PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA

PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI
PONDOK PESANTREN DENGAN REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA
ORANG TUA

SKRIPSI

Oleh :
Nur azizah
08810200

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI
PONDOK PESANTREN DENGAN REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA
ORANG TUA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Nur azizah
08810200

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal di pondok
pesantren dengan remaja yang tinggal bersama orang tua
1. Nama Peneliti

: Nur Azizah

2. NIM


: 08810200

3. Fakultas

: Psikologi

4. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

5. Waktu Penelitian

: 14 juni 2012

6. Tanggal Ujian

: 04 Agustus 2102

Malang, 17 juli 2012
Pembimbing I


Pembimbing II

a/n

a/n

Dra.Siti Suminarti Fasikhah,M.Si.

Linda Yani Pusfyaningsih,S.Psi, M.Si

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: NUR AZIZAH

Nim

: 08810200


Fakultas / Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:
Perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal di pondok pesantren
dengan remaja yang tinggal bersama orang tua
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah
disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi dengan

undang-undang yang berlaku.

Mengetahui

Malang 17 juli, 2012

Ketua Program Studi

Yang menyatakan

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si

Nur Azizah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

i


INTISARI

.............................................................................................

iii

DAFTAR ISI

.............................................................................................

iv

DAFTAR TABEL............................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

viii


BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................

9

C. Tujuan Penelitian .................................................................

9

D. Manfaat Penelitian ...............................................................

9


TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi kemandirian..........................................................

10

B. Aspek-aspek kemandirian ………………………………

14

C. Faktor yang mempengaruhi kemandirian ..........................

15

D. Upaya pengembangan kemandirian remaja dan implikasinya bagi
pendidikan .........................................................................

16

E. Perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal pondok


BAB III

pesantren dengan remaja yang tinggal bersama orang tua

18

F. Kerangka Pemikiran ..........................................................

22

G. Hipotesis ............................................................................

23

METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian...........................................................

24


B. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel penelitian.....................................

24

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................

25

C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi ........................................................................

26

2. Sampel .........................................................................

26

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data .....................................................................


26

2. Metode pengumpulan data ...........................................

27

3. Validitas dan Realibilitas

BAB IV

BAB V

a. Validitas .................................................................

28

b. Realibilitas .............................................................

28

E. Prosedur Penelitian ..............................................................

30

F. Teknik Analisis Data ...........................................................

31

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .....................................................................

33

B. Analisis Data Penelitian ......................................................

36

C. Pembahasan .........................................................................

36

PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................

41

B. Saran ....................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

43

LAMPIRAN

45

.............................................................................................

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 3.1

: Petunjuk Skoring ...............................................................

27

Tabel 3.2

: Blue Print SkalaKemandirian ............................................

28

Tabel 3.3

: Uji Validitas Skala Kemandirian .......................................

29

Tabel 3.4

: Uji Realibilitas SkalaKemandirian ....................................

30

Tabel 4.1

: Deskripsi Data Kemandirian .............................................

34

Tabel 4.2

: Klasifikasi Data Kemadirian .............................................

35

Tabel 4.3

: Klasifikasi Data Kemadirian .............................................

35

Tabel 5

: Rangkuman perhitungan t-test...........................................

36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Kemandirian .......................................................................

45

Lampiran 2 Data Kasar Try Out ......................................................................

49

Lampiran 3Validitas Realibilitas Kemandirian ...............................................

52

Lampiran 4 Data Kasar Penelitian ...................................................................

61

Lampiran 5 Tabel Perhitungan T-Test .............................................................

66

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian .....................................................................

