Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Di Koridor Cilegon Pandeglang Provinsi Banten

PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Lilis Sri Mulyawati

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Januari 2008

Lilis Sri Mulyawati
NRP A253050211

RINGKASAN
Dalam era otonomi daerah dan globalisasi saat ini, keunggulan daya saing
wilayah menjadi suatu tuntutan dalam pengembangan wilayah. Keunggulan daya
saing dapat digali dari potensi sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Kegiatan pariwisata merupakan
salah satu sektor yang dapat dijadikan daya saing wilayah karena sarat dengan
muatan lokal dan dapat berkompetisi di era globalisasi. Pengembangan pariwisata
di suatu daerah juga dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan
wilayah seperti peningkatan perekonomian wilayah. Dampak positif dari
pariwisata akan memperkuat perekonomian wilayah
melalui peningkatan
pendapatan orang-orang yang berada di sekitar daerah pariwisata karena adanya
aktivitas wisata. Adanya peningkatan pendapatan penduduk di suatu wilayah
dapat memberikan indikasi yang baik bagi pengembangan wilayah secara

keseluruhan.
Banten sebagai provinsi baru yang ditetapkan dengan UU Nomor 23
Tahun 2000, memiliki potensi pariwisata yang beraneka ragam baik potensi alam
maupun potensi budaya. Salah satu wilayah yang menjadi primadona pariwisata
Banten adalah Koridor Cilegon-Pandeglang dengan daya tarik utamanya wisata
pantai. Koridor Cilegon-Pandeglang dalam Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Provinsi Banten terbagi ke dalam tiga kawasan yaitu Kawasan Wisata
Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan
Kawasan Wisata Pantai Sumur dengan batas-batas pengelolaan kawasan yang
masih belum diketahui dengan pasti. Dalam penelitian ini, dilakukan upaya
penggalian potensi melalui pemetaan lokasi wisata dengan batas-batas
kawasannya beserta gambaran kondisi eksisting seperti aksesibilitas, daya tarik
wisata dan kelengkapan fasilitas/sarana dan prasarana di masing-masing kawasan.
Dari hasil pemetaan tersebut, dengan dukungan kebijakan, hasil survey
primer berupa pengamatan lapang dan foto-foto eksisting, serta pengolahan data
kuesioner dan wawancara, teridentifikasi faktor-faktor kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesess), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Faktorfaktor tersebut kemudian dianalisis dalam matrik Internal Strategic Factor
Analysis Summary (IFAS), matrik External Strategic Factor Analysis Summary
(EFAS) dan matrik Profil Kompetitif. Pemberian nilai rating dilakukan melalui
mekanisme diskusi dengan pihak pemda serta standar pariwisata dari Departemen

Kehutanan, sedangkan nilai bobot diperoleh dari tiga pakar (planologi, arsitektur
landskap dan pengembangan wilayah) dengan menggunakan program Criterium
Decision Plus (CDP). Dengan menggunakan Program CDP diharapkan jawabanjawaban pertanyaan yang diberikan untuk pemberian bobot dapat lebih terukur
karena program akan secara otomatis menunjukkan nilai Concistency Ratio (CR).
Nilai CR merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten, dan jika penilaian
yang dilakukan telah konsisten maka besarnya nilai CR tidak lebih dari 0,10.
Dari hasil penilaian bobot oleh pakar, nilai CR yang diperoleh berkisar antara
0,004 - 0,010.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang berasal dari data kuantitatif
dalam matrik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif serta ketersediaan lahan dan
kebijakan, teridentifikasi bahwa masing-masing kawasan memiliki prospek
pengembangan yang cukup baik. Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang
yang saat ini memang sudah cukup berkembang dan dikenal secara luas oleh
wisatawan harus terus membenahi kawasannya agar faktor distinctive competence
yang dimilikinya tetap memiliki nilai jual sebagai ODTW yang spesifik seperti
memperkenalkan suatu model city tour atau wisata ilmu pengetahuan di kawasan
industri Cilegon. Prospek pengembangan wisata di Pantai Barat Cilegon-Serang
harus memanfaatkan faktor eksternalnya karena jika dibandingkan dengan dua

kawasan lainnya memiliki total nilai EFAS paling tinggi (3,199). Dalam matrik
EFAS Pantai Barat Cilegon-Serang, pengembangan kawasan industri menjadi
ancaman, akan tetapi peluang sebagai kawasan pengembangan utama wisata
Banten serta kelengkapan sarana dan prasarana wisata yang dimilikinya harus
menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata pantai dengan brand image yang
sudah banyak dikenal yaitu kawasan industri Cilegon dan Anyer.
Kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan dengan dua kawasan lainnya dengan nilai profil kompetitif yang
paling tinggi (3,733). Dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif yaitu faktor
promosi dan kelengkapan sarana dan prasarana, kawasan ini memiliki prospek
dan nilai jual yang tinggi jika dibandingkan dua kawasan lainnya, didukung
aksesibilitas yang baik, ODTW yang khas seperti taman laut dan wisata ziarah
(wisata pilgrim), lokasi-lokasi wisata yang sudah banyak dikenal seperti Carita
dan Tanjung Lesung memberikan dampak yang positif bagi pengembangan
kegiatan wisata. Prospek pengembangan Kawasan Pantai Barat Pandeglang
semakin tinggi dengan dukungan kebijakan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai salah satu kawasan
pengembangan pariwisata dengan pusat pengembangan Tanjung Lesung.
Prospek pengembangan Kawasan Pantai Sumur harus digali dari faktor
internalnya karena dibandingkan dengan dua kawasan lainnya kawasan ini

