Ideologi Dan Perubahan Politik Suatu Studi Terhadap Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965- 1971)

(1)

IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK

SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)

D I S U S U N OLEH

TATANG MULYANA SINAGA 070906022

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat kasih dan karuniaNya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “ Idelogi dan Perubahan Politik: Suatu Studi Terhadap Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) “. Ideologi yang dimaksud dalam hal ini adalah ideologi komunisme yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kelangkaan terhadap tulisan-tulisan mengenai komunisme sempat terjadi di Indonesia terutama pada masa pemerintahan Soeharto. Ini disebabkan karena pemerintahan Soeharto mengeluarkan kebijakan pelarangan terhadap ajaran komunisme sehingga menjadi ketakutan bagi sebagian orang utnuk membaca tulisan yag berkaitan tentang ideologi ini apalagi untuk memilikinya. Setelah masa pemerintahan Soeharto berakhir, tulisan-tulisan mengenai komunisme mulai hadir didepan umum. Namun masih sangat minim tulisan yang mengkaji mengenai hubungan Komunisme terhadap era pemerintahan Soeharto. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi penulis untuk melihat bagaimana ideologi Komunisme berdampak terhadap perubahan politik pada era politik Soeharto (1965-1971).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis secara terbuka mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Kritik dan saran tersebut sangat berguna bagi penulis sebagai motivasi untuk lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat masukan ataupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas berbagai pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik yang juga menjadi Dosen Pembaca bagi penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas masukan-masukan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu M.Si selaku Dosen Pembimbing dan sekaligus Penasehat Akademik bagi Penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bentuk bimbingan/diskusi dalam proses penyusunan skripsi ini dan atas bimbingan yang diberrikan penulis semasa perkuliahan sehingga sampai kepada tahap penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen/Staf Pengajar di lingkungan Departemen Ilmu Politik. Terima kasih buat semua ilmu-ilmu yang diajarkan sehingga dapat memberikan pemahaman tersendiri bagi penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bang Rusdi dan Kak Ema yang telah banyak membantu penulis dalam melengkapi kebutuhan administratif bagi penulis.

5. Keluarga Penulis, terutama buat Mami & Papi yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis. Buat abangku Parhitean Mardoharman yang selalu mengisi waktu penulis


(4)

6. dari kecil hingga sekarang (semoga kita gak pernah berantam lagi ya, hahahaha), buat adikku Dewi Merantika (jangan cepat pesimis, harus selalu optimis, karena masa depanmu sudah ada tepat didepan sana, sekarang ambilah masa depanmu itu dan wujudkanlah). Buat keluarga besar Op. Parhitean Mardoharman Sinaga & Op. Imelda Panjaitan. Hidup ditengah-tengah kalian adalah sesuatu yang tidak terbayar oleh apapun. Akhir kata buat keluarga yang kucintai ini, penulis mengucapkan semoga kasih karunia dari Yesus Kristus menyertai kita semua.

7. Semua teman-teman penulis diamanapun berada, Kepler & Johannes (udah hampir tujuh tahun juga kita jalani ini semua ya, sukses buat kita semua), keluarga besar AMPARA: Bang Roger anak kedokteran, Bang David anak ITB, Bang Ronald, Bang Tatang senior, Bang Candra & Bang Rido (appara senior), Bang Rubben, Manurung (senior awak), Mas Bob, Lae Renius, Lae Tohom & Lae Tunggun (satu paket), Ucon, Lae Rikson, Lae Nasib & Lae Juanda, Lae Maruhum, Lae Chandra, Nando kreak, Lae Bernido, Samuel, Manggor, Martin, Andi, Oldmen, Lionir, Fransisco “gondut”, dan keluarga besar ampara lainnya yang atas keterbatasan penulis tidak dapat tersebutkan satu persatu namanya. Penulis banyak sekali mendapatkan pelajaran dalam bersosialisasi dengan kalian. Keluargaan adalah dasar bagi setiap anak kost untuk tetap dapat mersakan suka dan duka bersama. “ AMPARA yang kuat adalah AMPARA yang bersatu. Buat senior-seniorku di kampus, Bang Eris (segera persuntung perempuan itu), Bang Nopetra (pengusaha Game Online), Barry Calvin; senior sekaligus teman penulis (jangan lagi main-main kau, uda waktunya sekarang untuk serius) Bang Ari (DPC yang terhormast), Bang John Rose Kolong (satu marga awak), Mburak (senior kuadrat/kuliah dan SMA), Bang Rolas, Idaman (kawan seminar awak). Teman-teman satu stambuk penulis ’07, Jenius, Wiliam (dua appara awak), Abed, Doni (aktivis KMK), Adel (preman asrama Brimob), Rizki (manusia


(5)

8. yang selalu giat belajar, belajar untuk ngerjain orang), Rahmad P(ketua IMADIP) & Rahmat T (mantan aktivis IRM) dua rahmad yang kembar siam dan kawan-kawan stambuk 07 lainnya, penulis banyak mengucapkan terima kasih. Junior-junior penulis, KEPOMPONG (Kael, Martin, Wistin, Frina, Sabeth, Yopa, Pia, bagi yang tidak disebut akan disebut dibagian yang lain) Novan, Zulfan, Astri (stambuk ’08), Cosner, Yoseph, Yossi, Edo, Novi, Ken, Chastry (stambuk ’09) dan junior-junior penulis lainnya yang atas keterbatasan penulis tidak dapat disebutkan satu persatu. Kawan-kawan penulis di GmnI Medan Raya, Bung Frendy (kecab), Bung Eko (bencab), Bung Rio (komandan pertanian), Bung Agung, Bung Mike, Bung Robby, Sarinah Eka, Sarinah Kartika, Bung Bernad, dan kawan-kawan lainnya. Terima kasih buat dialektika yang terjadi selama ini, karena sejujurnya hal tersebutlah yang menjadi pelajaran berarti buat kita. Teman-teman penulis di Fightsampaipagi kuliah nomor satu kesehatan yang utama, Wanda (hormat ketua), Anwar Samoth (kordinator gigikita medan), Leo & Ian, Jimmy, Rendi, Ciko. Mau Milan, Madrid, MU, Barca, atau apapun itu pasti putus di buat PSMS kan, hahahahaha. Teman-teman maya penulis, muman (pelindung ajaran mumanisme), dumdum (pasangan si muman) juri alias jurmen (pakek bajumu men), endang (cewek jurmen), soekarno (pencuri baju jurmen), lampaarde (is mayu), almarhum Bruno.

9. Teristimewa buat Damira Suwenita Sebayang, Dongdong, Keretek, Hashas, PeriKecil, yang selalu menemani penulis dalam setiap keadaan. Yang mampu menjadi motivator sekaligus yang menjadi faktor untuk bermalas-malasan, hahahaha. Tapi disamping itu semua penulis tidak akan berada diposisi seperti ini tanpa keberadaan mereka. Partner sejati dalam setiap hal. Terima kasih juga buat WTF (kanya coreland) yang selama ini banyak sekali membantu penulis dalam hal menyediakan bahan-bahan bacaan. We Trouble Forever.


(6)

10.Terkhusus buat Yesus Kristus “The Real Revolusioner” yang telah mengajarkan kepada penulis dan dunia tentang kasih dan pengharapan.

ABSTRAKSI

IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK

SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)

Komunisme merupakan sebuah ideologi yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Komunisme merupakan Ideologi politik yang dasar-dasar pemahamannya bertitik-tolak pada pemikiran Karl Marx dan beberapa pemikir lainnya seperti Engels ataupun Lenin. Ideologi Komunisme masuk ke Indonesia dibawah oleh aktivis buruh dari Belanda yang bernama Sneevliet. Dalam perkembangannya, Komunisme yang semulanya merupakan ideologi politik yang berasal dari Eropa, mampu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Perkembangan Komunisme di Indonesia tidak pernah terlepas dari intrumen dari ideologi tersebut yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI merupakan instrumen komunisme terbesar ketiga didunia. Dalam perjalanannya, Komunisme mampu mendapat dukungan yang besar dari masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemilu 1955 yang menempatkan PKI sebagai peraih suara terbanyak keempat. Disamping mendapat dukungan dari masyarakat, PKI juga mampu mendekatkan diri dengan pemimpin bangsa pada saat itu yaitu Soekarno. Salah satu bukti dukungan Soekarno terhadap Komunisme adalah penerapan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sebagai pilar politik bangsa.

Namun dalam perkembangannya, terutama setelah meletusnya peristiwa gerakan 30 September Ideologi Komunisme secara perlahan dikebiri keberadaannya. Ini disebabkan karena PKI dituduh sebagai dalang dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan tewanya beberapa petinggi militer di lubang buaya. Kondisi ini diperparah dengan lengsernya kekuasaan Soekarno (yang selama ini menjadi tempat berlindung PKI) kepada pemimpin baru yang berasal dari militer/AD yaitu Soeharto. Sikap Soeharto terhadap Komunis sangat bertolak belakang dengan Soekarno. Seoharto yang berlatar belakang militer jelas memiliki pandangan negatif terhadap PKI yang dianggap selalu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah, namun tetap diberikan kebebasan. Melalui kesempatan inilah Soeharto mengambil kebijakan untuk memunaskan keberadaann Komunisme di Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut adalah dengan menangkap tokoh-tokoh komunis dan melarang ideologi Komunisme untuk diterapkan di Indonesia. Atas perubahan pandangan terhadap Komunisme yang terjadi pada era pemerintahan Soekarno dengan era pemerintahan Soeharto maka terjadi perubahan-perubahan politik yang diakibatkan atas perbedaan pandangan tersebut. Pada era politik Soeharto (1965-1971) merupakan rentan waktu yang dapat dikategorikan sebgai proses transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru.

Era politik Soeharto dikenal sebagai era yang anti ideologi Komunisme. Komunisme diibaratkan sebagai sesuatu yang harus ditakuti keberadaannya. Hal tersebutlah yang menjadi pertanyaan penelitian ini untuk melihat bagaimana ideologi politik (komunisme) berdampak terhadap perubahan politik yang terjadi pada era politik Soeharto. Apakah nantinya perubahan politik yang dihasilkan tersebut merupakan sebuah kemunduran politik (regresi politik), stagnansi politik, atau merupakan sebuah kemajuan/pembaharuan politik.


