PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……… i

ABSTRAK ……… ii

PERNYATAAN………. iii

KATA PENGANTAR ………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….. v

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN……….. viii

DAFTAR ISI…… ………. ix

DAFTAR TABEL… ………... xi

DAFTAR BAGAN……… xii

DAFTAR GRAFIK……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. B. C. D. E. F. G. Latar Belakang Masalah Penelitian... Rumusan Masalah... Kerangka Berpikir………. Pertanyaan Penelitian... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian ... Definisi Oprasional... 1 10 10 12 13 14 15 BAB II LANDASAN TEORITIS……… 16

A. B. C. D. E. F. Konsep Pembelajaran ……… Pola Pembelajaran……….. Model Pembelajaran……….. Pembelajaran Berbasis Multimedia ………….……… Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia………. Ketarmpilan Membaca……….. 1. Pengertian Membaca……… 2. Tujuan Membaca……….. 3. Aspek-Aspek Membaca……… 4. Kemampuan Membaca………. 5. Mengukur Kemampuan Membaca………... 6. Meningkatkan Kemampuan Membaca………. 16 21 24 30 36 39 41 43 45 49 55 60 BAB III METODE PENELITIAN………... 63

A. Pendekatan dan Metode……… 63

1. Studi Pendahuluan……….. 66


(2)

3. Uji Model…..……….. 68

B Lokasi dan Subyek Penelitian……… 69

C Teknik Pengumpulan Data………. 71

D Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 73

E F Prosedur Penelitian……… Hasil Prasurvey……….. 75 76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 88

A Hasil penelitian……….. 88

1. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia yang Dikembangkan………... 88 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam meningkatkan Kemampuan Membaca………. 111 3. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca ……… 113 B Pembahasan Hasil Penelitian……….. 140

1. Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat Ini……….. 140 2. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan membaca……….. 145 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Multimedia Kemampuan Membaca………. 152 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca……….. 154 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 157

A. SIMPULAN……… 157

B. REKOMENDASI……….. 159


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai

dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga pendidikan formal dari satuan pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi


(4)

mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007 yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan (Human Development Report, 2007).

Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun 2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan Peraturan Menteri tersebut


(5)

ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD) mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.


(6)

(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4).

Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Mendengarkan

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan dan sinopsis novel.

b. Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama.


(7)

c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan.

d. Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama dan cerpen.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan 55 buku untuk satu juta penduduknya per tahun. Bahkan di negara-negara maju


(8)

mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah, 2007: 58).

Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca, waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan “ Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.” Pepatah ini menyiratkan makna luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan, proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa.

Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat, menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007 adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009 adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan pihak-pihak sekolah namun hasil yang diperoleh peningkatan dari tahun ke tahun belum


(9)

begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit.

b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya. c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga

organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh dan bosan untuk membaca buku.

d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah.

e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan dengan penggunaan media pembelajan.

Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang inovatif hanya terbatas pada pengajaran secara konvensional. Dari berbagai


(10)

faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung.

Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988: 23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit, (3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang diperoleh anak didik sulit dilupakan.

Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a.

Active , yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang

menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c.

Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat

untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional, yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan yang diinginkannya; e. Conversational, yaitu memungkinkan siswa untuk


(11)

melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f.

Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada

situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004).

Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and

Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca

(KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena pembelajaran berbasis multimedia membuat pembelajaran sistematik, komunikatif dan interaktif sepanjang proses pembelajaran (Munir, 2008: 189).


(12)

Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi membangun kemampuan membaca.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut difokuskan pada “Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?”


(13)

C.Kerangka Berpikir

Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Interaksi Belajar Mengajar Interaksi Belajar Mengajar

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang menggambarkan kondisi nyata atau yang sebenarnya yang dilaksanakan di

Kajian Teoritis Pembelajaran

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Kajian Empiris Pembelajaran

Guru

Materi (Wacana) Pembelajaran Berbasis Multimedia

Materi (Wacana)

Peserta Didik

Keterampilan Membaca

Hasil Belajar (Kemampuan Membaca)


(14)

sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa.

Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis multimedia.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini?

b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?


(15)

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat ?

d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

E. Tujuan Penelitian. a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

b.Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

(1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.


(16)

(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut:

a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media pembelajaran.

b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan membaca.

c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penyelenggara dan pengelola SMP guna


(17)

menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya.

d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang lain.

e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran.

G. Definisi Oprasional

Variabel dalam penelitian ini yakni:

a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran.

b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7). Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan isi bacaan.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini pembahasan difokuskan kepada: (1) Pendekatan dan metode penelitian, (2) Lokasi dan subjek penelitian, (3) Teknik pengumpulan data, (4) Teknik pengolahan dan analisis data, (5) Prosedur penelitian, (6) Hasil pra survey.

A.Pendekatan dan Metode

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development yang merujuk pada teori Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 164).

Suhadi Ibnu (2001: 5) memberikan pengertian tentang penelitian pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang khas yang biasanya diawali dengan need assesment atau analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi.

Selanjutnya Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 169-170) mengemukakan langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) termasuk di dalamnya review literature, observasi kelas dan persiapan laporan); pengumpulan informasi mengenai data lapangan berdasarkan studi


(19)

awal dan studi literatur yang menunjang terhadap kemampuan membaca siswa.

2. Perencanaan (planning), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan, menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala kecil; yakni uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of

product) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang

digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang dimaksud adalah menyusun pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing) melibatkan sekolah dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, dan observasi. Uji coba terbatas yang dilakukan melibatkan satu sekolah dan kelas tertentu dalam rangka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

5. Revisi terhadap produk utama (main product revision) didasarkan atas hasil ujicoba pendahuluan tentang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

6. Uji coba luas (main field testing) melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak. Data kuantitatif berupa postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. Uji coba luas akan dilakukan terhadap tiga (3) Sekolah Menengah Pertama dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi.