memiliki total nilai IFAS paling tinggi (3,702). Faktor internal kawasan yang
besar ini terutama karena potensi alam yang masih asli dan terus dipacu oleh
pengembangan Pulau Umang dan kedekatannya dengan Ujung Kulon. Prospek
pengembangan wisata di kawasan ini juga didukung oleh kebijakan dalam
RTRW Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai kawasan pengembangan
pariwisata. Jika melihat kondisi eksistingnya saat ini yang mungkin
dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual kawasan adalah dengan melakukan
promosi pada segmen pasar menengah atas terkait dengan keunggulan bersaing
fokus, yaitu menetapkan segmen pasar yang akan dijangkau sebagai target
promosi. Segmen pasar yang demikian akan memberikan peluang kawasan ini
untuk berkembang sebagai kawasan eksklusif terutama dukungan dua lokasi di
sekitarnya (Tanjung Lesung dan Ujung Kulon) yang sudah bertaraf internasional.

ABSTRACT
LILIS SRI MULYAWATI. The Prospect of Tourism Region Development in
Cilegon-Pandeglang Corridor Banten Province. Supervised by KOMARSA
GANDASASMITA and ISKANDAR.
In Autonomy era, regional competitive advantage is necessity in regional
development, by managing natural and human resources. Tourism activity is one
of the sectors of regional competitiveness due to the competition of local contain

and ability in globalization era.
According to UU 23/2000, Banten Province is one of new region, has
various tourism potency either natural or cultural. One of region that has excellent
tourism location is the beach on Cilegon-Pandeglang Corridor. Based on The
Master Plan of Banten Province Tourism Development, Cilegon-Pandeglang
Corridor divided into three region there are Pantai Barat Cilegon-Serang Region,
Pantai Barat Pandeglang Region and Pantai Sumur Region. This research make
the effort to investigate the tourism potency by mapping of tourism location and
accessibility condition, tourism advantage, and facilities delivery in each region.
Based on field survey, questioner distribution and interview identified strengths,
weaknesses, opportunities, and threats factors are conducted. Those factors are
analyzed in Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External
Strategic Factor Analysis Summary (EFAS), and Competitive Profile Matrix.
Mechanism of rating is determined by discussing to Local Government side and
Tourism Standard from Forestry Department, whereas weight resulted by expert
view by using Criterium Decision Plus (CDP) program.
Based on IFAS, EFAS, Competitive Profile Matrix, availability of land
and spatial planning policy the prospect of each region development analyzed by
descriptive method. Analysis result showed that Pantai Barat Cilegon Serang
Region has good prospect of development by using External Factor (3,199), such

as the growth of people in Jabodetabek and the development of Cilegon industry
zone. Pantai Barat Pandeglang by using Competitive Profile (3,733) such as
tourism promotion and good accessibility to the region. Pantai Sumur Region by
using Internal Factor (3.702) such as indigenous natural potency and the
development of Umang island.
Keyword: Competitiveness, Mapping, Region, Internal and External Factor,
Competitive Profile

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya
tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan
sumber
a. Pengutipan
hanya
untuk
kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk
apa pun tanpa izin IPB

PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Lilis Sri Mulyawati

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008


Judul Tesis

:

Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Di Koridor
Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten

Nama

:

LILIS SRI MULYAWATI

NRP

:

A.253050211

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Iskandar
Anggota

Diketahui

Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah
Ketua,

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


Tanggal Ujian : 22 Januari 2008

Tanggal Lulus :

Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada orang yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang diberi-Nya kebijaksanaan itu, berarti ia telah mendapat
banyak kebaikan. Hanya orang-orang yang mau berfikir saja yang dapat
mengambil pelajaran ini. (Q.S. Al Baqarah: 269)

Tulisan sederhana ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta:
Suamiku, Ir. Edy Mulyadi, MT.
Putriku Dhea Rifa Rahmah Edyawati.
Emak (Ibu Hj. Ayunah) dan Bapak (Alm) H. Armajaya.

