ETIKA POLITIK SOEHARTO Tijauan islam tentang etika politik Soeharto

BAB III ETIKA POLITIK SOEHARTO

A. Pengertian Etika Politik

Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti watak, tingkah laku seseorang. Dengan demikian etika berkaitan dengan kelakuan manusia. Akan tetapi kita perlu mengetahui bahwa etika tidak sama dengan moral atau moralitas. Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaanadat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis asal usul kata, etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. 32 Moralitas adalah sistem nilai mengenai bagaimana manusia harus hidup secara baik sebagai manusia. RF. Atkinson 33 bahkan mendefinisikannya sebagai kumpulan keyakinan yang berlangsung dalam suatu masyarakat mengenai karakter dan perilaku, mengenai apa yang harus dilakukan oleh masyarakat atau mengenai tindakan yang harus dibuat untuk menjadi orang yang baik. Etika adalah ilmu kritis yang mempertanyakan dasar rasionalitas sistem-sistem moralitas yang ada 32 K. Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, cet. 6 33 Http:drveggielabandresearch.blogspot.com200805pengertian-etika-dan-jenis-jenis etika.html , Sabtu, 24 Mei 2008. Perlu dibedakan antara etika politik dengan moralitas politisi: moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara pribadi. Sebagaimana yang terdapat dalam sosok Soeharto, dalam banyak hal, sikap Soeharto mengikuti ajaran yang tetap menjaga jangan sampai kata-kata yang ia ucapkan menunjukkan reaksi keras atau kemarahan. Ia selalu berbicara dengan nada tenang dan datar yang sama sekali tidak menunjukkan emosi. Ia sering memakai kata-kata yang tidak pasti, diantaranya kata-kata seperti “saya rasa”, “barangkali” dan “mbok menawi”. mungkin, yang bagi orang Jawa dianggap mencerminkan kesopanan. Orang Jawa biasanya tidak memberikan komentar atau menjawab secara langsung ketika ditanyakan sesuatu. Mereka merasa lebih baik memilih sikap yang tidak menantang. Seperti halnya dengan orang Jawa mana pun, pandangan hidup Soeharto dilandaskan pada dua hal, yaitu bahwa nasib memegang peranan yang sangat menentukan dalam segala situasi serta tindakan manusia dan bahwa bagi manusia, mengubah apa yang sudah ditakdirkan adalah suatu hal yang mustahil. Di kalangan masyarakat kita ada yang berpandangan bahwa di Indonesia, oarang Jawa itu seperti orang Inggris di kalangan masyarakat Eropa, karena orang Jawa yang tulen adalah mereka yang bersikap sangat santun dan berbudaya tinggi. Perkataan keras yang penuh emosi atau tingkah laku yang berlebihan dianggap kurang santun bagi orang Jawa. 34 Etika Politik sebagai cabang dan ilmu filsafat lahir di Yunani pada saat struktur- struktur politik tradisional mulai ambruk yang memunculkan pertanyaan bagaimana seharusnya masyarakat ditata. Etika politik adalah perkembangan filsafat di zaman pasca 34 Retnowati Abdulgani-Knapp, Soeharto The Life and Legacy of Indonesia’s Second President, Jakarta: Hasta Pustaka, 2007. Hal. 406 tradisional yang berfungsi dalam masyarakat mengenai tanggung jawab dan kewajiban pada prinsip-prinsip moral dasar tentang dimensi politis kehidupan manusia sebagai sarana kritik ideologi mengenai paham-paham dan strategi-strategi keabsahan yang mendasari penyelenggaraan suatu negara yang berkeadilan sosial 35 . Sebagaimana yang terdapat dalam etika politik Soeharto dengan prinsipnya yang terkenal , ”aja kagetan, aja gumunan, aja dumeh”, jangan kagetan, jangan heran, jangan mentang-mentang, yang jadi pegangan selama hidupnya sejak kecil, terutama bagi mereka yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau ”nrimo melek”jadilah orang yang sabar apapun yang terjadi terimalah, jangan mengeluh serta gunakan selalu kewaspadaan. Satu ajaran lain dari nenek moyang yang paling diyakininya adalah:”hormat kalawan gusti, guru, ratu, lan wong atuwo karo”, percaya kepasa Tuhan Yang Maha Esa, guru, pemerintah dan orang tua. Dari sudut nenek moyang orang Jawa etika yang dianut Soeharto dikenal sebagai Tri Dharma yaitu Rumongso melu bandarbeni, yang menjabarkan rasa kepemilikan dalam masyarakat, wajib melu bangrungkebi, yang mengacu kepada sebuah kewajiban untuk memelihara dan dan membela masyarakat, dan mulatsarira bangrasawani, yang berarti harus selalu sensitif. Maka sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti: 1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan negara John Locke 2. Kebebasan berpikir dan beragama John Locke 3. Pembagian kekuasaan John Locke, Montesquie 35 Frans magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1987. 4. Kedaulatan rakyat Rousseau 5. Negara hukum demokratisRepublican Kant 6. Hak-hak asasi manusia John Locke, dsb 7. Keadilan sosial Etika politik digunakan membatasi, meregulasi, melarang dan memerintahkan tindakan mana yang diperlukan dan mana yang dijauhi. Etika politik yang bersifat sangat umum dan dibangun melalui karakteristik masyarakat bersangkutan amat diperlukan untuk menampung tindakan-tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Jadi, etika politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Etika politik bukanlah suatu sistem politik yang berbelit. Secara sederhana, etika politik dapat diartikan sebagai sejumlah nilai luhur yang seharusnya diterapkan dalam perilaku politik para politisi. Hans Küng 36 menyebut etika politik sebagai kewajiban hati nurani yang tidak difokuskan pada apa yang baik atau benar secara abstrak, tetapi pada apa yang baik dan benar dalam situasi yang konkrit. Di bidang politik, Machiavelli telah memproklamirkan pemisahan politik dan etika. Machiavelli menggaris bawahi bahwa etika satu-satunya dalam politik adalah kebaikan negara, mempertahankan negara dengan segala cara dan biaya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari Bertens,2000, etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak moral”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000, mempunyai arti : 36 http:drveggielabandresearch.blogspot.com200805pengertian-etika-dan-jenis- jenis-etika.html , Sabtu, 2008 Mei 24. 