
2.1.8. Manfaat Pembelajaran Langsung .................................
2.1.9. Sintaks Pembelajaran Langsung ...................................
2.1.10. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen
Pembelajaran Langsung ................................................

2.1.11. Sikap Ilmiah ..................................................................
2.1.12. Keterampilan Proses Sains (KPS) ................................
2.2.
Penelitian Yang Relevan...............................................
2.3.
Kerangka Konseptual ....................................................
2.3.1
Keterampilan Proses Sains kelompok Siswa yang
diajarkan dengan Menggunakan Model Pembelajaran

15
15
15
16
21
24
25
26
28
34

41
44
44
46
47
47
48
53
60
67

Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik dari
pada keterampilan proses sains kelompok siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran langsung ..........
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok
Siswa yang Memiliki Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata
Lebih Baik Dari Keterampilan Proses Sains
Kelompok yang Memiliki Sikap Ilmiah Dibawah
Rata-Rata .....................................................................
Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training
berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran
langsung dengan tingkat sikap ilmiah dalam
mempengaruhi Keterampilan Proses Sains Siswa .......
Hipotesis Penelitian .....................................................

70
71

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................
3.1.
Tempat Dan aktu Penelitian .....................................
3.2.
Populasi Dan Sampel Penelitian ..................................
3.2.1. Populasi Penelitian .......................................................
3.2.2. Sampel Penelitian ........................................................
3.3.
ariabel Penelitian .......................................................
3.4.
Jenis Dan Desain Penelitian .........................................
3.4.1. Jenis Penelitian ............................................................
3.4.2. Desain Penelitian .........................................................
3.5.
Instrumen Penelitian ....................................................
3.5.1. Angket Sikap Ilmiah .....................................................
3.5.2. Tes Keterampilan Proses Sains .....................................
3.6.
Prosedur Penelitian ......................................................
3.7.
Alat Pengumpul Data ....................................................
3.7.1.
alidasi Isi ...................................................................
3.8.
Tekhnik Analisis Data ..................................................
3.8.1. Menghitung Nilai Rata- rata dan Simpangan Baku ....
3.8.2.
ji Normalitas .............................................................
3.8.3.
ji Homogenitas ...........................................................
3.8.4.
ji Signifikansi .............................................................
3.8.5. Menghitung N-gain .......................................................
3.8.6. Pengujian Hipoteisi Penelitian ......................................

73
73
73
73
73
74
74
74
75
77
78
78
78
82
82
82
82
83
85
85
85
86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................
4.1.
Hasil Penelitian ............................................................
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................
4.1.2. Deskripsi Data Tes Keterampilan Proses Sains (KPS) .
4.1.3
Deskripsi Observasi Pembelajaran Berbasis
Kolaboratif ....................................................................
4.1.4
Deskripsi Data Tes Sikap Ilmiah Siswa .......................
4.1.5
Deskripsi data Tes Sikap Ilmiah Siswa Berdasarkan

91
91
91
91

2.3.2.

2.3.3.

2.4.

67

69

93
96

Indikator ........................................................................
Deskripsi Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa
Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Tiap Kelas .............
4.1.7
Deskripsi Hasil Keterampilan Proses Sains Melalui
Tingkat Sikap Ilmiah ....................................................
4.1.8
Deskripsi Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa
Masing- Masing Kelas ..................................................
4.1.9
Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes............
4.1.9.1 Deskripsi Data Pretes ....................................................
4.1.9.2. ji Normalitas Data Pretes ...........................................
4.1.9.3. ji Homogenitas Data Pretes........................................
4.1.9.4. ji Kesamaan Rata- Rata Data Pretes ..........................
4.1.10 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ...........
4.1.10.1 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian .....................
4.1.10.2 Deskripsi Data Postes Keterampilam Proses Sains ......
4.1.10.3. ji Normalitas Data Postes ...........................................
4.1.10.4. ji Homogenitas Postes ................................................
4.1.11 Pengujian Hipotesis ......................................................
4.2.
Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains ....
4.3.
Pembahasan Hasil Penelitian ........................................
4.3.1. KPS Siswa Antara Kelas yang Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif
lebih baik Dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan Model Pembelajaran Langsung ............
4.3.2. KPS Siswa yang Memilki Sikap Ilmiah Diatas Ratarata Lebih Baik Dari KPS yang Memiliki Sikap
Ilmiah Dibawah Rata- rata ...........................................
4.3.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training
Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran
Langsung dengan Sikap Ilmiah Terhadap KPS Siswa
4.1.6

BAB V

97
100
102
103
110
110
112
112
113
114
114
116
117
118
119
128
129

130
132
134

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
5.1.
Kesimpulan ..................................................................
5.2.
Saran ............................................................................