PRAKATA
Seraya mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya tesis yang berjudul
“Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang
Provinsi Banten” dapat penulis selesaikan dengan lancar dan baik. Tesis ini
dibuat berdasarkan hasil penelitian penulis sebagai bagian terakhir dalam
rangkaian menyelesaikan studi S2 di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan tesis,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini sudah selayaknya disampaikan ucapan terima kasih yang dalam kepada:
1. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. dan Dr. Ir. Iskandar sebagai Komisi
Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat
berarti bagi tesis ini, serta selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi di selasela kesibukannya.
2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S, sebagai penguji luar komisi, yang telah memberikan
koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini.
3. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. dan Dr. Ir. Baba Barus M.Sc. selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan kerjasamanya.
4. Rektor Universitas Pakuan beserta jajarannya yang telah memberikan izin
belajar dan biaya pendidikan kepada penulis.
5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa BPPS
on going selama dua semester.
6. Dinas Pendidikan Provinsi Banten yang telah memberikan beasiswa dana
penelitian yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh pimpinan Fakultas Teknik Universitas Pakuan terutama teman-teman
sekaligus guru penulis di Program Studi Teknik Planologi, Ibu Ir. Indarti
Komala Dewi, M.Si, Ibu Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si, Bapak Ir. Noordin
Fadholie, M.Si., Bapak Ir. Gde Ngurah Purnamajaya, MT. dan Bapak Dr. Ir.
Soekmana Soma, MSP., M.Eng., yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Segenap dosen pengajar, asisten dan tenaga administrasi pada Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan studi.
9. Dinas Pariwisata dan BAPEDA Provinsi Banten yang telah memberikan
kemudahan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan bagi
penelitian.
10. Suami tercinta Ir. Edy Mulyadi MT., yang selalu memberikan doa, semangat,
pengertian dan perhatian yang luar biasa pada penulis. Putriku tersayang Dhea
Rifa Rahmah Edyawati yang selalu menjadi inspirasi dan penyemangat di
hari-hari berat menyelesaikan studi.
11. Emak dan Bapak (Alm) yang selalu menjadikan hidup ini lebih berarti dan
menyongsong masa depan yang lebih baik.

12. Keluarga besar penulis di Balaraja dan Bogor, mertua, semua kakak, adik dan
keponakan atas doa, dorongan serta bantuannya baik moril maupun materil
terutama buat Ida Farida S.Farm. yang selalu menemani selama studi.
13. Rekan-rekan mahasiswa PWL angkatan 2005, Suci, Arman, Cici, Sammy,
Mbak Made dan Pak Maman atas kebersamaannya dalam suka dan duka.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungannya.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT., semoga semua kekurangan dan
kesalahan dalam tesis ini dapat memberikan inspirasi dan ide bagi para pemerhati
dan peneliti ilmu perencanaan wilayah untuk melakukan penelitian yang lebih
baik. Terakhir, semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu perencanaan dan pengembangan
wilayah.
Bogor, Januari 2008
LILIS SRI MULYAWATI

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tangerang Banten pada tanggal 28 Oktober 1969, sebagai
putri bungsu dari tujuh bersaudara buah pernikahan Bapak H. Armadjaya dan Ibu
Hj. Ayunah. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan penulis di Kota
kecil Balaraja Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Tahun 1988, penulis mulai
menempuh pendidikan tinggi di Bogor pada Jurusan Teknik Planologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan dan lulus tahun 1994. Tahun 2003 penulis mengikuti
kursus Training for Trainer di Geographic Information System Center University
Of San Carlos, Cebu Philippines dengan bantuan biaya dari Pemerintah Belanda.
Pendidikan S2 penulis, dimulai pada tahun 2005 pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan
bantuan beasiswa dari Universitas Pakuan dan BPPS.
Semenjak lulus sarjana S1 tahun 1994, selain bekerja sebagai asisten
dosen di Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan, penulis
juga menjadi tenaga perencana di sebuah Konsultan Perencanaan. Akhirnya tahun
1997, penulis memutuskan untuk menjadi tenaga dosen tetap di Fakultas Teknik
Universitas Pakuan dan mengabdi di Program Studi Teknik Planologi sampai
sekarang.
Penulis menikah pada tanggal 9 Desember 1995 dengan seorang Pegawai
Negeri Sipil di Kabupaten Bogor bernama Ir. Edy Mulyadi, MT. dan dikarunia
seorang putri yang diberi nama Dhea Rifa Rahmah Edyawati, yang saat ini
berusia 11 tahun.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL …………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...
PENDAHULUAN ......…………………………………………….....
Latar Belakang ........................................................................
Perumusan Masalah ................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
Pengertian Pariwisata, Wisatawan, Obyek dan Daya Tarik
Wisata .....................................................................................
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pariwisata ......................
Sumberdaya Fisik dalam Perencanaan Pariwisata ..................
Pariwisata dalam Perspektif Penataan Ruang dan
Pengembangan Wilayah .........................................................
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Perencanaan
Pariwisata ................................................................................
Pemetaan Lokasi Wisata .........................................................
Penilaian Prospek Pengembangan Pariwisata .........................
Analisis Cluster .......................................................................
BAHAN DAN METODE …………………………………………...
Kerangka Pemikiran ………………………………………...
Bahan dan Alat ………………………………………………
Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………..
Pengolahan Data dan Analisis ................................................
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................
Penyusunan Basis Data Digital .....................................
Analisis Prospek Kawasan Wisata dengan Menggunakan
Faktor-faktor SWOT ...............................................................
Kerangka Analisis ...................................................................
GAMBARAN UMUM ........................................................................
Kebijakan Pengembangan Wilayah.........................................
Karakteristik Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang ............
Kondisi Fisik ...........................................................................
Letak dan Posisi Geografis Koridor CilegonPandeglang ...................................................................
Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang .....
Sebaran Jenis Tanah Wilayah Koridor CilegonPandeglang ...................................................................
Penggunaan Lahan Wilayah Koridor CilegonPandeglang ...................................................................
Kondisi Perekonomian ............................................................

xiv
xvi
xviii
1
1
5
6
7
8
8
12
13
14
15
19
20
22
25
25
27
27
29
29
33
33
37
40
40
42
42
42
43
45
47
50

