BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Millennium Development Goals MDGs adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan
kemiskinan. Salah satu tujuan Millenium Development Goals MDGs yakni memerangi HIV
dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya. Target MDGs untuk HIV dan AIDS adalah
menghentikan laju penyebaran serta membalikkan kecenderungannya pada 2015 Badan Litbangkes Kemkes RI, Riskesdas 2010.
Berbagai upaya pemerintah dalam memerangi HIV dan AIDS di Indonesia. Respons Nasional terhadap epidemi HIV AND AIDS di Indonesia telah dimulai pada
tahun 1985 dan terus meningkat selaras dengan meningkatnya jenis dan besaran masalah yang dihadapi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Surveilnas HIV pada sub-
populasi tertentu dilakukan demikian pula peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan non-kesehatan dalam menghadapi epidemic serta lahirnya banyak Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM yang peduli terhadap HIV dan AIDS KPA, 2007. Tahun 1994 dengan keputusan presiden nomor 36, pemerintah membentuk Komisi Penanggulangan
AIDS KPA di tingkat pusat disusul dengan terbentuknya KPA di beberapa provinsi KPA, 2007.
Dilihat dari tingkat penderita, di Indonesia HIV dan AIDS memiliki persentase yang tinggi. Kasus HIV, sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sebanyak 859 kasus. Tahun 2006 dengan jumlah penderita sebanyak 7.195 kasus. Tahun
2007, 2008 berturut-turut sebanyak 6.048 kasus dan 10.362 kasus. Tahun 2009 9.793 kasus, tahun 2012 21.591 kasus, tahun 2011 21.031 kasus, Januari - September 2012
15.372 kasus.Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2012 sebanyak 92.251 kasus depkes.go.id, 2012.
Endemik HIV di Indonesia diperkirakan jumlah ODHA di Indonesia sebanyak 333.200 Komisi Penanggulangan AIDS, 2010. Perkembangan HIV dan AIDS
kumulatif, pada tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebesar 2.639 kasus, pada tahun 2006 sebesar 2.873 kasus, pada tahun 2007 sebesar 2.947 kasus, tahun 2008
sebesar 4.969 kasus, pada tahun 2009 sebesar 3.863 kasus dan pada tahun 2010 sebesar 4.158 kasus. Sampai dengan juni 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan adalah 26.483 kasus Kementerian Kesehatan RI, 2011. Jumlah penderita HIVAIDS di Indonesia berdasarkan usia. Jumlah Kumulatif
Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Cumulative AIDS Cases by Age Group yakni, untuk usia 5-14 tahun sebesar 325 kasus. Usia 15-19 tahun sebanyak 1.404 kasus.
Usia20-29 tahun merupakan usia terbanyak yang mengidap penyakit AIDS dengan jumlah 15,093tanpa termasuk daerah DKI Jakarta Ditjen PP PL Kemenkes RI,
2012. Di Jawa Timur prevalensi kejadian HIV dan AIDS. Jumlah kasus HIV tahun
2009 sebanyak 1.668, tahun 2010 sebanyak 2.233, tahun 2011 sebanyak 2.646, dan tahun 2012 sebanyak 1.687 kasus Dinkes Jatim, 2012. Jumlah kasus AIDS tahun 2009
sebanyak 1.018, tahun 2010 sebanyak 882. Tahun 2011 sebanyak 984 kasus dan mengalami penurunan tahun 2012 sebanyak 239 kasus AIDS Dinkes Jatim, 2012.