141
141
141

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

143

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 2.5.
Tabel 2.6.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18.
Tabel 4.19.
Tabel 4.20.

Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ................
Kegiatan guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry
Training ............................................................................
Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Inquiry
Training berbasis Kolaboratif ...........................................
Sintaks Pembelajaran Langsung .......................................
Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah dalam Penelitian .....
Penelitian Terdahulu .........................................................
Rancangan Penelitian .......................................................
Desain Penelitan ANAVA 2x2 .........................................
Ringkasan ANAVA Dua Jalur .........................................
Data Pretes Kelas IT Berbasis Kolaboratif dan Model
Pembelajaran langsung .....................................................
Data Postes Kelas IT Berbasis Kolaboratif dan Model
Pembelajaran langsung .....................................................
Hasil Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ........
Data Tes Sikap Ilmiah Siswa .............................................
Hasil Sikap Ilmiah Melalui Indikator Sikap Ilmiah ..........
Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Tiap Kelas .................
Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ....................................
Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Setiap
Indikator ............................................................................
Data Pretes Keterampilan Proses Sains ............................
Uji Normalitas Data Pretes KPS Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Eksperimen ...................................................
Uji Homogenitas Data Pretes ...........................................
Uji Kesamaan Pretes KPS Kelas Eksperimen dan kelas
Kontrol...............................................................................
Nilai Tes KPS Pada Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen .......................................................................
Normalitas Distribusi Postes Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen .......................................................................
Uji Homogenitas Data Postes ...........................................
Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur ..............................
Data Faktor Anatar Subjek ................................................
Uji Homogenitas Antar Kelompok ....................................
Hasil Uji Anava Dua Jalur .................................................
Hasil Perhitungan Uji Schffe .............................................

viii

21
26
42
47
51
61
76
76
87
92
93
94
96
98
100
102
104
110
112
112
113
116
118
118
119
120
121
121
126

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dampak- dampak Instruksional dan Pengiring dalam
Model Pembelajaran Inquiry Training .............................
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian .........................................
Gambar 4.1. Hasil Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ........
Gambar 4.2. Nilai Rata- rata Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ........
Gambar 4.3. Persentase Sikap Ilmiah Berdasarkan Setiap Indikator ....
Gambar 4.4. Data KPS Sampel Kelas Berdasarkan Tingkat Sikap
Ilmiah ................................................................................
Gambar 4.5. Persentase indikator KPS siswa ........................................
Gambar 4.6. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ..............................
Gambar 4.7. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen .........................
Gambar 4.8. Histogram Data Postes Kelas Kontrol ...............................
Gambar 4.9. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen .......................
Gambar 4.10. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry
Training Berbasis Kolaborasi dan model Pembelajaran
Langsung dengan Sikap Ilmiah terhadap KPS Siswa .......

ix

27
81
95
95
99
101
105
111
111
117
117
124

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................
Bahan Ajar .........................................................................
Lembar Kerja Siswa ..........................................................
Instrumen Penelitian Sikap Ilmiah ....................................
Lembar Indikator Angket Sikap Ilmiah .............................
Instrumen KPS...................................................................
Rubrik Penilaian KPS ........................................................
Rubrik Observasi KPS .......................................................
Lembar Kegiatan Observasi Pembelajaran Berbasis
Kolaboratif .........................................................................
Hasil KPS Kelas Eksperimen ............................................
Hasil KPS Kelas Kontrol ...................................................
Hasil Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen ...............................
Hasil Sikap Ilmiah Kelas Kontrol......................................
Deskripsi Perhitungan Data Pretes dan Postes ..................
Dokumentasi Penelitian .....................................................

