PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA

INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA

JERMAN MELALUI LMS BERBASIS

MOODLE

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

SETIAWAN

NIM: 0907970

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

SETIAWAN

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA

JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi:

Promotor

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. NIP 196310241988031003

Kopromotor

Prof. Dr. Munir, M.IT. NIP 196603252001121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 196603201991031004


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE” ini berserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Setiawan NIM 0907970


(4)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Setiawan: Pengembangan Model Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asli Bahasa Jerman melalui LMS Berbasis Moodle

Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing menunjukkan perkembangan yang signifikan. Di sisi lain, banyak aspek yang harus ikut diperhatikan dalam pengembangan BIPA. Hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap dua orang mahasiswa Jerman yang tengah studi di Indonesia dan menghadiri kelas BIPA menunjukkan fakta bahwa kedua mahasiswa tersebut kurang puas dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang mereka peroleh karena tidak mengarah kepada kemampuan berbahasa yang aplikatif dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan.

Salah satu konsep pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut adalah model kontekstual. Selain itu, untuk lebih mengoptimalkan pencapaian pembelajaran dipandang perlu untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai basis model pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan Learning Management System (LMS) berbasis moodle. Keterampilan menulis yang dijadikan dasar pedoman untuk kegiatan menulis penutur bahasa Jerman dalam penelitian ini adalah kegiatan menulis otobiografi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan memperkenalkan diri sendiri selalu dijadikan hal yang utama dalam proses berkomunikasi.

Pengembangan model kontekstual dalam pembelajaran melalui LMS berbasis moodle untuk meningkatkan kemampuan menulis pembelajar BIPA orang Jerman dilakukan melalui tahap a) identifikasi masalah dan perumusan tujuan, b) pemilihan pokok bahasan, c) perumusan tujuan pembelajaran, d) identifikasi isi/materi, dan e) penentuan rancangan kegiatan belajar. Perumusan model ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap uji coba 1 dan tahap uji coba 2.

Dari kedua uji coba tersebut diperoleh sebuah model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penutur asli bahasa Jerman dalam aspek keterampilan menulis otobiografi.


(5)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Setiawan: Contextual model development in Indonesian writing learning for German native speakers by LMS moodle-based.

Indonesian language learning for foreign speakers shows a significant development. On the other hand, there are many aspects that have to be noted in the development of BIPA. The initial results of the interview which involves two German students who are studying in Indonesia and attending BIPA class shows the fact that both of the students are not satisfied with what they got in Indonesian language learning because it is not leading to the applicative proficiency and suitable to the real condition.

One of the suitable concepts to solve the problem is contextual model. Besides, to give more optimal learning achievement, it is regarded need to use information technology and communication as learning model basic. This research uses Learning Management System (LMS) moodle-based. Writing skills which are used as base of guidance for writing activities of German speakers in this research is autobiography writing activity. This is based on consideration that self introducing activity always be the priority in communication process.

Contextual model development in learning by LMS moodle-based to increase writing skills of BIPA German students is conducted by stage of a) problem identification and aim of formulation, b) subject choice, c) aim of learning formulation, d) content/material identification, and e) establishment of learning activities design. This formulation model is conducted by two stages, namely trial stage 1 and trial stage 2.

From the both of trials obtained a learning model that can increase the skills of German native speakers in aspect of autobiography writing skills.


(6)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Fenomena merebaknya penyelenggaraan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di beberapa negara saat ini merupakan indikasi dari semakin besarnya minat penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan berbagai kepentingan yang melatarbelakanginya. Namun di sisi lain ada indikasi bahwa pembelajaran BIPA mengalami berbagai kendala, di antaranya masih banyaknya hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran BIPA yang berkaitan dengan bahan dan materi pembelajaran. Hal ini terungkap dari analisis awal, termasuk dari wawancara yang dilakukan terhadap peserta BIPA. Satu hal utama yang menyebabkan munculnya kekurangpuasan para pembelajar BIPA yang diwawancara adalah tidak relevannya materi pembelajaran dengan kebutuhan aplikasinya dalam kehidupan nyata di lapangan. Selain itu, mutu pembelajaran BIPA masih menjadi hal yang dipandang perlu untuk dikritisi.

Untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan sebuah kajian lebih mendalam mengenai model pembelajaran BIPA yang dapat memadukan cakupan materi yang tepat dengan memperhatikan konteks penggunaan bahasa dalam situasi yang sebenarnya. Salah satu konsep pembelajaran yang tepat untuk masalah tersebut adalah model kontekstual.

Salah satu keterampilan yang harus dikuasai pembelajar BIPA adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia bagi pembelajar tingkat menengah melalui Learning Management System (LMS) berbasis Moodle. Dalam penelitian ini, keterampilan menulis yang akan dijadikan dasar pedoman untuk kegiatan menulis penutur bahasa Jerman adalah kegiatan menulis otobiografi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan memperkenalkan diri sendiri selalu dijadikan hal yang utama dalam proses berkomunikasi. LMS berbasis Moodle


(7)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan program yang dirancang khusus bagi pembelajaran online. Dengan demikian, program ini jelas memiliki fitur yang berbeda dengan program lain yang dikembangkan untuk berbagai kepentingan.

Berdasarkan uraian di atas perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai pengembangan model kontekstual dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman (Deutsche Muttersprachler) dengan berfokus pada keterampilan menulis otobiografi melalui LMS berbasis moodle.

Semoga isi yang termuat dalam disertasi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran BIPA, khususnya bagi penutur asli bahasa Jerman. Amiiin.

Penulis,


(8)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan karuniaNya, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

Penyelesaian disertasi ini tentunya tidak akan dapat terlaksana tanpa bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk semua bantuan tersebut, saya menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. selaku promotor yang telah memberikan motivasi secara istiqomah dan dengan sabar serta tulus memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga dalam penyelesaian disertasi ini;

2. Prof. Dr. Munir, M.IT. selaku kopromotor yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga dalam penyelesaian disertasi ini, terutama yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi;

3. Dr. Sumiyadi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascassarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berkenan meluangkan waktu untuk memonitor secara langsung perkembangan penulisan disertasi ini, memberikan motivasi secara kontinyu sampai tahap penyelesaian disertasi ini;

4. Ibu/Bapak dosen Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah banyak memberikan ilmu, menginisiasi pengembangaan wawasan dan gagasan yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktifitas sebagai pendidik;

5. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Direktur SPs UPI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi program Doktor (S3);


(9)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Rektor UPI periode 2007-2015 yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi program Doktor di SPs UPI;

7. Prof. Dr. Furqon, M.Ed. selaku Rektor UPI periode 2015-2019 yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi program Doktor di di SPs UPI;

8. Prof. Dr. Didi Sukiyadi, M.A. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FPBS) UPI yang telah mendorong penyelesaian studi di di SPs UPI;

9. Drs. Amir, M.Pd. selaku Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI yang telah memberikan motivasi dalam studi lanjut dan menjadi rekan dalam diskusi keilmuan yang bermanfaat;

10.Ibu/Bapak dosen Departemen Pendidikan Bahasa Jerman yang telah mendorong dan menberikan semangat dalam penyelesaian studi di SPS UPI;

11.Ayahanda tercinta Bapak Warnasim dan Ibunda tersayang Ny. Kalsih yang selalu memberikan semangat, doa yang tulus, dan motivasi yang tak pernah lekang, yang dengan lembut dan penuh sayang telah menanamkan jiwa kependidikan dan dasar-dasar pekerti bagi pengembangan karakter. Demikian pula kepada ayah mertua Bapak Sobirin dan Ibu mertua Ny. Edah Sumarni yang telah memberikan petuah-petuah penuh makna, memberikan jalan disaat kesulitan dan dengan tulus memberikan asuhan yang tak ternilai artinya;

12.Istri tersayang Ida Nurhayati, S.Pd. dan anak-anak tercinta Yoke Ramadhan Ginanjar, S.Pd., Yuki Arif Gumilar, S.Pd., Yuriza Fahmi Nugraha, serta menantu tercinta Dinar Putri Rahayu, S.Pd. dan cucu tersayang Radeva Fathan Alfaridzi yang selalu menyertai setiap langkah akademis dan kehidupan


(10)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harmonis selama ini, memberikan nuansa yang membahagiakan, yang dengan ceria selalu memberikan dorongan untuk meraih prestasi yang diidamkan; dan

13.semua pihak yang telah memberikan bantuan dan tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Sungguh seluruh kebaikan yang telah diberikan telah menjadi kebahagiaan yang disambut dengan rasa syukur dan penghargaan. Semoga Robb yang di tangan-Nya terletak kemuliaan kita memberikan balasan yang indah dan berkenan memberkahi seluruh amal yang telah dilakukan. Amiiin.