Kondisi Sosial Budaya Wilayah Koridor CilegonPandeglang ............................................................................
Kependudukan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang
Wisatawan .....................................................................
Kebudayaan ...................................................................
Sistem Transportasi dan Aksesibilitas ....................................
Sistem Transportasi Darat .............................................
Sistem Transportasi Laut ...............................................
Sistem Transportasi Udara ............................................
Kondisi Kegiatan Pariwisata di Masing-masing Kawasan .....
Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang..........................
Kawasan Pantai Barat Pandeglang ...............................
Kawasan Pantai Sumur ..................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
Pemetaan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang...
Rating dan Bobot Penilaian Faktor-faktor SWOT untuk
Setiap Kawasan .......................................................................
Analisis Prospek Pengembangan Pariwisata Setiap Kawasan
Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang
Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang ....
Prospek Kawasan Wisata Pantai Sumur ........................
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
Kesimpulan .............................................................................
Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................

52
52
56
58
63
63
67
68
70
70
74
79
82
82
91
106
115
116
117
120
120
122
123
126

DAFTAR TABEL

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.

16.
17.
18.

19.

20.
21.
22.
23.
24.

25.
26.
27.

Teks
Halaman
12
Faktor Makro dan Mikro dalam Kegiatan Pariwisata ..............
17
Kemampuan SIG ......................................................................
18
Masalah Pariwisata dan Potensi SIG ........................................
Jenis ODTW di Koridor Cilegon-Pandeglang (angka
28
menunjukkan jumlah jenis) ......................................................
32
Jenis dan Kelengkapan data untuk keperluan penelitian ..........
32
Jenis Peta yang Dibutuhkan untuk Keperluan Penelitian ........
34
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary ...............
35
EFAS (ExternalStrategic Factors Analysis Summary ………..
Matrik Profil Kompetitif Kawasan Wisata di Koridor
36
Cilegon-Pandeglang ………………………………………...
43
Lingkup Wilayah dan Luas di Koridor Cilegon-Pandeglang .
45
Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang ……........
45
Sebaran Jenis Tanah Koridor Cilegon-Pandeglang …………
48
Penggunaan Lahan Koridor Cilegon-Pandeglang …………..
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Konstan 2000 di Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun
51
2005 (dalam jutaan dan persentase) .........................................
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten
Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000 dirinci menurut
51
Sektor/Lapangan Usaha (dalam jutaan dan persentase) ...........
Laju Pertambahan Penduduk Provinsi Banten Tahun 196152
2005 ..........................................................................................
Jumlah Penduduk di Koridor Cilegon-Pandeglang Tahun
2000, 2003 dan 2006 ................................................................
53
Jumlah Penduduk yang Bekerja pada Lapangan Pekerjaan
Utama di Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Provinsi
Banten Tahun 2005 ..................................................................
54
Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk Yang Bekerja di
Lapangan Pekerjaan Utama di Wilayah di Wilayah Cilegon,
Serang dan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2005 ............
54
Jumlah Wisatawan Provinsi Banten Tahun 2001-2005............
56
Jumlah Wisatawan ke Wilayah Cilegon, Serang dan
Pandeglang Tahun 2001, 2003 dan 2005 ...............................
57
Jenis Atraksi Kesenian dan Budaya di Provinsi Banten ..........
59
Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Serang-Cilegon ..........
73
Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan
Pantai Barat Serang-Cilegon (angka menunjukkan jumlah
unit) ..........................................................................................
73
Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Pandeglang ...............
78
Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan
Pantai Barat Pandeglang .........................................................
78
Jenis ODTW di Kawasan Pantai Sumur ..................................
81

28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.

Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan
Pantai Sumur ............................................................................
Batas dan Letak Kawasan Wisata Koridor CilegonPandeglang .............................................................................
Letak Geografis Masing-masing Lokasi Wisata Pantai di
Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten .......................
Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Barat
Cilegon-Serang)........................................................................
Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Barat
Pandeglang ) ...........................................................................
Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai
Sumur) ......................................................................................
Matrik Penentuan Nilai Rating Faktor Profil Kompetitif ........
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Kawasan Cilegon-Serang) ........................................................
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Pantai
Barat Cilegon-Serang) …..........................................................
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang …….....................
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Pantai
Barat Pandeglang ……………………………………………
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Kawasan Wisata Pantai Sumur ………………………………
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary)
Kawasan Wisata Pantai Sumur………………...…..................
Matrik Profil Kompetitif KAwasan Wisata di Koridor
Cilegon-Pandeglang ………………………………………...
Rangkuman Nilai Marik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif
di Kawasan Wisata Cilegon-Pandeglang……………………..