1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral akhlak 2.kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut : 1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. 2. kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik 3. ilmu tentang yang baik atau buruk. 37 Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer yakni: 1. Pluralisme Dengan pluralisme dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan positif, damai, toleran, bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, dan adat budaya. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan 37 Http:massofa.wordpress.com20081117pengertian-etika-moral-dan-etiket , 17November 2008. terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, dan toleransi. Prinsip pluralisme terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh didiskriminasikan karena keyakinan religiusnya. 38 Sebagai seorang Islam yang taat, Presiden Soekarno dan Soeharto mempelajari bagaimana Nabi Muhammmad SAW. Di zamannya memperhatikan problem-problem besar yang dihadapi umatnya secara lebih dalam daripada pemimpin-pemimpin lain di jaman itu. Nabi harus menyelidiki jauh secara dalam dan penuh siksaan ke dalam dirinya sendiri agar dapat memperoleh sebuah jalan keluar yang tidak hanya sesuai secara politis tetapi juga memuaskan secara spiritual. Islam adalah agama yang mengajarkan pengikutnya tentang kehidupan di dunia da akhirat. Kedua Presiden Indonesia ini merupakan penganut Islam moderat, yang mengikuti ajaran Qur’an bahwa tidak ada paksaan dalam urusan keimanan. Keutamaan yang paling penting dalam agama Islam adalah keadilan sosial. Tugas utama umat Islam adalah membangun sebuah masyarakat ummah yang penuh belas kasih, dimana diberlakukan pemerataan kekayaan yang adil. Bahkan, keprihatinan atas kesenjangan sosial selalu merupakan bagian inti dari visi dunia dilihat dari kacamata seluruh agama yang ada. 2. Hak Asasi Manusia Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusia yang adil dan beradab. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan 38 Abdulgani, Soeharto The Life and Legacy of Indonesia’s Second President, Hal. 178 martabatnya sebagai manusia. Hak Asasi Manusia adalah hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh setiap individu, sejak ia masih dalam kandungan ibunya sampai ia meninggal. 39 Hak-hak asasi manusia adalah mutlak maupun kontekstual, yaitu: a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian negara, masyarakat, melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta. b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat tradisi, dan sebaliknya diancam oleh negara modern. Hak asasi manusia sebagaiman terdapat pada Undang-undang subversi pada masa pemerintahan presiden Soeharto, ia menyatakan bahwa sesuai dengan UUD 1945 Presiden, sebagai mandataris MPR, memiliki kekuasaan tertinggi dengan bantuan Wakil Presiden dan menteri-menterinya. Presiden melaksanakan tugasnya sebagaimana disebutkan dalam UUD melalui GBHN. Karenanya, kedua Inpres No. 2 1996 dan Keppres No. 42 1996 berada dalam otoritas Presiden sebagai mandataris MPR. Kemudian ia menjelaskan bahawa tahapan-tahapan harus dilakukan dalam pembangunan Negara, sebagaimana diuraikan dalam setiap Repelita dan rencana negara jangka panjang untuk 25 tahun, ia mempunyai rencana membuat Indonesia menjadi negara industri yang kuat dengan sistem pertanian yang modern di akhir periode 25 tahun tersebut. Adalah penting bagi sebuah negara untuk dapat berkembang menjadi suatu negara industri. Tahap pertama yang harus diambil berkaitan dengan aktifitas manufaktur yang dapat menjaga pertaniannya; langkah kedua adalah memproses bahan mentah untuk 39 H. Hasan Basri, Pengantar Yusril Ihza Mahendra, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Mihrab, 2004, Cet. 1. produksi akhir; termasuk kebutuhan untuk membuat komponen-komponen mesin yang dibutuhkan negeri ini. 40 3. Solidaritas Bangsa Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar: keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, dan solidaritas sebagai manusia. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Masa pemerintahan Soeharto terkenal dengan seputar KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme salah satunya adalah mengenai seputar yayasan yang didirikannya, ia menjelaskan mengenai isu-isu seputar yayasan-yayasannya, ia yakin, akan dapat mempercepat pengentasan kemiskinan. Soeharto melihat perlunya sektor swasta agar membantu untuk mengurangi beban pemerintah dalam bidang kesejahteraan sosial. Inti dari program pembangunannya dalah membangun manusia Indonesia seutuhnya, dalam hal kekayaan materi dan kekayaan spiritual sebagaimana yang terdapat dalam pasal 33 UUD 1945 mengenai pendidikan. 41 Soeharto berpendapat bahawa yayasan-yayasannya dibangun sesuai dengan surat keputusan notaris yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman, dimana tercantum juga dengan jelas panerimaan manfaat yang akan dibantu dan tipe operasinya. Dana awalnya sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam sistem perbankan, karena bank dan intitusi keuangan lainnya wajib memberikan 5 keuntungannnya setelah membayar pajak untuk kepentingan kesejahteraan sosial. 