PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MULTIKULTURAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DELISERDANG MEDAN SUMATERA UTARA.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS
MULTIKULTURAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DELISERDANG MEDAN SUMATERA UTARA

TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Programstudi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

ELIJUNIAR
8136192010

PROGRAM SUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRACT
ELI JUNIAR. NIM: 8136192010. 2016. The Development of Contextual Model

of Learning based on Multicultural in Teaching Indonesian and Indonesian
Literature in Junior High School Deliserdang Medan North Sumatra. TESIS.
Advisor I: Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd. Advisor II: Dr. Marice, M.Hum.
Indonesian Education Study Program, Postgraduate Program, State University of
Medan.
This research is a developmental research (Research and Development), which
aims to; (1) Determine whether contextual model of learning based on
multicultural is relevant used in learning Indonesian language and literature in
Junior High School Class VII, (2) How the development of contextual learning
model based multicultural in teaching Indonesian and Indonesian literature Junior
High School Class VII is, (3) Find out the reason why contextual model of
learning based on multicultural is used in the learning literature class VII Chandra
Kusuma.
This research was developed by using a modification of between the 4-D model
developed by Thiagrajan and Semmel. The stages of this research were defining
phase, designing phase, developing phase and deploying phase. However, in this
study, the development of contextual model of learning based on multicultural.
The stage of deployment was limited in Chandra Kusuma school through some
validation from a validator. The subject in this study was the students of class VIIA, B and C junior high school in Chandra Kusuma with limited testing and
expanded from small groups and large groups. The instruments used to collect

data were questionnaires, interviews, observation of student activity sheets and
tests. The data collector in the form of a questionnaire used Likert scale. The data
were analyzed with descriptive statistics qualitative.
The results of this research trial design quality of learning obtained from
colleagues is worth 66.79% which is in the range of 55% ≤X≤ score of 75% with
the criteria Good (B). For motivation of students obtained a score of 80.39% with
criteria Very Good (SB). The activities of students during the learning process
can be seen in the form of tables and graphs. Thus, we can conclude that this
development fits for use as one of the strategies in the classroom.
Keywords: Development, contextual instructional, multicultural education

ABSTRAK
ELI JUNIAR. NIM: 8136192010. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Multikultural pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Menengah Pertama Deliserdang Medan Sumatera Utara
TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd. Pembimbing II: Dr.
Marice, M.Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development)
bertujuan mengetahui apakah model pembelajaran kontekstual berbasis

multikultural relevan digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII, bagaimana pengembangan model
pembelajaran kontekstual berbasis multikultural dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas VII, dan mengetahui alasan
mengapa dalam pembelajaran sastra kelas VII SMP Chandra Kusuma
menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan
modifikasi antara model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagrajan
dan Semmel. Tahapan penelitian ini adalah tahap pendefinisian, tahap
perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran. Namun dalam
penelitian ini pengembangan model pembelajaran kontekstual berbasis
multikultural. Pada tahap penyebaran dilakukan secara terbatas di sekolah
Chandra Kusuma melalui beberapa validasi dari para validator. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII-A, B dan C SMP Chandra Kusuma dengan
uji coba terbatas dan diperluas dari kelompok kecil dan kelompok besar.
Instrumen yang digunakan untuk menjaring data adalah angket, wawancara,
lembar pengamatan aktivitas siswa dan tes. Alat pengumpul data berupa angket
menggunakan skala likert. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik
deskriptif kualitatif.
Hasil uji coba penelitian ini diperoleh kualitas desain pembelajaran dari teman

sejawat bernilai 66,79% berada pada rentang skor 55% ≤X≤ 75% dengan kriteria
Baik (B). Untuk motivasi siswa diperoleh skor sebesar 80,39% dengan kriteria
Sangat Baik (SB). aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat dalam
bentuk tabel dan grafik yang disajikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan ini layak digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran di
kelas.
Kata kunci: Pengembangan, pembelajaran kontekstual , pendidikan multikultural