81
86
87
92
96
99
101
108
109
110
111
112
113
114
115

DAFTAR GAMBAR

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

22.
23.
24.
25
26

Gambar
Halaman
12
Faktor-Faktor Pariwisata ..........................................................
26
Kerangka Berfikir .....................................................................
Lokasi Penelitian di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi
28
Banten........................................................................................
Diagram Alir Analisis Prospek Pengembangan Kawasan
39
Wisata................................. ......................................................
41
Pembagian Kawasan Wisata di Provinsi Banten ......................
44
Peta Administrasi dan Letak Geografis..................... ...............
46
Peta Kelerengan...........................................................………..
Persentase Penggunaan Lahan di Koridor Cilegon47
Pandeglang................................................................................
49
Peta Penggunaan Lahan............................................................
Komposisi Jumlah Penduduk yang Bekerja di Lapangan
55
Pekerjaan Utama..................................................... ……........
Aktivitas Wisatawan di Lokasi Obyek Wisata di Koridor
56
Cilegon-Pandeglang..................................................................
Laju Perkembangan Jumlah Wisatawan di Provinsi Banten
57
Tahun 2001-2005......................................................…………
Jumlah Wisatawan di Wilayah Pandeglang, Serang dan
58
Cilegon Tahun 2001,2003 dan 2005.........................................
Pintu Keluar Tol Cilegon Barat sebagai Jalur Masuk ke
63
Kawasan Wisata Cilegon-Serang .............................................
Jaringan Jalan yang Menjadi Salah Satu Akses ke Kawasan
Wisata Serang-Cilegon..............................................................
64
Kondisi Jalan yang Buruk di Kawasan Pantai Sumur ..............
65
Angkutan Umum yang Melayani Penumpang Menuju
Koridor Cilegon-Pandeglang.....................................................
65
Kendaraan yang Digunakan Para Wisatawan Menuju
Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang.....................
66
Prasarana Transportasi Kereta Api Lintas Cilegon-Anyer
Kidul yang Digunakan Sebagai Alat Angkut Hasil Industri.....
66
Transportasi Laut yang Menjadi Bagian dari Aksesibilitas
Koridor Cilegon-Pandeglang.....................................................
67
Prasarana Pelabuhan dan Terminal Terpadu Merak yang
Mendukung Pergerakan dari dan ke Koridor CilegonPandeglang.................................................................................
68
Keberadaan Bandara Soekarno-Hatta Menjadi Pintu Gerbang
ke Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang....................
69
Kondisi ODTW di Pantai Anyer dan Pantai Cibeureum...........
70
Keunikan ODTW dengan Terumbu Karang di Pantai Karang
Bolong.......................................................................................
71
Kawasan Industri Cilegon Sebagai Salah Satu ODTW.............
71
ODTW Gunung Ciwandan dan Mercusuar...............................
72

27
28
29
30
31

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Fasilitas Restoran dan Hotel di Kawasan Cilegon-Serang........
Keunikan ODTW di Pantai Carita dan Pantai Tanjung Lesung
Keunikan ODTW di Pantai Caringin dan Pantai Panimbang....
ODTW Makam dan Masjid Caringin........................................
Tanah Kosong yang Sering Dijadikan Lokasi Kegiatan
Atraksi Olahraga dan Lahan Pertanian yang Berpotensi
Wisata Agro...............................................................................
Pemandangan Perahu Nelayan yang Banyak Terdapat di
Kawasan Pantai Barat Pandeglang............................................
Fasilitas Pendukung Wisata Berupa Hotel yang Berada di
Kawasan Pantai Barat Pandeglang............................................
Kondisi Pantai di Kawasan Pantai Sumur yang Masih Asli......
Gambaran Lain Keaslian ODTW di Kawasan Pantai Sumur....
Jalan yang Rusak dan Petunjuk Arah Lokasi ODTW yang
Tidak Memadai..........................................................................
Kondisi Dermaga yang Sangat Buruk Menuju Pulau Umang...
Proses Analisis Spasial Penentuan Batas Koridor CilegonPandeglang................................................................................
Peta Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi
Banten........................................................................................
Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Barat
Cilegon-Serang..........................................................................
Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Barat
Pandeglang................................................................................
Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Sumur ..........
Bobot Internal Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang
Bobot Ekternal Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang....................
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang.................
Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur.....................................
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur...................................
Bobot Faktor Profil Kompetitif.................................................

72
74
75
75

76
76
77
79
80
80
81
83
85
88
89
90
102
102
102
103
103
103
104

DAFTAR LAMPIRAN

No.
1.

2.

3.

4.
5.

Teks
Halaman
Kuesioner dan Panduan Wawancara Responden (Wisatawan,
126
Masyarakat, Pengusaha, Pemerintah) ......................................
126
A. Kuesioner Untuk Responden Wisatawan .........................
130
B. Kuesioner Untuk Responden Masyarakat ........................
C. Panduan
Wawancara
dengan
Responden
132
Pengelola/Pengusaha ........................................................
133
D. Panduan Wawancara dengan Responden Pemerintah.......
134
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner .............................................
134
A. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Wisatawan....................
134
A.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang .....................
138
A.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............................
142
A.3 Kawasan Pantai Sumur .............................................
146
B. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Masyarakat...................
146
B.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang .....................
148
B.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............................
150
B.3 Kawasan Pantai Sumur .............................................
152
Hasil Analisis Cluster .............................................................
A. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Jarak dan
152
Kepadatan Penduduk ........................................................
155
B. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Utilitas ..............
158
Perhitungan Cluster Analisis ....................................................
Hasil Pemberian Bobot oleh Ahli/Pakar dengan Program
160
Criterium Decision Plus (CDP) ................................................
160
A. Ahli Planologi ...................................................................
163
B. Ahli Arsitektur Landskap .................................................
166
C. Ahli Pengembangan Wilayah ...........................................