40 Abdulgani, Soeharto The Life and Legacy of Indonesia’s Second Presiden,. Hal. 264 41 Ibid, hal. 266 Dari 5 dana yang dikumpulkan, 2,5 diberikan kepada Yayasan Supersemar dan 2,5 diberikan kepada Yayasan Dharmais separuh untuk beasiswa sekolah dan separuh lainnya untuk anak yatim. Pada tanggal 11 Oktober 1999, Jaksa Agung mengeluarkan instruksi untuk menghentikan investigasi karena tidak ada bukti yang ditemukan bahwa, dalam kapasitasnya sebagai ketua yayasan Soeharto terlibat dalam prakik korupsi, semuanya itu terjadi akibat dari ulah kroni-kroninya. Presiden Soeharto sengaja memilih orang-orang yang ia percaya untuk duduk di jajaran badan pengurus yayasannya. Mereka juga merupakan orang-orang yang mengerti konsepnya dan memiliki ide yang sama dengannya. Untuk itu ia bergantung kepada kroni-kroninya dan itu merupakan manifestasi nepotisme. Memang ia mengikuti filsafat Jawa bahwa mereka yang memberikan sumbangan sebaiknya tidak pamer ketika memberikan bantuan kepada orang lain, tetapi harus selalu ingat ketika kita mendapat bantuan dari orang lain. Ini sesuai dengan konsep kerendahan hati yang diajarkan di semua keluarga Jawa. Hanya ketika kritik dan salah pengertian yayasan muncul, barulah presiden Soeharto melihat pentingnya untuk bicara. Walaupun ia telah menjelaskan konsepnya mengenai yayasan dalam biografinya pada tahun 1988 masyarakat tidak mau lagi mendengarkan. 42 4. Demokrasi Demokrasi merupakan prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit berhak untuk menentukan dan memaksakan menuntut dengan ancaman bagaimana orang lain harus hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran menyatakan, bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat atau 42 Ibid, hal, 269-277. prinsip keterwakilan. Jadi demokrasi memerlukan sebuah sistem sebagai aspirasi rakyat terhadap elit politik. Sebagaimana Soeharto mendirikan yayasan Dakab untuk mendukung mesin politiknya, Golkar. Ketika semua organisasi sosial diminta untuk menerima Pancasila sebagai satu- satunya azas, dimana ketika negara mencapai swasembada beras. Pada tahun 1964 Sekber Golkar adalah suatu kesatuan yang dimaksudkan tentara untuk menghadapi dan mencegah bangkitnya komunisme. Golkar menjadi mesin yang kuat dalam arena pemilihan umum pada masa itu. Golkar merupakan pisau dengan dua ujung: satu untuk menggalang pengaruh komunis dan satu lainnya untuk menjaga keutuhan UUD 1945 dan Pancasila. Yang satu ditujukan untuk masyarakat sipil untuk berperan aktif, dan yang satu lagi adalah tempat militer memainkan peran kunci. Golkar dibutuhkan untuk menjaga penyusupan komunis, terutama dalam peristiwa penting seperti pemilihan umum. Dalam masalah demokrasi, Soekarno dan Soeharto menerapkan demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan negara. Soekarno memperkenalkan Demokrasi Terpimpin dan Soeharto menggunakan Demokrasi Pancasila; kedua-duanya pada hakekatnya merupakan pembatasan atas liberalisme barat. Kedua Prsiden tersebut memegang pendirian bahwa setiap negara merdeka harus mempunyai tempat pijakan yang kokoh dalam percaturan kuasa yang lebih di atas yang lain, sehingga merasa berhak untuk mendiktekan pandangannya mengenai demokrasi dan hak-hak azasi manusia, apalagi memaksakan kehendak agar pandangan mereka harus diikuti. Pemaksaan atas sistem demokrasi yang mereka anut agar diterapkan di negara merdeka dan berdaulat yang lain sebenarnya sudah merupakan pelanggaran atas prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri 43 5. Keadilan sosial Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. 44 Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat struktural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu misalnya para pemimpin, melainkan dalam struktur-struktur politik, ekonomi, sosial, budaya, ideologis. Sebagaimana pada peristiwa Aceh, yakni Nanggroe Aceh Darussalam NAD. Kejahatan HAM atas Muslim Aceh diawali oleh VOC Belanda, diteruskan oleh rezim Orde Lama Soekarno, dan ditindas lebih kejam lagi di masa kekuasaan Suharto. Bahkan di zaman Jenderal Suharto-lah, NAD yang sangat berjasa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI, terutama dari segi finansial, sebab itu NAD juga disebut sebagai ‘Lumbung Uang RI’ dijadikan lapangan tembak dengan nama Daerah Operasi Militer DOM, 1989-1998. 45 Pasca berakhirnya penjajahan dan Indonesia dinyatakan merdeka, Aceh secara langsung atau tidak dinyatakan sebagai bahagian dari pada Republik Indonesia RI oleh founder nya. Dalam menghirup udara merdeka, para pemimpin Aceh yang terdiri dari kaum ulama mencoba mengelola Aceh dengan ketentuan Islam dan melaksanakan 43 Ibid, hal. 283-382. 44 G. Dwipayana Nazaruddin Sjamsudin, Jejak Langkah Pak Harto 1 Oktober 1965-27 Maret 1968 , Ja k arta: PT. Citra Lamtoro Agung, 1991, hal. 181. 45 Http:thufailalghifari.multiply.comreviewsitem91 Syari’at Islam di sana. Ternyata usaha tersebut tidak mendapatkan restu dari pihak RI di Jakarta kerana yang memimpin RI adalah orang-orang yang berlatar belakang nasionalis- sekularis. Kesan dari itu, kaum ulama bersama rakyat Aceh melawan RI dengan mengisytiharkan Darul IslamTentera Islam Indonesia DITII tahun 1953. Perlawanan tersebut memakan waktu lebih kurang sepuluh tahun lamanya dengan kerugian kedua belah pihak yang tidak terhitung jumlahnya. Akhirnya perlawanan yang cukup heroik dan unik tersebut berakhir dengan perdamaian dan pemimpin pemberontakan Teungku Muhammad Daud Beureu-eh diberikan penghormatan, kemuliaan dan dijemput dengan menggunakan pendekatan agama dan adat Aceh. Pasca Soeharto, Islam di Aceh tidak jauh beda. Hanya karena ada perlawanan GAM sajalah maka Indonesia memberikan Aceh menjalankan Syari’at Islam di sini lewat ketentuan Undang-undang No. 44 Tahun 1999 tentang Keistimewaan Aceh dan Undang- undang No. 18 Tentang Autonomi Khusus untuk Aceh. Ketika terjadinya perdamaian GAM dengan RI 15 Agustus 2005 ditambah lagi dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Yang terakhir masih diperdebatkan kalangan GAM karena ada sisi-sisi yang belum mengacu kepada MoU Helsinki sebagai patron dalam perdamaian GAM dengan RI. 46