x

149
174
186
198
200
202
205
213
215
219
221
223
225
227
244

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan kian hari kian cepat. Salah
satu faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap kecepatan ini adalah
pembangunan nasional dan pengaruh yang sangat menonjol berasal dari
perkembangan ilmu sains dan teknologi (Semiawan, 1996). Perkembangan sains
dan teknologi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
sains khususnya fisika sebagai bagian dari pendidikan. Melalui pendidikan kita
berharap semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal agar kita bisa mandiri dalam proses
pembangunan pribadi sebagai manusia (Sunariyati, 2014)
Kenyataannya, pendidikan hingga saat ini masih

merupakan suatu

permasalahan dalam pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya kualitas
pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendapat perhatian besar untuk
memajukan pengetahuan dan teknologi. IPA memuat hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Salah satu cabang dari mata pelajaran
IPA adalah fisika (Kemdikbud, 2013). Fisika berkaitan dengan 3 dimensi, yaitu :
produk, proses dan sikap. Dimensi produk terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori. Fisika bukan hanya produk berupa pengetahuan tetapi juga
sebagai proses dalam memperoleh pengetahuan tersebut. Proses yang dimaksud

1

2

disini adalah proses aktivitas ilmiah. Proses dalam melakukan aktivitas- aktivitas
yang terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains.
Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan
aktivitas sains. Dimensi yang ketiga adalah dimensi yang terfokus pada
karakteristik sikap ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan
besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk
mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan (Liliasari, 2014)
Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir
konstruktif melalui fisika sebagai Keterampilan Proses Sains (KPS). Dengan
mengembangkan keterampilan- keterampilan proses, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut (Semiawan, 1996).
Keterampilan ini dapat ditingkatkan dengan melalui aktivitas pembelajaran sains
siswa .Oleh sebab itu keterampilan proses sains (KPS) penting dimiliki oleh siswa
untuk menentukan sikap dan tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan
masalah- masalah yang terjadi di masyarakat (Aktamis , 2008).
Sikap

didefenisikan

sebagai

kecenderungan

psikologis

yang

dicenderungkan oleh penilaian sebuah keberadaan khusus den beberapa tingkat
suka atau tidak suka (Eagly, 1993). Sikap melibatkan elemen pengetahuan,
perasaan dan tingkah laku serta sikap saling mempengaruhi perilaku (Khine,
2015). Sikap merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar. Jadi sikap
ilmiah dapat dinilai dari respon atau tindakan yang ditunjukkannya pada saat

3

melakukan suatu kegiatan ilmiah (Slameto, 2003). Lebih luas lagi sikap ilmiah
dapat dikembangkan langsung dari pengalaman dan kegiatan ilmiah ( arlen
dalam Anwar, 2009)
asil dari observasi awal dan wawancara dilakukan peneliti di SMP
Methodist Berastagi, bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika pada umumnya
dilakukan dengan pembelajaran langsung yang

masih menggunakan metode

ceramah tanpa melakukan praktikum dan hanya menekankan pada penghapalan
konsep-konsep dan rumus fisika sehingga membuat siswa merasa jenuh dan
merasa bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.

uru juga masih melakukan

pembelajaran yang kurang berinovasi dan belum memperhatikan aspek
keterampilan proses sains.
fisika.

al ini menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar

al terlihat dari nilai rata- rata mata pelajaran fisika kelas I

SMP

Methodist Berastagi yaitu pada tahun 2012/2013 nilai rata- rata 64,00, pada tahun
2013/2014 nilai rata- rata 65,00 dan terakhir pada tahun 2014/2015 68,00.
Sedangkan nilai rata- rata KKM yaitu 70,00. Perolehan hasil belajar berkaitan erat
dengan aspek kemampuan lainnya yaitu kemampuan psikomotorik siswa dan
sikap siswa sebagai danpak dari kegiatan belajar dan kemampuan guru mrngelola
pembelajaran yang bermakna.
Pada proses pembelajaran fisika, peran guru berlangsung masih sangat
dominan dengan menerapkan model pembelajaran yang belum mengoptimalkan
aktivitas siswa dam tidak adanya laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan
serta guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran yang dapat