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative
advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam
perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif, pembangunan ekonomi wilayah
yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan
wilayah berupa kekayaan alam berlimpah, upah buruh murah dan posisi strategis,
sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Michael E. Porter dalam bukunya The
Competitive Advantage Nation (1990) menggambarkan bahwa faktor keunggulan
komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi (Alkadri et al., 2001).
Lahirnya undang-undang otonomi daerah saat ini menjadikan persaingan antar
wilayah semakin meningkat. Daerah-daerah yang miskin dengan sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan teknologi (tiga pilar pengembangan wilayah)
berusaha keras melaksanakan berbagai strategi untuk meningkatkan daya
saingnya (Alkadri et al., 2001).
Ida dalam Saragih (2003) mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga esensi
dari otonomi daerah. Pertama, pengelolaan kekuasaan berpusat pada tingkat lokal
yang berbasis pada rakyat. Kedua, dimensi ekonomi artinya dengan otonomi
daerah, maka daerah-daerah diharapkan mampu menggali dan mengembangkan
sumber-sumber ekonomi yang ada di wilayahnya. Adanya kemampuan daerah
untuk membiayai dirinya sendiri paling tidak memperkecil ketergantungan
terhadap pemerintah pusat. Ketiga dimensi budaya, artinya dengan otonomi
daerah masyarakat lokal harus diberikan kebebasan untuk berekspresi dalam
mengembangkan kebudayaan lokal. Di sinilah pentingnya memikirkan kembali
strategi pembangunan secara mendasar, yakni pada upaya membangun ekonomi
berbasis komunitas lokal.
Salah satu daya saing wilayah yang sarat dengan muatan lokal dan dapat
berkompetisi di era keterbukaan saat ini adalah sektor pariwisata. Dalam skala
nasional, peningkatan peran sektor pariwisata semakin membuka peluang dalam
pembangunan di Indonesia saat ini, baik secara ekonomi maupun sosial budaya.

Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada pendapatan
devisa negara, selain tentunya juga terhadap peningkatan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
Pada era otonomi saat ini sektor pariwisata juga memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap perekonomian lokal maupun regional. Potensi wisata
yang cukup besar pada suatu daerah otonom masih memungkinkan bagi
peningkatan pendapatan/penerimaan daerah dari sektor pariwisata. Meskipun
demikian, sektor pariwisata sangat rentan terhadap faktor-faktor lingkungan alam,
keamanan dan aspek aspek global lainnya. Permasalahan yang juga merupakan
subyek utama dalam pembangunan kepariwisataan adalah mengenai pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya pariwisata. Sumberdaya pariwisata ini selain dalam
bentuk masalah kelangkaan, juga dalam konteks pemanfaatan yang sesuai dengan
peruntukan dan kepemilikan.
Pembangunan pariwisata yang harus tetap memperhatikan faktor
lingkungan

ini sejalan dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan

(sustainable tourism development). Dalam sustainable tourism development,
pembangunan pariwisata diharapkan dapat mengurangi kerusakan lingkungan
akibat kegiatan ekonomi lain seperti industrialisasi dan pertambangan (Holden,
2000). Oleh karena itu pengelolaan pembangunan pariwisata memiliki keterkaitan
dengan sektor lain yang menyangkut banyak stakeholder seperti swasta,
pemerintah dan masyarakat, baik sebagai wisatawan maupun penduduk asli.
Pengembangan pariwisata di suatu daerah juga dapat memberikan dampak
positif bagi pengembangan wilayah seperti peningkatan perekonomian wilayah.
Menurut Frechtling dalam Gunn (1988) dampak positif dari pariwisata akan
memperkuat perekonomian wilayah melalui peningkatan pendapatan orang-orang
yang berada di sekitar daerah pariwisata karena adanya aktifitas wisata. Adanya
peningkatan pendapatan penduduk di suatu wilayah dapat memberikan indikasi
yang baik bagi pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Walaupun demikian kegiatan pariwisata juga dapat memberikan dampak
negatif bagi perekonomian maupun sosial pada masyarakat di daerah wisata.

Perubahan dari masyarakat dengan latar belakang ekonomi pertanian menjadi
tenaga kerja di sektor pariwisata menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai
berikut (Gunn, 1988) :
1. Tenaga kerja yang terserap oleh investasi sektor pariwisata lebih rendah 23 %
dari tenaga kerja yang terserap dalam investasi di sektor pertanian;
2. Walaupun rata-rata pendapatan keluarga meningkat tetapi

sebenarnya

pendapatan setiap tenaga kerja menurun.
3. Pariwisata memerlukan lebih banyak tenaga kerja per keluarga

untuk

menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan pendapatan dari sektor
pertanian.
4. Sektor pariwisata memerlukan lebih sedikit tenaga trampil dibandingkan
sektor pertanian.
5. Walaupun memberikan peluang bagi tenaga kerja yang beralih dari pertanian
ke pariwisata tetapi membutuhkan tambahan biaya untuk perumahan,
transportasi dan rekreasi.
6. Pariwisata memerlukan investasi yang lebih besar untuk infrastruktur jika
dibandingkan dengan industrialisasi pertanian.
7. Jika tenaga kerja non pertanian dan non pedesaan tertarik bekerja sebagai
tenaga pariwisata di pedesaan tidak akan memberikan pendapatan yang terusmenerus bagi buruh migran tersebut.
Kegiatan pengembangan pariwisata juga akan berdampak negatif pada
keadaan sosial masyarakat yang menimbulkan permasalahan sosial seperti obatobatan terlarang, homoseksual, nudis, dan anak-anak muda yang meniru budaya
“wisatawan asing” yang tidak sesuai dengan status sosial ekonomi mereka (Gunn,
1988). Oleh karena itu pengembangan kegiatan pariwisata harus benar-benar
dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di wilayah tersebut, baik dari segi fisik,
maupun sosial ekonomi sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
pengembangan wilayah. Dalam era otonomi daerah saat ini, pengelolaan
pariwisata yang tidak tepat akan menyebabkan konflik dan tumpang tindih
kepentingan antar stakeholders.
Provinsi Banten yang ditetapkan dengan UU No. 23 Tahun 2000 sebagai
provinsi baru, memiliki potensi pariwisata yang sangat potensial untuk