70

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERBEDAAN KEMANDIRIAN
ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN
REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh

gelar

sarjana

strata

1

(S1)

Fakultas

Psikologi,

Universitas

Muhammadiyah Malang.
Banyak pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
mendapatkan banyak bantuan, masukan, kritik, bimbingan serta saran-saran dari
berbagai pihak. Baik bantuan moril dan materil, bimbingan ilmu pengetahuan
maupun dorongan semangat yang tidak henti-hentinya diberikan. Oleh karena itu,
dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakutas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dra. Siti Suminarti Faskihah, M.Si selaku pembimbing 1 dan dosen wali dan
Linda Yani Pusfiyaningsih,S.Psi.,M.Si, selaku pembimbing 2 yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Kedua orang tua terbaik yang ku miliki, yang selalu ada saat putri dalam
kesulitan, yang menjadi nama wajib yang selalu disebut ditiap doaku, hanya
ini yang bisa putrimu lakukan untuk mengisi sedikit celah kebahagiaan di hati
kalian.
4. Beloved Shinta Nuriyah dan Rizky Yudha yang selalu membantu dan
memberi doa dan dukungannyas ehingga penulis memiliki motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Yayasan pendidikan NU khususnya kepala sekolah MA NU yang
telah memberikan izin peneliti melakukan penelitian.

6. Staf TU yang banyak membantu kelancaran administrasi dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2008 pada umumnya, dan kelas C
pada khususnya atas segala bantuan dan dukungannya.
8. Teman-teman kosku tercinta, Anggun, Vindy, Vika, Tami, khusunya Bude
Ida yang selalu memberi semangat dan dukungan serta Doa yang tiada henti
kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amin.

Malang, juli 2012

Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori M. 2004.PSIKOLOGI REMAJA: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta:Bumi Aksara.
Anindya, Catur.Perbedaan kemandirian antara mahasiswa yang tinggal bersama
orang tua dengan mahasiswa yang tinggal di kos.2008.skripsi.universitas
ahmad dahlan Yogyakarta
Bariyyah, Khairul.Perbedaan Tingkat Kemandirian Siswa MAN 3 Malang Antara
yang Tinggal di Rumah dan yang Tinggal di Asrama. 2010 Skripsi. Universitas
Negeri Malang
Idayatul, efi. Perbedaan Kemandirian Antara Remaja Yang TinggalBersama Orang
Tua Dengan Remaja Yang DitinggalOrang Tua Bekerja Di Luar
Negeri.2005.universitas muhammadiyah Malang.
F a t i m a h , D r a . E n u n g . 2 0 0 6 . Psikologi Perkembangan (Perkemban
-gan Peserta Didik). Bandung : CV.Pustaka Setia
Hartono, 2005.Kepatuhan dan kemandirian santri. Jurnal study islam dan budaya.
Vol-4.hal 1-3. (yogyakarta)
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan. Alih bahasa: Dra. Istiwidayanti dan
Drs Soedjarwo, Msc. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (1989). Developmental Psychology.A Life-Span Approach. India: Tata
McGraw- Hill Pub. Company Ltd.. 8th ed (reprinted).
Kusumawardhani, arifah,dkk.Hubungan Kemandirian Dengan Adversity Intelligence
Pada Remaja Tuna Daksa Di Slb-D Ypac Surakarta.2004.
M a p p i a r e , D r s . A n d i . 1 9 8 2 . Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Mu’tadin, Z. 2007. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.
www.e-psikologi.com.
Nurjanah, suci. Peran Pendidikan Pesantren Dalam MembentukKemandirian
Belajar Santri.2009.universitas muhammadiyah Surakarta.
Santrock, J.W, 1985, Adult Development and Aging, Iowa : Wm, C. Brown
Warsito, ariyadi. Pengembangan keterampilan pribadi remaa di pesantren.
skripsiFIP UNY

Willis, S. Sofyan, Prof. Dr. MPd, 2005, Remaja & Masalahnya, Alfabeta. Bandung.
Winarsunu, T. 2002. STATISTIK: Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Sobur, Alex, Drs., M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.
Yusuf

LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006.Psikologi
remaja.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

perkembangan

http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren (di akses pada tanggal 11-01-2012)

anak

dan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Komplesitas kehidupan
seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian
demi sebagian akan bergeser atau bahkan mungkin hilang sama sekali karena di
gantikan oleh pola kehidupan baru pada masa mendatang yang diperkirakan akan
semakin kompleks
Kecenderungan yang muncul di permukaan dewasa ini, di tunjang oleh laju
perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit atau tidak
mungkin di bendung, mengisyaratkan bahwa kehidupan masa mendatang akan
menjadi syarat pilihan yang rumit. Ini mengisyaratkan bahwa kehidupan manusia
akan semakin didesak kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (1993:
718:dalamAli,M & Asrori,M) mempredisikan situasi kehidupan semacam iitu dapat
menyebabkan manusia menjadi semakin bingung atau bahkan larut dalam situasi
baru tanpa dapat menyeleksi lagi jika tidak memiliki ketahanan hidup yang memadai.
Hal ini disebabkan tata nilai lama yang telah mapan di tantang oleh nilai-nilai baru
yang belum banyak di pahami.
Situasi kehidupan seperti itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika
kehidupan remaja, apalagi remaja secara psikologis , tengah berada pada masa topan
dan badai serta tengah mencari jati diri (Hurlock, 1980: dalam Ali,M & Asrori,M).
Pengaruh komplesifitas kehidupan dewasa ini sudah tampak pada berbagai fenomena
remaja yang perlu memperoleh perhatian pendidikan. Fenomena yang tampak akhirakhir ini ini, antara lain perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol,
reaksi emosional yang berlebihan. Dan berbagai perilaku yang mengarah pada tindak
kriminal (Inke Maris,1993:3: dalam Ali,M & Asrori,M).
Dalam konteks proses belajar, gejala negatif yang tampak adalah kurang mandiri
tinggi yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki perguruan tinggi
(soewandi, 1993:186: dalam Ali,M & Asrori,M), kebiasaan belajar yang kurang baik
yaitu tidak tahan lama dan baru belajar setelah menjelang ujian (lutfi, 1992:102),

membolos, menyontek,dan mencari bocoran soal ujian (engkoswara, 1987:13: dalam
Ali,M & Asrori,M).
Pentingnya usaha mempersiapkan bagi masa depan remaja, karena sedang
mencari jati diri, mereka juga berada pada tahap perkembangan yang sangat
potensial. Perkembangan kognitifnya telah mencapai tahap puncak, menurut teori
perkembangan piaget.

Perkembangan

kognitifnya

adalah

masa

munculnya

kemampuan berpikir sistematis dalam menghadapi persoalan-persoalan abstrak dan
hipotesis karena telah mencapai tahap opperasional formal (Bybee dan Sund 1982).
Perkembangan moralnya berada pada tingkatan konvensional, suatu tingkatan yang
di tandai kecenderungan tumbuhnya kesadaran bahwa norma-norma itu, dan
mempertahankan norma kewajiban untuk melaksanakan norma-norma itu, dan
mempertahankan norma (Kohlberg, 1984). Perkembangan fisiknya juga sedang
berada pada masa perkembangan fisik yang amat pesat (Siti Rahayu Haditono,
1986).
Remaja merupakan sosok yang selalu menarik untuk diteliti. Pada diri remaja
terjadi perkembangan fisik dan mental yang cepat, sehingga membutuhkan
kemampuan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan tersebut.Perubahan yang
cepat pada diri remaja juga melahirkan energi besar yang harus disalurkan oleh
remaja (Whandie, 20 Februari 2008).
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi
matang secara hukum, namun, penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan
nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukan bhwa setiap terjadi lebih
cepat pada masa remaja awal dari pada pada tahap akhir remaja.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas
tahun atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara
hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan masa yang sangat singkat.
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa.(Hurlock,edisi ke 5. 209)
Kemandirian harus dimiliki oleh setiap individu dimana remaja yang memiliki
kemandirian akan dapat mengarahkan tingkah lakunya pada kesempurnaan dan