(11)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing menunjukkan perkembangan yang signifikan. Di sisi lain, banyak aspek yang harus ikut diperhatikan dalam pengembangan BIPA. Hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap dua orang mahasiswa Jerman yang tengah studi di Indonesia dan menghadiri kelas BIPA menunjukkan fakta bahwa kedua mahasiswa tersebut kurang puas dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang mereka peroleh karena tidak mengarah kepada kemampuan berbahasa yang aplikatif dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan.

Salah satu konsep pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut adalah model kontekstual. Selain itu, untuk lebih mengoptimalkan pencapaian pembelajaran dipandang perlu untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai basis model pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan Learning Management System (LMS) berbasis moodle. Keterampilan menulis yang dijadikan dasar pedoman untuk kegiatan menulis penutur bahasa Jerman dalam penelitian ini adalah kegiatan menulis otobiografi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan memperkenalkan diri sendiri selalu dijadikan hal yang utama dalam proses berkomunikasi.

Pengembangan model kontekstual dalam pembelajaran melalui LMS berbasis moodle untuk meningkatkan kemampuan menulis pembelajar BIPA orang Jerman dilakukan melalui tahap a) identifikasi masalah dan perumusan tujuan, b) pemilihan pokok bahasan, c) perumusan tujuan pembelajaran, d) identifikasi isi/materi, dan e) penentuan rancangan kegiatan belajar. Perumusan model ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap uji coba 1 dan tahap uji coba 2.

Dari kedua uji coba tersebut diperoleh sebuah model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penutur asli bahasa Jerman dalam aspek keterampilan menulis otobiografi.


(12)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Indonesian language learning for foreign speakers shows a significant development. On the other hand, there are many aspects that have to be noted in the development of BIPA. The initial results of the interview which involves two German students who are studying in Indonesia and attending BIPA class shows the fact that both of the students are not satisfied with what they got in Indonesian language learning because it is not leading to the applicative proficiency and suitable to the real condition.

One of the suitable concepts to solve the problem is contextual model. Besides, to give more optimal learning achievement, it is regarded need to use information technology and communication as learning model basic. This research uses Learning Management System (LMS) moodle-based. Writing skills which are used as base of guidance for writing activities of German speakers in this research is autobiography writing activity. This is based on consideration that self introducing activity always be the priority in communication process.

Contextual model development in learning by LMS moodle-based to increase writing skills of BIPA German students is conducted by stage of a) problem identification and aim of formulation, b) subject choice, c) aim of learning formulation, d) content/material identification, and e) establishment of learning activities design. This formulation model is conducted by two stages, namely trial stage 1 and trial stage 2.

From the both of trials obtained a learning model that can increase the skills of German native speakers in aspect of autobiography writing skills.


(13)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Rumusan Masalah ... 14

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Manfaat Penelitian ... 15

1.6 Definisi Opersional ... 15

BAB II : PEMBELAJARAN BAHASA, PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, DAN MOODLE ... 17

2.1 Perspektif Historis ... 17

2.2 Pembelajaran Bahasa Kedua... 18

2.2.1 Metode Penerjemahan Gramatik (Grammatik-Übersetzung-Methode) ... 21 2.2.2 Metode Langsung/Alamiah (Direkte/natürliche


(14)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Methode) ... 22

2.2.3 Metode Audio Visual (Die audio visuelle/audio linguelle Methode) ... 24

2.2.4 Pendekatan kognitif (Kognitive Ansatz) ... 25

2.2.5 Pendekatan Komunikatif (Kommunikative Ansatz) . 25 2.2.6 Pendekatan Lintas kultural (Interkulturelle Ansatz). 26 2.3 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua ... 27

2.4 Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ... 29

2.4.1 Kemampuan Komunikatif BIPA ... 31

2.4.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asli Bahasa Jerman ... 35

2.4.3 Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

2.5 Model Kontekstual ... 48

2.6 Media Pendidikan dalam Pembelajaran Bahasa ... 51

2.7 Keterampilan Menulis ... 61

2.8 E-Learning dan LMS Berbasis moodle ... 67

2.8.1 Sejarah E-Learning sebagai Media Pendidikan ... 67

2.8.2 LMS Berbasis Moodle ... 74

2.9 Model Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asli Bahasa Jerman melalui LMS berbasis Moodle ... 81

2.10 Model Pembelajaran Konvensional dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 86

2.10.1 Orientasi Model ... 86

2.10.2 Model Pembelajaran ... 86

2.10.3 Penerapan ... 88


(15)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 90

3.1 Metode Penelitian ... 90

3.2 Prosedur Penelitian ... 91

3.2.1 Masalah Penelitian ... 92

3.2.2 Pengumpulan Data ... 93

3.2.3 Desain Model ... 94

3.2.4 Validasi Desain ... 106

3.2.5 Revisi Desain ... 110

3.2.6 Uji Coba Terbatas ... 110

3.2.7 Revisi Desain Pasca Uji Coba Terbatas ... 110

3.2.8 Uji Coba Luas ... 110

3.2.9 Revisi Desain Pascauji Coba Luas ... 111

3.2.10 Model atau Produk Akhir ... 111

3.3 Teknik Penelitian ... 111

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 111

3.3.2 Sampel Penelitian ... 112

3.3.3 Instrumen Penelitian ... 113

3.3.4 Prosedur dan Pengolahan Data ... 115

3.4 Teknik Analisis Data Statistik Data Penelitian ... 116

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 117

4.1 Hasil Penelitian ... 117

4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan . ... 117

4.1.1.1 Gambaran Kegiatan BIPA di Jerman ... 117

4.1.1.2 Analisis Bahan Ajar BIPA ... 120

4.1.1.3 Hasil Anget tentang Pembelajaran ... 122

4.1.1.4 Hasil Wawancara tentang Pembelajaran ... 124 4.1.2 Model Pembelajaran BIPA dalam Aspek


(16)

Keteram-Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pilan Menulis ... 125

4.1.2.1 Penerapan Model Pembeajaran Moodle ... 125

4.1.2.1.1Pengembangan Model Pembelajaran Moodle .... 129

4.1.2.1.2 Pengembangan Model Awal ... 130

4.1.2.1.2.1 Langkah-langkah Pengembangan ... 130

4.1.2.1.2.2 Hasil Pengembangan ... 133

4.1.2.1.2.3 Uji Coba Tahap I ... 143

4.1.2.1.2.4 Pengembangan Model Revisi ... 150

4.1.2.1.2.5 Uji Coba Tahap 2 ... 157

4.1.3 Uji Persyaratan Analisis ... 165

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 166

4.2.1 Kondisi Pembelajaran ... ... 166

4.2.1.1 Tempat Pembelajaran BIPA ... 166

4.2.1.2 Kurikulum Pembelajaran BIPA ... 167

4.2.1.3 Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia .... 169

4.2.2 Pengembangan Model ... 170

4.2.3 Model Kontekstual ... ... 174

4.2.4 Kekuatan dan Kelemahan ... 175

4.2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat ... 181

4.2.6 Kelayakan Model ... 183

4.2.7 Implikasi Penerapan Model Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Otobiografi bagi Penutur Asli Bahasa Jerman Melalui LMS Berbasis Moodle sebagai Solusi Permasalahan-Permasalahan yang Muncul dalam Proses Pembelajaran Terlangsung ... 185


(17)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.1 Kesimpulan ... 190

5.2 Saran ... 192

5.3 Rekomendasi ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 196


(18)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 : Bahasa dan Pemerolehan ... 18

Tabel 2.2 : Konjugasi Kata Kerja Lemah (schwaches Verb) ... ... 39

Tabel 2.3 : Konjugasi Kata Kerja Kuat (strakes Verb) ... 41

Tabel 2.4 : Bentuk Waktu/Kala (Zeitformen) ... 42

Tabel 2.5 : Konjugasi Kata Kerja dalam Perfekt dan Präteritum ... 43

Tabel 2.6 : Klasifikasi Media (Menurut Anderson) ... 55

Tabel 2.7 : Konjugasi Kata Kerja Lemah (schwaches Verb) kaufen ... 63

Tabel 2.8 : Konjugasi Kata Kerja Kuat (starkes Verb) essen ... 64

Tabel 2.9 : Skenario 1: Pembelajaran secara Langsung dengan Integrasi Internet ... 72

Tabel 2.10 : Skenario 2: Keseimbangan Komponen Internet dan Pembelajaran Langsung ... 72

Tabel 2.11 : Skenario 3: Penggunaan Terintegrasi antara Pembelajaran Langsung dengan Komponen Internet ... 73

Tabel 2.12 : Skenario 4: Pembelajarn secara Virtual dan Kelompok Belajar ... 73

Tabel 3.1 : Format Penilaian Keterampilan Menulis ... 115

Tabel 4.1 : Daftar Kota Penyelenggara Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 118


(19)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 : Alur Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Kontekstual ... 51

Gambar 2.2 : Infrastruktur Pintar di Sekitar Kampus ... 58

Gambar 2.3 : Media Pendidikan Berbasis TIK (e-leaning) ... 60

Gambar 2.4 : Skenario Pembelajaran Berbasis E-Learning ... 71

Gambar 2.5 : Model Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asli Bahasa Jerman melalui LMS berbasis Moodle ... 86

Gambar 3.1 : Prosedur Penelitian ... 92

Gambar 3.2 : Tampilan Rancangan Awal Kelas Virtual BIPA ... 96

Gambar 3.3 : Petunjuk bagi Partisipan Penelitian melalui e-mail ... 97

Gambar 3.4 : Penyusunan Model Pembelajaran Konstektual bagi Partisipan ... 99

Gambar 3.5 : Halaman Awal Pembelajaran ... 101

Gambar 3.6 : Halaman Kelas Pembelajaran LMS Berbasis Moodle ... 102

Gambar 3.7 : Halaman Forum Diskusi ... 104

Gambar 3.8 : Fitur Dalam Forum Diskusi ... 105

Gambar 3.9 : Materi Pembelajara dalam Tema 1 ... 107

Gambar 3.10 : Layout Pembelajaran ... 108

Gambar 3.11 : Bagan dalam Pembelajaran Tema 1 ... 109

Gambar 4.1 : Model Awal Pembelajaran Menulis ... 134

Gambar 4.2 : Tampilan menu yang memuat modul pembelajaran 1 ... 136

Gambar 4.3 : Tema jati diri dalam modul pembelajaran 1 ... 137

Gambar 4.4 : Ilustrasi dalam modul pembelajaran 2 ... 138


(20)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.6 : Pertanyaan dalam Modul Pembelajaran 2 ... 141

Gambar 4.7 : Penyajian Redemittel dalam modul pembelajaran ... 142

Gambar 4.8 : Layout Model Pembelajaran Revisi ... 152

Gambar 4.9 : Revisi Redemittel dan Gammatikmemo ... 153

Gambar 4.10 : Bentuk Latihan Model Revisi ... 155

Gambar 4.11 : Integrasi Soal Latihan dengan Redemittel ... 156

Gambar 4.12 : Format Revisi Latihan ... 158


(21)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Hal

Grafik 4.1 : Penilaian terhadap Format Model Pembelajaran ... 145

Grafik 4.2 : Penilaian terhadap Isi Model Pembelajaran ... 146

Grafik 4.3 : Penilaian terhadap Bahasa dalam Model Pembelajaran ... 147

Grafik 4.4 : Penilaian terhadap Format Model Pembelajaran ... 160

Grafik 4.5 : Penilaian terhadap Isi Model Pembelajaran ... 162


(22)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangPenelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (selanjutnya disebut BIPA) terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Bahasa Indonesia tidak hanya dipelajari di negara kawasan Asia seperti Jepang, tetapi juga di Australia dan kawasan Eropa, seperti Prancis, Belanda, juga Jerman. Perkembangan ini setidaknya mengimplikasikan dua hal penting, yaitu perlunya (1) perumusan secara akurat cakupan materi yang dipelajari dan (2) pengembangan model-model pembelajaran yang dapat diaplikasikan secara efektif dalam proses pembelajaran BIPA.

Cukup besarnya minat orang Jerman untuk belajar bahasa Indonesia bisa dicermati dari dibukanya tempat-tempat pembelajaran bahasa Indonesia utamanya di kota-kota besar, baik yang terintegrasi dengan universitas maupun berdiri sendiri. Sebagai gambaran, Ekawati menyampaikan dalam seminar Vivat Academia (www.unpad.ac.id) diakses pada 21 Mei 2013) bahwa BIPA di Jerman sudah mulai berkembang pada tahun 1970-an dan pada tahun 2013 dipelajari di sembilan universitas di Jerman. Keberadaan tempat belajar BIPA yang terintegrasi ke dalam sebuah universitas memberikan jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan manajemen yang baik, sebagaimana layaknya pembelajaran ilmu pengetahuan lain di sebuah lembaga pendidikan tinggi. Hal iniberkaitan dengan kualitas kurikulum yang digunakan, relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan kenyataan di lapangan dan salah satu yang utama adalah mutu pengajarnya yang tidak asal-asalan.

Keberadaan sembilan universitas yang menyediakan pembelajaran bahasa Indonesia di Jerman bisa dijadikan sebagai salah satu indikasi nilai Indonesia bagi


(23)

2

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat Jerman. Tampaknya Indonesia memiliki peran yang sedikit lebih penting bagi masyarakat Jerman dibandingkan dengan Yunani bagi masyarakat Indonesia. Adalah fakta yang riil bahwa Bali dan Habibie sangat terkenal di Jerman, sebagaimana Siemens, BASF, BMW sangat terkenal di Indonesia. Berdasarkan fakta ini, sudah semestinya penggiat BIPA merasa percaya diri untuk mempromosikan pembelajaran bahasa Indonesia di Eropa pada umumnya dan Jerman pada khususnya.

Penelaahan tempat belajar bahasa Indonesia teraktual yang dilakukan untuk kepentingan penelitian ini menunjukkan data yang relevan dengan data tersebut di atas. Cukup sulit menemukan sumber yang memiliki data jumlah dan tempat pembelajaran bahasa Indonesia di Jerman. Penelaahan kemudian dilakukan melalui situs promosi lembaga pembelajaran bahasa yang umum diakses masyarakat Jerman dengan asumsi, bahwa setiap lembaga akan memuat iklan di situs ini untuk mempromosikan lembaganya. Situslangwhich.com merupakan salah satu situs yang cukup terkemuka dalam memberikan informasi mengenai kursus bahasa. Pencarian di situs ini menemukan tempat belajar bahasa Indoesia di 20 kota di Republik Federal Jerman. Setiap kota bisa mempunyai lebih dari satu tempat belajar BIPA. Penelaahan selanjutnya dilakukan melalui penelusuran situs lembaga-lembaga tersebut secara random. Hasilnya menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pembelajaran bahasa Indonesia tersebut masih aktif dan menerima pembelajar baru dalam setiap rentang waktu tertentu.

Fakta bahwa bahasa Indonesia diajarkan di 20kota di Jerman seakan menjadi data pengesah dalam upaya menemukan fakta pembelajaran bahasa Jerman di Bundesrepublik Deutschland. Cukup banyaknya lembaga pembelajaran bahasa Indonesia yang bertahan dalam kurun waktu lama menjadi indikasi cukup besarnya animo masyarakat Jerman belajar bahasa Indonesia. Hal ini tentu memiliki imbas tersendiri bagi penggiat BIPA, khususnya BIPA di Jerman, yaitu bahwa mutu pembelajaran BIPA harus senantiasa ditingkatkan, baik terkait


(24)

3

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan relevansi kurikulum dengan kebutuhan pembelajar, pengembangan bahan ajar yang aktual maupun kemudahan akses pembelajaran.

Pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (Indonesisch als Fremdsprache). Dengan demikian, ada banyak aspek yang harus ikut diperhatikan dalam pengembangan BIPA, termasuk adanya kajian interdisiplin yang bermanfaat untuk terbentuknya sistem pengajaran BIPA yang sistematis, terpadu dan relevan dengan kebutuhan para pembelajarnya.Salah satu contohnya ialah integrasi kebudayaan ke dalam pembelajaran BIPA. Integrasi ini merupakan sesuatu yang sangat pentingkarena bahasa memang tidak akan bisa dilepaskan dari konteks budaya para penutur aslinya. Integrasi kebudayaan merupakan salah satu daya tarik yang bisa dieksploitasi sesuai dengan kondisi pembelajar. Indonesia dipandang menarik bagi bagi banyak bangsa di dunia, salah satunya karena ragam budayanya yang khas. Oleh sebab itu, fitur budaya dalam BIPA menjadi salah satu aspek yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi dan atmosfir pembelajaran BIPA sehingga kondusif bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Sekait dengan hal ini, Soegihartono (2012, hlm. 142-143) menyatakan bahwa

“konten pengajaran BIPA di samping menyangkut struktural kebahasaan yang juga harus mengandung hal-hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena bahasa tidak pernah lepas dari konteks budaya dan keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah bagian dari sistem kebudayaan. Kebudayaanmanusia tidak akan terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Jadi biasa dikatakan bahasa merupakan bagian inti dari kebudayaan.”