(20)

7. Perbaikan hasil uji coba luas (operational product revision) perbaikan model pembelajaran ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama / terbatas yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menghasilkan bentuk / model media pembelajaran yang ideal.

8. Uji coba operasional (operational field testing) yang melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket dan observasi untuk kemudian dianalisis;

9. Revisi / perbaikan produk akhir (final product revision) berdasarkan hasil uji coba luas;

10.Deseminasi dan implementation (dissemination and implementation); yaitu penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.

Dari sepuluh langkah tersebut di atas, dapat disederhanakan menjadi tiga tahapan dasar yaitu : 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Ketiga tahapan tersebut tidak penulis lakukan secara keseluruhan, hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 187) yang menyatakan bahwa “ Untuk peneliti dari program S2 atau penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian hasil.

Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian di atas maka pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP


(21)

Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

I II III

Bagan 3.1

Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan yakni sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan.

Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi proses pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di Sekolah Menengah Pertama sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia.

- Kajian Literatur

- Pra Survey

Hasil kajian pra survey dan literatur Draft awal Pembelajaran Berbasis Multimedia Efektivitas uji model - Perencanaan

Model

pembelajaran - Implementasi Pembelajaran - Refleksi dan

penyempurnan model

- Uji Coba Terbatas

- Uji Coba Luas

Perencanaan dan

Penyusunan Model Uji Coba Dfat Model


(22)

Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:

1) Studi pustaka dan studi dokumentasi ditujukan untuk menghimpun dan mengkaji teori-teori yang mendasari konsep yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis multimedia, kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia, standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) mata pelajaran bahasa Indonesia serta hasil penelitian terdahulu yang berakitan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia. 2) Melakukan kegiatan pra survey lapangan di SMP yang ada di kabupaten

Ketapang untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kurikulum yang digunakan, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana / fasilitas dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis

Multimedia

Kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua ini, meliputi:

a) Perencanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen pembelajaran yang terdiri dari: analsis tujuan pembelajaran, analisis materi pembelajaran, analasis strategi atau metode pembelajaran, analisis media pembelajaran dan analisis evaluasi. 2) Penyusunan skenario pembelajaran, dan


(23)

3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung pembelajaran.

b) Implementasi pembelajaran

c) Refkelsi dan penyempurnaan model d) Evaluasi

3. Uji Coba Model.

Dalam pelaksanaan dan pengembangan ini dilakukan uji coba model pembelajaran berbasis multimedia dengan kegiatan sebagai berikut:

(a) Uji Coba Terbatas.

Penelitian uji coba model terbatas dilakukan pada satu sekolah yang telah ditentukan yaitu SMP Negeri 3 Ketapang yang melibatkan 30 orang siswa dan dua orang guru bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa karakteristiknya relatif sama dengan subjek secara keseluruhan.

Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahap ini adalah: (1) perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draft model, (3) refleksi dan penyempurnaan model, dan (4) evaluasi.

Selama uji coba berlangsung peneliti melakukan pengujian dan perbaikkan dengan cara memonitoring dengan cermat sampai diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan oleh guru dan peneliti ini menjadi bahan untuk dilakukannya revisi pada uji coba berikutnya. Dalam proses uji coba


(24)

berulang ini dilakukan pretes dan postes hal ini ditujukan untuk memperoleh bahan pembanding peningkatan kemampuan membaca siswa.

(b) Uji Coba Skala Lebih Luas.

Uji coba model lebih luas dilakukan dengan melibatkan 90 orang siswa dan empat orang guru bahasa Indonesia. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat uji coba luas dipilih berdasarkan kategori kualifikasi tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu, sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mewakili masing-masing kategori kualifikasi tersebut. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Hasil pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia ini

diproyeksikan untuk menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP pada umumnya dan di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya. Adapun sekolah yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah sekolah yang memiliki kreteria sebagai berikut:

(a) Memiliki laboratorium komputer sebagai faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran.

(b) Memiliki tenaga pengajar yang dapat mengoprasikan komputer sehingga tenaga pengajar tersebut mampu membimbing siswa dalam mengoprasikan komputer pada pelaksanaan pembelajaran.


(25)

(c) Ketersediaan jadwal pengunaan komputer di sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Subyek penelitian berada di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang terdapat 120 SMP baik negeri dan swasta yang menyebar di 13 kecamatan. Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas, dan heterogitas dan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya dilakukan pada empat sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ketapang, sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Sedangkan pada uji coba luas peneliti menggunakan tiga (3) Sekolah Menengah Pertama yang berbeda dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi di wilayah Kabupaten Ketapang berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dengan menggunakan multimedia, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sekolah Uji Lapangan Lebih Luas

Secara lebih khusus penelitian ini difokuskan pada:

(1) Siswa yang akan yang diteliti pada uji coba terbatas adalah siswa kelas VIII (delapan) SMP Negeri 3 Ketapang tahun ajaran 2009 / 2010 semester genap.

No Nama Sekolah Wilayah Kualifikasi Ket.

1, SMP N 1 Ketapang Ketapang Tinggi -

2. SMP Santo Augustinus Ketapang

Ketapang Sedang -


(26)

(2) Siswa yang akan diuji lapangan skala lebih luas adalah siswa SMP kelas VIII (delapan) tahun pelajaran 2009 / 2010 yang ada di dua kecamatan Benua Kayong dan Delta Pawan yaitu SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Augustinus Ketapang dan SMP Negeri 2 Ketapang, dengan mempertimbangkan jenis dan karakteristik sekolah (sekolah berkategori tinggi, sedang dan rendah).

(3) Guru- guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di empat sekolah tersebut dan khususnya guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII.

C. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini teknik

pengumpulan data yang dipergunakan kuesioner, observasi, tes, wawancara dan studi dokumentasi. Rincian penggunaan teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan dengan kondisi kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pandangan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis multimedia yang dikembangkan dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan multimedia, ketersedian sumber / media dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan pandangan guru dan siswa terhadap model pembelajaran berbasis multimedia yang dikembangkan.