4

memberikan pengalaman langsung kepada siswa (Muhaimin, 2015),. Pendapat
lain mengatakan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan metode tradisional
cenderung pasif dikarenakan semua informasi berasal dari guru dan hanya
mengikuti informasi yang diberikan dari buku pegangan mereka, pengajaran
tradisional juga hanya menekankan belajar dengan hafalan yang menyebabkan
hasil yang tidak memuaskan ( aishnav, 2013). Ada prinsip pokok dalam
pembelajaran

yaitu

peningkatan,

mempertahankan,

dan

mengembangkan

ketertarikan dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa lebih bersemangat
untuk memperdalam pengetahuan dan membuat pelajaran yang dilaksanakannya
lebih bermakna. Dengan kata lain, siswa haruslah diberikan kesempatan untuk
mencoba sesuatu hal yang baru, sehingga mereka dapat berinovasi dan langsung
menghasilkan sesuatu yang terbaik yang telah mereka lakukan.
Fakta berdasarkan hasil observasi menunjukkan masih perlu diadakan
perbaikan pada kegiatan pembelajaran Fisika, guru dituntut mencari dan
menemukan suatu cara yang dapat membantu siswa memahami konsep fisika
sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan keterampilan proses sains
siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah merancang kegiatan
pembelajaran

yang berbasis

pada pemecahan masalah dan melakukan

penyelidikan. Dengan pengertian yang lebih luas bahwa guru diharapkan dapat
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa
sendiri.

5

Berdasarkan

Permendikbud

No.

59

tahun

2014

Dalam

rangka

mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif maka
diperlukan pembelajaran yang mengarah untuk mendorong siswa mencari tahu
dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya) bukan
hanya menyelesaikan masalah. maka pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa
berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin) serta
mampu kerjasama dan Kolaboratif dalam menyelesaikan masalah. Maka
pembelajaran yang disarankan dalam Permendikbud no 59 tahun 2014 adalah
pembelajaran yang

berbasis penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry

learning) agar dapat

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Berdasarkan penjabaran Permendikbud tersebut, maka diperlukanlah
inovasi dalam pelajaran, seperti halnya yang diutarakan oleh Jazzar (2004), untuk
meningkatkan hasil belajar yang baik untuk siswa yaitu guru harus mampu untuk
menggunakan suatu model pembelajaran yang dalam hal ini adalah model
pembelajaran Inquiry Training yang akan mampu meningkatkan kesempatan
siswa untuk lebih memahami pembelajaran. Jazzar juga mengatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran Inquiry Training mampu meningkatkan
pemahaman suatu konsep, kreatif dan memiliki keterampilan untuk mengolah
informasi yang didapatkan.
Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat

6

memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam waktu yang singkat. Tujuannya
adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual
yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa keingintahuannya. Salah satu dampak instruksional dari
penerapan model pembelajaran Inquiry Training adalah keterampilan proses sains
siswa. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Joyce, 2011).
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai model pembelajaran Inquiry
Training melakukan penelitian yang bertujuan unntuk mengetahui pengaruh yang
diberikan metode pembelajran Inquiry terhadap pencapaian pembelajaran sains,
(Abdi, 2014), menyatakan bahwa hasil belajar yang didapatkan siswa lebih
meningkatkan dibanding dengan yang dibelajarkan dengan metode tradisional.
Pengajaran di sekolah umumnya sesuai dengan metode traditional dan terus
didominasi oleh guru dengan menjadikannya membosankan seperti sebelumnya.
Pembelajaran fisika dengan Inquiry secara signifikan lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional. Dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri ini guru dapat menciptakan suasana yang kreatif di kelas dimana siswa
diminta untuk merumuskan ide- ide mereka sendiri, menyatakan pendapat mereka
pada isu- isu penting atau untuk menemukan hal-hal sendiri. ( aishnav R, 2013),
Meskipun guru berupaya memaksimalkan pelaksanaan model, masih ada
beberapa masalah yang muncul diantaranya penggunaan waktu yang cukup lama
dan kesulitan dalam mengelola kelas. Inquiry memberikan dampak positif dan