(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan Penelitian ... 7

I.5 Manfaat Penelitian ... 7

I.6. Kerangka Teori ... 8

I.6.1. Ideologi dan Ideologi Politik ... 8

I.6.2. Komunisme ... 8

I.6.2.1. Sejarah dan Pengertian Komunsime ... 12

I.6.2.2. Prinsip-Prinsip Ideologi Komunisme ... 17

I.6.2.3. Komunisme Sebagai Ideologi Politik ...20

I.6.3. Teori Perubahan Politik ... 22

I.6.3.1. Pengertian Perubahan Politik ...22

I.6.3.2. Objek Perubahan Politik ...26


(8)

I.7. Metodologi Penelitian ... 31

I.7.1. Jenis Penelitian ... 31

I.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 31

I.7.3. Teknik Analisa Data ... 31

I.8. Sistematika Penulisan ... 32

BAB II Sejarah dan Perkembangan Komunisme di Indonesia II. 1. Awal Masuknya Komunisme ke Indonesia dan Pergerakannya ... 33

II. 1. 1. Awal Masuknya Komunisme ... 33

II.1.2. Pisau Komunisme Membelah Sarekat Islam (SI) ... 36

II.1.3. PKI Sebagai Instrumen Komunis Internasional (Komintern) ... 38

II.2. Pergerakan Komunisme Pada Masa PraKemerdekaan ... 40

II.2.1. Pergolakan PKI 1926/1927 ... 40

II.2.2. Pergolakan PKI 1928 (Gerakan PKI Ilegal) ... 43

II. 3. Pergerakan Komunisme di Masa Kemerdekaan ... 47

II.3.1.Pergerakan Komunisme di Awal Kemerdekaan (Merebut Kekuasaan Pemuda dan Buruh) ... 47


(9)

BAB III TRANSISI POLITIK DARI ORDE LAMA (ORLA)

KE ERA POLITIK SOEHARTO (1965-1971) ...55

III.1. PKI Dalam Pandangan Politik Soekarno ... 55

III. 2. Tragedi 30 September dan Berakhirnya Orde Lama ... 65

III. 2. 1. Hubungan Antara PKI dan Angkatan Darat (AD)

Sebelum Tragedi 30 September 1965 ... 65

III. 2. 2. Meletusnya Tragedi 30 September 1965 ... 68

III. 2. 3. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966

dan Berakhirnya Orde Lama ... 70

III. 3. Transisi Politik Dari Orde Lama ke Era Soeharto ... 72

BAB IV ANALISA DATA

IV. 1. Komunisme Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) ... 75

IV. 1. 1. Pembubaran Partai Komunisme Indonesia (PKI) & ... 75

Ormas-Ormasnya

IV. 1. 2. Komunisme Sebagai Paham (Ideologi) Terlarang ... 77

IV. 1. 3. Penggolongan Terhadap Anggota PKI ... 81

IV. 1. 4. Kebijakan P4 (Pedoman Penghayatan dan


(10)

IV. 2. Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) ... 85

VI. 2. 1. Perubahan Dari Demokrasi Terpimpin Ke

Demokrasi Pancasila ... 85

IV. 2. 2. Pergeseran Kekuatan Politik dari Nasakom (Nasionalis,

Agama, Komunis) ke TNI/AD (Angkatan Darat) ... 89

IV. 2. 3. Diantara Fenomena Pembaharuan Politik &

Regresi Politik ... ...92

BAB V KESIMPULAN ...97


(11)

10.Terkhusus buat Yesus Kristus “The Real Revolusioner” yang telah mengajarkan kepada penulis dan dunia tentang kasih dan pengharapan.

ABSTRAKSI

IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK

SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)

Komunisme merupakan sebuah ideologi yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Komunisme merupakan Ideologi politik yang dasar-dasar pemahamannya bertitik-tolak pada pemikiran Karl Marx dan beberapa pemikir lainnya seperti Engels ataupun Lenin. Ideologi Komunisme masuk ke Indonesia dibawah oleh aktivis buruh dari Belanda yang bernama Sneevliet. Dalam perkembangannya, Komunisme yang semulanya merupakan ideologi politik yang berasal dari Eropa, mampu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Perkembangan Komunisme di Indonesia tidak pernah terlepas dari intrumen dari ideologi tersebut yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI merupakan instrumen komunisme terbesar ketiga didunia. Dalam perjalanannya, Komunisme mampu mendapat dukungan yang besar dari masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemilu 1955 yang menempatkan PKI sebagai peraih suara terbanyak keempat. Disamping mendapat dukungan dari masyarakat, PKI juga mampu mendekatkan diri dengan pemimpin bangsa pada saat itu yaitu Soekarno. Salah satu bukti dukungan Soekarno terhadap Komunisme adalah penerapan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sebagai pilar politik bangsa.

Namun dalam perkembangannya, terutama setelah meletusnya peristiwa gerakan 30 September Ideologi Komunisme secara perlahan dikebiri keberadaannya. Ini disebabkan karena PKI dituduh sebagai dalang dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan tewanya beberapa petinggi militer di lubang buaya. Kondisi ini diperparah dengan lengsernya kekuasaan Soekarno (yang selama ini menjadi tempat berlindung PKI) kepada pemimpin baru yang berasal dari militer/AD yaitu Soeharto. Sikap Soeharto terhadap Komunis sangat bertolak belakang dengan Soekarno. Seoharto yang berlatar belakang militer jelas memiliki pandangan negatif terhadap PKI yang dianggap selalu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah, namun tetap diberikan kebebasan. Melalui kesempatan inilah Soeharto mengambil kebijakan untuk memunaskan keberadaann Komunisme di Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut adalah dengan menangkap tokoh-tokoh komunis dan melarang ideologi Komunisme untuk diterapkan di Indonesia. Atas perubahan pandangan terhadap Komunisme yang terjadi pada era pemerintahan Soekarno dengan era pemerintahan Soeharto maka terjadi perubahan-perubahan politik yang diakibatkan atas perbedaan pandangan tersebut. Pada era politik Soeharto (1965-1971) merupakan rentan waktu yang dapat dikategorikan sebgai proses transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru.

Era politik Soeharto dikenal sebagai era yang anti ideologi Komunisme. Komunisme diibaratkan sebagai sesuatu yang harus ditakuti keberadaannya. Hal tersebutlah yang menjadi pertanyaan penelitian ini untuk melihat bagaimana ideologi politik (komunisme) berdampak terhadap perubahan politik yang terjadi pada era politik Soeharto. Apakah nantinya perubahan politik yang dihasilkan tersebut merupakan sebuah kemunduran politik (regresi politik), stagnansi politik, atau merupakan sebuah kemajuan/pembaharuan politik.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Reformasi yang terjadi di Eropa Timur, menyusul arus perubahan yang ditiup oleh Uni Soviet, tampaknya memang merupakan fenomena yang cukup menarik. Eropa Timur merupakan kawasan dimana ideologi komunis dapat tumbuh dengan sangat subur. Bahkan Uni Soviet sebagai blok terbesar dari kawasan Eropa Timur disimbolkan sebagai puncak keadidayan ideologi komunisme di dunia. Namun predikat sebagai negara komunis terbesar didunia yang disandang oleh Uni Soviet tak cukup untuk menghindar dari sebuah proses perubahan yang menjurus kearah pengikisan dari nilai-nilai ideologi komunis tersebut.

Perubahan yang terjadi di Uni Soviet tersebut tidak terlepas dari peran seorang Gorbachev. Gorbachev dengan ide pembahuruannya yang menawarkan konsep “glasnot” dan “ perestorika“-nya telah membawa perubahan perubahan yang dahsyat tidak hanya di Uni Soviet itu sendiri melainkan sampai ke negara negara Eropa Timur yang menjadi satelitnya. Konsep glasnot yang berarti keterbukaan dan perestorika yang berarti restrukturisasi tanpa disadari telah menjadi spirit baru dalam gerakan pembaharuan di negara negara Eropa Timur pada umumnya dan di Uni Soviet pada khususnya. Dalam perkembangannya, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Gorbachev tersebut telah bersifat radikal dan drastis baik dalam bidang ekonomi maupun politik.

Perubahan yang dilakukan oleh Gorbachev dalam bidang politik sangat jelas terlihat pada kebijakannya melaksanakan sistem pemilihan umum yang bebas dengan multi calon pada bulan maret tahun 1989. hal ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Klimaks pembaharuan ini terjadi ketika pasal 6 Konstitusi 1936 dicopot untuk mengakhiri monopoli kekuasaan komunisme yang sudah berlangsung lebih dari tujuh


(13)

dasawarsa di negara itu.1

Ide pembaharuan yang dicanangkan oleh Gorbachev dengan cepat menjalar ke negara negara Eropa Timur lainnya. Namun proses pembaruan yang terjadi tidak relatif sama antara negara yang satu dengan negara lainnya. Perbedaan proses pembahuruan ini disebabkan karena pelaku dari pembaharuan dari masing masing negara tersebut berasal dari golongan yang berbeda pula. Sebagai contoh di Polandia dan Rumania proses pembaruan dilakukan Dibidang ekonomi, konsep “perestorika” yang di gagas oleh Gorbachev telah mendorong secara bertahap proses swastaisasi, dan petani dibiarkan menjual hasil ladangnya secara bebas ke pasar. Sentralisasi dan totalisasi ekonomi oleh negara tidak lagi berlaku mutlak. Bahkan dalam konstitusi baru yang disahkan pda bulan November 1986, 29 jenis usaha ekonomi di berikan izin untuk dikelola oleh swasta. Perubahan ini merupakan sebuah perbaikan terhadap sisitem monopoli perekonomian oleh negara yang selama ini dianggap tidak efesien.

Dampak dari konsep “glasnot” dan “perestorika” yang di tawarkan oleh Gorbhachev dalam perkembangannya telah membawa negara Uni soviet kedalam bentuk pembaharuan yang sedikit liberal dalam sistem ekonomi maupun sistem politiknya. Gorbhachev yang pada awalnya menyatakan bentuk pembaharuan yang ditawarkan bukan bermaksud keluar dari sosialisme melainkan sebagai keharusan sejarah supaya komunisme lebih bersifat kontekstual dalam perkembangannya justru mengarah kepada kecenderunagn keluar dari komunisme. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi maupun politik yang menjadi lebih terbuka. Pembaruhan yang pada perkembangannya menjurus pada perubahan dalam bidang ekonomi dan politik yang terjadi di Uni Soviet ini secara bertahap menular kepada negara negara Eropa Timur lainnya seperti Polandia, Rumania, Ceko Slowakia, Bulgaria dan Hongaria.

1

Rikard Bagun, Perkembangan Komunisme di Polandia, Hongaria, Ceko Slowakia, Bulgaria, dan Rumania dalam Perubahan Politik di Negara Negara Eropa Timur, Jakarta: PT Gramedia. 1990, Hal. 187.


(14)

oleh pihak yang sama. Rakyatlah yang menjadi aktor pembaharuan di kedua negara tersebut. Hal sebaliknya justru terjadi di negara Ceko Slowakia, Bulgaria dan Hongaria dimana yang melakukan gerakan pembaharuan adalah partai komunis itu sendiri.

Proses perubahan politik yang terjadi pada negara komunis tidak hanya terjadi di negara negara eropa timur melainkan juga sampai ke negara negara di asia seperti halnya Cina. Setelah tampil sebagai salah satu orang berpengaruh di Cina pada tahun 1978, Deng Xiaoping langsung melakukan gerakan pembaharuan. Secara bertahap, ia mengganti sistem totalisasi dan sentralisasi dalam bidang pertanian yang selama ini diterapkan di negara tersebut dengan menawarkan sebuah bentuk pasar bebas sehingga memberi angin segar bagi para wiraswasta. Pada perkembangannya, gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Deng Xiaoping ini kemudian dikenal sebagai empat bentuk modernisasi Cina. Yaitu modernisasi pada bidang pertanian, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di Cina sedikit banyaknya telah mendeskripsikan betapa sebenarnya ideologi komunis yang dianut oleh negara tersebut perlu dilakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut justru terlihat lebih bersifat pragmatis dengan tujuan tercapainya kebutuhan nasioanl negara tersebut. Cina sebagai negara komunis terbesar didunia setelah Uni Soviet juga tidak luput dari godaan sistem ekonomi dan politik yang sedikit liberal untuk penyegaran terhadap ideologi komunis yang selama ini telah lama diterapkan oleh negara tersebut.