2. Observasi, digunakan pada tahap penelitian pra survey dan tahap pengembangan pembelajaran berbasis multimedia, di mana kegiatan


(27)

observasi ini merupakan kegiatan observasi langsung yakni pengamatan tentang kegiatan siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran kegiatan membaca melalui multimedia dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh Si peneliti.

3. Tes / penilian, digunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca dan analisis tentang hasil evaluasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.

4. Wawancara, merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan guru-guru yang mengajar bahasa Indonesia..Wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indoneseiua khususnya pada keterampilan membaca, ketersediaan sumber atau media dalam pembelajaran bahasa Indonesia, penilaian guru terhadap pengembangan pembelajaran berbasis multimedia, faktor pendukung dan penghambat penggunaan multimedia dalam pembelajaran.

5. Studi dokumentasi, merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari sekolah yang menjadi subyek penelitian.

Pengumpulan data memerlukan alat pengumpul data atau instrument. Sebelum instrument penelitian disusun terlebih dahulu dibuat kisi-kisi


(28)

penyusunan instrument sehingga pembuatan instrument mengacu pada kisi-kisi penyusunan instrument. Kisi-kisi penyusunan instrument dalam penelitian ini memuat empat komponen yaitu: 1) variable dan sub variable, 2) aspek yang diukur, 3) responden dan 4) teknik pengumpul data.

Berdasarkan teknik pengumpul data, instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) kuesioner berstruktur, 2) skala penilian pengembangan media, 3) pedoman wawancara, 4) lembar observasi , dan 5) tes.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian difokuskan pada tiga tahap penelitian yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan model, dan uji coba draft model yang mencakup: uji lapangan terbatas dan uji lapangan skala lebih luas. Berdasarkan data yang diperoleh teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Statistik Deskriftif

Statistik deskriftif digunakan untuk pengolahan data menggunakan teknik seperti persen dan frekuensi. Pengolahan data dengan statistik deskriftif tersebut digunakan untuk mengolah data sebagai berikut:

(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pembelajaran membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(c) Data tentang ketersediaan sumber / media dalam pelajaran bahasa Indonesia. (d) Data tentang faktor pendukung dan penghambat.


(29)

(e) Data tentang pandangan dan kegiatan siswa setelah pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(f) Data tentang pandangan dan kegiatan guru setelah pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan terhadap hasil pengumpulan data berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dilakukan;

(2) Melakukan verifikasi data penelitian; (3) Membuat tabulasi data hasil penelitian; (4) Menghitung frekuensi jawaban atau data; dan

(5) Melakukan analisis dan kajian data yang telah dilakukan secar statistik deskriftif seperti: teknik persen, frekuensi dan tabel,

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial dipergunakan untuk memperoleh data hasil kemampuan membaca. Pengujian terhadap kemampuan membaca siswa dilakukan dengan menganalisis antara hasil pretes satu, pretes dua, pretes tiga, pretes empat dan postes satu, postes dua, postes tiga, postes empat pada sekolah yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji t).

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap skor hasil test kemampuan membaca dengan ketentuan sebagai berikut:


(30)

(a) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap sekor hasil pretes 1 dan postes 1; (b) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 2 dan postes 2; (c) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 3 dan postest 3. (d) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 4 dan postes 4. (e) Uji peerbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil antar postes.

Uji t tersebut dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17

(Statistical Package for Social Science 17). Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf

signifiaksi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata yang diuji. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

(1) Pemerikasaan data, (2) Tabulasi data, (3) Pengujian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

(1) Orientasi dan administrasi, yakni melakukan observasi awal tentang kondisi dan situasi penerapan produk tertentu. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun proposal penelitian, memilih lokasi dan mengurus perizinan. (2) Tahap penilaian dan uji coba instrument, menyusun instrument studi

pendahuluan berdasarkan kisi-kisi. (3) Tahap pelaksanaan studi pendahuluan.

(4) Pengembangan model pebelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan pelaksanaan uji coba.


(31)

F. Hasil Pra Survey

Data kondisi dan situasi pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh melalui kegiatan studi pendahuluan atau pra survey dengan membagikan kuesioner yang bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengidentifikasi pola pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung saat ini termasuk kegiatan siswa, guru, ketersediaan sumber atau media, faktor pendukung dan penghambat.

Hasil studi pendahuluan diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 210 orang siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009 / 2010 yang tersebar pada 4 sekolah yaitu: SMP Negeri 3 Ketapang, SMP Negeri 1 Ketapang, SMP St. Augustinus Ketapang, dan SMP Negeri 2 Ketapang. Selain itu dilakukan juga pembagian kuesioner terhadap 6 orang guru bahasa Indonesia. Hasil studi pendahuluan dijadikan dasar pertimbangan dalam merancang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap kuesioner yang telah dibagikan untuk memperoleh data penelitian yang akurat. Setelah dilakukan verifikasi dari 250 kuesioner maka dilanjutkan dengan pengolahan data untuk menentapkan subjek penelitian. Dari 250 kuesioner yang dibagikan hanya 210 orang siswayang ditetapkan menjadi subyek penelitian yaitu: SMP Negeri 3 Ketapang 30 orang, SMP Negeri 1 Ketapang 60 orang, SMP St. Augustinus 60 orang dan SMP Negeri 2 Ketapang 60. Sedangkan untuk kuesioner yang dibagikan kepada 6 orang guru seluruhnya diikutkan dalam


(32)

pengolahan data penelitian. Hasil analisis angket pada studi pendahuluan diperoleh hasil sebagai berikut:

(1) Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMP Saat Ini.

Situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di kabupaten Ketapang dapat dilihat dari data-data sebagai berikut:

(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pelajaran bahasa Indonesia. (c) Ketersediaan laboratorium komputer sebagai media pembelajaran.