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengembangan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Multikultural pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Menengah Pertama Deliserdang Medan Sumatera Utara” sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Bahasa
dan Sastra Indonesia Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Tak lupa shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Uswah Hasanah kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang selalu memegang sunah-sunahnya hingga
hari akhir. Amin.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, maka dari itu tidak berlebihan rasanya jika pada kesempatan ini penulis
mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu demi penyelesaian tesis ini.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada yang terhormat Prof.
Dr. Rosmawati Harahap, M.Pd selaku pembimng I yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan
memberikan masukan dan arahan serta motivasi dan pembelajaran hidup yang begitu berarti bagi
penulis sejak pengajuan judul hingga penyusunan tesis ini, dan Dr. Marice, M.Hum selaku
pembimbing II yang begitu banyak memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang begitu
berharga sehingga tersusun tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan, yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan.
2. Prof.Dr.Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan,
yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk kelancaran studi selama
mengikuti perkuliahan di program pasca sarjana Universitas Negeri Medan.
3. Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia serta seluruh Dosen Pengajar Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan baik di dalam maupun di luar kelas.
4. Dr. Mutsuhito Solin, M.Pd selaku validator dalam bidang ahli

desain model

pembelajaran yang telah sudi meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum selaku validator dalam bidang desain ahli materi pembelajaran
yang telah sudi meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyeleaian tesis
ini.
6. Seluruh staf administrasi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
telah memberikan fasilitas untuk kelancaran studi penulis.
7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada Suami tercinta
Syaifullah, SE.,M.Si yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan
materil , serta terkhusus keempat putriku tersayang Jihan Fathia Zahwa, Filza Nazhifa

Azzahra, Akifa Zaina Nuha dan Lutfhia Zulfa Aziza yang senantiasa memberikan
kebahagiaan dengan penuh keceriaan hingga memotivasi penulis untuk selalu semangat
dalam menyelesaikan studi dan penyusunan tesis ini.
8. Rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014

yang banyak memberikan bantuan dan terkhusus kelas B-I yang telah bersama-sama
berbagi suka duka selama perkuliahan, jalinan kasih sayang dan kekompakan yang
dibangun di kelas menjadi motivasi tersendiri bagi penulis.
9. Ibu Rita, S.T., M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Chandra Kusuma yang telah
memberikan izin dan membantu penulis untuk melaksanakan penelitian pada Siswa Kelas
VII SMP Chandra Kusuma.
10. Bapak Azwarsyah, S.Pd, Ibu Lilys Suryani, S.Pd dan Ibu Sri Ferwitasari, S.Pd selaku
guru bahasa Indonesia di SMP Chandra Kusuma yang cukup berperan dalam proses
penelitian yang penulis lakukan.
11. Semua rekan kerja di Chandra Kusuma School terkhusus Dep Art dan Language Ibu
Rosdiana Tampubolon selaku HoD (Head of Department), Pak Syait, Kak Lilys dan
sahabatku Sri terima kasih atas semua warna persahabatan yang tak tergambarkan. Canda
tawa yang terbangun di tengah-tengah tumpukan pekerjaan memberi semangat begitu
besar bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan, dan kiranya Tesis ini
memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2016
Penulis


Eli Junar

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1

Dimensi Pendidikan Multikultural .............................................................. 35

Tabel 3.1

Rincian Jumlah Populasi Siswa Kelas VII SMP Chandra Kusuma ............ 56

Tabel 3.2

Instrumen Observasi terhadap Kebutuhan Pengembangan ......................... 70

Tabel 3.3

Instrumen Validasi Kelayakan Isi Materi .................................................. 71


Tabel 3.4

Instrumen Validasi Kelayakan Isi Materi ................................................... 73

Tabel 3.5

Angket Motivasi Belajar Siswa .................................................................. 75

Tabel 3.6

Kategori Pengamatan Aktivitas Siswa ........................................................ 77

Tabel 3.7

Kriteria Rentang Skor Persentase Penilaian................................................ 78

Tabel 3.8

Kriteria Penilaian Kelayakan ...................................................................... 79


Tabel 4.1

Langkah-langkah Pembelajaran Teks Cerita Pendek.................................. 81

Tabel 4.2

Data Hasil Observasi pada Tahap Define (Pendefinisian) .......................... 84

Tabel 4.3

Skor Penilaian Teman Sejawat terhadap Desain Pembelajaran .................. 88

Tabel 4.4

Skor Penilaian Teman Sejawat terhadap Materi Ajar ................................. 90

Tabel 4.5

Data Hasil Validasi Desain Pembelajaran oleh Ahli Desain ...................... 93


Tabel 4.6

Data Validasi Materi Ajar oleh Ahli Materi ............................................... 96