7

meningkatkan prestasi belajar (Avsec, 2014). Manfaat pembelajaran inkuiri siswa
mengalami peningkatan penyelidikan umum dan keterampilan meneliti (Pedaste,
2014). Berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran
menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik siswa di
India (Pandey, 2011). Pembelajaran inkuiri juga meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui pengajaran dan pembelajaran dengan pembelajaran
berbasis Inquiry menggunakan jejaring sosial dan komputasi cocok untuk praktek
nyata dan membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan siswa untuk mencapai sukses Thaiposri dan
(2015). Penelitian yang dilakukan

annapiroon

utapea (2015) membuktikan bahwa model

pembelajaran Inquiry Training dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
berupa keterampilan proses sains. Namun, untuk mencapai hal yang maskimal
guru harus mempersiapkan dan mengaplikasikan pembelajaran secara aktif.
Penggunaan model Inquiry dalam pembelajaran bekontribusi untuk belajar
memahami karena pembelajaran Inquiry menunjukkan bahwa teori belajar
konstruktivisme, penilaian formatif, dan penemuan memiliki karakterisitik yang
hampir sama namun, masing-masing memberikan hasil yang unik terhadap siswa
( arlen, 2014).
model

arlen juga mengatakan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran

Inquiry

akan

mengajarkan

siswa

untuk

mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapinya, selain itu pengembangan keterampilan
inquiry tidak hanya akan memungkinkan anak- anak untuk membangun
pemahaman mereka tentang dunia sekitar tetapi juga untuk memahami sifat ilmu,

8

inkuiri sains dan penalaran, mengembangkan sikap positif terhadap ilmu
pengetahuan dan apresiasi terhadap konstribusi ilmu pengetahuan kepada
masyarakat dan penggunaan ilmu dalam teknologi dan rekayasa. Begitu juga
dengan peneliti Ergul (2011) menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan
inkuiri memberikan pengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains siswa dan
sikap ilmiah siswa dan didukung oleh penelitian Aktamis (2008) menyatakan
dalam penelitian mereka bahwa dengan mengajarkan keterampilan proses sains
dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dan prestasi siswa.

al yang sama oleh

Akpullukcu (2011) yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa lingkungan
pembelajaran berbasis metode Inquiry yang diaplikasikan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan
keberhasilan

akademik.

Tanjung

(2012)

menunjukkan

bahwa

dengan

melaksanakan pembelajaran dengan model Inquiri Training berbasis JITT dan
sikap ilmiah siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
mahasiswa fisika. Penelitian sikap ilmiah yang lain adalah Pitafi dan Faroq (2012)
yang telah melakukan pengukuran sikap ilmiah pada siswa di Pakistan dan
hasilnya sikap ingin tahu adala sikap ilmiah yang paling dominan pada siswa di
Pakistan dan diteruskan dengan sikap ilmiah yang lain. Penelitian ini dilakukan
dengan memberikan memberikan angket berisi pertanyaan – pertanyaan yang
memuat indikator sikap ilmiah.
Beberapa saran dari peneliti terdahulu diantaranya Sirait (2012) dan
Damanik (2013) menyatakan bahwa penerapan model Inquiry Training akan
lebih baik jika pendidik lebih keatif merancang kerangka proses yang tepat dan

9

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta fasilitas praktikum dan
eksperimen yang memadai, selain itu penggunaan waktu dalam pembelajaran
perlu diperhatikan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan penerapan
Inquiry Training sebaiknya dilakukan dalam kelompok sehingga semua siswa
dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan Inquiry Training pada
mata pelajaran Fisika dikombinasikan dengan pembelajaran Kolaboratif agar
siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Laal (2012) menyatakan pembelajaran
kolaboratif memiliki banyak manfaat dan biasanya menghasilkan prestasi yang
lebih tinggi dan produktivitas yang lebih besar, hubungan yang saling mendukung
dan berkomitmen lebih peduli, kesehatan psikologi yang lebih besar, kompetensi
sosial dan harga diri.
Penerapan model Inquiry Training berbasis Kolaboratif pada mata
pelajaran Fisika dilakukan untuk melihat pengaruhnya pada keterampilan proses
sains siswa. Melalui metode ilmiah pada tahapan model Inquiry Training dapat
melatih keterampilan siswa dalam melakukan penelitian dan menggunakan alat
peraktikum sehingga diharapkan dapat meningkatakan keterampilan proses sains
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai model pembelajaran Inqury Training, dengan judul: “Pengaruh Model
Pembelajaran Inqury Training Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP”