(d) Data tentang faktor penghambat dan pendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

a. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran terdiri dari beberapa variable yaitu: a) Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dan kemampuan mengoperasikan komputer, b) Pandangan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan c) Pandangan siswa terhadap penggunaan komputer dalam pembelajaan, d) Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran

1) Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Kemampuan

Mengoperasikan Komputer.

Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan minat yang tinggi dengan alasan mata pelajaran bahasa Indonesia alah ilmu yang sangat


(33)

urgen dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah responden 89,05% dan hampir sebagai besar siswa sudah dapat mengoperasikan komputer yaitu 57,62% hal ini merupakan dasar untuk pengembangan pembelajaran berbasis multimedia (data terlampir).

2) Pandangan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran yang Dilakukan oleh

Guru.

Pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menyangkut suasana pembelajaran, penyampaian tujuan pembelajaran, materi, ketepatan waktu, bahasa, metode / teknik, menunjukkan aktivitas sangat tinggi, namun pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran masih teragantung kepada guru atau berfokus pada guru, hal ini disebabkan cara mengajar guru yang boleh dikatakan masih sangat konvensional dengan menjejali ilmu sebanyak-banyaknya, dan kurang melibatkan siswa untuk mandiri (data terlampir ).

3) Pandangan Siswa Terhadap Penggunaan Komputer dalam Pembelajaan

Menurut pandangan siswa pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung selama ini sama sekali belum pernah menggunakan komputer atau multimedia. Cara guru mengukur kemampuan membaca siswa hanya dengan cara manual / konvensional yaitu dengan cara membagikan teks bacaan dan pada waktu yang telah disepakati siswa harus berhenti membaca, sehingga ada siswa yang belum tuntas untuk membaca tetapi waktu yang ditentukan sudah selesai. Komputer hanya digunakan untuk mata pelajatan Teknologi Informasi Komputer (TIK). Media yang selama ini digunakan oleh guru adalah media buku, LKS dan gambar. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk memperkenalkan model


(34)

pembelajaran berbasis multimedia kepada siswa SMP di kabaupten Ketapang (data terlampir ).

4) Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran belum begitu memuaskan begitu juga halnya dengan ketuntasan hasil belajar. Padahal ada beberapa strategi yang dilakukan oleh guru misalnya memberikan pekerjaan rumah, memberikan pretes dan postes yang akhiri dengan judgment atau penskoran berdasarkan pokok bahasan, kedalaman materi dan tingkat kesukaran. Hal lain yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti oleh siswa dan pada akhir pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menjadi dasar untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis multimedia (data terlampir).

Berdasarkan data di atas, tentang pandangan dan kegiatan siswa dalam pembelajar bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukan minat yang tinggi dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa sudah mampu mengoprasikan komputer, dan siswa menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan guru, namun dalam proses pembelajaran penggunaan media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan bahkan siswa sebagian belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa belum tuntas.


(35)

b. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa Indonesia.

Kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari tiga variable yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut. Pada penelitian ini ada 6 (enam ) guru bahasa Indonesia kelas VIII yang dijadikan sampel penelitian dari empat SMP di Kabupaten Katepang Provinsi Kalimantan Barat.

1) Kegiatan dan Pandangan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran.

Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara dengan 6 guru , bahwa dalam tahap perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia 6 orang guru mempersiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP bagi guru merupakan perangkat yang sangat penting, namun mereka masih mengalami kendala. Kendala yang muncul diantaranya: (1) minimnya keterampilan membuat RPP, (2) keterbatasan waktu dalam hal merancang RPP, dan (3) minimnya buku pedoman dan pendukung dalam membuat RPP, bahkan dalam membuat RPP ada dua orang guru yang tidak berpedoman kepada silabus, hanya berdasarkan pada kompetensi dasar dan indikator saja. Dalam persiapan bahan / materi mengajar guru sudah memahami buku pegangan wajib yang menjadi buku pegangan siswa ditambah lagi guru memperbanyak membaca sebagai bahan pengayaan. Dalam penggunaan media ada guru yang tidak mempergunakan dengan alasan tidak memiliki sarana dan prasarana untuk membuat dan mempergunakannya. Sebagai langkah awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, guru melakukan pretes dan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru telah melakukan postes (data terlampir ).


(36)

2) Pandangan Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru berasumsi bahwa materi yang diajarkan sudah sesuai dengan tujuan, alokasi waktu, serta materi telah dirumuskan dengan jelas. Guru menjelaskan dengan bahasa yang jelas dan lugas, memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas, namun metode / teknik mengajar guru yang masih menunjukkan kurang bervariatif, dan pembelajaran masih berfokus kepada guru. Bahasa yang digunakan oleh guru adalah bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa, dan setelah akhir pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama dengan cara mencatatnya di papan tulis dengan harapan agar siswa menulis hal-hal penting tersebut dan mudah untuk mengingatnya (data terlampir ).

3) Pandangan Guru Tentang Penggunaan Media dalam Pembelajaran.

Guru dalam hal menyiapkan media, mereka memandang sangat penting dan perlu digunakan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan mandiri, namun karena keterbatasan sarana dan kemampuan guru untuk menyiapkan media pembelajaran maka pada umumnya pembelajaran berlangsung apa adanya. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan multimedia hampir tidak pernah dilakukan oleh guru, guru hanya menggunakan cara konvensional. Media komputer yang digunakan oleh beberapa orang guru hanya terbatas pada penampilan power point materi pembelajaran saja (data terlampir).


(37)

4) Pandangan dan Kegiatan Guru Tentang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran

Evaluasi dan tindak lanjut merupakan salah satu tahap kegiatan dalam proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh guru sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran sudah diserap oleh siswa dan sebagai langkah bagi guru untuk menetapkan atau mengambil suatu keputusan (judgment). Pelaksaaan evaluasi dan tindak lanjut hanya sebagian guru yang melaksanakannya dalam bentuk melaksanakan fungsi pretes dan postes. Alat evaluasi yang disusun berdasarkan pada: indikator pencapaian tujuan, tingkat kesukaran dan kedalaman materi. Guru selalu memberikan penjelasan kembali materi yang disajikan jika ada siswa yang belum mengerti, namun penguasaan materi kemampuan membaca siswa belum mencapai 80% (data terlampir ).