Integrasi kebudayaan ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing tentu tidak hanya sebuah keharusan, namun menjadi daya tarik pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Mempelajari bahasa asing sebaiknya selalu terintegrasi dengan pembelajaran sistem budaya dari komunitas pemakai


(25)

4

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa asing itu, karena bisa berbahasa dengan benar belum tentu cukup, karena berbahasa juga harus baik. Benar pada umumnya akan berkaitan dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan, sedangkan baik akan berkaitan dengan sistem nilai yang dianut dalam budaya penutur aslinya. Dengan demikian, hanya mengajarkan bahasa asing agar bisa digunakan dengan benar bisa ditafsirkan sebagai pembelajaran yang canggung dan tanggung. Mengajarkan budaya dari bangsa penutur bahasa asing tersebut akan melengkapi pembelajar dengan kemampuan bahasa yang baik dan benar. Dengan demikian, integrasi kebudayaan dalam pembelajaran bahasa adalah sebuah keniscayaan.

Sekait dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi orang Jerman, integrasi kebudayaan ke dalam pembelajaran BIPA tidak hanya sebuah keharusan namun menjadi daya pikat pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini karena minat orang Jerman mempelajari bahasa Indonesia pada umumnya justru karena latar belakang ketertarikan terhadap budaya bangsa Indonesia. Berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa Jerman yang umumnya karena berbagai alasan di bidang ekonomi seperti minat atas teknologi, ketertarikan untuk terlibat di perusahaan Jerman atau karena ingin melanjutkan studi di Jerman, masyarakat Jerman umumnya tertarik kepada Indonesia di aspek seni dan budayanya. Pengamatan yang dilakukan selama menjadi pengajar bahasa Jerman menunjukkan bahwa aspek-aspek seni, budaya dan alam Indonesia menjadi hal yang diminati orang Jerman. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh duta besar Jerman untuk Indonesia tahun 2013 lalu. Witschel (wawancara dalam lamanwww.vivanews.com tahun 2013) mengungkapkan bahwa mayoritas rakyat di negaranya belum tahu banyak mengenai Indonesia, namun mereka sangat mengenal Bali. Hal ini menjadi salah satu sebab munculnya tafsiran, bahwa Indonesia menarik utamanya dalam bidang hiburan, yang kemudian akan berkaitan dengan aspek seni dan budayanya.


(26)

5

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BIPA di Jerman yang menyampaikan bahwa murid-muridnya terkadang berani untuk menginterupsi pembelajaran hanya untuk menyampaikan bahwa tema pembelajaran yang sedang berlangsung kurang menarik minat mereka karena tidak relevan dengan alasan mereka mempelajari bahasa Indonesia. Mereka umumnya mengungkapkan alasan keterlibatan mereka di kelas BIPA adalah untuk mengenal Indonesia dari kacamata budaya dan seninya.

Tak heran bila kemudian buku ajar BIPA biasanya dipenuhi gambar masyarakat Indonesia dari kacamata budaya. Salah satu buku semacam ini adalahIndonesisch für Deutsche atau Bahasa Indonesia bagi Penutur Asli Bahasa Jerman dari Bernd Nothofer dan Karl-Heinz Pampus. Buku ini pertama kali dicetak dan terbit pada tahun 1988 oleh Julius Groos Verlag di Heidelberg, Jerman. Data-data ini menunjukkan bahwa aspek budaya Indonesia yang terpaut jauh dari sistem budaya Eropa merupakan hal yang menarik bagi masyarakat Jerman. Oleh sebab itu, aspek budaya menjadi sebuah daya pikat untuk diintegrasikan ke dalam pembelajaran BIPA.

Penentuan cakupan materi BIPA yang dipelajari mutlak perlu dilakukan karena berhubungan erat dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi yang dihadapi pembelajar di Indonesia, sedangkan model pembelajaran akan sangat menentukan efektivitas proses pembelajaran dari materi yang telah dirumuskan tadi. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara awal dengan beberapa mahasiswa Jerman yang belajar bahasa Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa perlu adanya keterpaduan antara materi yang dipelajari dalam BIPA dan situasi atau konteks yang mereka hadapi dalam situasi yang sebenarnya.

Sebagian kalangan melihat bahwa fenomena merebaknya BIPA saat ini merupakan indikasi dari semakin besarnya minat penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan berbagai kepentingan yang melatarbelakanginya. Namun demikian, BIPA sempat mengalami fluktuasi dalam perkembangannya. Pada


(27)

6

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahun 2007, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia dalam pengantar semiloka BIPA menyampaikan adanya penurunan peminat BIPA. Hal ini sejalan dengan temuan yang dikemukakan oleh Hamied (http://www.ialf.edu/bipa/april 2001 /pembelajaran bahasa indonesia.html diakses 26 Februari 2011) yang menggambarkan bahwa masalah BIPA terjadi di berbagai negara, mulai dari hambatan yang berkaitan dengan materi pelajaran di Korea, persoalan mutu pelajaran di Amerika Serikat sampai ketiadaan kamus yang lengkap, terutama yang dilengkapi dengan contoh pemakaian kata yang cukup banyak di Jepang.

Setelah tahun 2007, BIPA kembali mengalami perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya jumlah penyelanggara BIPA di dunia. Majalah Dikbud edisi 06 bulan November tahun 2013 memuat informasi sekait perkembangan ini (tersedia di http://km.ristek.go.id/assets/files/Pendidikan/ BIPA%20di%20Asia/BIPA%20di%20Asia.pdf diakses pada tanggal 28 Februari 2015). Pada tahun 2013 Dikbud mencatat ada 74 lembaga penyelenggara BIPA yang tersebar di 45 negara. Perkembangan ini tampaknya merupakan kelanjutan yang positif dari berkembangnya jumlah penyelenggara BIPA di tahun 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Rivai (tersedia di laman http://km.ristek.go. id/assets/files/Pendidikan/BIPA%20di%20Asia/BIPA%20di%20Asia.pdfdiakses pada tanggal 28 Agustus 2015) menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyelenggara lembaga BIPA di berbagai negara di dunia, namun perkembangan lembaga penyelenggara BIPA ini tidak disertai dengan perkembangan jumlah peserta BIPA pada tahun tersebut. Dari dua sumber ini bisa diketahui bahwa BIPA mengalami perkembangan yang positif setelah munculnya berbagai permasalahan di kisaran tahun 2007.

Perkembangan BIPA saat ini berjalan dengan baik, namun permasalahan dalam penyelenggaraannya masih ada, meskipun tidak serumit dan sebanyak pada tahun 2007. Hal ini terungkap melalui hasil wawancara awal yang dilakukan terhadap dua orang mahasiswa Jerman yang tengah menuntut studi di Indonesia


(28)

7

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menghadiri kelas BIPA menunjukkan fakta, dimana kedua mahasiswa tersebut kurang puas dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang mereka peroleh karena tidak mengarah kepada kemampuan berbahasa yang aplikatif dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Mereka menginginkan adanya keterpaduan antara materi yang dipelajari dalam BIPA dan situasi atau konteks yang mereka hadapi dalam situasi yang sebenarnya. Hal ini berimbas pada munculnya hambatan yang mereka alami dalam interaksi dengan orang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.Untuk menjawab permasalahan tersebut, diperlukan sebuah model pembelajaran BIPA yang dapat memadukan kedua hal di atas, tidak hanya berisi cakupan materi yang tepat, tetapi juga memerhatikan konteks penggunaan bahasa dalam situasi yang sebenarnya.

Kesulitan komunikasi yang muncul akibat ekses dari kontrasnya budaya Eropa dan Asia pernah diungkap oleh Günthner (1993). Dalam penelitiannya mengenai hambatan komunikasi orang Jerman dan orang China, Günthner menemukan bahwa mengetahui bahasa masing-masing lawan bicara belum cukup untuk menciptakan komunikasi yang baik. Kerap kali orang Jerman dibuat lost oleh pola bicara orang China yang sirkuler dan tidak to the point sebagaimana umum dilakukan oleh bangsa Jerman. Di samping itu masih banyak aspek budaya lain yang menyebabkan munculnya hambatan komunikasi, misalnya karena anggapan sikap bahasa yang tidak sopan, salah memahami signal tubuh ketika berbahasa atau diksi yang memiliki kecenderungan makna yang berbeda.

Pembelajaran BIPA yang tidak memperhatikan relevansi semacam ini akan sulit mencapai tujuan yang diidamkan para pembelajar BIPA. Tampaknya ini pula keluhan para responden orang Jerman yang sempat diwawancarai dalam penelitian ini. Kurangnya relevansi antara materi ajar BIPA dengan kebutuhan mereka di lapangan pada akhirnya menurunkan motivasi mereka untuk terus terlibat aktif dalam pembelajaran. Fakta-fakta sebagaimana ditemukan oleh Günthner di atas sangat mungkin dialami pula oleh para pebelajar, dan oleh


(29)

8

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karenanya mereka mencoba menemukan solusi dari berbagai permasalahan lintas kultural tersebut di kelas BIPA.