Menurut UNICEF Indonesia, 2012 hambatan dalam memerangi HIVAIDS antara lain, 1 Orang muda memiliki akses terbatas terhadap informasi dan pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi. Seks masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan para orang tua, guru, bahkan dengan penyedia
pelayanan kesehatan. 2 Usia inisiasi seks di Indonesia relative sangat muda khususnya bagi anak-anak perempuan. Di seluruh Indonesia, sekitar 1 anak laki-laki dan 4 anak
perempuan dilaporkan telah melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun, beberapa bahkan ketika berusia 10 tahun. Ketika mereka berusia 17 tahun sepertiga
populasi orang muda sudah melakukan hubungan seksual minimal satu kali. 3 Pengetahuan orang muda tentang HIV telah mengalami peningkatan, tetapi masih
terbatas, studi di lima provensi yang dilakukan oleh kementrian kesehatan menunjukkan peningkatan pengetahuan yang komprehensif tentang HIV dan AIDS di kalangan orang
muda 15-24 tahun. Dalam studi di tahun 2011 lainnya, hanya 22 siswa Sekolah Menengah Pertama kelas 2 Sekolah Menengah Atas memiliki pengetahuan yang
komprehensif tentang penularan HIV, 64 masih memiliki miskomunikasi tentang HIV. 4 Tingkat pengetahuan mengenai HIV dan AIDS di antara penduduk kebanyakan di
usia 15 tahun ke atas masih rendah. Survei Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa kira-kira 42 dari jumlah penduduk usia di atas 15 tahun belum pernah mendengar tentang
HIVAIDS. Hanya 10 perempuan dan 13 laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif tentang penanggulangan HIV, meskipun proporsi tersebut lebih tinggi
untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan 8 siswa SMA Negeri 10
Malang, pada tanggal 6 April 2013, 8 siswa menyatakan kurang begitu paham dengan
penyakit AIDS adalah penyakit yang berbahaya, dan ciuman merupakan salah satu cara penularan selain menggunakan jarum suntik bergantian, dan sex bebas, serta mereka cara
pencegahan HIV dengan tidak melakukan seks bebas, menggunakan narkoba dan disekolah ini terdapat buku serta belum pernah mendapatkan penyuluhan. Setelah
ditanyakan kepada Pembina UKS, siswa-siswa pernah mendapatkan materi HIVAIDS pada pelajaran biologi meskipun hanya sepintas. Selain itu juga KKR Kader Kesehatan
Remaja tidak begitu paham dengan penyakit AIDS itu sendiri, serta KKR tersebut dipilih hanya sekedar pelengkap UKS tanpa melalui seleksi terlebih dahulu, serta terakhir
dilakukan penyuluhan pada tahun 2008. Materi IMS Infeksi Menular Seksual sendiri terdapat pada mata pelajaran Biologi. Dilihat dari hal tersebut pengembang
menginginkan siswa-siswa mampu memahami dan memiliki kemampuan lebih terutama mengenai HIV dan AIDS dan diharapkan menjadi contoh bagi sekolah lain.
Promosipendidikan kesehatan, tidak terlepas dari sasaran promosi kesehatan itu sendiri, dalam hal ini sasaran primer primary target, dalam hal ini remaja Sekolah
Menengah Atas merupakan sampel dari penelitian pengembangan ini. Berdasarkan teori bahwa remaja memiliki dua komponen kunci-imaginary audience dan personal fable. Personal
fable adalah bagian dari egosentris remaja yang melibatkan rasa keunikan dan tidak terkalahkan. Perasaan tidak terkalahkan dapat menyebabkan remaja untuk percaya bahwa
mereka sendiri kebal terhadap bahaya dan bencana seperti kecelakaan mobil mematikan yang terjadi pada orang lain. Akibatnya, beberapa remaja melakukan perilaku berisiko,
seperti balapan, menggunakan narkoba, dan berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi atau pelindung terhadap infeksi menular seksual Alberts, Elkind,
Ginsberg, 2007.