memiliki orientasi kedepan dengan melakukan tindakan-tindakan yang positif.
Berkembangnya kemandirian pada diri remaja tidak terlepas dari bagaimana peran
orang tua didalam mendidik , menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pada remaja.
Dengan mengembangkan pola asuh yang baik dengan anak akan menciptakan
suasana keluarga yang sehat dan dapat mendukung serta berkembangnya
kemandirian remaja.
Dari beberapa pengertian kemandirian di atas, diambil suatau pengertian bahwa
secara substansial kata mandiri/kemandirian dan kata otonomi (autonomy)
mempunyai kata kunci yang sama yakni terlepas dari ketergantunan pada orang lain
,mempunyai tanggung jawab pribadi serta mampu melaksanakan segala sesuatunya
oleh dirinya sendiri.
Fasick dalam Rice (1996:45) mengatakan: “one goal of every adolescent is to be
accepted as an autonomous adult”. Dengan demikian, maka kemandirian merupakan
salah satu aspek yang gigih diperjuangkan dan diidamkan oleh setiap para remaja.
Tuntutan adanya separasi(separation) atau self-detachment dari para remaja terhadap
orang tua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan memuncaknya
proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, social, moral dan mulai matangnya pribadi
para remaja saat memasuki dewasa awal, dan berkembangnya kebutuhan akan
kemandirian (autonomy) dan pengaturan diri sendiri (self directed) dari para remaja.
Pada masa remaja, salah satu tugas perkembangannya adalah memperoleh
kemandirian emosional dari orang tuanya dan dari orang dewasa lainnya
(Havighrust, dalam Hurlock 1997). Perkembangan kemandirian emosional dimulai
dari terjadinya perubahan hubungan emosional antara remaja dan orang tuanya ,
mereka mulai mengambil jarak dengan orangtuanya dan ingin mengatasi masalahnya
sendiri. Perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam hubungan keluarga
dapat memberikan anak lebih bebas dan lebih mendorong munculnya tanggung
jawab anak,namun tidak mengancam ikatan emosional antara orangtua dengan
anaknya (Baumrind,1967). Perubahan demikian memberikan perkembangan
kemandirian emosi akan semakin meningkat dan mudah untuk menciptakan sebuah
keluarga yang fleksibel.

Melihat potensi remaja, menjadi penting dan sangat menguntungkan jika usaha
pengembangannya difokuskan pada aspek-aspek positif remaja daripada menyoroti
sisi negatifnya. Sebab, meskipun ada remaja yang menunjukan perilaku negatif,
sebenarnya hanya sebagian kecil saja (kurang dari 1%)dari jumlah remaja Indonesia.
Usaha mempersiapkan remaja menghadapi masa depan yang serba kompleks, salah
satunya dengan mengembangkan kemandirian.
Usaha

pendidikan

yang

dilakukan

secara

sungguh-sungguh

untuk

mengembangkan kemandirian menjadi sangat penting karena selain problema remaja
dalam bentuk perilaku negatif sebagaimana dipaparkan di atas juga terdapat gejala
negative yang dapat menjauhkan individu dari kemandirian.
Pesantren sebagai salah satu bentuk sistem pendidikan Islam yang ada di
Indonesia, merupakan lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai lembaga
sosial serta memiliki program pendidikan yang disusun secara mandiri. Tujuan
pendidikan tetap mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan pada
upaya pengintegrasian keilmuan dan keterampilan baik agama ataupun umum.
Kualifikasi lulusan pesantren pun diharapkan mampu menguasai pengetahuan,
khususnya tentang ajaran agama Islam yang diperlukan untuk melanjutkan studi pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta menjadi anggota
masyarakat yang mampu mewujudkan hubungan timbal balik yang harmonis. Sistem
pendidikan yang ada di pesantren mengharuskan para siswanya untuk sekaligus
sebagai penghuni asrama yang ada. Model pembelajaran yang dipakai mempunyai
perbedaan dengan lembaga pendidikan umum yang merupakan ciri khas di
pesantren, misalnya saja pada pagi hari siswa atau santri mendapat pengajaran
umum, sorenya mereka mendapat pengajaran agama. Kondisi semacam ini
menyebabkan hubungan antar teman sangat dekat bahkan dapat dikatakan sangat
akrab.
Penghuni pesantren yang kebanyakan usia remaja ini merupakan usia yang baru
mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang relatif sangat cepat. Pada
usia remaja ini ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya

menjadi sangat kuat. Hal ini karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat
memahami mereka. Keadaan ini sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok
yang ekslusif karena hanya sesama merekalah dapat saling memahami. Sebagaian
remaja lebih sering membicarakan masalah-masalah yang serius dengan teman
sebaya dibanding dengan orang tua atau guru pengasuh mereka di pondok. Persoalan
yang perlu diwaspadai adalah kondisi perkembangan mereka. Pola pikir yang
terkadang radikal, emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu yang kuat, agresif,
cenderung menantang dengan aturan-aturan pesantren, kadang-kadang menyebabkan
”etik pelayanan bimbingan dan konseling” diabaikan. Hal ini terutama diantara
remaja (yang sebelumnya akur dan akrab) tiba-tiba karena sesuatu persoalan tertentu
menjadi renggang dan berkonflik. Prinsip confidential yang sepakat dijunjung tinggi
terpaksa ditumbangkan dengan menceritakan rahasia kepada orang lain. Akhirnya
masalah-masalah pengembangan pribadi yang seharusnya terbentuk dipesantren
hancur begitu pula dengan persoalan-persoalan sosial antara mereka. Disinilah
kemudian

terjadi

penyimpangan-penyimpangan

seperti

perkelahian,

gap,

kecemburuan, pencurian, dan kenakalan-kenakalan yang lain. Bahkan banyak
diantara mereka yang kemudian keluar dari lingkungan pesantren.
Tugas pesantren tidak semata-mata membuat anak menjadi pandai, tetapi juga
untuk mengembangkan seluruh unsur pribadi sosial santri-santrinya, berkembang
potensinya, bakat minatnya yang memungkinkan mereka menjadi manusia-manusia
yang berkembang dengan baik, bahagia dan bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat.
Pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang telah ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyukseskan pembangunan nasional. Sejak
era pra-kemerdekaan, pesantren telah menjadi pusat pembinaan pemuda untuk ikut
berjuang melawan penjajahan. Hingga kini, berdasarkan data Departemen Agama
Republik Indonesia, jumlah pesantren di Indonesia mencapai 7000 buah dengan
jumlah santri sekitar satu setengah juta. Jumlah itu diperkirakan akan terus
bertambah, jika pesantren mampu menerjemahkan dan menerapkan prinsip
pemikiran, “al-muhafazhah ‘ala ‘al-qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-

ashlah” (memelihara nilai-nilai budaya klasik yang baik, dan mengambil nilai-nilai
budaya baru yang dianggap lebih bermanfaat) secara tepat dan benar.
Saat ini, banyak orangtua perkotaan menyekolahkan anak-anaknya ke pesantren
karena pendidikan umum telah menjadi bagian standar dari penyesuaian pesantren
terhadap modernitas. Pesantren dianggap juga sebagai lembaga pendidikan yang
relatif aman bagi anak-anak mereka yang berusia remaja dari pengaruh-pengaruh
negatif. 1 Orangtua menyadari bahwa mendidik anak usia remaja sangat sulit karena
pada dasarnya usia tersebut anak biasanya berani “melawan” orangtuanya, dan anak
sangat mudah terkena pengaruh orang lain. 2 Oleh karena itu, lembaga pendidikan
yang tepat adalah lembaga yang dapat melindungi anak-anak mereka dari pengaruhpengaruh negatif dan yang menawarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan agama.
Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan. Dengan
segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri sebagai lembaga
pembelajaran yang berlangsung terus-menerus hampir 24 jam sehari. Aktivitas dan
interaksi pembelajaran berlangsung secara terpadu yang memadukan antara suasana
keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur sentral di pesantren dapat memainkan
peran yang sangat penting dan strategis yang menentukan perkembangan santri dan
pesantrennya. Kepribadian Kiai yang kuat, kedalaman pemahaman dan pengalaman
keagamaan yang mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan pesantren
pilihannya.
Jenis kelamin tidak berpengaruh dalam berkembangannya kemandirian remaja.
Dari ulasan di atas yang berpengaruh terhadap kemandirian adalah sistem
pendidikan. Peneliti ingin meneliti remaja yang tinggal di pondok pesantren karena
sistem pendidikan di pondok pesantren tergolong demokratis (Pendidikan akan
memberdayakan manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya bilamana di
dalamnya dikembangkan dan dipegang kukuh prinsip-prinsip demokrasi) walaupun
ada punishment akan tetapi hukuman yang di berikan tersebut mendidik para
santrinya. Karena habit atau kebiasaan remaja yang tinggal di lingkungan pesantren
kemungkinan besar akan mempengaruhi perkembangan kemandirian remaja karena
segala sesuatu yang pada dirinya ia akan tanggung jawab sendiri. Dengan perilaku