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang pandangan dan kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus. Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih berfokus pada guru dan guru telah menggunakan metode yang bervariatif tetapi belum sepenuhnya menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran yang dilakukan sehingga hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi pretes dan postes belum mencapai 80% tuntas, padahal guru selalu memberikan pekerjaan rumah, menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh siswa, membuat soal-soal latihan dan sebagainya.


(38)

(2) Ketersediaan Laboratorium Komputer Sebagai Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian keempat sekolah telah memiliki laboratorium komputer. Pada uji coba terbatas di SMP Negeri 3 Ketapang tersedia 80 unit komputer. Komputer tersebut terbagi menjadi dua ruangan yaitu: 40 buah berada di ruang laboratorium komputer dan 40 buah berada di laboratorium bahasa dan ruangannya di desain dengan indah, tenang, dan nyaman. Komputer tersebut berpentium empat yang telah diprogram dengan jaringan internet. Ketersediaan komputer tersebut jumlahnya masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah siswa 900 orang, sehingga untuk penggunaan komputer dilakukan sistem jadwal dan disediakan waktu tambahan pada siang hari setelah proses pembelajaran.

Sekolah sebagai tempat uji coba luas ketersediaan komputer bervariasi, SMP Negeri 1 Ketapang kategori sekolah tinggi jumlah komputer tersedia sebanyak 40 unit yang terpisah pada dua ruangan yang berjauhan dan ditempatkan pada ruangan ber-AC. SMP Santo Augustinus sebagai sekolah kategori sedang jumlah komputer tersedia sebanyak 32 unit, komputer tersebut berpentium empat dan berada di ruangan ber-AC. Sedangkan pada SMP Negeri 2 sebagai sekolah kategori rendah jumlah komputer tersedia sebanyak 22 unit dengan pentium empat yang ditempatkan para ruangan ber-AC. Ketersediaan komputer dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini jauh dari cukup karena jumlah siswa rata-rata sekelas 35 orang.

Ketersediaan komputer pada sekolah uji coba lebih luas jumlahnya masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah siswa. Keterbatasan jumlah


(39)

komputer ini mengakibatkan pemanfaatannya menggunakan sistem jadwal, berkelompok dan penggunaannya pada waktu siang dan sore hari setelah proses pembelajaran. Jenis komputer yang tersedia di empat SMP tersebut pada umumnya sudah menggunakan pentium 4, namun perangkatnya (Hardware dan

software) tidak semuanya diinstal, sehingga mengurangi manfaat dalam

penggunaannya dalam pembelajaan. Ketersediaan laboratorium yang belum maksimal maka dalam hal pemanfaatannya harus bekerja sama dengan guru TIK untuk melakukan proses pembelajaran berbasis komputer.

Berdasarkan data di atas, maka dilihat dari segi sarana dan prasarana pendukung utama pengembangan pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak ada kendala atau hambatan.

(3) Faktor Pendukung dan Penghambat

Data hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat mendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain:

(a) Faktor siswa, hampir seluruh siswa yang dijadikan responden sudah mampu mengoperasikan komputer.

(b) Faktor guru, 4 orang guru 6 orang guru bahasa Indonesia dari 4 SMP yang dijadikan lokasi penelitian, sudah mampu bahkan mahir mengoperasikan komputer dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer di sekolah, bahkan mereka telah memiliki komputer milik pribadi di rumah.


(40)

(c) Faktor sekolah, keempat SMP di Kabupaten Ketapang telah dilengkapi dengan laboratorium komputer. Ketersediaan laboratorium komputer di SMP merupakan faktor pendukung dalam proses pengembangan model multimedia kemampuan membaca. Hal lain yang menjadi pendukung adalah sekolah memberikan layanan pemanfataan laboratorium komputer untuk siswa pada pagi, siang dan sore hari.

(d) Selain didukung oleh laboratorium komputer, pada dua sekolah yaitu SMP Negeri 3 Ketapang dan SMP Negeri 1 Ketapang memiliki laboratorium bahasa.

Faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan pembelajaran berbasis multimedia di SMP Kabupaten Ketapang diantaranya:

(a) Faktor siswa, pada umumnya para siswa belum mampu mengakses program-program baru dan masih dihantui oleh perasaan takut, sehingga para guru harus berupaya memberikan informasi program-program baru dalam komputer.

(b) Faktor guru, ada dua orang guru yang belum dapat mengakses program-program pembelajaran melalui multimedia, karena belum pernah untuk berlatih dan mengunakan multimedia (komputer). Hal ini disebabkan minimnya pendidikan dan pelatihaan (diklat) pengembangan pembelajaran berbasis komputer dan penghargaan yang sangat minim terhadap komputer sebagai media pembelajaran. Sehingga peneliti memerlukan waktu yang untuk membimbing dan melatih dua orang guru tersebut.


(41)

(c) Faktor sekolah, belum adanya kebijakan nyata untuk mengembangkan pembelajaran berbasis komputer, minimnya tenaga ahli untuk mengoperasikan dan memperbaiki komputer yang rusak. Hal ini menjadi hambatan utama bagi sekolah, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia masih mengandalkan pembelajaran konvensional.

(d) Penggunaan pengembangan pembelajaran berbasis multimedia merupakan pembelajaran yang pertama sekali dalam penerapan mata pelajaran lain selain mata pelajaran TIK, hal ini menjadi bahan baru sebagai upaya untuk mengenalkan kepada guru-guru tentang pembelajaran melalui multimedia sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalkan guru cara mengoprasikannya.