10

1. . Ident f kas Masalah
Dari latar belakang di atas diatas, maka masalah yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghapal konsep- konsep, prinsip- prinsip atau rumus.
3.

uru belum memperhatikan aspek keterampilan proses sains.

4. Kurangnya sikap ilmiah siswa dalam kegiatan pembelajaran

1. . Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, keterbatasan waktu, dana serta
kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah pada penelitian ini.
Pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran Inquiry Training
berbasis Kolaboratif pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung
pada kelas kontrol.

ariabel moderator dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

yang dimiliki siswa. asil yang diamati adalah Keterampilan Proses Sains sebagai
variabel terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis
di Kelas I semester I

11

1. . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan latar belakang diatas, penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Keterampilan proses sains kelompok siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik dari
pada keterampilan proses sains kelompok siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran langsung?
2. Apakah keterampilan proses sains kelompok siswa memiliki sikap ilmiah
diatas rata- rata lebih baik dari kelompok siswa memiliki sikap ilmiah
dibawah rata- rata ?
3. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

1. . Tu uan Penel t an
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah keterampilan proses sains kelompok siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis
kolaboratif lebih baik dari pada keterampilan proses sains kelompok siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung

12

2. Mengetahui apakah keterampilan proses sains kelompok siswa memiliki
sikap ilmiah diatas rata- rata lebih baik dari kelompok siswa memiliki
sikap ilmiah dibawah rata- rata.
3. Terdapat interaksi model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
1. . Manfaat Penel t an
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam
mengembangkan model model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk
meningkatkan KPS.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model
pembelajaran inquiri training.
b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi siswa untuk
terus meningkatkan keterampilan proses sains khususnya bagi
pelajaran fisika.
c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model
pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
1. . Defen s O eras nal
Agar tidak terjadi kerancuan, berikut adalah defenisi oprasional yang
digunakan dalam penelitian ini:

13

a. Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif
Model Pembelajaran inquiry training berbasis Kolaboratif adalah salah
satu model pembelajaran latihan untuk mencari, menemukan dan menggali
informasi ilmu penetahuan secara bersama (Kolaboratif). Dimana dalam
proses pembelajaran ini, siswa harus saling membantu dalam memberikan
informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa lain yang belum
mengerti. Untuk mengangkat jiwa Kolaboratif siswa diperlukan peran
guru. Jadi guru memberikan masalah dan membimbing siswa untuk aktif
dalam kegiatan Kolaboratif/ bekerjasama dengan membentuk denah
ruangan belajar seperti pola huruf “U” dan memberi bantuan apabila siswa
ada yang tidak aktif dalam kegiatan Kolaboratif, sedangkan siswa
memecahkan masalah melalui pengamatan, percobaan atau prosedur
penelitian, jadi kelas yang diharapan guru adalah kelas yang ribut, dimana
masing- masing siswa harus memberikan komentarnya. (Trianto, 2007 )
b. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model Pembelajaran Langsung pada penelitin ini adalah suatu model
pengajaran aktif yang bersifat teacher center yaitu salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan dekleratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah. (Trianto, 2007 )
c. Sikap Ilmiah

14

Sikap ilmiah merupakan kecenderungan siswa untuk belajar memecahkan
masalah, menilai ide dan informasi, membuat keputusan berdasarkan bukti
yang telah dikumpulkan dan dievaluasi secara objektif. Siswa yang
memiliki prosedur ini dikatakan memiliki sikap ilmiah. (Brossard, 2005 )
d. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati,
menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,
membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau
prinsip, dan mengajukan pertanyaan, yang dikemukakan Rustaman (2003)