dikembangkan dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Banten secara keseluruhan.
Posisi Provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara
memberikan keuntungan terhadap perkembangan perekonomian wilayah,
sehingga peluang ini perlu dimanfaatkan dengan maksimal terutama melalui
upaya peningkatan promosi dan aksesibilitas ke lokasi-lokasi wisata yang berada
tidak jauh dari DKI Jakarta ini. Dari sisi lain keuntungan lokasi ini juga didukung
dengan letaknya yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan menjadi penghubung
antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera serta memiliki akses langsung ke
Samudera Indonesia. Dengan lokasinya yang sangat strategis tersebut dan sebagai
pintu gerbang pergerakan barang dan jasa antar pulau yang sangat potensial, maka
peluang ini perlu dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pariwisata di
Provinsi Banten. Kondisi tersebut juga ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan
kunjungan wisatawan sebesar 11 % tahun 2002 dan 13,23 % tahun 2003 untuk
wisatawan nusantara. Sementara itu pada tahun yang sama, walaupun
menunjukkan penurunan, jumlah wisatawan mancanegara memiliki prosentase
yang lebih tinggi dibanding dengan wisatawan nusantara yaitu sebesar 26, 83 %
pada tahun 2002 dan 24,04 % pada tahun 2003 (RIPP Provinsi Banten, 2004).
Dalam upaya

mengembangkan sektor pariwisatanya secara maksimal,

Provinsi Banten menerbitkan Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata (RIPP) yang mengelompokkan daerah wisatanya
menjadi beberapa kawasan wisata. Di Provinsi Banten, kawasan wisata yang
menjadi primadona adalah kawasan wisata pantai, yang salah satunya berada di
sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang. Pengembangan pariwisata di sepanjang
koridor Cilegon-Pandeglang sebenarnya telah dilakukan ketika Banten masih
merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Meskipun demikian pada
kenyataannya kegiatan pariwisata yang ada saat ini di wilayah tersebut masih
belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan pada pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan pembentukan Banten
sebagai provinsi baru.
Melihat kenyataan tersebut dan perkembangan kegiatan pariwisata yang
semakin berkembang di era pasar bebas saat ini Provinsi Banten sudah seharusnya

melakukan terobosan untuk mencari dan menggali potensi pariwisata

untuk

mendukung pembangunan wilayahnya. Potensi pariwisata yang ada di sepanjang
koridor Cilegon-Pandeglang ini meliputi kegiatan pariwisata yang berbasis
pantai/laut dengan dukungan kesenian daerah seperti debus, gendreh, pencak silat,
dan lain-lain yang berkembang karena adanya budaya keagamaan yaitu agama
Islam.
Beraneka ragamnya kegiatan pariwisata di sepanjang koridor CilegonPandeglang

ini

belum

terpetakan

dengan

baik,

sehingga

dibutuhkan

pengembangan dan perencanaan yang komprehensif agar dapat memberikan
kontribusi dalam pembangunan wilayah Provinsi Banten. Pemetaaan potensi
kawasan wisata yang baik dan informatif dapat memberikan masukan positif
untuk mengetahui prospek pengembangan pariwisata di Provinsi Banten yang
pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi masyarakat

Banten secara

keseluruhan.

Perumusan Masalah
Koridor Cilegon-Pandeglang dalam RIPP Provinsi Banten Tahun 2005
terdiri dari 3 kawasan wisata, yaitu

Kawasan Wisata Pantai Barat Serang-

Cilegon, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan Kawasan Wisata Pantai
Sumur. Semua lokasi wisata yang ada sangat mengandalkan potensi pantai/laut
yang memang berada di sepanjang koridor tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan
lahan-lahan di sepanjang pantai menjadi sangat penting dalam mengembangkan
kegiatan pariwisata yang ada, dengan dukungan kondisi fisik kawasan serta asset
wisata lain seperti budaya asli yang dapat dipromosikan. Hal ini menyebabkan
eksploitasi terhadap sumberdaya fisik menjadi sangat berlebihan misalnya dengan
pembangunan hotel-hotel yang jaraknya kurang dari 75 meter dari bibir pantai
dan menutup akses masyarakat yang bukan pengunjung hotel. Kondisi demikian
telah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama pada saat Banten masih menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Barat karena adanya pemberian HGU (Hak Guna
Usaha) yang mencapai waktu 90 tahun untuk pengembang pariwisata dan
lemahnya pengawasan oleh pemerintah di wilayah tersebut.