(e) Pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas di bandingkan di laboratorium komputer.

(f) Jumlah siswa perkelas rata-rata 35 orang dengan jumlah komputer yang terbatas pada SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Agustinus dan SMP Negeri 2 Ketapang menyebabkan kegiatan dalam mengoprasikan komputer dilakukan secara bergilir dan satu komputer dioperasikan oleh dua orang siswa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari empat variable yaitu pandangan dan kegiatan siswa, pandangan dan kegiatan guru, sarana dan prasarana pendukung pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, dan faktor pendukung maka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang akan penulis kembangkan memperoleh


(42)

dukungan dari siswa, guru, dan pihak sekolah. Dan mengenai faktor penghambat dapat diatasi dengan cara peneliti membimbing guru yang belum memahami multimedia dan mengenai kekurangan jumlah komputer jika dibandingkan dengan jumlah siswa disiasati satu komputer dioperasikan oleh dua orang siswa yang dilakukan secara bergiliran.


(43)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka pada bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berlangsung Selama Ini

Pembelajaran bahasa Indonesia yang berlansung selama ini, siswa menunjukkan minat yang tinggi dalam pembelajaran, sudah mampu mengoprasikan komputer, aktivitas yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan guru, penggunaan media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan siswa sebagian besar belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar belum tuntas. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus, pe pembelajaran masih berfokus pada guru, guru telah menggunakan metode yang bervariatif, belum sepenuhnya menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia.

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pembelajaran berbasis multimedia umumnya empat sekolah sebagai tempat penelitian sudah memiliki laboratorium meskipun jumlah komputer yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah siswa dan rombongan belajar. Faktor pendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain sebagian guru dan siswa telah


(44)

mampu mengoprasikan komputer, sedangkan faktor penghambat adanya beberapa komputer yang tidak bisa digunakan.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia

Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Perencanaan pembelajaran, yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen pembelajaran yang terdiri dari: analisis tujuan pembelajaran, analisis materi pembelajaran, analsis strategi atau metode pembelajaran, analisis media pembelajaran dan analisis evaluasi. 2) Penyusunan skrenario pembelajaran, dan 3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung pembelajaran.

(b) Implementasi pembelajaran

(c) Refleksi dan penyempurnaan model (d) Evaluasi

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model

Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Mingkatkan Kemampuan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Faktor pendukung antara lain siswa dan guru mampu menggunakan model pembelajaran berbasis multimedia dan minat siswa yang sangat besar dalam pembelajaran. Adapun faktor penghambat diantaranya ketersediaan komputer yang tidak seimbang dengan jumlah siswa dan rombongan belajar sehingga harus dipakai jadwal pembelajaran yang ketat oleh petugas laboratorium serta adanya beberapa perangkat yang rusak seperti pengertas suara dan mouse


(45)

dan bahkan adanya setting komputer yang berubah sehingga tampilan wacana bacaan hanya tampak sebagian.

4. Efektivitas Model Pembelajaran dalam Meningkatkan Kemampuan

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Efektiviats model pembelajaran berbasis multimedia di lihat dari nilai rata-rata kemampuan membaca hasil pretes dan postes, dan hasil tes antarpostes menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca hal ini berarti model pembelajaran berbasis multimedia memberikan konstribusi dalam peningkatan kemampuan membaca. Namun jika dilihat dari standar deviasi yang jumlah kenaikannya jauh lebih tinggi yang berarti penyebarannya tidak merata, maka pada siswa tertentu pembelajaran berbasis multimedia ini perlu mendapatkan perhatian.

B. Rekomendasi

Pada bagian akhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia

Demi meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya guru bahasa Indonesia dari empat sekolah lokasi penelitian:

a. Berperan secara optimal dalam menumbuhkembangkan kompetensi siswa terutama dalam mengikuti pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia.


(46)

b. Mampu merancang program pembelajaran yang berbasis multimedia.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh kepala sekolah sehubungan dengan aktivitas guru dalam proses pembelajaran berbasis multimedia, sehingga kepala sekolah hendaknya:

a. Memberikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan guru bahasa Indonesia dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Bentuk dukungan itu berupa penyediaan sarana prasana berupa penambahan unit komputer, perbaikan terhadap beberapa unit komputer yang mengalami gangguan / hank, dan penyempurnaan komputer dengan audio yang memadai.

b. Memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti pelatihan khususnya pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran tersebut.

3. Bagi Dinas Pendidikan

a. Memberikan pertimbangan dan instruksi kepada pihak sekolah se Kabupaten Ketapang untuk menerapkan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia karena pembelajaran berbasis multimedia ini dapat meningkatkan kemampuan membaca atau hasil belajar siswa.


(47)

b. Mengalokasikan atau mengangkat tenaga ahli bidang teknologi pendidikan untuk menjadi teknisi operator dalam pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia di sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pengembangan pembelajaran berbasis multimedia ini terbatas pada keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia pada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara , dan keterampilan menulis.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. (2007).Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia

dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira.

AECT (1977). The Definition of Educational Technology, Washington: Association for Educational Communication and Teaching.

Ahmad, Zamri dan Norlela Abdollah. (2008). Multimedia dan Peranannya dalam

Penyerapan Nilai Murni dalam Pengajaran Guru Bahasa Melayu sekolah Menengah, dalam Media Penerapan dan Pemupukan Nilai.Malaysia:

Oxford Fajar Sdn.Bhd.

Ari, Keke Tonang ( 2006) Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca

Cepat. [On Line] Tersedia:

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.20-27%20Meningkatkan%20Kemampuan%20Membaca.pdf.[ 1 Desember 2009]

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006..). Panduan Penyusunan KTSP

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Chaeruman, AU, (2004), Integrasi Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (TTI)

ke dalam Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional

Teknologi Pembelajaran, “Menghadapi Tantangan Daya Saing SDM Nasional dan Internasional”, Jakarta: UT

Hadi Sutopo, A.(2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heinich, R., Molenda, M dan Russel, J.D (2005). Intructional Media And Media

Learning. New York: Jhon Wiley & Sons.