Salah satu upaya yang dilakukan yakni promosi kesehatan, promosi kesehatan tidak terlepas dari media yang digunakan sebagai instrument dalam menyampaikan
materi yang akan disampaikan kepada audiens. Televisi memiliki tingkat penetrasi tertinggi di daerah perkotaan 82, dibandingkan dengan radio 42, majalah 31 dan surat
kabar 28 www. MediaIndonesia.id. Media internet melalui twitter dan facebook juga disarankan oleh peserta untuk mempromosikan HIVAIDS karena remaja sekarang
hampir semua menjadi anggota dalam jejaring social melalui media internet dan hampir setiap hari siswa-siswi tidak terlepas dari internet Ekawati, dkk, 2012.Terlihat dari
survey yang diadakan oleh Spire Research Consulting yang bekerja sama dengan Majalah Marketing 2008 http:marketing.co.id mengenai trend dan kesukaan remaja
Indonesia terhadap berbagai jenis kategori, salah satu kategorinya adalah media, ditemukan bahwa remaja sudah mengerti dan menggunakan internet dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil Riset Yahoo Bersama dengan TNS Indonesia 2009 dalam Widyastuti, 2011 yang dilakukan di Indonesia mentyebutkan bahwa “Kalangan remaja
usia 15 sampai 19 tahun disebut mendominasi pengguna internet di Indonesia. Remaja usia 15-19 tahun disebut mencakup 64 dari pengguna internet di Indonesia.
Pada masa remaja terjadi masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa Papalia, at.al, 2001.Dilihat dari perkembangan usianya, remaja tingkat
SMA merupakan remaja awal yang sedang berada di dalam krisis identitas, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba-coba hala-hal baru,
mudah terpengaruh dengan teman-teman sebayanya peer groups, dan juga mulai suka memperluas hubungan pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman
sebaya baik laki-laki maupun perempuan Widyastuti, 2011.Namun para remaja sebagai
salah satu pengguna internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan
terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu Budhyati, 2012. Hal ini mengakibatkan perilaku remaja cenderung
meniru hal-hal yang dilihat dan didengar dari media internet. Dilihat dari uraian diatas, peneliti ingin mengembangkan sebuah trobosan
media promosi kesehatan, sebagai upaya peningkatan pengetahuan remaja mengenai penyakit HIVAIDS
dengan penelitian “Pengembangan Permainan Monopoli Sebagai Media Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan Remaja Sekolah Menengah Atas Tentang
Penyakit HIVAIDS”. Permainan Monopoli pada dasarnya adalah permainan tradisional anak-anak, akan tetapi dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu
informasi kesehatan, permainan monopoli dipilih karena termasuk permainan yang relative digemari anak dan mudah dalam memainkannya, serta adapun kelebihan dari
permainan monopoli yang diterapkan pada siswa-siswa SMA yakni permainan mudah dimainkan, pemain dapat merasakan rasa senang, dan rasa ingin tahu, serta mudah
dioperasikan Susanto dkk, 2012. Permainan monopoli yang akan dikembangkan yakni permainan monopoli dengan memberikan simbol atau gambar dan pertanyaan pada
kotak time quiz dan setiap kotak sehingga pada saat pemain masuk pada kotak petak tanah dan ingin membelikan petak tanah tersebut maka pemain diharuskan menjawab
pertanyaan yang ada pada sertifikat tanah, dalam permainan monopoli ini akan diberikan sentuhan warna yang menarik sehingga remaja tidak merasa bosan dan meningkatkan
keingin tahuan remaja ketika permainan berlangsung, monopoli yang dikembangkan akan didesain sesuai dengan tahap perkembangan remaja yakni dengan gambar yang
abstrak dan kata-kata yang bisa di simpulkan sesuai dengan gambar, karena pada tahap operasional formal remaja sudah mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang
abstrak Asrosi, 2009. Dari kharateristik yang dimiliki monopoli tersebut dapat digolongkan dalam jenis media grafis.Media grafis adalah media visual yang menyajikan
fakta, ide atau gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan gambar atau simbol.Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan
mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik untuk diingat orang Wardhani, 2012. Dari penelitian pengembangan ini peneliti berharap siswa-siswa mampu memahami
materi HIV dan AIDS yang disampaikan pada media monopoli yang sudah tervalidasi dan dapat dipertanggung jawabkan tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan