Sri Devi Octaviani : Analisis Komposisi Belanja Langsung Dan Belanja Tidak Langsung Pada Pemerintah Kabupaten Langkat, 2009.
USU Repository © 2009
Nomor Urut
Uraian Jumlah Rp
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi 2.2
BELANJA LANGSUNG 432,485,550,252.55 401,955,516,030.60
2.2.1 Belanja Pegawai
54,187,476,325.00 50,846,123,332.00
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa
210,717,103,649.13 194,192,536,274.60 2.2.3
Belanja Modal 167,580,970,278.42 156,916,856,424.00
Jumlah Belanja 56,225,171,649.55 786,035,993,242.10
Surplus Defisit 69,141,811,726.55
32,753,138,967.42 3
PEMBIAYAAN DAERAH 3.1
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 76,033,811,726.55
76,033,811,726.55 3.1.1
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SILPA
75,380,147,725.34 76,033,811,726.55
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman Daerah 653,664,001.21
- Jumlah Penerimaan Pembiayaan
76,033,811,726.55 76,033,811,726.55
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
6,892,000,000.00 6,700,000,000.00
3.2.2 Penyertaan Modal Investasi
Pemerintah Daerah 5,192,000,000.00
5,000,000,000.00 3.2.3
Pembayaran Pokok Utang 1,700,000,000.00
1,700,000,000.00 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
6,892,000,000.00 6,700,000,000.00
Pembiayaan Neto 69,141,811,726.55
69,333,811,726.55
3.3 Sisa Lebih Anggaran Tahun
Berkenan
- 102,086,950,693.97
Sumber: Laporan Realisasi APBD Kab.Langkat Tahun 2007 dalam rupiah
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, sumber pendapatan daerah terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah PAD, yaitu: hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah; dana perimbangan; dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, dan Pasal 167
yang termasuk dalam belanja daerah terdiri dari: belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Sri Devi Octaviani : Analisis Komposisi Belanja Langsung Dan Belanja Tidak Langsung Pada Pemerintah Kabupaten Langkat, 2009.
USU Repository © 2009
Pendapatan daerah merupakan sumber untuk membiayai belanja daerah belanja langsung dan belanja tidak langsung. Seharusnya, pengalokasian
pendapatan daerah ke belanja langsung harus lebih besar daripada ke belanja tidak langsung. Hal ini dikarenakan belanja langsung merupakan suatu tindakan
pengeluaran biaya untuk menciptakan pembangunan yang nantinya berguna untuk kesejahteraan rakyat. Namun, kebanyakan fenomena sekarang ini memperlihatkan
bahwa pengalokasian belanja langsung lebih kecil daripada pengalokasian belanja tidak langsung. Contohnya penelitian yang dilakukan Dibyo Prabowo pada tahun
2001 yang meneliti beberapa kabupatenkota di Indonesia, dan dalam penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar berkisar 80 -90
DAU masih dipergunakan untuk anggaran rutin terutama gaji pegawai, sedangkan alokasi untuk anggaran pembangunan hanya berkisar 10-20 .dalam
Hamid, 2004:117
Seiring dengan pemberlakuan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, maka otonomi daerah pun turut berjalan. Menurut Widodo dalam
Dadang Juliantara 2004:14-15, pembaruan Kabupaten sama artinya dengan “perombakan” menyeluruh,
yang dimulai dari diubahnya way of thinking atau paradigma dari seluruh elemen yang ada. Perspektif ini menjelaskan bahwa apa yang disebut dengan
pembaruan, sama artinya dengan mengorganisir seluruh sumber daya yang ada, agar mengabdi pada kepentingan massa rakyat.
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Melalui kewenangan otonomi yang diberikan pemerintah pusat
kepada pemerintah Kabupaten Langkat, maka sudah menjadi tanggung jawab
Sri Devi Octaviani : Analisis Komposisi Belanja Langsung Dan Belanja Tidak Langsung Pada Pemerintah Kabupaten Langkat, 2009.
USU Repository © 2009
pemerintah Kabupaten Langkat dalam membelanjakan anggaran yang ada agar dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin untuk pembangunan daerahnya.
Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2007, dapat dilihat bahwa pengalokasian belanja daerah
terhadap belanja langsung adalah sebesar Rp 401,955,516,030.60 dan pada belanja tidak langsung sebesar Rp 384,080,477,211.50. Pada tahun tersebut,
pengalokasian belanja langsung memang lebih besar daripada belanja tidak langsung, yaitu sebesar 51.14 : 48.86. Namun, dalam teori komposisi yang
diharapkan dalam pengalokasian belanja daerah terhadap belanja langsung dan belanja tidak langsung adalah sebesar 70 : 30. Jika dibandingkan antara teori
dengan kenyataan yang terjadi di tahun 2007, komposisi pengalokasian belanja daerah terhadap belanja langsung dan belanja tidak langsung yang terjadi di
Kabupaten Langkat tidak memenuhi syarat. Berdasarkan uraian di atas dan fenomena yang terjadi di lapangan,
khususnya di Kabupaten Langkat, penulis ingin mengetahui apakah pengaloksian belanja daerah terhadap belanja langsung dan belanja tidak langsung memang
selalu tidak memenuhi syarat setiap tahunnya atau mungkin hanya di tahun 2007 saja kejadian itu terjadi. Oleh karena itu, maka penulispun tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian untuk mencari tahu bagaimana dan berapa pengkomposisian belanja daerah yang terjadi di Kabupaten Langkat serta
sekaligus ingin mengetahui kendala Pemerintah Kabupaten Langkat dalam mengalokasikan belanja daerahnya. Ketertarikan penulis terhadap
pengkomposisian belanja daerah di Kabupaten Langkat ini akan dituangkan
Sri Devi Octaviani : Analisis Komposisi Belanja Langsung Dan Belanja Tidak Langsung Pada Pemerintah Kabupaten Langkat, 2009.
USU Repository © 2009
penulis di dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Analisis Komposisi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Pada Pemerintah Kabupaten
Langkat.”
B. Perumusan Masalah