Dalam sudut pandang penelitian ini, solusi dari semua permasalahan yang muncul sebagai akibat kontras budaya antara Jerman dan Indonesia justru harus ditemukan di kelas BIPA karena tidak ada lagi sarana lain yang lebih relevan untuk dijadikan sarana pemecahan masalah ini. Inilah esensi materi-materi dalam pembelajaran BIPA, selain diintegrasikan dengan kebudayaan native speaker yaitu budaya Indonesia, juga harus diselaraskan dengan kebutuhan pembelajar di lapangan. Secara ilmiah, landasan bagi kebijakan ini dikemukakan oleh Hofstede (1991, hlm. 9) dalam teorinya yang kerap disebut Zwiebeldiagramm Hofstede. Ia mengungkapkan bahwa empat aspek budaya yaitu nilai, ritual, teladan, dan simbol diungkapkan melalui praktek kebahasaan. Dengan demikian jelas ditunjukkan dalam teori ini, bahwa praktek kebahasaan seseorang pada hakikatnya adalah produk lingual dari sistem budaya yang ia anut. Mulai dari nilai yang menjadi patokan ia bersikap bahasa, ritual yang merupakan tatanan kebiasaan dalam sebuah budaya yang bertujuan mempererat hubungan antaranggota dalam sistem budaya tersebut, teladan yang dijadikan pedoman dalam berprilaku dan simbol-simbol yang menjadi identitas komunitas, semua dijewantahkan dalam bahasa yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari setiap anggota komunitas dlam sebuah sistem budaya.

Salah satu konsep pembelajaran yang tepat untuk masalah tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakakan model kontekstual. Dalam konsep model ini, materi yang diajarkan dikaitkan dengan situasi dunia nyata pembelajar. Selain itu, mereka didorong untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja (Blanchard, 2001 dalam Komalasari,2010, hlm. 6).

Model kontekstual dalam pembelajaran dikembangkan atas asumsi bahwa pembelajar harus mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam situasi


(30)

9

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mereka hadapi di dunia nyata. Hakikat bahasa adalah untuk berkomunikasi, dan seyogyanya pembelajaran bahasa bertujuan menjadikan pembelajar mampu berkomunikasi dalam konteks keseharian dan bukan dalam konteks rekaan semata. Di sinilah model kontekstual memainkan peranan yang penting.

Kelebihan model kontekstual terletak pada tujuan pembelajaran yang mengaitkan ide-ide abstrak dengan penerapan riil di dunia nyata. Pembelajar melakukan proses internalisasi konsep bahasa melalui pengalaman langsung dalam berbagai konteks kehidupan (Komalasari, 2010, hlm. 6). Oleh karena itu, model kontekstual dapat digunakan untuk menghindari kegiatan pembelajaran yang berpusat pada tema yang jarang sekali ditemui dalam situasi nyata dan melengkapi pembelajaran dengan berbagai pengajaran beragam kemampuan berbahasa, sehingga tidak hanya terfokus pada penguasaan struktur atau tata bahasa tujuan.

Salah satu keterampilan yang harus dikuasai pembelajar BIPA adalah keterampilan menulis. Bagi penutur bahasa Jerman, menulis dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah tantangan tersendiri karena adanya gap yang cukup besar antara sistem linguistik bahasa Jerman dengan sistem linguistik bahasa Indonesia. Bahasa Jerman memiliki pola tata bahasa, sintaksis, dan pola pembentukan kata yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Hal ini akan menyulitkan penutur bahasa Jerman yang tengah belajar BIPA, terutama bila latihan menulis di kelas-kelas BIPA terlepas dari konteks yang akan mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia bagi pembelajar tingkat menengah. Kebijakan ini diambil untuk menunjang efektifitas pencapaian tujuan-tujuan penelitian yang mengambil basis kinerja media online ini. Kekhasan penelitian yang bertujuan menyusun model pembelajaran BIPA secara online ini menuntutketerlibatan pembelajar-pembelajar yang sudah menguasai bahasa


(31)

10

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia tingkat dasar. Hal ini berhubungan langsung dengan

petunjukoperasional penggunaan model pembelajaran bahasa Indonesia melalui Learning Management System(LMS) berbasis Moodle. Setiap petunjuk yang ada di kelas virtual pembelajaran ini akan menggunakan bahasa Indonesia. Tanpa adanya kontak tatap muka langsung dengan pengajar, maka instruksi yang dituangkan dalam model ini harus didesain sedemikian rupa sehingga sangat mudah untuk dipahami, dan tidak membutuhkan tanya jawab yang intens dengan pengajar. Untuk inilah dibutuhkan penguasaan kemampuan dasar setiap pembelajar yang dilibatkan dalam penelitian ini.

Dalampenelitianini, keterampilanmenulis yang

akandijadikandasarpedomanuntukkegiatanmenulispenuturbahasaJermanadalahkeg

iatanmenulisotobiografi. Hal

iniberdasarkanpertimbanganbahwakegiatanmemperkenalkan

dirisendiriselaludijadikanhal yang utamadalam proses berkomunikasi.

Olehkarenaitu, perluadanyasuatukonstruksi yang

jelasdalamhalmenyusunsebuahredaksiperkenalan yang baikdanbenar. Selain itu, menulis otobiografi memberikan kemudahan bagi pembelajar Jerman karena ia tidak lagi perlu mencari-cari tema tulisan. Tema penulisan otobiografi yang dijadikan bahan kajian penelitian ini adalah otobiografi pembelajar bersangkutan. Ia diminta untuk menulis sebuah teks mengenai kondisi dirinya, baik berkaitan dengan aspek keluarga, pendidikan, maupun pengalaman lainnya. Dengan demikian, setiap pembelajar akanberkonsentrasi pada upaya menulis teks dalam bahasa Jerman dan tak lagi disibukkan dengan upaya mencari tema lain dengan berbagai ragam alurnya.

Dengan pengembangan model kontekstual, permasalahan yang diuraikan tersebut dapat diatasi karena model kontekstual mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi nyata yang ditemui.Dengan demikian, keutamaan penelitian ini antara lain adalahterciptanya model kontekstual dalam pembelajaran menulis


(32)

11

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodleyang akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran yang menggunakan metode-metode terlangsung.

Untuk lebih mengoptimalkan pencapaian pembelajaran, dipandang perlu untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai basis model pembelajaran. Hal ini dilakukan atas beberapa pertimbangan, di antaranya keunggulan yang bisa dimanfaatkan dari penggunaan IT dalam pembelajaran BIPA dan kemudahan mengakses IT dimanapun dan kapanpun sepanjang ada koneksi internet. Karena subyek penelitian merupakan penutur asli bahasa Jerman, maka terbuka kemungkinan subyek harus kembali ke Jerman sebelum

penelitian rampungataubahkansubyekmerupakan orang Jerman yang

belajarbahasa Indonesia di

Jerman.Kondisiiniakanberimbaspadapeluangberinteraksidengansubyek penelitian yang terbatasdanmahal.DenganmenggunakanIT, jaminan keberlangsungan penelitian karena subjek masih bisa berpartisipasi aktif meskipun sedang berada di Jermanbisadijagaseoptimalmungkin.

Fitur yang tersediadalamsistem jejaring internet yang

bisadigunakanuntukpelaksanaansebuah proses

pembelajaransebenarnyasangatberagam. Namundemikian,

parapenggiatpendidikanmemandangbahwatiap program yang

adabelumsempurnauntukdigunakansebagai media pembelajaran yang

ideal.Masing-masingmemilikikekurangandankelebihan.Sebagaicontoh,

bilakitagunakanfiturvideo viewingyoutubedalamsebuah proses

pengajaranmakabisa kitadapatkankemudahanaksesberuparelevansivideo

viewingbagipembelajarandenganjumlahpesertaasaldanmurahnyabiayapenggunaan

youtubesebagai media. Namundemikian,

fiturinimemilikikelemahanberupakurangtersedianyasaranakomunikasiantarapesert adanpengajar, adanyasyaratkoneksi internet yang stabil. Di sisilain,


(33)

12

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

chattingsebagaisalahsatufiturdalam internet

memilikikeunggulandalamkemudahaninteraksiantarpihak yang terlibatdalam

proses pembelajaran, namunakansulituntukmenampilkantulisan yang

perludibahasdandilihatsecarabersamadalamwaktu yang bersamaan. Masalah media yang adadalam internet padaakhirnyaadalahmasalahpemilihan media yang

adadansesuaidenganaspek-aspekpemebelajaran yang akandigunakan,

sepertitemapembelajaran, jumlahpesertadan model yang digunakan.Media yang paling relevandigunakandalampenelitianiniadalahLMS berbasis moodle

mengingatberbagaifitur yang dimilikinyadipandangbisa

menunjangkeberhasilandalammencapaitujuanpembelajaran.