Tabel 4.7

Data Hasil Ujicoba Terbatas terhadap Motivasi Siswa ............................... 99

Tabel 4.8

Data Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pd Ujicoba Terbatas ..... 101

Tabel 4.9

Data Hasil Ujicoba Diperluas terhadap Motivasi Siswa ............................. 102

Tabel 4.10

Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Ujicoba Diperluas .............. 104

Tabel 4.11

Analisis Aspek Desain Pembelajaran dari Teman Sejawat ........................ 106

Tabel 4.12

Aspek Penilaian Materi Ajar dari Teman Sejawat ...................................... 108

Tabel 4.13

Hasil Validasi terhadap Aspek Desain Pembelajaran ................................. 111

Tabel 4.14

Kriteria Kelayakan Produk Desain Pembelajaran....................................... 114

Tabel 4.15

Analisis Validasi terhadap Aspek Materi Ajar ........................................... 115

Tabel 4.16

Kriteria Kelayakan Produk Desain Pembelajaran....................................... 118

xiv

]DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1

Karakteristisk Model Pembelajaran ............................................................ 14

Gambar 3.1

Diagram

Alur

Modifikasi

Model

Pengembangan

Perngkat

Pembelajaran Model 4-D (Muchayat, 2011: 202) ...................................... 59
Gambar 4.1

Hasil Anlisi Konsep untuk Materi Teks Cerita Pendek .............................. 86

Gambar 4.2

Pelaksanaan Tahapan Perancangan............................................................. 87

Gambar 4.3

Hasil Validasi oleh Ahli Materi .................................................................. 115

Gambar 4.4

Kategori pengamatan Aktivitas Siswa ........................................................ 119

Gambar 4.5

Hasil Perolehan Skor Motivasi Belajara Siswa........................................... 120

Gambar 4.6

Kategori Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Ujicoba Diperluas ............... 124

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

v

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan yang dikonsep secara apik namun tidak mampu
diaplikasikan dalam bentuk langkah nyata, kini menjadi realitas yang tampak
kontras dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang umumnya terjadi di masyarakat
kita adalah pendidikan yang timpang, antara pertumbuhan dan perkembangan
intelektual dengan moral peserta didik tidak seimbang. Pendidikan yang terjadi
hanya mengarah pada aspek tertentu (kognitif) dan mengabaikan aspek lainnya
(afektif dan psikomotorik). Keadaan seperti ini membuat peserta didik terbelenggu
dalam bayang-bayang angka (skor) yang harus dicapai sebagai syarat untuk
terpenuhinya Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata pelajaran yang
diajarkan.
Bila ditinjau keadaan masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas
berbagai etnis, budaya, suku, ras, agama dengan melihat dari kondisi sosiokultural dan letak geografis yang begitu beragam dan luas, maka keberagaman ini
dapat mengakibatkan terjadinya konflik vertikal maupun horizontal. Konflik
vertikal, timbul dalam berbagai kelompok masyarakat. Konflik bisa muncul ketika
terjadi ketiadaan saling memahami dan mentoleransi antara kelas yang berpeluang
untuk melakukan hegemoni dengan kelompok yang berpeluang menjadi objek
hegemoni. Konflik horizontal rentan terjadi ketika dalam interaksi sosial antar
kelompok yang berbeda tersebut dihinggapi semangat superioritas. Semangat yang
menilai bahwa kelompoknya (insider) adalah yang paling benar, paling baik,

paling unggul dan paling sempurna, sementara kelompok lain hanyalah sebagai
pelengkap dalam dimensi kehidupan ini (Mahfud, 2005: 8-9). Kenyataan ini juga
diyakini, masyarakat plural Asia Tenggara khususnya Indonesia, akan terjerumus
ke dalam anarki jika gagal menemukan formula federasi pluralis yang memadai
(Furnivall 1994: 9).
Selain itu, dalam hasil penelitian Cinoglu (2006: 676) dinyatakan bahwa,
on the other hand, cultural diversity, economical problems and lack of resources,
migration, central management, the rapid growth in school-age population and
regional differences make the solution difficult. Keragaman budaya juga
merupakan salah satu masalah di negara Turki yang notabennya negara
berkembang seperti Indonesia. Sejalan dengan hasil tersebut, penelitian Ilknur
dan Bulent (2011:580) juga menyatakan bahwa, People of different cultures
willhave different kinds of interaction styles, languages, and traditions.
Keragaman budaya ini sering mengakibatkan konflik. Hal ini dikarenakan tidak
adanya saling toleransi antarkelompok.
Konflik yang disebabkan keberagaman itu sudah terjadi di Indonesia.
Beberapa tahun terakhir banyak konflik yang berlatar belakang SARA (suku, adat,
ras, dan agama), terjadi di Indonesia seperti kasus Ambon, Papua, Sunggau Ledo,
Aceh, Sampit dan perang antar kelompok masyarakat yang sampai saat ini sering
terjadi.
Conoh konflik antar pelajar atau tawuran yang terjadi di Citayam, Bogor,
Senin 21 September 2015 telah menewaskan Siswa kelas XI SMKN 2 Sawangan,
Depok, Reza Dewantara yang dilatarbelakangi sikap terpengaruh asutan para

2

alumni. Dendam alumni serta perselisihan yang terjadi sejak dahulu diturunkan
kepada para junior untuk balas dendam.
Hal tersebut sangat memperihatinkan karena sudah banyak korban tewas
dan menyengsarakan para pelaku dan orang-orang di sekitarnya. Selain itu situasi
pembelajaran dan situasi tempat kejadian pun terganggu karena masyarakat tidak
bisa beraktivitas seperti biasa. Fakta seperti ini menunjukkan kegagalan
pendidikan dalam menciptakan kesadaran pluralisme dan multikulturalisme (
Mahfud, 2011:186).
Kondisi pendidikan di Indonesia yang masih diwarnai dengan warna
dominan monokultur daripada multikultur membuat pendidikan Indonesia
mengalami suatu kemunduran. Kemunduran yang dimaksud lebih terlihat dari
segi sosial dan budaya, dengan menghadapi berbagai krisis, seperti begitu
mudahnya muncul prasangka, konflik, kekerasan dan saling menegasikan sesama
anak bangsa (Maliki, 2010: 256 ).
Sepanjang tahun 2012 saja, kita cukup banyak disuguhi berita terkait
konflik atau tawuran antar warga seperti yang terjadi di Lampung, Jawa Timur dan
sebagainya. Hal yang sama juga terjadi dalam dunia pendidikan, dimana beberapa
tawuran antar pelajar atau mahasiswa juga menghiasi pemberitaan nasional. Salah
satu contoh yang cukup menyita perhatian besar adalah tawuran antar mahasiswa
di Makassar atau tawuran antar pelajar SMAN 6 Jakarta dan SMAN 70 Jakarta
yang hingga menyebabkan seorang pelajar tewas. Memprihatinkan, karena pemicu
berbagai konflik dan tawuran antar pelajar tersebut biasanya hanyalah hal yang
sebenarnya sederhana atau hal-hal yang kecil seperti

perbedaan pendapat,

perbedaan kebiasaan, perbedaan bahasa atau perbedaan gaya hidup dan

3

sebagainya.

Hal yang sebenarnya sederhana menjadi potensi besar pemicu

konflik dan pertentangan antar pelajar karena selama ini yang menjadi semangat
pendidikan

di

Indonesia

adalah

semangat

monokultur

dan

bukannya

multikultur. Oleh karena itu, pendidikan multikultur adalah suatu solusi karena
memberikan suatu dasar yang benar yaitu mengajak melihat perbedaan sebagai
sesuatu yang wajar (Maliki, 2010: 254).
Konflik yang berlatar belakang SARA (Suku, adat, ras, dan agama ini
tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan merusak tatanan hidup berbangsa
dan bernegara yang dilandasi pancasila. Sikap saling mengormati dan toleransi
harus ditanamkan dalam diri rakyat Indonesia melalui dunia pendidikan. Seperti
termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal
4 ayat 1 no. 20 tahun 2003 bahwa, pendidikan nasional diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
Pendidikan yang sesuai

dengan UU

tersebut adalah pendidikan

multikultural. Sejalan dengan itu Yon Sugiono (dalam Suara Pembaharuan 2011)
menjelaskan untuk menghindari konflik seperti kasus yang pernah terjadi di
beberapa daerah di Indonesia, sudah saatnya dicarikan solusi preventif yang tepat
dan efektif. Salah satunya adalah melalui pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural dianggap sebagai solusi yang tepat karena
memiliki konsep keberagaman kebudayaan dan sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia yang majemuk. Oleh karena itu, HAR Tilaar (dalam Suara Pembaruan
2011) menyatakan;