Ternyata arus perubahan politik yang terjadi di Uni soviet dan Cina (sebagai dua kekuatan terbesar di dunia) telah berpengaruh ke dunia komunis. Dunia komunis diartikan sebagai negara negara komunis dan partai partai komunis di negara-negara non komunis,


(15)

yaitu yang belum atau tidak memegang kekuasaan pemerintahan.2

Memandang perubahan politik yang berhubungan dengan keberadaan komunis di Indonesia tidak akan pernah terlepas dari apa yang terjadi pada sebuah transisi politik dari Orde Lama (ORLA) ke Orde Baru (ORBA). Dengan demikian sangat perlu juga untuk dilihat

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik yang berhaluan komunis dalam negara yang non komunis juga termasuk kedalam cakupan pembahasan dunia komunis.

Negara indonesia pada orde lama (ORLA) mempunyai partai yang berideologi komunis yang dikenal sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI). Sekalipun Indonesia bukan negara yang berideologi komunis, namun kekuatan komunisme di indonesia jelas tidak diragukan lagi keberadaannya. Hal ini disebabkan karena PKI dapat menempati posisi empat besar pada Pemilihan Umum pertama di indonesia yang di laksanakan pada tahun 1955. Dalam pemilu tersebut PKI memperoleh persentase suara sebanyak 16,4 persen yang berarti memperoleh 39 kursi di parlemen. PKI hanya kalah dari partai PNI yang memperoleh 22,3 persen suara (57 kursi), NU yang memperoleh 20,9 persen suara (57 kursi) dan Masyumi yang memperoleh 18,4 persen suara (45 kursi). Namun yang perlu diketahui adalah bahwa ketiga partai diatas sebelumnya telah menjadi kekuatan politik di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan. Sebagai ideologi yang baru tumbuh dan berkembang di Indonesia, keberadaan ideologi komunisme yang di gerakan oleh PKI jelas telah menjadi manuver bagi kekuatan politik yang sudah matang terlebih dahuluh. Dari penjelasan ini jelas dapat disimpulkan bahwa kekuatan komunis di Indonesia cukup besar keberadaannya. Bahkan PKI tercatat sebagai kekuatan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis Soviet dan Cina. Dari penjelasan diatas jelaslah wajar jika saya menyimpulkan bahwa Indonesia adalah salah satu kekuatan Komunis terbesar di dunia karena keberadaan PKI didalamnya.

2

J. Soedjati Djiwandono, Pengaruh Pembaharuan Gorbachev di Dunia Komunis dalam Perubahan Politik di Negara Negara Eropa Timur, Jakarta: PT Gramedia. 1990, Hal. 35


(16)

perubahan politik seperti apa yang terjadi pasca keberadaan ideologi komunis di Indonesia. Hal yang dapat dilihat dengan jelas adalah mengenai sikap kedua pemimpin pada masing masing Orde terhadap keberadaan komunise itu sendiri. Soekarno sebagai pemimpin dari ORLA dapat dilihat memiliki kedekatan terhadap dunia komunis. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan terjadinya kedekatan antara Soekarno dengan para tokoh tokoh PKI melainkan juga dapat dilihat bagaimana Soekarno dapat dilihat mendekatkan diri pada kekuatan Komunisme dunia yaitu Uni Soviet. Kedekatan antara Soekarno dan Soviet dapat dilihat dari ketersedian Soviet dalam memberikan bantuan persenjantaan kepada Indonesia.

Dalam situasi yang lain, Soeharto sebagai pemimpin diktator ORBA justru memandang Komunsime sebgai sesuatu yang buruk. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diberlakukan ORLA terhadap Komunisme yang justru bersifat sebagai mitra dalam menjalankan roda pemerintahan. Setelah Soeharto berkuasa melalui intrik politik yang didapatkan dari Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) perlahan lahan soeharto mulai mengkebiri kekuatan Komunis di Indonesia dengan kekuatan Angkatan Darat (AD) yang dia pimpin. Pemerintahan soeharto juga menjalin hubungan yang baik dengan Amerika Serikat (AS) yang notabene adalah seteru abadi Soviet dalam Perang Dingin. Perbandingan keberadaan Komunis pada ORLA dan ORBA jelas telah mengalami sebuah perubahan, ini dapat ditunjukan dari sikap yang ditunjukan oleh Soekarno dan Soeharto dalam memandang Komunis yang jelas sangat berbanding terbalik.

Dengan melihat penjelasan diatas, maka timbul pertanyaan apakah perubahan politik ini nantinya sesuai dengan perubahan yang politik yang terjadi di negara Uni Soviet atau negara Eropa Timur lainnya? Apakah perubahan politik di indonesia justru sejalan dengan perubahan politik di negara Cina? Atau justru perubahan terjadi sebelumnya? Atas pertanyaan pertanyaan diatas kemudian menjadi menarik apabila kita melihat keterkaitan


(17)

sebuah Ideologi (dalam hal ini Komunisme) terhadap perubahan politik yang terjadi di era politik tertentu.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh ideologi (dalam hal ini ideologi Komunisme) terhadap perubahan politik di era politik Soeharto (1965-1971)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, bahwa sebenarnya telah terjadi perubahan politik dari orde lama ke masa pemerintahan Soeharto. Dimana pada orde lama komunisme merupakan salah satu primadona kekuatan politik di indonesia. Hal ini di tandai dengan keberhasilan Partai Komunis Indonesia menempati posisi empat besar peraih suara terbanyak pada Pemilu pertama tahun 1955. Sedangkan di era Soeharto PKI tidak lagi dibenarkan untuk ikut serta dalam pemilu dan ditiadakan keberadaannya. Maka dari itu yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Perubahan politik seperti apa yang diakibatkan ideologi komunisme pada era Soeharto “.

I.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus dan menghasilkan uraian yang sistematis, maka diperlukan batasan batasan masalah sehingga dapat diidentifikasikan hal apa saja yang menjadi masalah penelitian. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(18)

1. Penelitian ini terfokus pada perubahan politik yang dihasilkan dari keberadaan komunisme di indonesia

2. Penelitian ini hanya berkisar pada perubahan politik yang terjadi di era politik Soeharto (1965-1971)

I.4. Tujuan Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk “ melihat Perubahan Politik di era politik Soeharto (1965-1971) yang diakibatkan oleh keberadaan komunisme di Indonesia”.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Secara pribadi penelitian mampu mengasa kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

2. Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran konsep konsep dalam teori politik, terutama menyangkut ideologi dan perubahan politik di indonesia

3. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi/kepustakaan bagi lembaga lembaga yang bergerak dalam ilmu politik.


(19)

I.6. Kerangka Teori

Untuk mempermudah penelitian ini, maka di perlukan landasan teori dari sudut pandang komunisme sebagai salah satu ideologi politik serta ulasan mengenai dinamika perubahan politik.

I.6.1. Ideologi dan Ideologi Politik

Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh seorang pemikir prancis yang bernama Desttut de Tracy. Dalam bukunya Element d’ideologie (Ian Adam, ideologi-Ideologi Politik Mutakhir, 1993) pemikiran Tracy mengenai ideologi berkarakter positivistik dengan tujuan menemukan kebenaran diluar otoritas agama. Tracy memandang bahwa otoritas agama yang selama ini terlalu besar mengenai paham kebenaran telah membuat tidak ada lagi alternatif lain diluar agama dalam mempresepsikan kebenaran. Tracy kemudian beranggapan bahwa perlu adanya sebuah konsep baru yang mampu melihat nilai nilai kebenaran tersebut diluar otoritas agama. Konsep ini kemudian disebut sebagai ideologi. Jelaslah pemikiran Tracy ini merupakan sebuah momentum kebangkitan bagi para pemikir pemikir abad pencerahan. Namun setelah lebih dari satu abad, ideologi tidak lagi dimaknai sebagai suatu konsensus yang tunggal menurut pemikiran Tracy saja. Hal ini disebabkan karena ideologi selalu dicermati oleh pemikir pemikir dari sudut pandang yang berbeda sehingga menyebabkan tafsiran yang beragam pula.

Secara etimologi ideologi terdiri dari dua kata, yakni Ideo yang artinya pemikiran; dan Logis yang artinya logika, ilmu, pengetahuan. Sehingga dapat didefenisikan ideologi merupakan pemikiran yang didasarkan pada logika ataupun pengetahuan. Ideologi merupakan rumusan alam pemikiran yang terdapat dalam masyarakat yang tujuannya adalah untuk merealisasikannya. Dengan demikian ideologi tidak hanya dimiliki oleh negera melainkan juga dapat diterapkan oleh partai politik ataupun asosiasi asosiasi politik lainnya.


(20)

Konsep ideologi juga dapat dinegasikan sebagai political doktrin (doktrin politik) dan

political formula (formulasi politik).

Secara umum, ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau sisitem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakatmengenai tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam segi kehidupan duniawi mereka.3

Secara fungsional ideologi dapat diartikan sebagai sesuatu bentuk gagasan kebaikan bersama, atau tentang masyarakat dan sebuah bentuk negara ataupun pemerintahan yang

Namun yang perlu disadari dalam pengertian ini bahwa dalam suatu masyarakat biasanya mempunyai berbagai macam kelompok kepentingan yang dilahirkan oleh adanya perbedaan perbedaan sosial seperti, perbedaan ekonomi, agama atau bentuk bentuk perbedaan lainnya. Masing masing dari kelompok masyarakat tersebut tentunya juga mempunyai tatanan sistem nilai yang berbeda sesuai dengan kepentingan masing masing dari kelompok masyarakat tersebut.

Sama halnya seperti tatanan sistem nilai lainnya, ideologi juga terdiri dari dimensi dimensi yang membentuknya menjadi sistem nilai yang utuh. Adapun dimensi dimensi dari ideologi tersebut adalah: Peratama, sebuah realita hidup dalam masyarakat dimana ia muncul pertama kalinya. Dengan kata lain dimensi ini mengatakan tentang sejauh mana masyarakat mampu memahami diri mereka sendiri. Dimensi yang kedua adalah, gambarannya dalam memberikan harapan kepada suatu masyarakat atau golongan dalam suatu masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama yang lebih baik dan untuk membangun mayarakat yang lebih cerah. Dimensi yang ketiga adalah, agaimana kemampuan ideologi dalam mempengaruhi ataupun menyesuaikan diri terhadap pembangunan yang terjadi dalam masyarakat.

3


(21)

dianggap paling baik. 4

Adapun ciri utama dari suatu ideologi adalah cita citanya yang dalam dan luas, universal dan bersifat jangka panjang. Ideologi dirasakan menjadi milik dari sebuah kelompok manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran-ajaran yang terdapat pada ideologi tersebut. Ideologi juga mengikat sebuah kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan perbuatan dari kelompok tersebut. Nilai universal yang

Secara fungsional, ideologi dibagi kedalam dua tipe utama, yaitu ideologi yang bertipe doktriner, dan ideologi yang bertipe pragmatis. Ideologi yang bertipe doktriner mempunyai bentuk pengajaran yang bersifat sistematis dan terinci sangat jelas. Didoktrinisasikan kepada mayarakat secara luas dan pelaksanaannya diawasi langsung oleh aparat partai ataupun aparat pemerintah. Salah satu contoh dari tipe ini adalah ideologi komunisme. Ideologi yang bertipe pragmatis adalah pengertian yang antitesis dari ideologi doktriner. Yaitu bentuk pengajarannya tidak tersusun secara sistematis dan hanya menekankan pada prinsip prinsip umumnya saja. Dalam hal ini penyebaran ideologi tidak melalui proses doktrinisasi melainkan hanya bersifat sosialisasi. Contoh dari tipe ini adalah ideologi liberalisme.