1

DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. (2014). The effect of inquiry-based learning method on students’ academic
achievement in science course. Universal Journal of Educational
Research, 2(1),
37-41
diakses
tanggal
25
November
2015
http:/www.hrpub.org
Abungu, H. E., Okere, M. I., & Wachanga, S. W. (2014). The effect of science
process skills teaching approach on secondary school students’ achievement
in chemistry in Nyando district, Kenya. Journal of Educational and Social
Research.
Ali, M. (2014). Fundamental School Reform Through Lesson Study for Learning
Community (LSLC): A Study of CollaborativeE Learning In Indonesia and
Japan. In International Conference on Fundamentals and Implementation of
Education (ICFIE) 2014. Pascasarjana UNY. diakses tanggal 28 November
2015 http://eprints.uny.ac.id/24993/
Akpullukcu S,. & Gunay F.Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning
environment In Science and Technology Course On The Students’ Academic
Achievement. Western Anatolia Journal Of Education Science. ISSN 13088971,
417-422.
diakses
tanggal
25
November
2015
http://acikerisim.deu.edu.tr/xmlui/handle/12345/5200
Aktamis, H., & Ergin, O. (2008,). The effect of scientific process skills education on
students’ scientific creativity, science attitudes and academic achievements.
In Asia-Pacific forum on science learning and teaching (Vol. 9, No. 1, pp. 121). Hong Kong Institute of Education. 10 Lo Ping Road, Tai Po, New
Territories,
Hong
Kong
diakses
tanggal
15
Januari
2016
http://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v9_issue1_files/aktamis.pdf
Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi
Ilmu,2
(5)
diakses
tanggal
18
Januari
2016
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jpi/article/download/593/544
Arends, R. (2012). Learning To Teach Nine Edition. New York : The McGrow Hill
Comapanies
Arikunto. (2009). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.

1

Avsec, S., & Kocijancic, Slavko. (2014). Effectiveness of inquiry-based learning:
Ho do middle school students learn to ma imize efficacy of ater
turbine. International Journal of Engineering Education, 30(6A), 1436-1449
diakses
tanggal
12
November
2015
http://pefprints.pef.unilj.si/2623/1/Avsec_Kocijancic_Effectiveness.pdf
Barkley, E. Elisabeth, Cross.Patricia., Howel, C Major. 2012. Collaborative Learning
Techniques. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung : Penerbit Nusa
Media
Blalock, C. L., Lichtenstein, M. J., Owen, S., Pruski, L., Marshall, C., &
Toepperwein, M. (2008). In pursuit of validity: A comprehensive revie of
science attitude instruments 935–2 5. International Journal of Science
Education, 30(7), 961-977 diakses tanggal 12 November 2015
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690701344578
Brossard, D., Lewenstein, B., & Bonney, R. (2005). Scientific kno ledge and attitude
change: The impact of a citizen science project. International Journal of
Science Education, 27(9), 1099-1121 diakses tanggal 12 November 2015
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690500069483
Brotosiswoyo. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Depdiknas.
Dahar, (1989). Teori- Tori Belajar . Jakarta : Erlangga
Damanik, D. P. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training
(IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan fisika. 2 (1) : 23017651 diakses tanggal 20 November 2015 http://dikfispasca.org/wpcontent/uploads/2013/08/3.-Artikel-Dede-16-23.pdf
Darmayanti, N. W. S., Sadia, W., & Sudiatmika, A. A. I. A. R. (2013). Pengaruh
Model Collaborative Teamwork Learning terhadap Keterampilan Proses Sains
dan Pemahaman Konsep Ditinjau dari Gaya Kognitif. Jurnal Pendidikan IPA.
Dimyati, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (1993). Process theories of attitude formation and
change: The elaboration likelihood and heuristic-systematic models. The
psychology of attitudes.
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S., & Sanli, M. (2011).
The effects of inquiry-based science teaching on elementary school students’
science process skills and science attitudes. Bulgarian Journal of Science and