B. Sejarah Etika Politik Soeharto

Sejak awal pemerintahan Soeharto menghindari politik Islam karena latar belakangnya sebagai seorang militer tulen. Terlebih pada masa itu militer masih trauma dan khawatir dengan pemberontakan-pemberontakan yang membawa ideologi Islam. 46 Http:ummahonline.wordpress.com20070226melirik-perkembangan-aceh- pucuk-dicita-ulampun-tiba?referer=sphere_related_content Seperti yang terjadi beberapa kali di zaman Soekarno berkuasa. Selain itu militer juga solid berada di belakang Soekarno ketika membubarkan Konstituante pada 5 Juli 1959 dan menyatakan kembali ke UUD 1945. Sidang konstituante sebelumnya berjalan alot, berlarut-larut dan dan gagal mencapai kata bulat soal asas negara. Partai-partai politik Islam di satu kubu memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara, di kubu lain partai-parti nasionalis tetap bertahan dengan Pancasila, dengan kembali ke UUD 1945 maka asas negara adalah Pancasila. 47 Untuk mencegah kembali menguatnya politik Islam, Soeharto tidak memberi pintu masuk kepada partai Masyumi, yang konsisten memperjuangkan asas Islam, untuk hidup kembali setelah dibubarkan oleh soekarno menjelang kejatuhannya. Soeharto tidak memberi izin kepada tokoh-tokoh Masyumi untuk menghidupkan kembali partainya dan faham komunis kembali hidup. Soeharto juga tidak ingin membiarkan Partai Nasionalis Indonesia PNI pada era Orde Lama pengurusnya dekat dengan kaum komunis, leluasa bergerak. Soeharto lebih memilih membersarkan sekretariat Bersama Golongan Karya, yang diisi oleh kalangan abangan dan militer, dengan harapan lebih mudah dikontrol. Disisi lain, Soeharto juga memerlukan dukungan dari kalangan Islam yang menjadi mayoritas penduduk negeri. Soeharto tidak menghendaki politik Islam bergema kembali, namun Soeharto membiarkan lahirnya satu partai baru berasas Islam, yakni Partai Muslim Indonesia Parmusi serta merangkul kalangan ulama dan politisi Nahdlatul Ulama NU. 47 H. Ahmad Shahab, Biografi Politik Presiden RI. Ke-2 Soeharto Pembangunan dan Partisipasi, Jakarta PT. Golden Terayon Press, 2008, hal. 211 Bagi Soeharto Islam hanya sekedar agama yang dianut oleh warganya . Ketidakstabilan politik yang berimbas kepada kestabilan ekonomi pada zaman Soekarno, Soeharto tidak ingin ideologi Islam dalam pentas politik nasionalis tumbuh subur. Baginya Islam boleh berkembang dan tumbuh subur sebagai sebuah kepercayaan, bukan sebagai ideologi partai politik. Soeharto menghindari keinginan untuk menjadikan Islam sebagai asas negara. Sebagaimana diperjuangkan oleh partai-partai Islam di masa pemerintahan Soekarno. Soeharto mensosialisasikan jargon “ politik no pembangunan yes ”, yang menjauhkan rakyat dari politik dan menjadikan golkar sebagai satu-satunya agen pembangunan. 48 Menjelang pertengahan 80-an sikap Soeharto terhadap pergerakan Islam bergeser dan mengakomodasi politik Islam. karena yakin Pancasila tidak akan diganggu-gugat sebagai asas tunggal dalam setiap sendi kehidupan nasionalis. Ini terlihat pada Munas Golkar tahun 1983. Akbar Tanjung sebagai mantan ketua umum HMI bersaing dengan Sarwono Kusumaatmaja dalam pemilihan sekjen Golkar. Soeharto naik ke kursi RI-1 sebagai presiden melalui proses sejarah yang sangat kontroversial, yaitu dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret Supersemar. Setahun kemudian , 27 Maret 1968, Soeharto resmi dilantik sebagai presiden kedua Indonesia, mengganti Soekarno, oleh Majelis Permuswyawaratan Rakyat Sementara MPRS. 49 Itulah awal perjalanan panjang kekuasaan Soeharto selama 32 tahun di bawah panji Orde Baru. Setiap lima tahun muncul kebulatan tekad yang mendukungnya sebagai 48 G. Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto, ”Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, Otobiografi, Jakarta: Lamtoro Agung Persada, 1989, hal. 337. 49 Atmadji Sumarkidjo, Jendral M. Yusuf Panglima Para Jendral, Jakarta: Hasta Pustaka, 2006, hal. 254. calon tunggal presiden dan berturut-turut suara MPR terus mengukuhnya secara aklamasi, mulai pada sidang umum 1973, 1978, 1983, 1988, dan 1998. Soeharto sendiri merupakan prajurit yang setia mempertahankan bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka. Ia menjalankan dengan baik apa yang dibebankan oleh Soekarno dalam menumpas pemberontakan dan merebut kembali Irian Jaya dalam politik luar negeri. 50 Golkar berperan besar dalam mendukung kekuasaan Soeharto selama 32 tahun. Soeharto sempat menyatakan untuk tidak dicalonkn kembali sebagai presiden pada periode 1998-2003. namun dengan dukungan kroninya, ia terus memilih menjadi presiden. Akumulasi kekecewaan rakyat yang memuncak, membuat pertahanan politiknya oleng. Masa jabatannya berakhir lewat pengunduran diri pada Mei 21 Mei 1998, dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada BJ Habibie. Pengunduran diri Soeharto menyusulnya terjadinya krisis moneter 1997, kerusuhan Mei 1998, tekanan politik dalam dan luar negeri, serta gelombang demonstrasi yang berpuncak pada pendudukan Gedung DPRMPR oleh ribuan mahasiswa. Pada masa pemerintahannya, Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintahan. Ia tampil sebagai Bapak pembangunan yang mengesankan Indonesia makmur secara ekonomi dan jenderal besar yang represif. 51