Dalam pengertian secara fungsional ini lah kemudian lahir dengan apa yang dikatakan sebagai ideologi politik. Ideologi politik adalah ideologi yang difungsikan dalam kajian politik. Dengan begitu ideologi politik dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau susunan sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang tujuan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu masyarakat, dan mengenai cara cara yang paling baik dalam mencapai tujuan politik masyarakat tersebut. Secara garis besar, tidak ada perbedaan yang mendasar antara pengertian ideologi secara umum dan pengertian ideologi politik itu sendiri. Satu perbedaan yang paling menonjol adalah nuansa tujuan politik yang harus dicapai dalam suatu masyarakat politik yang menjadi ciri utama dari ideologi politik tersebut.

4


(22)

terkandung dalam ideologi tersebut, maka ruang lingkup yang ada didalamnya tidak hanya berbicara mengenai segi kehidupan bernegara/ berorganisasi melainkan juga berbicara mengenai prinsip prinsip dari sisitem bernegara yang berkaitan dengan cita-cita dari kehidupan bernegara itu sendiri.

Ideologi politik merupakan penerapan dari prekripsi moral tertentu terhadap kolektivitas.5 Bagaimana sebuah sistem nilai yang terbentuk atas konstruksi masyarakat dapat menjadi acuan bersama adalam masyarakat secara seutuhnya. Misalnya saja di negara prusia yang menerapkan pembenaran ideologisnya pada hegelianisme.6

Husczar dan Stevenson dalam buku Political Science mendefenisikan Ideologi Politik sebagai suatu perumusan keyakinan atau program yang dimiliki oleh suatu negara, suatu bangsa, suatu partai politik atau perkumpulan politik lain yang bermaksud mencapai suatu tujuan politik yang khusus.

Sama halnya juga didalam masyarakat komunis yang menerapkan ajaran marxisme-leninisme sebagai pokok ideologinya. Artinya ideologi politik pada suatu masyarakat tertentu dapat dilihat dari keseluruhan (kolektivitas) atas nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Sehingga pola kehidupan sebuah masyarakat akan menjadi cerminan bagi ideologi yang diterapkan.

7

Pemahaman mengenai ideologi dan ideologi politik sangat diperlukan dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini akan sangat berkutat masalah keberadaan komunisme

Selain dari itu, ideologi politik juga menafsirkan atau menganalisa kejadian-kejadian sosial ekonomi dan lembaga-lembaga didalam mencapai tujuan yang telah dikehendaki. Ini artinya ideologi politik merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan-tujuan politik dari setiap lembaga-lembaga politik yang menghendaki tujuan politik tersebut.

5

David E Apter, Politik Modernisasi, Jakarta: PT Gramedia, 1987, Hal. 327.

6

Hegelianisme adalah istilah yang digunakan bagi para penganut pemikiran hegel, seorang filsuf asal jerman yang menggagasi hukum perdebatan dialektis.

7


(23)

dalam era politik Soeharto (1965-1971). Komunisme merupakan salah-satu ideologi politik disamping ideologi politik lainnya seperti fasisme, liberalisme (demokrasi) dan lain-lain. Oleh sebab itu pemahaman mengenai ideologi ataupun ideologi politik sangat diperlukan untuk melihat bagaimana konstruksi komunisme tersebut disusun sehingga menjadi kategori sebuah ideologi ataupun ideologi politik.

I.6. 2. Komunisme

I.6. 2. 1. Sejarah dan Pengertian Komunisme

Sejarah lahirnya komunisme tidak akan pernah lepas dari satu nama yang sangat fenomenal yaitu karl marx. Marx adalah seorang pria asal jerman yang lahir pada tahun 1818 di sebuah kota kecil dijerman bernama Trier (Treves) di provinsi Rhein. Rhein adalah salah satu kawsan industri terkenal di jerman samapai sekarang. Sehingga sewaktu muda, Marx merasakan sendiri bagaimana lahan-lahan pertanian disekitar tempat tinggalnya mulai tergusur untuk pendirian pabrik, dimana petani-petani yang lahannya telah terampas berbondong-bondong untuk melamar sebagai buruh di pabrik tersebut. Dengan melihat kondisis seperti itu Marx sendiri telah merasakan bagaimana perkembangan awal dari kapitatalisme.

Masa muda Marx dihabiskan sebagai orang yang rajin belajar, membaca surat kabar dan gemar mengamati fenomena-fenomena sosial di sekitarnya. Saat Revolusi industri meletus tahun 1785 di inggris dengan ditandai penemuan mesin uap oleh James Watt sejarah inggris mencatat bahwa terjadi pemberontakan petani-petani yang tanahnya digusur atas kepentingan unutum mendirikan pabrik. Pemberontakan ini dapat di padamkan oleh kaum pemilik industri karena memiliki kekuatan untuk mengkebiri pemberontakan tersebut. Namun


(24)

pemberontakan yang terjadi tidak berhenti sampai disitu. Setelah bergulirnya era industri, kaum buruh yang sebagaian besar adalah kaum tani yang tanahnya sudah dirampas dan terpaksa menjual tenaganya sebagai buruh kasar di industri tersebut tidak tinggal diam karena kondisi kerja mereka yang sangat buruk. Salah satunya adalah karena kuantitas jam kerja yang terlalu tinggi justru tidak dibarengi dengan upah yang mereka dapat. Dengan kondisi seperti ini maka lahirlah pergolakan-pergolakan kaum buruh atas kondisi sosial yang mereka alami.

Berbarengan dengan revolusi-industri yang terjadi di inggris, di prancis juga sedang terjadi revolusi besar. Sekalipun revolusi Prancis telah berhasil mengantarkan kaum borjuasi pada penggulingan kau monarki, pergolakan politik di Prancis tidak berhenti begitu saja8. Kaum buruh masih terus melakukan pergerakan karena revolusi yang mereka dukung tidak memberikan nasib baik terhadap kondisi sosial mereka melainkan hanya menguntungkan kaum borjuasi saja. Disisi lain, kaum monarkii juga tidak hanya tinggal diam akan kekalahan mereka. Mereka juga menyususn kembali kekuatan untuk melakukan perlawaan terhadap kaum borjuasi9

Peerkembangan politik diatas tentunya di ikuti marx melalui buku-buku sejarah dan koran-koran yang ia baca. Pada tahap selanjutnya perkembanagan industri terus terjadi di benua eropa. Sehingga kondisi sosial yang dihadapi kelas buruh tidak jauh berbeda dari apa yang terjadi dimasa revolusi industri. Marx pun meyaksikan secara langsung bagaimana kaum buruh diperlakukan sangat tidak adil oleh para kau borjuis. Kemudian Marx mengidentifikasikan kedua kelas tersebut (anatara buruh dan proletar) untuk melihat penyebab kondisi sosial kelas tersebut. Marx menilai bahwa yang membuat kaum buruh tidak

. Tujuan mereka adalah mengembalikan kembali kerajaan prancis yang berjaya seperti dahuluh.

8

Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan sosialisme, Yogyakarta: Ressist Book. 2006, hal. 6.

9


(25)

dapat berkutik diperlakukan tidak adil oleh kaum borjuis adalah karena mereka tidak dapat mencoba alternatif pekerjaan lain. Hal ini disebabkan karena pada saat itu zaman telah berubah ke zaman industrialisai. Sedangkan untuk mencoba bekerja dibidang industri para kau buruh ini tidak mempunyai alat alat produsksi yang hanya dikuasai oleh kaum borjuis. Untuk memiliki alat alat produksi tersebut haruslah mempunyai uang/modal yang banyak (kapital). Kepemilikan atas alat produksi tersebut adalah terletak pada faktor kapital. Jadi menjadi buruh adalah satu satunya pilihan bagi mereka untuk bertahan hidup.

Kondisi buruh yang sangat memprihatinkan tersebut menarik perhatian Marx. Menurutnya, dengan jam kerja yang terlalu tinggi maka sebenarnya kau buruh telah mengalami penindasan karena tidak dibarengi dengan upah yang lumayan. Belum lagi bagi Marx, kaum buruh telah mengalami gejala sosial yang dinamakan alienasi. Yaitu gejala sosial dimana manusia telah kehilangan waktunya untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya karena waktunya telah dihabiskan untuk pekerjaannya. Kondisi ini menurut pemikiran Marx telah mengasingkan manusia dari lingkungannya bahkan keluarganya sendiri.

Marx menjelaskan bahwa kondisi sosial manusia mengalami perkemabangan dari masa ke masa. Dimuali dari masa manusia primitif, feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan pada akhirnya akan sampai pada puncak yang paling tinggi yaitu komunisme. Kondisi Marx ketika menjelaskan fenomena sosial diatas adalah bagian dari masa kapitalisme. Dimana dominasi atas kelas kelas sosial terletak pada kepemilikan alat-alat produksi yang berujung pada kepemilikian atas kapital. Dengan mempunyaii kapital maka alat-alat produksi dapat di kuasai. Kemudian dengan kepemilikan atas alat-alat produksi tersebut maka sumber-sumber kehidupan juga akan terkuasai.

Marx meramalkan bahwa keadidayaan kapitalisme tersebut akan berakhir dan digantikan oleh sistem yang baru yaitu sosialisme. Marx meyakini bahwa kapitalisme akan


(26)

hancur karena terjadinya revolusi yang dilakukan oleh kelas buruh dan konflik yang terjadi diantara sesama kelas borjuis. Kondisi buruh yang semakin ditekan oleh pihak pemodal lama kelamaan akan melahirkan keadaan sosial dalam kelas buruh tersebut. Karena selalu mengalami penindasan maka kelas buruh akan melakukan pergerakan untuk melawan kelas borjuis. Jika kaum borjus memiliki kekuatan pada kapital yang dimilikinya, maka kelas buruh akan menyusun kekuatan melalui pembentukan serikat buruh untuk melawan kelas borjuis dan merebut alat-alat produksi. Dan kelas buruh akan memenangkan revolusi tersebut sehingga kapitalisme akan hancur. Faktor kedua yang diyakini marx akan menghancurkan kapitalisme adalah persaingan/ konflik yang terjadi diantara para pemilik modal. Pemilik modal akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pihak yang paling dominan dalam menghasilakn barang-barang produksi. Sehingga lama kelamaan persaingan tersebut akan menyebabkan pihak yang tidak mempunyai modal yang lebih kuat akan tersingkir satu persatu. Hal seperti ini akan memperlemah keadaan kaum pemodal, sehingga memuadahkan kelas buruh untuk melakukan perlawanan.