Iv e rs & Ba ro n ( 2 0 0 2 ), M u l t i me d i a Pr o j ect s In Ed u ca t i o n ;

Des i g n i n g Pr o d u ci n g a n d As s es i n g , Lo n d o n : Ko g an P a g e

Li m i t ed

Joko,Bambang Sigit.Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan

Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas.[On Line]

Tersedia:http://luarsekolah.blogspot.com. [1 Desember 2009]. Latuheru, JD. (1988). Media Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK

Mardika, I. Nyoman. Pengembangan Multimedia Dalam Pembelajaran Kosakata

Bahasa Inggris SD.[On Line] Tersedia:


(49)

Massopa.( 2008) Strategi Pembelajaran Membaca.[On Line] Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2008/11/25/strategi -pembelajaran -membaca [25November 200 9].

Munandi, Yudi (2008) Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir,(2008). Kurikulum Berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Mayer, Richard E.(2009). Multimedia Learning Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. (Alih Bahasa oleh Teguh Wahyu Utomo).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Misbah,J.M.B. Fariz. (2008). Model Pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) dengan Menggunakan Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) Pada Siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut. Bandung:

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascarajana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyati, Yeti. (2009).Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berorientasikan

Komptensi Bahasa dan Kompetensi Berbahasa. dalam Bahasa dan Sastra

dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra FPBS UPI.

Niniwaty, Almi (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab

Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekan Baru), Bandung: Program Studi

Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Nurhadi ( 2008) Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo. ...(2005). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Suatu Teknik

Memahami Literatur Yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nuriadi. (2008). Teknik Jitu Menjadi Pembaca Terampil.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiantoro, Burhan.(2009). Penilian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga.Yogyakarta: BPFE.


(50)

Pakde Massofa.(2008). Strategi Pembelajaran Membaca. [On Line] Tersedia. http://massofa.wordpress.com/2008/11/25/strategi-pembelajaran-membaca/ [ 12 Oktober 2009]

Pratiwi, Hany. (2009). Fungsi Multimedia dalam Pembelajaran.[On Line] Tersedia: http://henypratiwi.wordpress.com/2009/08/02/fungsi-multimedia-dalam-pembelajaran/ [30 November 2009] .

Pratiwi, Yuni, dkk (2003) Membaca II. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rayudin,( 2006). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk

Meningkatkan Kemampuan Efektif Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda di SMP kelas VIII Kota Sukabumi. Bandung: Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indoinesia.

Razaq, Abdul Ahmad (2007). Mahasiswa dan Pembudayaan Ilmu, dalam

Mahasiswa Abad 21. Malaysia: Aslita SDN.BHD.

Rokhman, Fathur. (2009). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Information

Communication and Technology (ICT). dalam Bahasa dan Sastra dalam

Perspektif Pendidikan.Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum, Bandung. Program studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala,Syaiful.(2008).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Sekolah Pascasarjana

Uviversitas Pendidikan Indonesia.Bandung.

---.(2008).Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana Predana Media Group.

………….(2007).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakara: Prenata Media Group.

Slamet, St, Y. (2008) Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Sarimanah. Eri.(2009).Pembelajaran Membaca Berbasis Metakognitif. dalam Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra FPBS UPI.

Soedarsono. (2006). Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(51)

Straubhaar.(2000). Media Now Communications Media in the Information Age. London: Wadsworth a Division of Thomson Learning.

Sudjana, Nana. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung.

Suherman, Eman.(2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi

Kompotensi Siswa.[On Line]. Tersedia:

( http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/). [25 November 2009].

Suhadi, Ibnu, MA. Ph.D. Kebijakan Penelitian Perguruan. Malang: Lembaga Penelitian-UniversitasNegeri Malang, 2001.

Sukmadinata, Nana Syaodih.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

... (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung.

Suyanto, M.(2005). Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan

Bersaing.Yogyakarta: Andi.

Suyoto, Pujiati & H.M. Rahmina (1997). Materi Pokok Evaluasi Pengajaran

Bahasa Indonesia. EPNA 3103/3 SKS/ MODUL. 1-9. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, tahun 1997/1998.

Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan

Efesien. Bandung: Angkasa.

Tarigan. (2008). Membaca sebagai Suatu Berbahasa. Bandung: Angkasa. ...(1990). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

...(1993). Strategi Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa.

Bandung:Angkasa

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Gr. Yayasan Kesuma.

Utomo, Pristiadi (200). Pengertian Multimedia Pembelajaran. [On Line] Tersedia:http://pristiadiutomo.blog.plasa.com/2009/03/19/pembelajaran-interaktif-berbasis-multimedia/ [ 1 Desember 2009].

Warsita, Bambang (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta.


(1)

160 b. Mampu merancang program pembelajaran yang berbasis multimedia.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh kepala sekolah sehubungan dengan aktivitas guru dalam proses pembelajaran berbasis multimedia, sehingga kepala sekolah hendaknya:

a. Memberikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan guru bahasa Indonesia dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Bentuk dukungan itu berupa penyediaan sarana prasana berupa penambahan unit komputer, perbaikan terhadap beberapa unit komputer yang mengalami gangguan / hank, dan penyempurnaan komputer dengan audio yang memadai.

b. Memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti pelatihan khususnya pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran tersebut.

3. Bagi Dinas Pendidikan

a. Memberikan pertimbangan dan instruksi kepada pihak sekolah se Kabupaten Ketapang untuk menerapkan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia karena pembelajaran berbasis multimedia ini dapat meningkatkan kemampuan membaca atau hasil belajar siswa.


(2)

161 b. Mengalokasikan atau mengangkat tenaga ahli bidang teknologi pendidikan untuk menjadi teknisi operator dalam pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia di sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pengembangan pembelajaran berbasis multimedia ini terbatas pada keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia pada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara , dan keterampilan menulis.