LMS bebrbasis moodlemerupakan program yang dirancang khusus bagi pembelajaran online. Dengan demikian, program ini jelas memiliki fitur yang berbeda dengan program lain yang dikembangkan untuk berbagai kepentingan. Sebagai contoh, fitur-fitur yang dimiliki weblogbisa disandingkan dengan LMS berbasis moodleagar perbedaannya dapat diketahui secara lebih jelas.Weblog merupakan situs pribadi yang manajemennya dimulai dari kebijakan mengenai ragam isi (content), periode update, ragam bahasa yang digunakan sampai kepada layout laman. Dalam weblogseseorang bisa menuliskan apapun yang ia inginkan. Dari perspektif ini bisa dicermati, bahwa weblog dikembangkan untuk berbagai keperluan. Weblog bisa dijadikan sebagai sarana publikasi pemikiran pribadi, jurnal online dari pengalaman pribadi, laman usaha, profil perusahaan maupun untuk kepentingan akademis misalnya sarana pembelajaran.

Bila digunakan sebagai sarana belajar online,weblog memiliki beberapa kelemahan karena tujuan pengembangannya bukan secara orisinil untuk pembelajaran online. Pertama, weblogtidak memiliki fitur klasifikasi tema pembelajaran dalam bentuk yang ramah pengguna.Berbeda dengan LMS berbasis moodle yang menampilan tema pembelajaran dari setiap pertemuan secara lebih sistematis, sehingga diperoleh kesan progresif. Kedua, weblog tidak memiliki nilai


(34)

13

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksklusif, sehingga bisa diakses oleh siapapun yang mengunjunginya. Setiap pengunjung juga bisa urun rembug dalam diskusi umum, meskipun nantinya bisa dimoderatori. LMS berbasismoodlemenuntut adanya “kunci” untuk bisa masuk dan aktif dalam sebuah kelas pembelajaran virtual. Kunci ini berupa password yang disampaikan oleh manajemen kepada calon pembelajar. Setiap pembelajar lalu memiliki “ruang pribadi” dalam LMS berbasis moodle, tempatia melakukan pengelolaan kegiatan belajarnya juga melakukan personalisasi akunnya di kelas virtual. Satu hal lagi dari sekian banyak kelemahan weblog bila digunakan sebagai sarana pembelajaran adalah sistem pemasukan tulisan atau tugas pembelajar yang tidak terfasilitasi dengan baik. Pembelajar mungkin hanya bisa menyerahkan tugasnya melalui e-mail atau bila diberi akses meng-upload menjadi sebuah judul dalam laman. Dalam LMS berbasis moodle, setiap tugas yang diberikan oleh pembelajar bisa diunggah dalam sarana yang terjaga privasinya, artinya hanya pengajar dan pembelajar bersangkutan yang bisa meninjaunya, dan bisa langsung dinilai dan diberi feedback.

Model pembelajaran terlangsung dalam pembelajaran keterampilan menulis merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih berpusat pada pengajar. Dengan menggunakan model terlangsung tersebut, aktivitas pengajar lebih dominan dibandingkan dengan aktivitas pembelajar. Model pembelajaran ini digunakan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan pembelajar untuk mengutarakan ide, pikiran, pengetahuan dan pengalamannya berdasarkan konsep yang sudah dimilikinya yang bisa dipahami maknanya oleh pembaca sesuai dengan peraturan dan sistem penulisan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terlangsung ini, pengajar melakukan berbagai kegiatan, di antaranya menjelaskan materi, memberikan penjelasan tentang petunjuk pengerjaan tugas, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pembelajar,mengoreksi pekerjaan/tugas pembelajar, dan mendiskusikan hal-hal


(35)

14

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang belum dipahami oleh pembelajar.Model pemebelajaran terlangsung ini berorientasi pada aspek koginitif.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan pengembangan model kontekstual dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman (Deutsche Muttersprachler) melaluiLMS berbasis moodle.

1.2 IdentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang diduga turut mempengaruhi munculnya permasalahan dalam pembelajaran BIPA antara lain sebagai berikut.

1) Apakah perkembangan pembelajaranBIPA yang fluktuatif disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian tema-tema yang disajikan dalam pengajaran dengan kebutuhan pembelajar dalam kehidupan sehari-hari (tidak bersifat kontekstual)?

2) Apakah hasil pembelajaran BIPA yang fluktuatif tersebut disebabkan pemilihan teknik pengajaran yang digunakan oleh pengajar tidak tepat? 3) Apakah pengajaran BIPA dengan menggunakan LMS berbasis moodledapat

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran BIPA khususnya dalam aspek keterampilan menulis?

4) Apakah adanya gapatau perbedaan yang cukup besar antara sistem linguistik bahasa Jerman dan sistem linguistik bahasa Indonesia menyebabkan terjadinya perkembangan pembelajaran BIPA yang fluktuatif?

5) Apakah perkembangan pembelajaranBIPA yang fluktuatif tersebut disebabkan kurangnya latihan?

6) Apakah perkembangan pembelajaran BIPA yang fluktuatif tersebut disebabkan oleh kondisi psikologis pembelajar yang beraneka ragam?

Faktor-faktor di atas turut menentukan perkembangan/hasil pembelajaran BIPA dan turut pula mempengaruhi model pembelajaran yang digunakan oleh


(36)

15

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengajar. Asumsi yang mendasari hal tersebut adalah bahwa suatu model yang digunakan dalam pembelajaran tidak selamanya memberikan hasil yang sama baik dalam semua situasi dan kondisi. Berdasarkan hal itu perlu dikaji penentuan model pembelajaran BIPA yang sesuai dengan kemampuan pembelajar dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran terlangsung sehingga hasil pembelajaran BIPA meningkat. Salah satu alternatif model pembelajaran BIPA adalah model kontekstual dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodle.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada apa yang dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang penelitian, penelitian ini difokuskan pada masalah yang perumusan pertanyaanoperasionalnya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah profil kebutuhan pembelajar penutur asli bahasa Jerman untuk pembelajaran BIPA?

2. Bagaimanakah pengembanganmodel kontekstual awal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodle?

3. Apakah model kontekstual dalam pembelajaran melalui LMS berbasis moodledapat meningkatkan kemampuan pembelajar BIPA dalam aspek keterampilan menulis?

1.4TujuanPenelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) profil kebutuhan pembelajar penutur asli bahasa Jerman untuk pembelajaran BIPA;


(37)

16

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) informasi faktualtentangrancangan model kontekstual dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodle; dan

3) informasi empiristentangpeningkatan kemampuan pembelajarBIPA dalam aspek keterampilan menulismelaluimodel kontekstual dalam pembelajaran melalui LMS berbasis moodle.

1.5 ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut. 1) Memberikan informasi faktual tentang materi pembelajaran bahasa Indonesia

bagi penutur asli bahasa Jerman dengan fokus pada keterampilan menulis. 2) Memberikan informasi empiris tentang model kontekstual dalam

pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodle.

3) Memberikan kontribusi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.

4) Membantu pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing yang inovatif.

1.6 DefinisiOperasional

Keterampilan menulis otobiografi pada pembelajaran BIPAialah suatu kemampuan mengenai bagaimana seseorang mengekspresikan ide dan perasaannya mengenai tema-tema biografi diri penulis sendiri melalui media tulisan. Secara luas, otobiografi bisa mencakup aspek-aspek yang jauh lebih luas dari hanya sekedar curriculum vitae, seperti pengalaman dalam rentang waktu tertentu, atau kesan yang diperoleh ketika terlibat dalam suatu kegiatan atau


(38)

17

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peristiwa bersejarah. Kemampuan menulis yang menjadi bahan kinerja utama penelitian ini adalah kemampuan menulis bahasa Indonesia tingkat menengah. Dalam hal ini, pembelajar sudah menguasai kemampuan menulis dasar dalam BIPA.

Model kontekstual melalui LMSberbasis moodleadalah sebuah model pembelajaran yang mengaitkan ide-ide abstrak dengan penerapan riil di dunia nyata. Pembelajar melakukan proses internalisasi konsep bahasa melalui pengalaman langsung dalam berbagai konteks kehidupan.Seluruh kegiatan tersebut diterapkan dalam platform berupa program moodle, salah satu program LMS yang didesain khusus bagi skenario pembelajaran dalam bentuk Blended Learning ataupun E-Learningdengan sistem terbuka.

Pengembangan model pembelajaran kontekstualdalam penelitian ini adalah upaya mengembangkan sebuah model berdasarkan prinsip-prinsip research and development(R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate.

Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat menengah dasar adalah penggunaan bahasa Indonesia yang dikhususkan untuk para pembelajar bangsa asing yang telah belajar bahasa Indonesia yang ditandai dengan kemampuan untuk berkomunikasi dengan kombinasi-kombinasi elemen-elemen bahasa yang sederhana.Penutur asli bahasa Jerman yang ada dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa ibu atau bahasa kedua yang sedang belajar bahasa Indonesia.


(39)

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan dalam sebuah pendekatan untuk menemukan dan mengungkapkan fakta serta untuk memenuhi rasa ingin tahu manusia dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah (Sukmadinata, 2007, hlm.3). Dengan demikian penentuan dan penggunaan metode penelitian akan sangat menentukan tercapainya tujuan seperti halnya dalam sebuah penelitian.

Berdasarkan penjelasan tentang metode penelitian yang telah diuraikan di atas dan berdasarkan tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan pendekatan research and development (R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate.R&D yaitu sebuah metode yang cocok digunakan untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran, tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti program komputer, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium ataupun model-model pembelajaran, pelatihan, bimbingan dan sebagainya.

Pengertian lain, penelitian R&D didefinisikan sebagai “a process used to develop and validate educational products” (Borg dan Gall, 1989, hlm. 782). Proses atau siklus penelitian dan pengembangan secara umum mencakup kegiatan mengkaji dan menganalisis literatur dan temuan penelitian yang relevan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk pendidikan yang didasarkan pada temuan penelitian, pengujian lapangan, atau validasi produk,


(40)

91

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta merevisi produk yang didasarkan pada pengujian lapangan atau validasi berdasarkan uji coba terbatas.

Adapun dalam pelaksanaannya, secara lebih rinci Borg dan Gall (1989, hlm. 784-785) memaparkan teori tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian dan pengembangan seperti berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan informasi (research and collecting of Information)

2) Perencanaan (planning)

3) Pengembangan produk awal(developing of preliminary form of product) 4) Uji coba awal(preliminary testing)

5) Revisi produk(main product revision) 6) Uji coba utama(main field testing)

7) Revisi produk operasional(operational product revision) 8) Uji coba operasional(operational field testing)

9) Revisi produk akhir(final product revision)

10)Diseminasi dan implementasi(dissemination and implementation)

Model penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall ini kemudian dimodifikasi oleh Sukmadinata (2007, hlm. 184) berdasarkan pada beberapa penelitian dengan skala yang luas dan hasil yang valid. Model tersebut dilakukan dengan tiga langkah pokok, yaitu 1) studi pendahuluan, yang meliputi studi literatur, studi lapangan dan penyusunan draft awal produk; 2) ujicoba dengan sampel terbatas (uji coba terbatas) dan uji coba dengan sampel lebih luas (uji coba lebih luas); serta 3) ujicoba produk melalui eksperimen dan sosialisasi produk.

3.2 Prosedur Penelitian

Secara garis besar, dalam metode penelitian R&D ada tiga langkah metode yang digunakan yaitu deskriptif, evaluatif, dan eksperimen. Dari tiga metode


(41)

92

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validasi Desain Desain model

Pengumpulan data Masalah

penelitian

Ujicoba desain

(terbatas) Revisi Model

Model Hasil Uji Coba Revisi Model

[Revisi Model

Uji Coba model (luas)

tersebut diuraikan ke dalam prosedur penelitian yaitu seperti yang lerlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.

3.2.1 Masalah Penelitian

Sebuah penelitian berangkat dari potensi atau masalah yang ditemui dalam berbagai bidang di lapangan. Dalam penelitian ini terdapat dua masalah utama yang melandasi penelitian yaitu 1) perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat yang menyentuh dan mempengaruhi berbagai bidang kehidupan


(42)

93

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manusia termasuk tentu saja bidang pendidikan; serta 2) perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing yang menuntut adanya inovasi tidak hanya dalam pendekatan dan metodenya melainkan juga dalam hal media yang digunakannya.

Berangkat dari masalah penelitian tersebut, peneliti berasumsi bahwa sangat diperlukan sebuah model yang tepat bagi pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, khusunya bagi penutur bahasa Jerman. Model pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing) dengan pendekatan kontekstual keterampilan menulis bahasa Indonesia dengan aplikasi LMSberbasis moodlediasumsikan tepat untuk digunakan dan pada akhirnya dapat menjadi sebuah produk tepat guna yang memudahkan pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing.

3.2.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada dua hal yang dilakukan dalam mengumpulkan data penelitian yaitu studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur dilakukan untuk menemukan konsep atau landasan teoretis yang memperkuat produk dalam penelitian ini yaitu model kontekstual dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asli bahasa Jerman melalui LMS berbasis moodle. Dalam studi literatur, peneliti dapat mengkaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi pendukung, sehingga dapat menemukan langkah-langkah yang tepat untuk mengembangkan produk, memberikan gambaran hasil penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan model.

Sementara studi lapangan dilakukan sebagai pengukuran kebutuhan dan penelitian dalam skala kecil, dan pengembangan produk berdasarkan pengukuran kebutuhan (need assesment).

Secara rinci, pengumpulan informasi atau data penelitian (research and information collecting) dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan, yaitu (1) studi


(43)

94

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendahuluan; (2) tahap pengembangan model, dan (3) tahap pengujian dan validasi model. Tahap pengembangan model terdiri dari pengembangan draf model serta ujicoba. Pada langkah awal peneliti mencari informasi dengan melakukan wawancara tertulis terhadap pengajar di lembaga pengajaran bahasa (Sprachzentrum) yang menyelenggarakan pembelajaran BIPA dan menyebarkan angket kepada pembelajar BIPA tingkat menengah dasar di Jerman. Dari hasil penelusuran tersebut terkumpul informasi yang berkaitan pelaksanaan pembelajaran BIPA yang biasa mereka lakukan sebagai dasar dalam mengembangkan model pembelajaran BIPA bagi penutur asli bahasa Jerman. Pengembangan draft awal model pembelajaran dilakukan dengan berpatokan pada hasil studi awal, teori yang digunakan serta berkonsultasi dengan programmer yang akan membangun ruang kelas virtual tersebut.

3.2.3 Desain Model

Model yang dibentuk oleh peneliti mempunyai tujuan untuk mempermudah pembelajar BIPA tingkat menengah dasar dalam menguasai keterampilan menulis bahasa Indonesia. Model yang didesain adalah model pembelajaran dengan metode pendekatan kontekstual yang diarahkan pada penulisan otobiografi dengan sarana belajar LMS berbasis moodle. Dengan ruang kelas virtual ini para pembelajar melakukan proses pembelajaran online dengan menggunakan fitur-fitur yang telah disediakan. Dengan model ini diharapkan proses pengajaran BIPA tidak hanya dilakukan di Indonesia tetapi juga dengan jarak jauh dengan sistem daring (online) misalnya dengan siswa yang terdapat di Jerman. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mendesain model ini adalah (1) membaca berbagai sumber mengenai model pembelajaran, (2) mencari informasi ke berbagai lembaga pendidikan BIPA tentang model yang digunakan dalam pembelajaran BIPA, (3) mencari dan menentukan jenis pendekatan yang


(44)

95

Setiawan,2015

PENGEMBANGAN MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASLI BAHASA JERMAN MELALUI LMS BERBASIS MOODLE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan digunakan, (4) membuat kelas virtual sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran menulis.

Pembelajaran BIPA yang dirancang untuk penutur asli bahasa Jerman ini tentunya harus memiliki alamat situs yang relevan dan kredibel. Di sisi lain, pertimbangan mengenai biaya yang digunakan untuk penyusunan model ini juga menjadi bahan pertimbangan yang tak boleh luput dari perhatian. Kredibilitas alamat kelas virtual ini menjadi semacam penegasan bahwa seluruh partisipan yang nantinya berperan sebagai pembelajar dalam penelitian ini memang dilibatkan dalam sebuah penelitian ilmiah dari institusi pendidikan non-profit yang sah. Hal ini diharapkan akan berimbas pada kesungguhan mereka dalam memberikan kontribusi sesuai dengan yang diminta, sedangkan pembiayaan menjadi salah satu prioritas mengingat keumuman besarnya biaya yang diperlukan untuk merancang sebuah model pembelajaran berbasis internet, yang biasanya meliputi biaya sewa halaman, koneksi yang konstan dan stabil, desain grafis tampilan dan optimalisasi fitur serta bahan. Seluruh pertimbangan di atas mengarah pada sebuah solusi berupa pemanfaatan sistem pembelajaran online yang sudah berjalan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Univeritas Pendidikan Indonesia. Situs ini juga merupakan fasilitas yang disediakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia bagi setiap dosen yang ingin mengembangkan pembelajaran yang diampunya secara online. Tampilan rancangan awal kelas virtual BIPA bagi penutur asli bahasa Jerman dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, alamat situs pembelajaran LMSberbasis moodle ini adalah jerman.upi.edu/vkz/my. Kelas virtual ini menginduk kepada manajemen kelas virtual di Departemen Pendidikan Bahasa Jerman yang sudah aktif di beberapa mata kuliah. Pada halaman awal, seluruh partisipan akan mendapatkan informasi mengenai cara mengakses seluruh perkuliahan online yang ada. Akses ini sudah tersedia dalambahasa Indonesia karena memang merupakan awal bagi seluruh mata kuliah dan bukan khusus bagi


(1)

Dole, J. A. & Sinatra, G. M. (1998). Reconceptualizing change in the cognitive construction of knowledge. Educational psychologist, 33(2/3), 109-128. Terdapat di laman www.ucrl.utah.edu/researchers/pdf/dole_ article_2.pdf (Februari 2015).