Setelah kapitalisme tersebut hancur akibat revolusi yang dilakukan pihak buruh, maka marx kemudian meramalkan bahwa akan ada sistem pengganti dari kapitalisme yang dinamakaSn dengan sosialisme. Sosialisme menentang paham kepentingan individu sebagai dasar pribadi dan juga kebebasan ekonomi yang melibatkan negara. Sosialisme beranggapan bahwa kebebsan individu sebagai dasar pribadi yang diterapkan pada sisitem kapitalisme telah membuat manusia semakin egois dan lupa akan lingkungannya. Dan tidak adanya peran negara dalam kebebasan ekonomi dalam kapitalisme berakibat pada tidak terjaminnya kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak memiliki alat-alat produksi.

Negara harus mengambil alih kepemilikan alat-alat produksi. Kepemilikan alat produksi oleh negara bukan semata mata demi sebuah keuntungan belaka, melainkan demi menjamin kesejahteraan masyarakat yang tidak memiliki kapital yang kuat. Negara juga


(27)

dapat menjadi pengontrol akan sebuah sistem ekonomi yang sehat dan memperhatikan kondisi kelas buruh sehingga tidak mengalami penindasan dari para kaum borjuis. Dengan adanya peran negara maka individu-individu yang tidak memiliki kapital akan tetap dapat berproduksi dengan memakai alat produksi yang dikuasai oleh negara. Sehingga negara diharapkan dapat menjamin kesejahteraan hidup kaum proletar10

Marx yang melihat sosialisme gagal untuk menjamin kesejahteraan masyrakat banyak tepatnya kaum buruh melihat bahwa revolusi yang sebenarnya harus dilakukan adalah revolusi perjuangan kelas kaum buruh. Kaum buruh menurut Marx harus melakukan revolusi dan menguasai langsung alat-alat produksi tersebut. Sehingga untuk mewujudkannya mayoritas dari penduduk harus terdiri dari proletariat. Karena tanpa adanya kedudukan proletariat yang mayoritas maka kemenangan kaum buruh dalam revolusi tidak akan mungkin di lakukan. Atas dasar keadaan ini kemudian Marx menawarkan gagasan baru yang disebut dengan komunisme.

.

Revolusi yang menghasilkan sosialisme sebagai tatanan hidup baru ternyata tidak menjamin kesejahteraan pada setiap lapisan masyarakat. Sistem sosialime ternyata mempunyai kelemahan yang hampir sama dijumpai pada sisitem kapitalisme. Permaslahannya terletak pada peran negara. Negara yang diharapkan mampu menjadi pengontrol bagi sebuah sistem ekonomi ternyata tidak mampu menjalankan tugas yang diharapkan. Marx melihat bahwa negara pada dasarnya adalah sebuah lembaga politik yang di isi oleh oknum-oknum. Letak permasalahannya yang sebenarnya terletak pada prilaku oknum-oknum itu sendiri. Marx melihat negara tidak mampu menjadi kontrol sosial yang baik diakibatkan karena oknum-oknum dalam negara tersebut ternyata dikuasai oleh para pemilik modal. Sehingga kelas buruh yang bekerja pada pabrik-pabrik yang dikuasai oleh para pemodal tetap mendapat perlakukan yang tidak adil dan selalu mengalami penindasan.

10


(28)

Menurut Marx, revolusi yang dilakukan oleh proletariat yang mayoritas pada akhirnya akan melahirkan mayarakat komunisme. Masyarakat komunisme yang digambarkan oleh Marx adalah suatu komunis yang tidak berkelas, tenteram, tenang, manusia dengan disiplin diri, dan pandangan terhadap kerja sebagai sumber kegembiraa, terlepas perlu dair perlu tidaknya kerja ini dipandang dari segi keuntungan serta kepentingan diri11

11

Firdaus syam, Pemikiran Politik Barat: sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007, hal. 281.

. Marx beranggapan bahwa tujuan utama manusia bekerja bukanlah untuk mencari nafkah, melainkan sebagai panggilan hati. Marx melihat bahwa dengan terciptanya masyarakat komunis seperti yang dia maksud diatas, maka peran negara hampir tidak ada, sehingga keberadaan negara akan menjadi tidak dibutuhkan lagi.

Pembahasan diatas sangat diperlukan dalam proses penelitian ini. Komunisme yang terdapat di Indonesia merupakan sebuah konsepyang didasarkan atas pemahaman Marx dalam memandang sebuah fenomena sosial yang selanjutnya di modifikasi oleh Lenin.Jadi jelas bahwa paham komunis yang di terapkan di indonesia merupakan sesuatu yang diadopsi dari pemikiran kedua tokoh tersebut. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya komunisme itu lahir dan menjadi sebuah ideologi politik. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kejelasan mengenai asal dari ideologi komunisme tersebut yang pada saatnya diterapkan di Indonesia.

I.6. 2. 2. Prinsip Prinsip Ideologi Komunisme

Sebagai ideologi politik, Komunisme mempunyai prinsip-prinsip yang menjadi landasan bagi pengimplementasian ideologi ini dalam kehidupan bermasyarakat. Adapaun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:


(29)

Pertama: Ideologi Komunisme adalah sistem politik, ekonomi, sosial, budaya yang berlandasakan pada ajaran marxisme-leninisme. Marx memang secara nyata telah melahirkan ideologi komunisme. Namun letak permasalahannya Marx hanya menjadi pemikir bagi ideologi ini tanpa pernah mepraktekannya. Sedangkan lenin selain dia memberikan sumbangsih bagi pemikiran Komunisme, dia juga pernah mempraktekan langsung ideologi komunisme tersebut saat dia memimpin Soviet. Dan saat masa kepemimpinannya lah komunisme mencapai keadidayaannya. Jika Marx berpendapat bahwa diktator proletariat adalah kepemimpinan oleh seluruh kaum proletar, maka bagi lenin diktator proletariat harus di isi oleh wakil-wakil kelas yang termaju saja yang mampu merepresentasikan anggotannya saja.

Kedua, ideologi Komunisme (khususnya pemikiran Marx) memiliki kekuatan pada ekspresinya memberikan harapan. Artinya sifat dari pemikiran Marx adalah meramalkan/memprediksikan sesuatu yang akan terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk pemikiran Marx yang mefokuskan perhatiannya pada perkembangan masyarakat sedikit tidaknya telah menaruh harapan akan lahirnya sebuah mayarakat yang adil dan makmur yang termanifestasi dalam masyarakat komunis. Filsafat Marx yang komunis telah menyadarkan janji penyelamatan sosial.12

Ketiga, Orang orang komunis percaya pada historikal materialis, sebab mereka memandang soal soal spiritual sebagai efek sampingan akibat dari keadaan perkembangan materi termasuk ekonomi. Oleh karena itu, mereka tidak memusatkan kepada hal yang bersifat pembangunan spiritual termasuk pembangunan akhlak orang bertuhan.13

12

Sjahfruddin Prawiranegara, Agama dan Ideologi, Jakarta, Bulan Bintang, 1971, hal. 9.

13

Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta LP3ES, 1982, hal. 45.

Ideologi komunisme tidak mempercayai Tuhan, agama dilarang tegak karena hanya dianggap sebagai candu bagi manusia dan masyarakat. Marx jugag menyebutkan bahwa agama hanya akan


(30)

menjadi pemicu perbedaan kelas sosial. Jadi agama hanya akan jadi penghalang bagi terwujudnya masyarakat Komunis.

Keempat, karena cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara, baik itu kekerasan radikal, revolusioner dan perjuangan kelas, dengan sendirinya etika tingkah laku didasarkan atas kekerasan serta cenderung tidak mengakui pernyataan hak asasi manusia. 14

Penjelasan mengenai prinsip-prinsip Idelogi komunis ini digunakan untuk melihat bagaimana sebenarnya hal-hal pokok yang menjadi acuan dari Komunisme tersebut. Hal inilah yang kemudian dapat membedakan sifat-sifat ideologi komunis dengan ideologi politik yang lain. Melalui prinsip-prinsip diataslah kemudian dapat dijelaskan apakah gejalah-gejalah sosial ataupun politik dalam masyarakat merupakan kategori pemahaman tentang komunisme atau tidak. Sehingga hal inilah yang menjadi sebuah landasan berpikir ideolgi komunisme dalam melihat sebuah gejala sosial.

Kelima, cita cita perjuangan ideologi ini adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas yang pada akhirnya tidak membutuhkan lagi negara sebagai institusi sosial. Konsep yang digunakan adalah dengan menggunakan prinsip sama rata, sama rasa. Ideologi komunis itu sendiri memumpanyai sifat internasional dibidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Keenam, untuk menggantikan peran negara sebagai lembaga yang membuat kebijakan maka di bentuklah polit biro. Polit biro hanya di kuasai oleh segelintir orang. Oleh sebab itu kebijakan ekonomi dan pemerintahan hanya dikendalikan oleh segelintir orang saja. Sehingga didalam cita cita diktator proletariat yang ingin dicapai dalam masyarakat komunis tetap saja dibutuhkan lembaga yang menjadi bertugas untuk menkordinasi segala sendi kehidupan masyarakat komunis tersebut.

14


(31)

I.6. 2. 3. Komunisme Sebagai Ideologi Politik

Secara bentuk pemikiran (ide), komunisme telah ada pada zaman Yunani kuno yang terlihat dalam buku Republik karangan plato. Pada saat itu di Athena telah terjadi hura-hara disemua tempat, dan Plato berusaha mencari pola kehidupan yang bersistem untuk mengatasi huru-hara tersebut. Dari uraian Plato dalam karyanya tersebut maka dapat dilihat ciri ciri dari ideologi Komunisme tersebut. Plato berusaha menjelaskan bahwa penyebab terjadinya huru-hara (kerusahan) adalah karena tidak ditemukannya sebuah sistem yang dapat mengatur masyarakat tersebut. Untuk itu kemudian Plato menawarkan sebuah sistem dimana semua kebijakan kebijakan yang diambil yang berhubungan dengan kehidupan sosial harus menjadi sebuah keputusan bersama.

Komunisme merupakan salah satu ideologi politik yang pernah diterapkan dinegara Uni soviet, Cina dan beberapa negara eropa timur lainnya. Komunisme memiliki nilai-nilai yang bersifat doktriner yang ajarannya didasarkan pada filosofis materialisme yang dipahami oleh Marx. Materialisme yang dikatakan Marx mengungkapkan bahwa segala gejala-gejala sosial yang ada dimasyarakat harus dapat dihubungkan dengan hal hal yang kongkrit dan bersinggungan dengan materi. Materialisme yang dikemukakan oleh Marx merupakan sebuah bentuk kritik pemikiran atas gagasan Hegel mengenai Idealisme. Menurut Marx masa depan merupakan sebuah rancangan yang telah tersusun rapi yang ditentukan dari masa sekarang. Jadi apabila kita mau merubah masa depan maka kita harus merubah masa yang sekarang kita alami. Analisis ini sangat bertentangan dengan filosofi idealisme hegel yang mengatakan bahwa masa depan merupakan sebuah takdir yang telah ditentukan.