C. Memahami orang Jawa

Yang disebut orang Jawa adalah mereka yang berbahasa ibu bahasa Jawa dan yang nenek moyangnya berasal dari Jawa Tengah dan JawaTimur. Orang Jawa pada 50 Antonie C.A. Dake, Sukarno File ”Berkas-berkas Soekarno 1965-1967” Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta: Aksara Taruna, 2005, hal 263. 51 Republika, Rabu, 30 Januari, 2008 umumnya membagi diri mereka ke dalam tiga kelompok sosial: wong cilik atau kaum miskin sebagian besar dari mereka petani, yang sebagian dari mereka hidup di kota dengan mengandalkan pendapatan minimum; priyayi, yaitu para birokrat dan cendekiawan; dan kelompok bangsawan atau ndara. Orang Jawa tradisional sangat percaya pada kekuatan-kekuatan spiritual dan ritual keagamaan. Sebelum panen, melakukan perjalanan jauh, setelah menerima promosi dan pada setiap kesempatan, orang Jawa akan menyerahkan sesajen ketika mengingingkan dan menerima kebahagiaan cosmic. Mereka akan berkonsultasi dengan buku primbon untuk memilih waktu dan tempat yang terbaik untuk melaksanakan acara-acara penting. Bahkan para raja, ratu, presiden, dan perdana menteri tidak akan senang melakukan perubahan yang tidak sesuai dengan apa yang yang sudah ditentukan oleh pimbon. Soekarno juga percaya akan hal-hal semacam ini waktu memilih 17 Agustus 1945 untuk hari proklamasi Negara kita. Orang Jawa percaya bahwa legenda memainkan peran penting dalam mendidik dan mengembangkan pikiran anak muda. Pementasan wayang dengan cerita yang diambil dari cerita-cerita epik Hindu Ramayana dan Mahabarata menyampaikan nilai-nilai pemandu kehidupan kepada penontonnya. Mempelajari wayang merupakan hal yang penting apabila ingin memahami orang Jawa secara lebih mendalam. 52 Bagi seorang Jawa, seorang pemimpin harus alus atau berbudi halus, elegen, bertutur-kata lembut, sopan, mudah beradaptasi dan sensitif, dengan kekuatan dari dalam sehingga mampu memberikan perintah secara tidak langsung dan sopan, yang dipermukaan tampak seperti merendahkan diri. Emosi-emosi seperti kebahagiaan, 52 Retnowati, Soeharto The Life and Legacy of Indonesia’s Second President,hal. 1-2. kesedihan, kekecewaan, kemarahan, penyerahan, harapan dan rasa kasihan tidak seharusnya diperlihatkan di depan umum. Prsiden Soeharto adalah salah satu orang yang paling hebat dalam mendemonstrasikan karakter alus ini, dan terutama, dalam hal penguasaan diri. Ketegangan pribadi dan sosial, konflik dan konfrontasi dengan sangat hati-hati akan dihindari oleh orang Jawa yang menganggap kerukunan atau keharmonisan sebagai sifat yang sangat pentinga. Hidup dalam harmoni berarti hidup dalam permufakatan, dalam kedamaian dan ketenangan tanpa konflik dan pertentangan, atau bersatu agar masyarakat dapat saling tolong-menolong satu sama lain. 53 Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia, dengan sikap dan tekad serta semangat perjuangan yang pantang menyerah. Soeharto menganut falsafah Jawa ”mikul dhuwur, mendhem jero” atau carilah yang terbaik dari manusia dan cobalah untuk memaafkan kesalahan-kesalahan mereka yang kita hormati. Orang Jawa yang tulen adalah mereka yang bersikap sangat santun dan berbudaya tinggi. 54 Seperti yang diutarakan Alwi Shahab yang memaparkan bahwa kecenderungan kejawen Soeharto terlihat saat berpidato diberbagai tempat, Soeharto selalu mengutip dan menyerukan pemahaman falsafah Jawa”tepo seliro; mendhem jero, mikul dhuwur, tuturi andayani, lan biso rumongso ojo rumongso bis o. 55 Soeharto dikenal sebagai Tri Dharma, yaitu Rumongso melu bandarbeni, rasa kepemilikan dalam masyarakat, wajib melu bangrungkebi, yang mengacu kewajiban 53 Ibid, hal. 3. 54 Dwipayana dan Ramadhan , Soeharto, ”Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, Otobiografi, hal. 439. 55 Republika, Rabu, 30 Januari, 2008 untuk memelihara dan membela masyarakat, dan mulatsarira bangrasawani, selalu sensitif. 56 Soeharto menggunakan keterbatasannya sendiri untuk memperbaiki pendidikan bagi mayoritas rakyat. Salah satu masalah yang penting bagi Soeharto yang membedakan dengan Soekarno adalah mengatasi masalah perekonomian. Soeharto tidak mengingkari bahwa Soekarno dan Hatta-lah adalah dua tokoh yang telah berjasa dalam memproklamirkan kemerdekaan bangsa, dan bahwa Soekarno dan Hatta-lah yang berhasil menanamkan harga diri dan jati diri bangsa Indoneasia yang merdeka. 57 Soeharto dianggap sebagai seorang yang berpandangan ke dalam dan pengenalannya tentang pemikiran Barat terbatas, disebabkan Soeharto berasal dari daerah pedesaan. Berbeda dengan Soekarno yang berasal dari perkotaan yang menerapkan demokrasi terpimpin yang beraliran komunis, Soeharto dengan menggunakan demokrasi gaya Indonesia yang diberi nama demokrasi Pancasila sebagai sistem tunggal yang harus diterima semua partai politik. Istilah terpimpin dan Pancasila yang digunakan oleh kedua presiden, membuktikan bahwa sistem demokrasi Barat tidak dapat diterima dan diterapkan begitu saja tanpa mengadakan penyesuaian dalam menjalankan pemerintahan. Soekarno memusatkan seluruh perhatiannya untuk persatuan dan kesatuan bangsa dengan mencoba kekuatan yang ada pada saat itu, yakni nasionalisme, agama dan komunisme Nasakom. Dan tugas utama Soeharto adalah menghentikan inflasi yang sangat tinggi, mencegah agar rakyat tidak kelaparan dan secara jelas menggariskan program ekonomi untuk mengisi arti kemerdekaan. Dan segera membubarkan partai 56 Retnowati-Knapp Abdulgani, Soeharto The Life and Legacy of Indonesia’s Second President, Jakarta: Hasta Pustaka, 2007, hal. 108 57 Ibid, hal 407 komunis. Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan karenanya kolonialisme yang bertentangan dengan kemanusiaan dan rasa keadilan harus dihilangkan. 