Di sisi lain pembangunan yang saat ini dijalankan oleh Pemerintah
Provinsi Banten, masih belum menemui bentuk dan arah yang jelas dalam upaya
pengembangan pariwisata dalam mendukung pembangunan wilayah. Adanya
RIPP masih merupakan bentuk kebijakan yang secara nyata belum dapat
dijalankan karena tidak adanya dukungan langsung baik dari pemerintah sendiri
maupun dari masyarakat yang ada di sekitar kawasan wisata.

Keterbatasan

sumberdaya manusia yang ada saat ini menjadi salah satu kendala mengapa asset
pariwisata Banten yang cukup banyak tidak termanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka permasalahan yang timbul
dalam pengembangan kawasan wisata yang ada di sepanjang koridor CilegonPandeglang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana memetakan setiap kawasan wisata dengan baik dan informatif
sehingga memiliki keterkaitan dan orientasi antar satu dengan lainnya.
2. Bagaimana prospek pengembangan setiap kawasan wisata berdasarkan
sumberdaya yang dimilikinya.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan dalam prospek
pengembangan

kawasan wisata di sepanjang koridor

Cilegon-Pandeglang,

maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memetakan kawasan wisata dengan masing-masing keunggulannya sehingga
memiliki orientasi dan keterkaitan satu dengan lainnya.
2. Mengetahui prospek pengembangan

masing-masing kawasan

wisata

berdasarkan sumberdaya yang dimilikinya dilihat dari faktor internal,
eksternal dan kompetitif kawasan.

Manfaat Penelitian
Sebagai sebuah tesis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Provinsi Banten dapat menjadi masukan dalam mengkaji
potensi dan prospek pengembangan pariwisata yang ada di wilayahnya,

terutama di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang serta dapat menjadi model
pengembangan wisata di lokasi lain.
2. Bagi pihak swasta/masyarakat dapat menjadi masukan dan peluang untuk
melakukan investasi
pembangunan

di bidang pariwisata dalam rangka mendorong

wilayah Provinsi Banten

serta menjadi salah satu

pertimbangan bagi penggalian potensi wisata di masa datang.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan dapat menambah
perbendaharaan kajian terhadap pengembangan pariwisata, terutama dalam era
otonomi yang memungkinkan daerah mengelola sendiri sumberdayanya untuk
pembangunan daerah.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata, wisatawan, obyek dan daya tarik wisata
Pengertian pariwisata dapat bermacam-macam

tergantung dari sudut

mana mengartikannya. Dalam Pendit (1999) terdapat beberapa definisi pariwisata
seperti berikut :
• Menurut Tourism Society in Britain, pariwisata adalah kepergian orang-orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat
tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama di
tempat tujuan-tujuan tersebut mencakup kepergian untuk berbagai maksud
termasuk kunjungan seharian atau darmawisata.
• Menurut McIntosh dan Gupta, pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan
yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta
masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawanwisatawan ini serta para pengunjung lainnya.
• Menurut Wahab, pariwisata adalah salah satu jenis industri yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan
kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktivitas lainnya.
• Menurut E. Guyer-Freuler, pariwisata dalam arti modern adalah merupakan
gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam,
kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia
sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta
penyempurnaan alat-alat perangkutan.
Sementara itu menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Menurut Mathinson and Wall
dalam Gunn (1988) Pariwisata adalah pergerakan sementara orang-orang ke

tujuan di luar tempat bekerja dan tempat tinggal mereka, melakukan aktivitas
selama mereka dalam lokasi tersebut, dan menciptakan kesenangan sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Soemarwoto (1997), berpendapat bahwa pariwisata adalah industri yang
kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Kegiatan pariwisata ini sangat peka terhadap kerusakan lingkungan misalnya
pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan nampak kotor, sampah yang
bertumpuk dan sikap penduduk yang tidak ramah.
Adapun jenis-jenis pariwisata menurut Pendit (1999) terdiri dari :
1. Wisata Budaya: pariwisata yang dilakukan untuk mempelajari dan melihat
keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka;
2. Wisata Kesehatan: pariwisata yang dilakukan dengan maksud untuk upaya
kesehatan seperti mata air yang mengandung mineral untuk kesehatan atau
iklim udara yang menyehatkan;
3. Wisata olahraga: pariwisata yang dimaksudkan untuk tujuan berolahraga
seperti berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olahraga air atau
di atas pegunungan;
4. Wisata Komersial:

pariwisata untuk mengunjungi pameran-pameran atau

pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang
dan sebagainya.
5. Wisata Industri: pariwisata yang dilakukan ke daerah-daerah perindustrian
atau pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar untuk tujuan peninjauan
ataupun penelitian;
6. Wisata Politik: pariwisata untuk mengunjungi atau mengambil dengan aktif
dalam peristiwa kegiatan politik seperti konferensi, musyawarah, kongres atau
konvensi politik;
7. Wisata Konvensi: jenis pariwisata yang sangat erat dengan wisata politik yaitu
mengadakan konvensi di gedung-gedung konvensi yang megah serta
menampilkan atraksi yang menggiurkan;
8. Wisata Sosial: pariwisata murah serta mudah untuk memberikan kesempatan
masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan contohnya wisata
buruh juga wisata remaja

9. Wisata Pertanian: pariwisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian,
perkebunan, ladang-ladang pembibitan dan sebagainya;
10. Wisata Maritim atau bahari: pariwisat