Materialisme yang di pahami Marx terbagi kedalam dua bagian, yaitu Materialisme


(32)

bertentangan dengan pemikiran Hegel, namun untuk menganalisis sebuah sejarah, analisis Marx justru sejalan dengan pemikiran Hegel. Dialektika merupakan merupakan sebuah kata yang berasal dari yunani kuno yang diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari sebuah kebenaran melalui proses tanya jawab. Marx meminjam dialektika yang dikemukan Hegel dalam menganalisis proses sejarah yang membuktikan bahwa semua gagasan berkembang melalui proses proses dialektika dari thesis (posisi pertama), antithesis (posisi kedua) dan synthesis (kebenaran lawan) yang akan menjadi thesisi yang baru/berikutnya dan akan meneruskan proses sejarang tersebut.

Bentuk kedua dari Materialisme Marx adalah Materialisme Historis. Marx tidak mengatakan bahwa dia adalah orang yang dapat menentukan masa depan, melainkan dia mengatakan bahwa masa depan dapat dilihat melalui gejala-gejala yang timbul pada masa lampau (sejarah). Marx berpendapat bahwa suatu gejala tertentu yang terjadi di masa lampau bisa saja terjadi kembali dimasa yang akan datang, sehingga kelanjutan dari gejala tersebut dapat di analisis dengan melihat pada apa yang telah terjadi sebelumnya. Jadi pengertian sejarah haruslah memungkinkan kita membuktikan bahwa jika kondisi tetap sama, sesuatu yang tertentu mungkin terjadi pada masa yang akan datang.15

Keberadaan Komunisme sebagai ideologi politik tidak hanya didasarkan pada nilai-nilai/ajaran ajarannya yang bersifat tetap dan doktriner, melainkan juga karena ideologi ini juga membahas mengenai sendi-sendi kehidupan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan diterapkannya komunisme sebagai ideologi pada beberapa negara seperti di Uni Soviet, China, dan beberapa negara Eropa Timur lainnya. Bahkan selain di negara-negara yang berideologi komunis, paham komunis juga dipakai sebagai ideologi partai politik. Dengan demikian komunisme telah menjadi bagian dari sebuah proses politik yang bergerak pada asas/ nilai dasar pada sebuah kelembagaan politik.

15


(33)

I.6. 3. Teori Perubahan Politik

I.6. 3. 1. Pengertian Perubahan Politik

Pada akhir tahun 1960-an analisa perubahan politik menjadi perhatian tersendiri dalam karya ilmu politik, terlepas dari kemungkinan bahwa ia ada menggiatkan minat terhadap perumusan teori-teori yang lebih hubungannya dengan proses proses sosial-ekonomi-kebudayaan dan modernisasi atau perhatian teologis yang mendasari sebagian kegiatan ilmiah dalam ilmu politik16

Teori-teori baru mengenai perubahan politik dapat dibedakan dari pendekatan pendekatan dahuluh berdasarkan beberapa ciri

. Dalam rentan waktu satu dasawarsa kemudian fokus utama ilmu politik mengalami perubahan perubahan dalam kajiannya. Mulai dari fokus terhadap sistem politik, analisa terhadap perbandinagn sistem politik modern dan tradisional, kemudian pindah lagi perhatian terhadap proses proses sejarah, bergeser pada konsep-konsep pembangunan politik, dan kemudian kembali lagi kepada tingkat abstraksi yang lebih tinggi yang berorientasi pada teori teori umum tentang perubahan politik.

17

16

Samuel P. Huntington, Perubahan ke Arah Perubahan: Modernisasi Pembangunan dan Politik dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991. Hal. 108.

17

Ibid, Hal. 109

. Pertama, perubahan politik yang terjadi pada setiap taraf pembangunan. Kedua, kerangka kerangka tersebut tidak banyak berkaitan dengan proses modernisasi. Ketiga, variabel yang berhubungan dengan teori sebagian besar bersifat politik. Keempat, Kerangka-kerangka itu cukup flexsibel untuk menampung perubahan perubahan politik baik dari lingkungan dalam negeri ataupun lingkungan luar negeri. Kelima, pada umumnya teori-teori itu lebih kompleks dari pada teori teori modernisasi politik dan pembangunan politik.


(34)

Huntington dalam bukunya yang berjudul Political Order in Changing Societies yang terbit pada tahun 1968 menjelaskan banhwa, fokus utama perubahan politik adalah hubungan antara partisipasi politik dan pelembagaan politik. Hubungan diantara kedua unsur tersebutlah yang mempengaruhi stabilitas sistem politik. Hal ini disebabkan karena kadar dari sebuah partisipasi politik yang diberikan oleh suatu masyarakat berkaitan erat terhadap legitimasi yang diperoleh lembaga lembaga politiknya. Apabila partisipas yang dimaksud dalam bentuk dukungan, maka hal itu menunjukan bahwa kelembagaan politik tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika partisipasi politik tersebut dalam bentuk kritikan, maka kelembagaan politk tersebut tidak mendapat respon yang baik dalam masyarakat.

William Mitcheel mengutarakan bahwa langkah pertama dalam menganalisa perubahan politik adalah dengan terlebih dahuluh mengidentifikasikan objek objek yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tersebut. Dengan kata lain semua unsur-unsur yang ada pada sebuah sistem tersebut harus dikonfigurasikan apakah berkaitan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Tugas itu adalah apa yang merupakan atau yang mungkin merupakan komponen komponen dalam suatu sistem poltik dan menentukan apakah ada hubungan dalam perubahan-perubahan yang terjadi diantara mereka. Dengan begitu, maka pendekatan yang seperti ini dapat di kategorikan sebagai sebuah pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada perubahan konvesional.

Studi mengenai perubahan politik meliputi beberapa hal sebagai berikut: pertama, merumuskan perhatian pada apa yang agaknya menjadi komponen-komponen pokok suatu sistem politik. Kedua, penentuan laju, ruang lingkup dan arah perubahan dalam komponen-komonen yang telah disebutkan pada poin pertama. Ketiga, melakukan analisa tentang hubungan-hubungan antara perubahan dalam suatu komponen dan


(35)

perubahan-perubahan dalam komponen lain18

18

Ibid, Hal. 111.

. Dari ketiga hal diatas dapat dirumuskan bahwa perubahan politik tersebut meliputi segala bentuk aksi dan reaksi dalm sebuah sisitem politik beserta perubahan-perubahannya.

Studi mengenai perubahan politik dapat berkembang dengan menganalisa kelima komponen dalam sisitem politik serta perubahan dalam suatu komponen dan perubahan dalam komponen lainnya. Kelima komponen dalam sistem politik tersebut adalah: kultur, struktur, kelompok, kepemimpinan dan kebijaksanaan. Komponen-komponen dan unsur unsur adalah objek perubahan yang terlebih dahuluh harus di pahami jika kita ingin fokus terhadap perubahan politik. Hal ini sangat koheren sebagai mana yang telah disebutkan oleh william mitcheel pada penjelasan sebelumnya. Tetapi permasalahannya adalah apakah perubahan yang dimaksud dapat dikatakan sebagai suatu studi mengenai perubahan politik?. Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan ini tentulah dibutuhkan analisa yang mendalam mengenai keterkaitan akan perubahan yang terdapat pada komponen-komponen tersebut dalam kaitaanya terhadap perubahan politik yang dimaksud.

Analisa mengenai perubahan politik pertama-tama dapat diarahkan pada perubahan perubahan sederhana mengenai kekuasaan dan unsur-unsur dari sebuah sistem politik. Hal tersebut dapat meliputi perubahan mengenai gaya pemerintahan yang dipakai, sistem pemerintahan yang diterapkan dan segala bentuk lembaga-lembaga politik yang tersinkronisasi dalam sebuah sistem politik. Namun fokus dari perubahan politik bukanlah semata-mata terfokus pada perubahan kekuasaan. Melainkan yang lebih penting adalah permasaalahan hubungan yang ditimbulkan antara perubahan perubahan kekuasaaan masing-masing komponen dan unsur dengan perubahan dalam isinya.


(36)

Perubahan politik dapat di klasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan. Pertama, Laju ruang lingkup dan arah perubahan sebuah komponen dapat dibandingkan dengan laju dan ruang lingkup komponen lainnya. Sebuah bentuk perbandingan yang demikian dapat menjelaskan pola-pola stabilitas dan kegoncangan dalam sistem poltiik. Sehingga jangkauan sebuah komponen berhubungan dengan perubahan atau tiadanya perubahan pada komponen lainnya. Misalnya kultur dan suatu sistem politik mungkin bisa dipandang sebagai hal yang lebih penting dibandingkan kelompok, pemimpin dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan.

Tingkatan kedua dari analisa perubahan politik adalah perubahan kekuasaan dari suatu unsur dalam sebuah komponen pada suatu sistem dapat dibandingkan denngan unsur unsur lain dari komponen yang sama. Hal ini dapat meliputi analisa mengenai bangkit redupnya ideologi dan kepercayaan, lembaga dan kelompok, pemimpin dan kebijaksanaan serta unsur-unsur yang terdapat dalam komponen tersebut yang telah mengalami perubahan. Hal ini berarti menyangkut kajian sebuah unsur-unsur tersebut yang bersifat dinamis sehingga harus terus dipantau perubahan-perubahannya.

Perubahan Politik dapat disebut sebagai bertambahnya atau berkurangnya gejala gejala politik politik tertentu.19

19

Hoogerwerf, Politikologi, Jakarta: Erlangga. 1985, Hal. 257.

Dari pengertian ini, maka Perubahan Politik itu sendiri dapat di klasifikasikan menjadi tiga pengertian pokok, yaitu: Pertama: Perubahan Politik dapat didefenisikan sebagai suatu gejala perkembangan politik, yaitu bertambahnya/ semakin banyaknya gejala-gejala politik yang muncul, Kedua: Perubahan Politik dapat didefenisikan sebagai suatu gejala kemerosotan politik (regresi politik), yaitu berkurangnya/ hilangnya gejala-gejala politik tertentu, dan Ketiga: Perubahan Politik juga dapat didefenisikan sebagai suatu gejala kemacetan politik, yaitu suatu keadaan dimana suatu gejala politik tertentu tidak mengalami perkembangan maupun penurunan.


(37)

I.6. 3. 2. Objek Perubahan Politik

Sebagai sesuatu yang bersifat dinamis, tentunya perubahan politik mempunyai objek tertentu yang menjadi fokus kajiannya. Observasi yang dilakukan oleh ilmuan politik mengenai perubahan politik biasanya meliputi sistem nilai politik, struktur kekuasaan, strategi mengenai permasalahan kebijakan umum dan lingkungan masyarakat yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem politik. Keempat hal diatas adalah masalah masalah pokok dari objek politik dan juga hal hal penting yang terkait terhadap perubahan politik.

Sebuah sistem niali politik pastilah terdiri dari nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya yang terkandung didalamnya. Keterkaitan diantara sistem dan sub-sistem tersebut adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Dalam sistem nilai politik terkandung tujuan negara dan prioritas pemerintahan, hak-hak warga negara, presepsi mengenai dunia, justifikasi atas hak untuk memerintah, dan aturan main politik.20

Struktur kekuasaan terdiri atas infrastruktur dan suprastruktur dalam setiap proses pengambilan kebijakan. Struktur kekuasaan infrastruktur meliputi lembaga lembaga diluar pemerintahan seperti lembaga lembaga ekonomi, sosial, agama ataupun partai politik (Bukan partai penguasa) dalam hal perannya mempengaruhi kebijakan umum. Pengaruh yang dimaksud dapat berupa kritikan ataupun sekedar dukungan semata. Struktur kekuasaan suprastruktur meliputi lembaga lembaga pemerintahan beserta proses proses yang ada Sisitem nilai politik ini merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks karena meliputi keseluruhan dari sub sub sistem yang ada, sehingga sangat mempengaruhi ketiga bentuk objek yang lainnya.

20


(38)

didalamnya seperti, dimensi kekuasaan, distribusi kekuasaan, pelaksanaan kekuasaan dan insensitas kekuasaan itu sendiri.

Setiap sistem mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi permasalahan kebijakan. Sebuah sistem yang dikendalikan oleh kelompok pemerintahan yang kuat tentunya dapat membuat kebijakan yang sifatnya sedikit memaksa dan cenderung condong kepada kepentingan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena dominasi kekuasaan pada sebuah sistem telah membuat arah sistem tersebut sesuai dengan kendali yang dilakukan oleh kelompok penguasa. Sedangkan sebaliknya, apabila sebuah sistem tidak didukung oleh pemerintahan yang kuat, justru akan membuat sistem tersebut semakin rawan akan tekanan tekanan yang diberikan oleh kelompok oposisi.

Berdasarkan sistem nilai politik tertentu, dalam kerangka struktur kekuasaan tertentu, dan konteks lingkungan masyarakat tertentu, peran pembuat keputusan harus memilih berbagai alternatif untuk menangai empat permasalah pokok kebijakan.21

Pada dasarnya ketiga objek diatas sangat mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan masyarakat dan lingkungan fisik. Struktur lapisan masyarakat juga dipengaruhi oleh ketiga objek dari perubahan politik diatas. Termasuk dalam lingkungan masyarakat seperti misalnya Pertama, untuk mencapai tujuan kebijakan interaksi macam apakah yang terjadi antara kehendak

subjektif pemimpin politik dan kondisi objektif? Permasalahan menyangkut kaitan antara kendala struktural dan kultural atas supaya individu mengejar tujuannya pada satu pihak (determinisme), dan individu mengekspresikan kehendak kuat untuk beberapa aspek kultur dan struktur pada pihak lain (Voluntarisme). Kedua, dalam upaya mencapai tujuan kebijakan umum, struktur politik apakah yang melaksanakan kekuasaan secara lebih dominan, infrastruktur secara spontan atau justru suprastruktur? Permasalahan ini menyangkut antara spontanitas atau prakarsa berbagai kelompok sosial dan prakarsa dan intervensi dari lembaga lembaga pemerintah. Ketiga, dalam proses kebijakan seberapa penting dan mendalam konflik yang terjadi antara konflik nilai politik dan struktur kekuasaan? Permasalahan ini menyangkut konsensus yang diperlukan, atau tingkat konflik yang ditolerir untuk membuat dan melaksanakan kebijakan umum secara efektif Keempat, Ketika merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum, para pembuat prioritas harus membuat keputusan yang diberikan terhadap perubahan dan kesinambungan baik dalam sistem nilai politik dan struktur kekuasaan maupun dalam lingkungan masyarakat dan fisik.

21


(39)

budaya politik, tingkat pendidikan, struktur ekonomi, komunikasi masa dan lain sebagainya. Lingkungan fisik yang dimaskud adalah sumber sumber alam yang ada didalam bumu, misalnya pertanian, perkebunan, pertambangan, pariwisata dan sesuatu yang ada diudara seperti misalnya tenaga surya.

I.6. 3. 3. Perubahan Politik Sebagai Bentuk Perubahan Sosial

Perubahan politik merupakan salah satu varian dari gejala perubahan sosial. Perubahan politik senantiasa akan membawa suatu perubahan pada sebuah sistem sosial dalam sebuah kelompok masyarakat/ negara. Kingsley Davis menjelaskan perubahan sosial merupakan perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Karena perubahan tersebut bersinggunagn dengan fungsi masyarakat, Davis mengemukakan bahwa perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi maupun politik. Pengertian lain mengenai perubahan sosial dikemukakan oleh Mac Iver yang mendefenisikan perubahan sosial sebagai hubungan dalam perubahan sosial (sosial relations) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) dalam hubungan sosial. Hubungan sosial yang dimaksud merupakan hubungan antar individu ataupun antar kelompok dalam kehidupan bernegara.

Johnson (1995) mengatakan perubahan sosial ditandai oleh empat hal penting, yaitu: pertama, hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial yang mapan terutama lembaga lembaga ekonomi dan politik, kedua, otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi sosial utama dipertanyakan, ketiga, menurunnya etika tradisional, dan keempat penolakan secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai segi organisasi birokrasi.22

22

NgPhilipus & Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta: Rajawali Pers. 2009, Hal. 57.

Keempat hal ini lah yang kemudian menjadi gejala-gejala yang menandai terjadinya sebuah proses perubahan


(40)

sosial. Jika kita mengkaitkannya dengan keberadaan perubahan politik yang terjadi indonesia yang dipengaruhi oleh keberadaan komunisme, maka apa yang dijelaskan oleh Jhonson terrsebut mengarah kepada bagaimana institusi-intitusi sosial yang berhaluan komunis tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat dan justru mendapat kecaman keras dari masyarakat itu sendiri. Institusi-intitusi komunis seperti PKI (dalam bidang politik) dan Lekra dll (dalam bidang sosial) telah dibubarkan oleh pemerintah dan membentuk image negatif terhadap institusi-intitusi tersebut dimata masyarakat. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi-intitusi yang berideologi komunis tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia.

Menurut Mooris Ginsberg (1984) sebab sebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut:

a. Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar mengadakan perubahan; b. Sikap sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi kondisi yang berubah;

c. Perubahan perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan politik; d. Pengaruh eksternal;

e. Munculnya pribadi pribadi dan kelompok yang menonjol dalam masyarakat (kelas menengah);

f. Munculnya peristiwa peristiwa tertentu, seperti misalnya kekalahan perang, ataupun kekalahan sebuah kekuatan politik terhadap kekuatan politik yang lainnya;

g. Tercapainya konsensus dalam masyarakat untuk meraih suatu tujuan bersama.

Perubahan sosial juga ada yang sifatnya dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan (planed change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change).23

23

Ibid, Hal. 60.

Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang sebelumnya telah direncanakan dengan baik dan yang menjadi kemauan dari masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki merupaka perubahan yang terjadi secara spontan dan tidak ada rencana sebelumnya untuk


(41)

melakukan sebuah perubahan. Dengan kata lain masyarakat sebelumnya tidak menyadari bahwa akan terjadi sebuah perubahan dalam kehidupan mereka.

Perubahan politik merupakan salah satu bentuk dari sebuah perubahan sosial. Biasanya sebuah gejala perubahan sosial akan menjadi sebuah faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik. Jadi pembahasan mengenai perubahan sosial sangat dibutukan dalam menganalisa sebuah prubahan politik. Hal ini diperlukan untuk melihat gejala-gejala sosial seperti apa yang mempengaruhi sebuah perubahan sosial yang kemudian menjadi faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik.

I.7. Metodologi Penelitian

I.7. 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian pada akhirnya bermaksud menggambarkan sesuatu yang lebih mendetail mengenai suatu fenomena. Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

I.7. 2. Teknik Pengumpulan Data

Data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber pada buku buku ataupun jurnal juranal, dan websaite websaite yang terkait dengan penelitian ini. Dalam artian literatur yang mempunyai keterpautan dengan ideologi komunisme dan konsep perubahan politik.


(42)

I.7. 3. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa kualitatif. Dalam konteks ini keberadaan komunisme berusaha untuk dihubungkan sebagai faktor faktor yang mempengaruhi perubahan perubahan politik yang terjadi pada masa pemerintahan soeharto. Fenomena ini dapat dianalisis dengan terlebih dahuluh memahami konsep konsep yang digunakan oleh ideologi komunisme untuk kemudian menghubungkannya pada pendekatan pendekatan yang terdapat pada teori perubahan politik

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, Pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan metodologi penelitian.

BAB II: SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOMUNISME DI INDONESIA

Bab ini akan membahasa tentang keberadaan komunisme di indonesia, mulai dari awal masuknya ke Indonesia sampai menjadi sebuah Ideologi yang dilarang ajarannya.

BAB III: ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971) SEBAGAI MASA TRANSISI POLITIK

Bab ini akan menjelaskan mengenai peristiwa peristiwa politik yang terjadi pada era politik Soeharto (1965- 1971). Bagaimana era politik Soeharto tersebut dipandang sebagai masa transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru.


(43)

BAB: IV: ANALISA DATA

Bab ini memuat data dan analisis data yang ditemukan dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai keterkaitan Ideologi terhadap Perubahan Politik yang terjadi pada era politik Soeharto (1965- 1971)

BAB IV: PENUTUP

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab bab sebelumnya dan saran saran dari penulis.


(44)

BAB II

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOMUNISME DI INDONESIA

II.1. Awal Masuknya Komunisme Ke Indonesia Dan Pergerakannya

II.1.1. Awal Masuknya Komunisme

Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia sejalan tidak pernah terlepas dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet.24 Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebgai sekertaris di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP)25

Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuhkembangkan ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan . Pada awalnya Sneevliet di sewa oleh VSTP sebagai propagondis bayaran untuk menyebarkan ajaran yang dianut oleh buruh tersebut. Melalui kesempatan inilah Sneevliet berkenalan dengan massa buruh sekaligus menyebarluaskan doktrin pertentangan kelas yang dianut oleh ideologi komunisme.

24

Sneevliet adalah mantan ketua Serikat Buruh Nasional dan mantan pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di salah satu provinsi di negeri belanda.

25


(45)

ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI).26

Setelah revolusi Rusia meletus pada tahun 1917 dan dimenangkan oleh kekuatan komunis, watak gerakan ISDV pun semakin radikal dan tak henti-hentinya untuk menyeberluaskan ajaran komunismenya. Para pemimpin ISDV semakin gencar untuk terus melakukan pendekatan diri terhadap para pemimpin SI di Semarang. Disamping itu, Sneevliet dan kawan-kawan juga melakukan propaganda sampai ke lingkungan angkatan perang. Sneevliet terus melakukan ceramah-ceramah politk yang tujuannya adalah menanamkan benih-benih komunisme di lingkungan tersebut. Kegiatan Sneevliet ini sepenuhnya dibantu oleh Branstedder dan van Burink. Atas kerjasama bersama rekan rekannya Sneevliet akhirnya berhasil menggagasi terbentuknya Raad van Matrozen en Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir), suatu organisasi dilingkungan militer yang bersifat radikal revolusioner. Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan

Usaha ISDV untuk mendatkan simpati rakyat tidak berhasil, karena rakyat ISDV masih menjadi sebuah kesatuan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Sneevliet dan kawan-kawan sadar betul bahwa untuk mendapatkan simpati rakyat, ISDV harus mampu berbaur bersama orang-orang pribumi dan mendekatkan diri dengan kekuatan/pergerakan nasional yang sudah ada sebelumnya. Melalui organisasi buruh yang ada di Semarang, ISDV melakukan pendekatan dengan Sarekat Islam yang pada saat itu di pimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto. Sneevliet kemudian memanfaatkan watak anti kolonialisme dan kapitalisme yang dianut dalam SI untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

26


(46)

militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan ide komunisme yang mengedepankan ide-ide perjuangan kelas.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan untuk mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan yang dilakukannya dianggap mulai mengancam. Pada bulan Desember 1919 rekan Sneevliet Brandstedder juga mengalami hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun usaha yang mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil menyebarkan ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono.

Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini diperuntukan supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama komunisme sebagai ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih sebagai ketua dan Darsono sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang belanda diangkat sebagai pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan A. Barrs sebagai salah satu anggotanya.27 Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam) masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain.

27


(1)

BAB V

KESIMPULAN

Dari penjelasan dari bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ideologi dalam hal ini komunisme berdampak terhadap perubahan politik yang terjadi pada era politik Soeharto. Ideologi-ideologi politik seperti Komunisme yang pada masa pemerintahan Soekarno diberi kebebasan untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat justru pada era politik Soeharto di batasi ruang geraknya. Tuduhan PKI (komunis) sebagai dalang dari peristiwa 30 september ternyata telah membuat image komunisme dimata masyarakat selalu diidentikan dengan sesuatu yang bernilai negatif. Komunisme di wacanakan sebagai sebuah ideologi/aliran sesat yang tidak kenal Tuhan dan selalu menggunakan cara-cara anarki dalam mencapai sebuah tujuan. Era politik Soeharto dapat mewacanakan bahwa komunisme sangat berbahaya bagi keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara. Komunisme yang tidak berTuhan dianggap tidak bermoral sangat tidak cocok diterapkan di Indonesia yang masyarakatnya religius dan berbudi luhur.

Penumpasan terhadap Komunisme yang dilakukan pada era politik Soeharto sangat gencar dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil yang tujuannya adalah untuk melarang ajaran Komunisme diterapkan di Indonesia. Dalam perkembangannya, era politik Soeharto juga menunjukan sikap untuk melarang ideologi lainnya (seperti Islam dan Nasionalis) berkemebang di Indonesia. Hal ini terlihat dari kebijakan fusi partai yang mengkerdilkan jumlah partai dari semula sepuluh partai menjadi dua partai saja yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi dari partai-partai yang berideologi Islam, dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan fusi dari partai-partai yang berideologi Nasionalis dan Kristen. Sedangkan Soeharto mempunyai kekuatan tersendiri yang terasosiasi dalam Golongan Karya (GOLKAR).


(2)

Pasca runtuhnya keberadaan komunisme di Indonesia, praktis tidak adalah kekuatan politik yang real yang mampu menyaingi kekuatan militer/AD. Persaingan yang selama ini terjadi antara AD dan PKI dalam merebut simpati dari penguasa sebelumnya membuat situasi semakin genting dipenghujung berakhirnya masa pemerintahan Soekarno. Terlibatnya beberapa tokoh PKI dalam tragedi berdarah 30 September digunakan sebagai senjata ampuh bagi AD untuk menggerogoti kekuatan komunis yang sebelumnya sempat berjaya pada masa pemerintahan Soekarno. AD yang pada saat itu dipercaya sebagai pemimpin operasi dalam mengungkap kasus ini dengan serta-merta menuduh komunisme (secara keseluruhan) sebagai dalang dari tragedi berdarah tersebut. AD berusaha untuk menumbuhkan kebencian masyarakat terhadap komunisme karena melakukan tindakan yang tidak manusiawi dan tidak bermoral. Taktik yang dilakukan AD ini terbukti ampu, karena beberapa anggota masyarakat juga turut membantu AD dalam melakukan penagkapan terhadap kader-kader PKI. Bahkan untuk tetap melestarikan strategi tersebut, selama masa pemerintahan Soeharti, tragedi 30 September selalu di ikuti oleh kata PKI di belakangnya dalam setiap pembelajaran sejarah, atau yang lebih dikenal dengan nama G 30 S/PKI. Jadi dengan demikian wajar apabila dari generasi ke generasi yang hidup pada era Soeharto menaruh kebencian tersendiri terhadap Komunisme, karena memang keberadaannya selalu di wacanakan sebagai sesuatu yang jahat/negatif dalam materi pembelajaran sejarah, sehingga menjadi sesuatu yang sangat ditakuti keberadaannya. Hal ini merupakan cara jangka panjang yang dilakukan oleh pemerintahan Soeharto dalam mencegah lahirnya kembali kekuatan komunisme di Indoneseia, yaitu dengan cara memberikan pencitraan negatif terhadap ideologi tersebut, sehingga tidak akan mendapat dukungan dari masyarakat untuk diterapkan.

Pemerintahan Soeharto selalu melihat bahwa perubahan politik yang terjadi merupakan sebuah bentuk kemajuan/pembaharuan politik ke arah yang lebih baik. Mereka melihat bahwa pada era politik Soeharto, keamanan nasional ataupun kestabilan politik dapat


(3)

dijaga dengan baik. Mereka juga berpandangan bahwa dalam era politik Soeharto tingkat pembangunan ekonomi bangsa Indonesia mengalami perkembangan jika kita kaitkan dengan apa yang terjadi pada masa orde lama. Dan hal-hal tersebut mereka maksudkan sebagai bentuk pembahruan politik.

Mengkategorikan hal-hal tersebut diatas sebagai sebuah bentuk pembaharuan politik merupakan sesuatu analisis yang tidak melakukan pengkajian secara mendalam. Keamanan nasional ataupun kestabilan politik yang dicapai oleh pemerintahan Soeharto tersebut merupakan sesuatu yang dilakukan dengan cara pemaksaan yang sifatnya refresif. Sehingga sebenrnya yang terjadi sebenarnya bukanlah sebuah keamanan nasional ataupun kestabilan politik, melainkan sebuah bentuk ketakutan nasional dan ketakutan berperan aktif dalam bidang politik. Hal Ini disebabkan karena apabila ada pihak yang berani untuk melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan pemerintahan, maka pemerintah tanpa fikir panjang akan memberikan sanksi tegas (bersifat refresif) terhadap pihak tersebut. Jadi jelas hal yang terjadi adalah sebuah bencana ketakutan nasional.

Pemerintahan Soeharto selalu mengklaim mereka mampu menumbuhkan perekonomian bangsa. Tapi apa sebenrnya esensi dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Pemerintahan Soeharto justru mengambil cara-cara instan dengan menjual aset-aset negara kepada asing. Harus diakui bahwa negara di satu sisi mendapat keuntungan finansial melalui kebijakan ini. Namun di sisi lain asing justru mendapat keuntungan yang berlipat ganda. Esensi dari pembangunan ekonomi yang dilakukan pada era politik Soeharto jelas sanagat jauh dari cita-cita kemerdekaan bangsa indonesia yang menginginkan sebuah negara yang berdaulat. Penjualan aset-aset berharga terhadap asing secara tidak langsung juga telah membiarkan negara kita dijajah asing dalam hal sistem perekonomian. Karena keuntungan yang didapat oleh asing jauh lebih banyak dibanding negara kita sebagai negara pemilik dari aset tersebut.


(4)

Dalam bidang politik, warga juga mendapat kesempatkan yang minim untuk ikut dalam proses politik. Pemerintah yang seharusnya melibatkan peran aktif masyarakat sebagai syarat sebuah pembaharuan politik, justru seperti melakukan pengekangan terhadap peran aktif masyarakat. Kebebasan berserikat dan berkumpul pun merupakan sesuatu barang antik yang sangat sulit untuk didapatkan. Era politik Soeharto justru memainkan peran politik militer sebagai sebuah upaya untuk terus melanggengkan kekuasaannya. Sedangkan kebebasan untuk mengelurakan pendapat merupakan sebuah barang langka yang hampir tidak mungkin untuk ditemukan.

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada era politik Soeharto jika kita melihatnya secara umum, maka seolah-olah perubahan politik yang terjadi merupakan sebuah tahapan pembaharuan politik. Namun jika kita kaji lebih dalam, dengan menitikberatkan analisnya terhadap esensi dari perubahan politik tersebut, maka perubahan politik yang terjadi pada era politik tersebut justru lebih tepat dikatakan sebagai sebuah tahapan kemerosotan politik (regresi politik).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ian, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya, Yogyakarta: Qalam, 1993.

Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1982.

--- Pemikiran dan Perubahan Politik di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1992.

--- Beberapa Masalah Pembaharuan Politik di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 1981.

After, David E, Politik Modernisasi, Jakarta: PT. Gramedia, 1987.

Budiardjo, Miriam, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Parlementer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 1994.

Dinuth, Alex, Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunisme, Jakarta: Intermasa, 1997.

Ebenstein, William, Isme Isme Dewasa Ini, Jakarta: Erlangga, 1987.

Fahsin, Negara dan Revolusi Sosial:Pokok Pokok Pemikiran Tan Malaka, Yogyakarta: Resist Book, 2005.

Greene, Thomas H, Idiologi-Idiologi Politik, Jakarta: Ind-hillco, 1984.

Hermawan, Eman, Politik Membela yang Benar: Teori, Kritik & Nalar, Yogyakarta: KLIK, 2001.

Hoogerwerf, Politikologi, Jakarta: Erlangga, 1985.

Huntington, Samuel P, Tertib Politik: Di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

Kansil, C.S.T, Pembahasan Ketetapan MPR 1960-1978, Jakarta: Erlangga, 1982. Karim, M. Rusli Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Sebuah Potret Pasang

Surut, Jakarta: Rajawali Pers, 1983.

Kusumandaru, Ken Budha, Karl marx, Revolusi dan Sosialisme, Yogyakarta: Resist book, 2006.

Manafe, Aco, Teperpu: Mengungkap Pengkhiantan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses Hukum Bagi Para Pelakunya, Jakarta: Sinar Harapan, 2008.


(6)

Philipus, Ng & Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Prawiranegara, syahfaruddin, Agama dan Ideologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1971. Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Bahaya Laten Komunisme di Indonesia, Jilid I,

Jakarta, 1991.

Ramanathan, K, Konsep dan Asas Politik, Pulau Pinang: ALMS Digital, 1988. Reid, Anthony, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1996. Sargent, Lyman Tower, Ideologi Politik Kontemporer, Jakarta: PT Bina Aksara,

1986

Schmandt, Henry, Filsafat Politik: Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002.

Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September: Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, Jakarta,1994

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: LP3ES, 1989.

Sitepu, P. Anthonius, Soekarno, Militer dan Partai Politik: Piramida Kekuatan-Kekuatan Politik Dalam Sisitem Politik Pemerintahan Demokrasi Terpimpin (1959-1965), Medan: USU Pers, 2009.

Sudarsono, Juwono, Pembangunan dan Perubahan Politik di indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991.

Subroto, Hendro, Dewan Revolusi PKI: Menguak Kegagalannya Mengkomuniskan Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 2008.

Sukarna, Ideologi: Suatu Studi Ilmu Politik, Bandung: Alumni, 1981. Sulastomo, Dibalik Tragedi 1965, Jakarta: Intermassa, 2006.

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 1992.

Susanto, Dwi dkk, Perubahan Politik di Negara- Negara Eropa Timur, Jakarta: PT Gramedia, 1990.

Syam, Firdaus, Pemikiran Politik Barat: sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3, Bumi aksara 2007.