(3)

162 DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. (2007).Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira.

AECT (1977). The Definition of Educational Technology, Washington: Association for Educational Communication and Teaching.

Ahmad, Zamri dan Norlela Abdollah. (2008). Multimedia dan Peranannya dalam Penyerapan Nilai Murni dalam Pengajaran Guru Bahasa Melayu sekolah Menengah, dalam Media Penerapan dan Pemupukan Nilai.Malaysia: Oxford Fajar Sdn.Bhd.

Ari, Keke Tonang ( 2006) Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat. [On Line] Tersedia: http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.20-27%20Meningkatkan%20Kemampuan%20Membaca.pdf.[ 1 Desember 2009]

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006..). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Chaeruman, AU, (2004), Integrasi Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (TTI) ke dalam Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, “Menghadapi Tantangan Daya Saing SDM Nasional dan Internasional”, Jakarta: UT

Hadi Sutopo, A.(2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heinich, R., Molenda, M dan Russel, J.D (2005). Intructional Media And Media Learning. New York: Jhon Wiley & Sons.

Iv e rs & Ba ro n ( 2 0 0 2 ), M u l t i me d i a Pr o j ect s In Ed u ca t i o n ; Des i g n i n g Pr o d u ci n g a n d As s es i n g , Lo n d o n : Ko g an P a g e Li m i t ed

Joko,Bambang Sigit.Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas.[On Line] Tersedia:http://luarsekolah.blogspot.com. [1 Desember 2009].

Latuheru, JD. (1988). Media Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK

Mardika, I. Nyoman. Pengembangan Multimedia Dalam Pembelajaran Kosakata

Bahasa Inggris SD.[On Line] Tersedia:


(4)

163 Massopa.( 2008) Strategi Pembelajaran Membaca.[On Line] Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2008/11/25/strategi -pembelajaran -membaca [25November 200 9].

Munandi, Yudi (2008) Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir,(2008). Kurikulum Berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Mayer, Richard E.(2009). Multimedia Learning Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. (Alih Bahasa oleh Teguh Wahyu Utomo).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Misbah,J.M.B. Fariz. (2008). Model Pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) dengan Menggunakan Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) Pada Siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut. Bandung: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascarajana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyati, Yeti. (2009).Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berorientasikan Komptensi Bahasa dan Kompetensi Berbahasa. dalam Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra FPBS UPI.

Niniwaty, Almi (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekan Baru), Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Nurhadi ( 2008) Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo. ...(2005). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Suatu Teknik

Memahami Literatur Yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nuriadi. (2008). Teknik Jitu Menjadi Pembaca Terampil.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiantoro, Burhan.(2009). Penilian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga.Yogyakarta: BPFE.


(5)

164 Pakde Massofa.(2008). Strategi Pembelajaran Membaca. [On Line] Tersedia.

http://massofa.wordpress.com/2008/11/25/strategi-pembelajaran-membaca/ [ 12 Oktober 2009]

Pratiwi, Hany. (2009). Fungsi Multimedia dalam Pembelajaran.[On Line] Tersedia: http://henypratiwi.wordpress.com/2009/08/02/fungsi-multimedia-dalam-pembelajaran/ [30 November 2009] .

Pratiwi, Yuni, dkk (2003) Membaca II. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rayudin,( 2006). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Efektif Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda di SMP kelas VIII Kota Sukabumi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indoinesia.

Razaq, Abdul Ahmad (2007). Mahasiswa dan Pembudayaan Ilmu, dalam Mahasiswa Abad 21. Malaysia: Aslita SDN.BHD.

Rokhman, Fathur. (2009). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Information Communication and Technology (ICT). dalam Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Pendidikan.Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum, Bandung. Program studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala,Syaiful.(2008).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Sekolah Pascasarjana

Uviversitas Pendidikan Indonesia.Bandung.

---.(2008).Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group.

………….(2007).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakara: Prenata Media Group.

Slamet, St, Y. (2008) Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Sarimanah. Eri.(2009).Pembelajaran Membaca Berbasis Metakognitif. dalam Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra FPBS UPI.

Soedarsono. (2006). Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(6)

165 Straubhaar.(2000). Media Now Communications Media in the Information Age.

London: Wadsworth a Division of Thomson Learning.

Sudjana, Nana. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung.

Suherman, Eman.(2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi

Kompotensi Siswa.[On Line]. Tersedia:

(http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/). [25 November 2009].

Suhadi, Ibnu, MA. Ph.D. Kebijakan Penelitian Perguruan. Malang: Lembaga Penelitian-UniversitasNegeri Malang, 2001.

Sukmadinata, Nana Syaodih.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

... (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung.

Suyanto, M.(2005). Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing.Yogyakarta: Andi.

Suyoto, Pujiati & H.M. Rahmina (1997). Materi Pokok Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. EPNA 3103/3 SKS/ MODUL. 1-9. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, tahun 1997/1998.

Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung: Angkasa.

Tarigan. (2008). Membaca sebagai Suatu Berbahasa. Bandung: Angkasa. ...(1990). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

...(1993). Strategi Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa. Bandung:Angkasa

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Gr. Yayasan Kesuma.

Utomo, Pristiadi (200). Pengertian Multimedia Pembelajaran. [On Line] Tersedia:http://pristiadiutomo.blog.plasa.com/2009/03/19/pembelajaran-interaktif-berbasis-multimedia/ [ 1 Desember 2009].

Warsita, Bambang (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Media Interaktif pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama

0 4 6

Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Sekolah Menengah Pertama.

0 1 60

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

0 7 21

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN: Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan.

0 25 76

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM ASPEK AKHLAK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 59

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN LIFE SKILLS PESERTA DIDIK :Studi pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama.

0 1 77

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA: Studi pada mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah Aliyah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

3 12 46

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK.

0 1 44

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS): Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak - Banten.

0 0 80

PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALEMBANG

0 0 40