58 1. Soeharto, Jawa, Santrinisasi Soeharto meninggalkan kontroversi pendapat semasa pemerintahannya. Pada awal Soeharto menjadi presiden, kondisi ekonomi dan sosial Indonesia sangat tidak stabil, sehingga terjadinya kemiskinan dan pergolakan sosial. Hanya dengan satu kalimat, Soeharto mampu menyederhanakan berbagai persoalan; penuhi berbagai kebutuhan rakyat Indonesia, yang kemudian menjadi landasan untk menata dan membangun Indonesia. Soeharto mempunyai pribadi unik. Satu sisi seorang militer yang keras dan disiplin, tapi di sisi lain seorang Jawa yang lembut dan penuh unggah-ungguh. Paduan sikap Soeharto ini sangat mewarnai pemerintahannya. Usaha keras Soeharto untuk mewujudkan kestabilan pemerintahan dalam batas-batas tertentu merupakan refleksi sikap kejawaannya yang tidak menyukai konflik terbuka. Sikapnya sebagai seorang Jawa yang akomodatif dan menyukai keselarasan hidup menjadikan pemerintahannya stabil. Pemerintahannya mampu merangkul tetangga- tetangganya; Singapura, Malaysia yang pernah dimusuhi Orde Lama. Kedatangan Lee Kuan Yew dan Mahathir Mohammad ke Jakarta untuk bertemu Soeharto bukti bahwa kejawaan Soeharto yang menomorsatukan hidup selaras dan damai. 2. Islam di awal Rezim Soeharto Para pengamat sosial sering mempertentangkan antara Islam dan Jawa. Dalam kategori Clifford Geertz, terbagi dalam tiga kategori; santri, abangan dan priyayi. 58 Ibid, hal, 408 Soeharto dalam kategori Geertz berdasarkan masa kecilnya adalah orang abangan. Namun karena statusnya sosialnya yang tinggi, dengan menikah dengan Siti Hartinah, gadis keturunan priyayi Jawa, Soeharto masuk kategori priyayi. Yang namanya priyayi sulit beradaptasi dengan Islam. 59 Ketika Soeharto menjadi presiden, umat Islam mengalami islamisasi birokrasi, disebabkan kultur Jawa identik dengan priyayi. Kondisi tersebut diperkuat pengaruh Nasakom dari pemerintahan Soekarno yang membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga golongan; nasionalis, agama, dan komunis. Ketiganya menurut Soekarno, harus bergandengan tangan mempersatukan dan membesarkan Indonesia. Dalam prakteknya, penggolongan tersebut justru memecah- belah kehidupan keagamaan orang Jawa. Islam seolah-olah identik hanya dengan mendukung partai Islam, sedangkan golongan nasionalis dan komunis bukan Islam, yang menyebabkan jauhnya Islam dari birokrasi. Pada tahun 1960 dan tahun 1970-an, umat Islam terpinggirkan dalam birokrasi, termasuk militer. Menurut Samson, hubungan antara militer dengan birokrasi menjalin simbiosis mutualisme. Pada Rezim Soeharto semua kepala daerah dan menteri-menteri yang mengurusi masalah-masalah strategi berasal darai militer. Sehingga antara militerisasi dan birokrasi seakan-akan identik. Keduanya dalam. kategori budaya Jawa termasuk golongan priyayi yang menyebabkan sulitnya beradaptasi dengan Islam. 3. Perubahan Islam Marginalisasi golongan Islam dari birokrasi berubah ketika pemerintah menetapkan Pancasila sebagai asas tunggal. Pancasila menjadi dasar setiap kebijakan dalam langkah pemerintah, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Golongan abangan maupun 59 Republika, Selasa 29 Januari 2008, Dalam artikel Alan Samson, Army and Islam in Indonesia priyayi mayoritas menganut Islam. Tempat ibadah umat Islam adalah mesjid sehingga menjalankan asas Pancasila. Di Golkar berdiri MDI Majelis Dakwah Islamiyah bagian dari Golkar yang bertugas menggolkarkan masa santri. Sehingga kyai dapat berhubungan erat dengan politisi Golkar dan birokrat yang mendorong santrinisasi birokrasi. Perpaduan Pancasila dan Golkarisasi membuat kategorisasi dikotomis santri dan abangan rontok, setelah Soeharto membentuk Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang usaha utanmanya membangun mesjid di daerah. Kepedulian Golkar pada Islam berakibat terbukanya akses bagi santri untuk masuk kedalam birokrasi. Kondisi ini semakin kuat setelah Soeharto mengizinkan Habibie dan kawan-kawannya membentuk Ikatan Cendekiawan Muslim se- Indonesia ICMI. 60 4. Soeharto Islam dan Indonesia Tidak bisa dibantah Soeharto adalah tokoh besar bangsa yang penuh kontroversi dan hubungan Soeharto dengan umat Islam juga penuh kontroversi. 61 Pada pemilu 14971, Soeharto dan birokrasi pemerintah termasuk ABRI mendukung sepenuhnya Golkar yang menjadi kekuatan politik pendukung pemerintah. Dukunga itu dilakukan dengan cara kasar. Banyak aktifis NU dan ormasa Islam lain yang mengalami tindakan kekerasan dari aparat keamanan. Cara yang lebih halus yaitu dengan membentuk GUPPI untuk menarik sebagian tokoh dan warga NU ke dalam Golkar. Usaha tersebut bertujuan untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Kemenangan Soeharto diukur dengan keberhasilan mempertahankan Pancasila dalam 60 Ibid. 61 John Echols dan Hassan Shadily, Kamus Iggris-Indonesia, controversy adalah perdebatan, percekcokan penafsiran Soeharto. Pemilu, penyederhanaan partai menjadi tiga dan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orpol dan ormas, adalah medan pertempuran dari peperangan mempertahankan Pancasila. NU, Parmusi, PSII, dan Perti waktu itu masih mempertahankan Piagam Jakarta, yang bagi Soeharto dianggap membahayakan Pancasila, maka partai-partai Islam harus dikalahkan dengan segala cara, termasuk cara militer yang ternyata efektif. Soeharto tidak anti Islam sebagai agama, tetapi menentang partai Islam. Tidak semua gagasan partai Islam ditolaknya sebagaimana lahirnya UU Perkawinan UU No. 1 tahun 1974 UU Pertama yang memuat ketentuan Syariat Islam secara tidak langsung. Soekarno pada akhir 1950-an tidak mampu untuk menggolkan RUU perkawinan. Pertarungan kekuasaan Soeharto bukan ditandai perlawanan sisa-sisa Soekarno melawan Soeharto. Bukan juga sebagai penghapusan pengaruh komunis serta perebutan wacana pembangunan ekonomi pragmatisme berhadapan dengan gagasan ekonomi nasionalisme, melainkan juga diwarnai dengan ketegangan negara sekuler dengan hasrat politik sisa kekuatan Masyumi dan Darul IslamDI sebagai partai modern. Masyumi memperjuangkan politik demokratis dengan warna Islam. Sementara DI berhasrat mendirikan negara Islam. Bagi Soeharto karena keterlibatan tokoh Masyumi dalam gerakan PRRI akhir 1950-an, kedua hasrta itu di persatukan. 