4

"Dengan

pengembangan

model

pendidikan

berbasis

multikultural

diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif meredam konflik.
Selain itu, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah
pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman
etnis, agama, ras, dan antargolongan," .
Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah
satu mata pelajaran yang memiliki waktu pembelajaran yang cukup banyak
tepatnya empat jam pelajaran dalam satu minggu. Dengan demikian, pembelajaran
Bahasa Indonesia sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter diri siswa.
Berbagai upaya untuk memeperbaiki keterpurukan kondisi pendidikan di
Indonesia terus dilakukan. Kurikulum, manajemen, srategi, metode, model
pembelajaran, sistematika pembelajaran maupun profesionalisme guru terus
mengalami perbaikan, namun masih perlu mendapatkan sentuhan inovasi yang
dapat mengakselarasi perubahan kondisi yang dimaksudkan.
Pelajaran bahasa Indonesia di SMP, sejalan dengan tujuan pendidikan yang
ada, berdasarkan Permendiknas no 68 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah dalam
Kompetensi Dasar disampaikan bahwa melalui belajar bahasa Indonesia, peserta
didik dihantarkan untuk menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan bangsa Indonesia
di tengah keberagaman bahasa dan budaya.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP, seorang guru yang
mengajarkan teks cerita pendek sebagai salah satu materi sastra di kelas VII
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Perlu

5

disadari bahwa pelajaran sastra pada umumnya kurang diminati oleh siswa. Salah
satunya disebabkan penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Banyak
diantara guru yang telah mencoba model pembelajaran yang mereka inginkan,
namun karena kurang memahami dan menghayati apa yang dilakukan, maka
mereka sering tergelincir ke model pembelajaran tradisional, (Pannen, 1999:271).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
mengambil (mensimulasikan, menceritakan) kejadian pada dunia nyata kehidupan
sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat dalam konsep sastra yang
dibahas. Pada pembelajaran kontekstual, sesuai dengan tumbuh-kembangnya ilmu
pengetahuan, konsep dikonstruksi oleh siswa melalui proses tanya jawab dalam
diskusi. Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia berusaha
mengubah kondisi di atas, yaitu dengan membuat kegiatan pembelajaran yang
dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa. Selanjutnya guru harus memfasilitasi
siswa mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep sastra
memulai tanya jawab, diskusi, inkuiri, sehingga siswa dapat mengkonstruksikan
konsep tersebut dalam pikirannya
Sejalan dengan pengamatan dan pengalaman peneliti ketika melaksanakan
program belajar mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP Chandra
Kusuma yang merupakan salah satu sekolah yang masih memberlakukan
kurikurum 2013, materi “Cerita Pendek”, merupakan materi keenam setelah teks
eksposisi dan teks eksplanasi yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia kelas
VII kurikulum 2013. Memahami isi cerita pendek dapat memberikan adanya rasa
senang, gembira, serta dapat menghibur para penikmat atau pembacanya. Cerita
pendek juga dapat memberikan pengaruh dan pendidikan nilai-nilai kebenaran dan

6

kebaikan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, cerita pendek berisi keindahan
dan nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral
yang baik dan tidak baik bagi dirinya. Cerita pendek juga dapat berisi ajaran
agama atau ajaran positif lainnya yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmat
atau pembacanya. Pembelajaran seperti ini sangat dibutuhkan dan berpengaruh
untuk mendukung pembelajaran dengan model kontekstual berbasis multikultural
pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik menjadikan permasalahan
tersebut sebagai topik yang akan diteliti dengan judul, “Pengembangan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Multikultural pada Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama

Deliserdang

Medan Sumatera Utara”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kondisi pendidikan masih diwarnai dominan monokultur daripada
multikultur.
2. Pembelajaran bahasa Indonesia masih bersistem teacher center bukan
studiens center.
3. Siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran sastra sehingga nilainilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya tidak terealisasi
dalam kehidupan.