Dale, E. (1969). Audiovisual method in teaching., NY: Dyden Press.

Ellis, R. (1985). Understanding second language acquisition. Oxford: Oxford University Press.

Ellis, R. (2008). The Study of second language acquisition. Oxford, UK: Oxford University Press.

Gerlach, V.S., & Ely, D.P. (1971). Teaching and media: a systematic approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

Green L. (1996). Creatives silde/tape programs. Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Littleton.

Günthner, S. (1993). Diskursstrategien in der interkulturellen Kommunikation.

Analysen deutsch-chinesischer Gespräche. Tübingen: de Gruyter. Hackbarth, S. (1996). The educational technology hanbook. New Jersey:

Educational Technology Publication, Englewood Cliffs. Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hamid, F.A. (1987). Proses belajar mengajar bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Hamid, F.A. (2001). Pembelajaran bahasa indonesia. Tersedia di laman http://www.ialf.edu/bipa/april2001/pembelajaranbahasaindonesia.html diakses 26 Februari 2011.

Hannafin, M.J., Peck, L.L. (1998). The design development and education of

instructional software. New York: Mc. Millan Publ., Co.

Hall, E.T., Hall, M.R. (1998). Understanding cultural differencies. Yarmouth/Maine: Intercultural Press Inc.

Heinich, R., et.al. (1996). Instructional media and technologies for learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.


(2)

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Helbig, & Buscha. (2010). Deutsche Grammatik. Leipzig: Langenscheidt.

Hofstede, G. (1991). Cultures and organizations. intercultural cooperation and its importance for survival. London: Harper Collins Publishers.

Hull’s, D., & Souders, Jr., J.C. (1996). The Comming Challlenge: Are community Colledges Ready for the new Wave of contextual Learners?.

Community colledge journal. 67 (2), 15-17.

Ibrahim, H. (1997). Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi,pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.FIP-IKIP Malang.

Ibrahim, H. (1999). Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran.

Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.

Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. (2001). Media

pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.

Irwandi. (2013). Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal ilmu pendidikan, 19(1), 00-105.

Iskandarwassid, & Sunendar, D. (2008). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: SPs UPI dan PT Rosda Karya.

Jäger, K. (2015). The intercultural speaker and present-day requirements

regarding linguistic. Tersedia di laman publica.webs.ull.es/upload/ REV%20RECEI/61%20.../06%20 Coperías.pdf diakses pada Februari 2015.

Joice, Weil, & Cahlhoun. (2000). The models of teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kaul, M. (2001). Geschichte des Internets. URL: http://www.michaelkaul.de/ geschichte/zakon/zakon.html (diakses pada 24.01.2015).


(3)

Kemp, J.E., & Dayton, D.K. (1985). Planning and production instructional media. New York: Harper & Rw Publisher.

Kerres, M. (2001). Multimediale und Telemediale Lernumgebungen. Konzeption

und Entwicklung (2. Aufl.). München: Universität St. Gallen.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran kontekstual, konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Lin-Huber, M.A. (1998). Kulturspezifischer Spracherwerb. Bern: Verlag Hans Huber.

Mangold, M. & Dudenredaktion. (2005). Aussprachewörterbuch. Mannheim/ Wien/Zürich: Duden.

Moedjiono. (1981). Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta: P3G. Depdikbud.

Mulyono, I. (2004). Dasar-dasar belajar bahasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyasa, (2004). kurikulum berbasis kompetensi, konsep, karakteristik, implementasi dan motivasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya offset.

Munir. (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: Alvabeta CV.

Neuner, G., & Hunfeld, H. (1993). Methoden des fremdsprachlichen Deutschunterrichts. Eine Einführung. München: Langenscheidt. Neuner, G. (1995). Methodik und Methode: Überblick. Tübingen und Basel:

Francke.

Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPE.

O'Reilly, T. (2005). "Books that have shaped how I think". O'Reilly Media. Diakses 25 April 2015.

Palmer, F.R. (1981). Semantics. London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney: Cambridge University Press.


(4)

Rainey, M.C. (2003). Expression: An introduction to writing, reading, and critical thinking. USA: Longman, Inc.

Reinking, D., Bridwell, B., & Hart, A.W. (2002). Strategies for successful writing. USA: Prentice Hall.

Rösler, D. & Würffel, N. (2010). Blended Learning im Fremdsprachen-unterricht. In: Fremdsprache Deutsch. Zeitschrift für die Praxis des Deutschunterrichts. Heft 42

Rudy, R.I. (2006). Metode pengajaran BIPA berbasis karya sastra untuk

mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara. Makalah presentasi dalam KIP-BIPA VI di Banten.

Sadiman, A. S. (1986). Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.

Sagala, S. (2011). Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu

memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta Saptasari, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Kontekstual Sebagai Upaya

Peningkatan Minat Mahasiswa Pada Taksonomi Tumbuhan Di Perguruan Tinggi. Jurnal pendidikan dan pembelajaran, 19 (2), 197-204.

Schulmeister, R. (2003). Lernplattformen für das virtuelle Lernen. Evaluation und

Didaktik. München [u.a]: Oldenbourg.

Siebs, T. (2007). Deutsche Aussprache - Reine und gemäßigte Hochlautung mit Aussprachewörterbuch. Berlin: de Gruyter.

Sihkabuden. (1994). Klasifikasi dan karakteristik media instruksional sederhana. Malang: FIP IKIP Malang.

Sklizmantaitė, R. Methoden Des Fremdsprachenunterrichts. Santalka. Filologija. Edukologija. 2006, T. 14, Nr. 4. ISSN 1822-430X print/1822-4318 online tersedia di laman http://www.cpe.vgtu.lt/index.php/cpe/article/ view/coactivity.2006.48.

Soegihartono, A. (2012). Pembakuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi

penutur asing sebagai sarana pengenalan budaya Indonesia. Dalam prosiding International Conference on Indonesian Studies: unity, diversity, future. Depok: FIB UI.


(5)

Stoll, C. (1998). Die Wüste Internet. Geisterfahrten auf der Datenautobahn. Frankfurt am Main: Fischer.

Strasser, T. (2011). Moodle im Fremdsprachenunterricht. Blended Learning als

innovativer didaktischer Ansatz oder pädagogische Eintagsfliege. Boizenburg: Verlag Werner Hüllsbusch.

Sugino, S. (1995). Pendekatan komunikatif-integratif-tematis dalam pengembangan bahan dan metodologi pengajaran BIPA di Indonesia. Kongres BIPA 1995 Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta Sukmadinata, N.S. (2007). Landasan psikologis proses pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. (2011). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Surjono, D., H. (2009). Pengantar e-learning. Terdapat di laman URL:

http://blog.uny.ac.id/hermansurjono/files/2009/02/pengantar-elearning-dan-penyiapan-materi.pdf (24.01.2015)

Suyata, P. (2000). Model alat ukur evaluasi BIPA. Makalah KIPBIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Wallington, C.J. (1996). Media production: production of still media. Plomp, T.,

& Ely, D.P. (Eds.): International encyclopedia of educational technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

Wiegrefe, C. (2011). Das Moodle 2 Praxisbuch. Gemeinsam online Lernen in Hochschule, Schule und Unternehmen. München: Addison-Wesley Verlag.

www.bildung.uni-siegen.de diakses 5 Agustus 2013. www.bahasaku.ac.id

www.ebiblioteka.lt

www.vivanews.com wawancara dengan Georg Witschel tahun 2013.

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDON ESIA/196008091986012-YETI_MULYATI/MAKALAH_BIPA.pdf

http://km.ristek.go.id/assets/files/Pendidikan/BIPA%20di%20Asia/BIPA%20di% 20Asia.pdf


(6)