62 Sebagai konsekuensinya, politik Orde Baru hingga akhir tahun 1980-an bukan saja bersifat anti ideologi, melainkan juga mempraktekkan gagasan Snouck Hurgronye dalam menaklukkan Aceh: membiarkan kalangan Islam melaksanakan ibadah secara teknis dan memberangus setiap orang atau kelompok bergagasan politik Islam. 62 Dake, Sukarno File ”Berkas-berkas Soekarno 1965-1967” Kronologi Suatu Keruntuha, hal. 266. Politik Orde Baru hingga akhir 1980-an pada hakekatnya adalah usaha memapankan sebuah negara sekuler melalui perlindungan angkatan bersenjata dan intelijen dengan legitimasi pembangunan ekonomi. Dan karena gagasan politik Islam tak sejalan dengan sekularisme negara pembangunan developmental state maka usaha yang dilakukan adalah mendorong proyek amalgamasi berbagai politik Islam pada 1980-an. Kelahiran Partai Persatuan Pembangunan , Partai Demokrasi Indonesia berlangsung dengan motivasi ini. Pada tahun 1989 , presiden Soeharto tampil demonstratif dengan simbol keislaman. Muncul di televisi membaca AL-Fatihah yang menggambarkan pergeseran politik Orde Baru. 63 5. Soeharto, Negara, dan Politik Islam Jatuhnya Soeharto dari kekuasaannya yang digenggam selama 32 tahun pada Mei 1998, memberi angin segar bagi kehidupan politik Islam gerakan politik berideologi Islam di Indonesia. Setelah dimarginalkan selama Orde Baru yang militeris-birokratik- sekuler, politik Islam kembali muncul. Puluhan partai politik berasaskan Islam lahir di awal era Reformasi, termasuk Partai Persatuan Pembangunan PPP yang kembali menggunakan asas Islam, sejak 1982 dipaksa oleh Soeharto untuk menerima asas tunggal Pancasila. Di sebabkan Soeharto pada masa kekuasaannya tidak memberi kesempatan bagi tumbuh suburnya politik Islam di Indonesia. Baru pada saat-saat kejatuhannya Soeharto lebih dekat kepada Islam. Bahkan dikalangan militer Soeharto di kenal sebagai hijau ketimbang merah-putih yang selalu memegang doktrin nasionalis. Kalangan pengamat 63 Republika, selasa, 29 Januari 2008. memberi istilah pada kabinet pembangunan VII, yang merupakan kabinet terakhir kekuasaan Soeharto, sebagai kabinet ijo royo-royo. Menoleh kembali ke masa-masa awal kekuasaannya hingga ke detik-detik terakhir kejatuhannya, hubungan politik Islam dan rezim Orde Baru memang mengalami pasang-surut, walau banyak mengalami surutnya. Bila menelusuri lebih dalam lagi, hubungan tersebut dapat di kategorikan sebagai: 64 1. Periode Pertama 1966-1979 Ditandai dengan konsolidasi negara Orde Baru yang diiringi dengan kebijakan yang represif terhadap Islam politik. Pada periode ini, yakni di masa-masa awal pemerintahannya, Soeharto melihat Islam politik sebagai ancaman terhadap kekuasaan politiknya. Meminjam ungkapan pengamat politik R. William Liddle, Soeharto melihat Islam sebagai Political enemy number two sesudah komunis, dan karena itu layak disebut sebagai ekstrem kanan. Pada masa ini, hubungan antara negara dan Islam politik diwarnai dengan rasa saling curiga dan ketidakpercayaan yang tinggi antara pemerintah dan umat Islam. Juga diwarnai perlakuan yang represif terhadap kekuatan Islam politik, terutama sikapnya terhadap para mantan aktifis Partai Masyumi. 2. Periode kedua 1979-1989 pada periode ini diwarnai dengan pemerkuatan hegemoni ideologi negara Pancasila dan eliminasi Islam politik. Dalam periode ini, negara Orde Baru selain melakukan tafsiran otoriter terhadap Pancasila sebagai ideologi, juga memberlakukan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi partai politik dan akhirnya juga ormas keagamaan. 64 Ibid. Akibatnya adalah sebuah ketegangan dan konflik politik yang tajam antara negara dan kekuatan Islam politik. Kelompok-kelompok Islam terbagi menjadi dua, yakni mereka yang bersikap akomodatif dan pragmatis terhadap kemaun politik Orde Baru dengan menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas. Yang lain adalah mereka yang menolak asas tunggal Pancasila dengan segala konsekuensinya. Di antara mereka ada yang melakukan perlawanan dengan keras terhadap kebijakan politik ini, sehingga terjadilah peristiwa Tanjung Priok pada 12 September 1984 yang mengakibatkan terjadinya korban jiwa dan musnahnya harta benda. Dalam gerak Islam politik juga ditandai dengan naiknya kelas menengah santri baru yang sangat committed terhadap dakwah Islam dengan strategi pengembangan Islam kultural. Naiknya kelas menengah santri membawa dampak yang signifikan dalam hubungan antara Islam dan negara pada periode sesudahnya 3. Periode ketiga 1989-1993 ditandai denganperubahan yang signifikan atas kebijakan politik negara Orde Baru yang amat akomodatif terhadap Islam politik. Pada periode ini, negara memberikan konsesi politik terhadap umat Islam dalam bentuk pemberian dukungan politis, memfasilitasi, dan menginstitusionalisasi kepentingan Islam politik. Di antaranya adalah dukungan terhadap berdirinya lembaga-lembaga seperti ICMI Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, BMI Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Takaful. Sebagai akibat dari kebijakan politik ini, negara Orde Baru dengan pimpinan Soeharto