1

Education Policy (BJSEP), 5(1), 48-68 diakses tanggal 20 November 2015
http://see-articles.ceon.rs/data/pdf/1313-1958/2011/1313-19581101048E.pdf
Ginting,FW, Bukit, N. (2015). Efek model pembelajaran inquiry training
menggunakan media Phet terhadap keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir logis sis a. Jurnal Online Pendidikan Fisika.
Pascasarjana Unimed. Vol 4 No 2
Hamzah, B.U. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Aktif dan Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara.
Hake. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in
Mechanics ith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on
Mathematics and Spatial isualization. Indiana niversity (Emeritus), 24245
Hatteras Street, Woodland Hills, CA 91367.
Harlen, W., Elstgesst, J. (1992). nesco Sourcebook For Science in The Primary
School. A orkshop approach to teacher education. nited Nation Education.
Paris. Scientific and Cultural Organization
Harlen, W. (2014). Helping children’s development of inquiry skills. Inquiry in
primary science education (IPSE) 1: 5-19, 2014 diakses tanggal 20 November
2015
http://www.prisci.net/IPSE/papers/3%20IPSE%20Volume%201%20No%201
%20Wynne%20Harlen%20p%205%20-%2019.pdf
Hifni, M. Turnip, BM (2015). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Media Macromedia Flash Terhadap Keterampilan Proses
Sains dan Kemampuan Berpikir Logis. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 4. No 1
Hutapea, F. (2015). The Effect of Inquiry Training Learning Model And Critical
Thinking Ability Toward Science Process Skills of SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika, 4(2),
55-62
diakses
tanggal
12
November
2015
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpf/article/view/3239
Idris.

2012.
Pembelajaran
Kolaborasi.
Academia
http://academia/artikel_nju/pembelajaran kolaborasi/1105

Research.

Jazzar, M., & Kimball, D. P. (2004). Lonely at the Top: The Greatest Challenge for
Some Superintendents Is the Professional Isolation They Feel. School
Administrator, 6 (2),
10
diakses
tanggal
18
Oktober
2015
http://eric.ed.gov/?id=EJ700642
Jacobs, G. M., Lee, G. S., & Ball, J. (2003). Learning cooperative learning via
cooperative learning. A Source Book of Lesson Plan for Teacher Education on
Cooperative Learning. Singapore: Regional Language Center.

1

Joyce, B. (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khine, M. S. (2015). Attitude Research in Science Education Contemporary
Measurement. IAP.
Laal, M., & Ghodsi, S. M. (2012). Benefits of collaborative learning. Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 3 , 486-490 diakses tanggal 18 Oktober 2015
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042811030205
Liliasari, M. Thawil. (2014). Keterampilan- keterampilan Sains dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran IPA. Makasar; Penerbit UNM.
Masaaki, S. 2012. Dialog dan Kolaborasi di Sekolah: Praktek Learning Community.
Terjemahan. Tokyo: Pelita JICA.
Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible “hidden variable” in
diagnostic pretest scores. American journal of physics.
Muhaimin, A., Susilawati, S., & Soeprianto, H. (2015). Pengembangan Media
Kapasitor Dan Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics
Education), (1),
59-72
diakses
tanggal
12
Oktober
2015
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/JPFI/4004
Nasution, A.M (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
SMK. Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Medan
Osborne, J., Simon, S., & Collins, S. (2003). Attitudes to ards science: A revie of
the literature and its implications. International journal of science
education, 25(9), 1049-1079 diakses tanggal 20 Oktober 2015
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0950069032000032199
Pandey, A., Nanda, G. K., & Ranjan, V. (2016). Effectiveness of Inquiry Training
Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of
Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education,1(1)
diakses
tanggal
13
Oktober
2015
http:/www.grpjurnal.net/index.php/joire/article/download/56/59.
Pedaste, M., & Kori, K. (2014). hen Students Benefit from Analyzing Their Inquiry.
In HCI International 2014-Posters’ Extended Abstracts (pp. 139-144).
Springer International Publishing diakses tanggal 18 Oktober 2015
http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-07854-0_25
Permendikbud, N. Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Se