7

4. Model pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan kurang sesuai
dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristik siswa.
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan
membosankan.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah penelitian perlu
dilakukan untuk menghindari meluasnya kajian. Oleh karena itu, penelitian
pengembangan ini dibatasi pada :
1. Pengembangan model pembelajaran mengacu pada model pembelajaran
kontekstual berbasis multikultural pada pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMP Chandra Kusuma Deliserdang.
2. Kelayakan model pembelajaran yang dikembangkan akan divalidasi oleh
ahli materi pembelajaran dan ahli desain pembelajaran.
3. Keefektifan dari model yang dikembangkan terhadap motivasi siswa kelas
VII Chandra Kusuma dalam mempelajari teks cerita pendek akan
dilakukan dengan uji terbatas kelompok kecil dan kelompok besar
(diperluas)
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah serta batasan masalah,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural relevan
digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra kelas VII SMP Chandra
Kusuma Deliserdang?

8

2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran kontekstual berbasis
multikultural dalam pembelajaran bahasa dan sastra kelas VII SMP
Chandra Kusuma Deliserdang?
3. Mengapa dalam pembelajaran sastra kelas VII SMP Chandra Kusuma
menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk

mendeskripsikan

model

pembelajaran

kontekstual

berbasis

multikultural relevan digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas VII SMP Chandra Kusuma.
2. Untuk mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran kontekstual
berbasis multikultural dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII SMP Chandra Kusuma.
3. Untuk

mendeskripsikan

alasan

penggunaan

model

pembelajaran

kontekstual berbasis multikultural pada pembelajaran sastra kelas VII SMP
Chandra Kusuma.

1.6.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun
praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis hasil penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan penambah khasanah dalam pembelajaran teks cerita pendek.

9

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
penelitian

pendidikan

di

Indonesia,

khususnya

pada

bidang

penelitian

pengembangan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat,

khususnya bagi siswa, guru, dan penelitian yang lain. Bagi siswa dengan adanya
penelitian ini akan mempermudah siswa dalam menulis teks cerita pendek
khususnya dengan basis pendidikan multikultural. Selain itu, penelitian ini
dirancang untuk menghasilkan rancangan pembelajaran materi teks cerita pendek
dengan model pembelajaran kontekstual berbasis multikultural. Bagi guru
penelitian ini dapat bermanfaat untuk menghasilkan model pembelajaran yang
dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pelajaran. Bagi peneliti lain,
hasil

penelitian

ini

dapat

dijadikan

pembanding

terutama

pengembangan model pembelajaran dengan basis multikultural.

10

dalam

hal

DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung : Alfabeta
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Mulikultural di Pesantren. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Banks, J. A.. 2010. Multicultural Education: Issues and Perspektives. Needham Heihts,
Massachusetts: Alyn and Bacon Inc.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Ilknur dan Bulent. 2011. “Developing Effective Multicultural Practices: A Case Study Of
Exploring A Teacher’s Understanding and Practices” The Journal of International
Social Research. Vol 4. no. 17. pp. 579-595.
Johnson, Elaine. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung : MLC
Mahfud, Choirul. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muryati, Sri. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sukaharjo :Univet Bantara Press.
Moleong, J Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Naim, Ngainun dan Sauqi, Achmad . 2011. Pendidikan Multikulutral Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswajapressindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunani, Nuning Hidayah. 2010. Sistem penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Surakarta: UNS.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Tielman, Kennedy et all. 2012.” Collaborative learning in multicultural classrooms: a case
study of Dutch senior secondary vocational education” NAICS. Vol. 64. no. 1. pp.103118.
Ujan, Andre Ata. Et all. 2011. Multikulturalisme. Jakarta Barat: PT. Inde.
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikulturalisme. Yogyakarta. Gavin
Kalam Utama.
Abas,

Muhammad.
Paradigma dan
Pendekatan Pendidikan Multikultural.
“SuatuKajianLiteratur. http:/Isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/152087377.pdf. diunduh 03
Februari 2012.

Asy’arie,
Musa.
2004.
Pendidikan
Multikultural
dan
Konflik
Bangsa.
http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246546.di unduh 03 Februari
2012.
Larasati,
Minten
Ayu.
2012.
Pengertian
Pendidikan
Multikultural.
http://edukasi.kompasiana.com Diunduh 02 Februari 2012.
Suara

Pembaharuan.
2011.
Pendidikan
Multikultural
Tanamkan
Sikap
MenghargaiKeberagaman.http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3197.
Diunduh 03 Februari 2012.