mendapatkan dukungan dan legitimasi politik yang kuat, terutama dari kelas menengah santri baru yang umumnya punya hubungan ideologis dan berlatar belakang ormas-ormas Islam dalam kelompok modernis, terutama HMI Himpunan Mahasiswa Islam, KISDI Komite Indonesia Untuk Solidaritas Dunia Islam, dan DDII Dewan Dawah Islam Indonesia. Namun sebagai akibat dari negara dan kelompok Islam modernis ini, Gus Dur KH. Abdurrahman Wahid yang wakyi itu menjadi Ketua umum PBNU dan juga kekuatan-kekuatan nasionalis sekuler lainnya melakukan oposisi terhadap Soeharto dan rezim Orde Baru. 4. Periode keempat 1993-1998 Ditandai dengan kebijakan negara Orde Baru yang melakukan kooptasi terhadap Islam politik. Dalam periode ini, Soeharto dengan Orde Baru dengan sadar melakukan kontrol yang terkendali terhadap kekuatan Islam politik. Terutama setelah melihat akomodasi yang diberikan terhadap kelompok Islam modernis tidak seluruhnya mampu mengerem suara-suara kritis dan bahkan oposisi terhadap kepemimpinan politiknya. 65 Bahkan, di dalam tubuh ICMI sendiri, muncul sikap dan pandangan politik yang secara terbuka mengkritisi kebijakan politiknya yang mulai digerogoti oleh KKN kolusi, korupsi, dan nepotisme yang mengkawatirkan. Terutama sekali sepak terjang para tokoh yang oleh Adam Schwartz tergolong dalam kategori the real ICMI, semacam Amin Rais, Nurcholis Madjid, Bintang Pamungkas sulit diterima oleh Soeharto. Maka yang terjadi semacam koreksi terhadap ICMI dengan pencoretan sejumlah nama calon tertentu anggota MPR yang diusulkan o0leh pengurus ICMI yang diketua oleh BJ. Habibie yang dekat dengan Soeharto. 66 65 Ibid. 66 Dwipayana dan Ramadhan , Soeharto, ”Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, Otobiografi, Tokoh-tokoh ICMI M. Dawam Rahardjo dan Adi Sasono yang sebelumnya masuk dalam daftar calon anggota MPR konon menghilang setelah adanya seleksi politik dari pimpinan Orde Baru. Puncaknya adalah ketika Amin Rais yang pada saat itu menjadi ketua Dewan Pakar ICMI, mundur menurut versi Amin ia dipaksa mundur dalam jajaran kepengurusan ICMI. Sejak saat itu yang terjadi adalah pergeseran riil dari kebijakan yang akomodatif menuju ke arah apa yang disebut dengan state sponsored political Islam. Dengan ciri pokok subordinasi total atas format, orientasi dan implementasi Islam politik ke dalam kepentingan dan kontrol penuh negara. State sponsored political Islam sudah semakin kuat, tetapi tideak dapat membendung barisan gerbong reformasi yang makin panjang dengan para mahasiswa sebagai kekuatan utamanya. Keadaan sudah tidak terbendung lagi, dan kekacauan politik meluas setelah terbunuhnya mahasiswa Trisakti. Reformasi mengakhiri rezim Orde Baru. Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden pada 21 Mei 1998, kemudian digantikan oleh BJ. Habibie yang juga merupakan mantan ketua umum ICMI.

D. Prinsip-prinsip Etika Politik Soeharto

Dalam kehidupannya, karakteristik Soeharto kental diwarnai filosofi Jawa yang memegang prinsip ”aja kagetan, aja gumunan, aja dumeh”, jangan kagetan, jangan heran, jangan mentang-mentang yang jadi pegangan Soeharto selama hidupnya sejak kecil sebagai seorang Jawa. Bagi mereka yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa 67 , prinsip ini pula yang dijadikannya sebagai pegangan pada masa pemerintahannya dengan memberlakukan prinsip dan berpegang teguh dalam melaksanakan tugas MPRS antara hal. 538-539.. 67 Ibid, hal.13. lain: 1. Menegakkan hukum yang rumusan filosofis Pancasilanya terdapat dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang terdiri dari lima sila, yaitu: a. Ketuhanan Yana Maha Esa b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab c. Persatuan Indonesia d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan e. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia 2. Menegakkan konstitusi mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur- unsurnya, yaitu, rakyat, wilayah, dan pemerintah. 3. Menegakkan demokrasi 68 . Demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi Pancasila yang norma-norma pokoknya hukum-hukum dasarnya telah diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945. Prinsip demokrasi Pancasila yaitu mendahulukan kepentingan rakyat mendahulukan kepentingan bersama mendahulukan kebenaran dan keadilan sehingga kebulatan mufakat dapat tercapai 69 . Syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam membangun suatu bangsa bahwa ia harus diletakkan diatas pemurnian Pancasila, pemurnian pelaksanaan asas dan sendi- sendi UUD 1945, pelaksanaan seluruh jiwa dan semangat dari Ketetapan-ketetapan MPRS, bersih dari unsur-unsur G-30-SPKI, serta perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan. Soeharto juga menjelaskan tentang pokok-pokok pada masa pemerintahannya, 68 Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan Dan Pengamalam Pancasila BP-7 Pusat, Bahan Penataran P-4 Pancasila, Perum Percetakan Negara RI, 1996. 69 Dwipayana dan Ramadhan, Soeharto Pikiran Ucapan dan tindakan Saya otobiografi, hal. 226. yaitu: 1. Tujuan jangka panjang yang meliputi dalam negeri yaitu, masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dalam wadah negara kesatuan RI, di luar negeri meliputi, ikut mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 2. Tujuan jangka pendek yaitu, terwujudnya tugas dan program Kabinet Ampera yang mempunyai 2 sasaran pokok, yaitu terselenggaranya pemilihan umum dan tersedianya bahan-bahan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat 70 . 70 Dwipayana Nazaruddin Sjamsudin, Jejak Langkah Pak Harto 1 Oktober 1965-27 Maret 1968, hal. 128 214.

BAB IV TINJAUAN ISLAM TENTANG ETIKA POLITIK SOEHARTO