habit tersebut maka remaja yang tinggal di lingkungan pesantren bisa menghilangkan
kebiasaannya ketergantungan dengan orang lain. Sebaliknya remaja yang tinggal
bersama orang tua kemungkinan akan memperlambat perkembangan kemandirian
karena remaja yang tinggal bersama orang tua merasa bahwa mereka berada di zona
aman mereka tidak mau berusaha lebih dibandingkan dengan remaja yang tinggal di
lingkungan pesantren sehingga tingkat ketergantungan terhadap orang lain akan
tinggi dan menyebabkan perkembangan kemandirian rendah. Remaja yang tinggal di
pondok pesantren mereka mulai mengambil jarak dengan orangtuanya dan ingin
mengatasi masalahnya sendiri. Perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur
dalam hubungan keluarga dapat memberikan anak lebih bebas dan lebih mendorong
munculnya tanggung jawab anak,namun tidak mengancam ikatan emosional antara
orangtua dengan anaknya (Baumrind, 1967). Perubahan demikian memberikan
perkembangan kemandirian emosi akan semakin meningkat dan mudah untuk
menciptakan sebuah keluarga yang fleksibel.
Dampak kemandirian terhadap tumbuh kembang remaja sangat memberikan
pengaruh yang besar. Tak jarang para orang tua meremehkan keterampilan yang
sepele seperti : mencuci piring, mencuci baju, menyapu dll. Mungkin remaja yang
tinggal bersama orang akan mendapatkan keringanan dalam hal tersebut di
karenakan jadwal mereka di sekolah yang sudah padat ketika sampai di rumah orang
tua kebanyakan memberikan toleransi agar beristirahat. Akan tetapi, tidak dengan
remaja yang tinggal di lingkungan pesantren, dengan jadwal yang sudah di tentukan
oleh pengurus asrama mereka harus melaksanakannya jika mereka melanggar akan
mendapatkan sangsi. Remaja yang tinggal di pondok pesantren melakukan segala
aktivitasnya dengan sendiri, dan perilaku yang di lakukan dengan sendiri tanpa
campur tangan orang tua tersebut akan membentuk kemandirian yang tinggi.
Seharusnya orang tua yang mempunyai remaja yang tinggal di rumah lebih bersikap
demokratis, membuat peraturan-peraturan secara bersama-sama yang di setujui
kedua belah pihak, dengan seperti itu mungkin akan lebih meningkatkan kemandirian
remaja yang tinggal bersama orang tua. Sehingga remaja yang tinggal bersama orang
tua juga bisa mandiri dengan remaja yang tinggal di pondok pesantren. Dan agar para
remaja menyadari bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai

kemandirian yang matang agar para remaja mampu menata masa depan mereka
dengan baik
Kedekatan antar teman ini sesungguhnya memberikan pengalaman pribadi dan
sosial yang makin luas, peningkatan kemampuan berfikir, kemampuan penyesuaian
diri baik sosial ataupun fisik, dan untuk saling tolong menolong. Pola-pola hubungan
pergaulan sangat nampak dalam situasi pesantren sebab rata-rata santri adalah pada
usia remaja.
Penelitian terdahuluyang di lakukan oleh Catur Prima Anindiya tahun 2008 yang
berjudul “perbedaan kemandirian antara mahasiswa yang tinggal bersama orang tua
dengan mahasiswa yang tinggal di kos”. Diperoleh hasil bahwa ada perbedaan
kemandirian yang sangat signifikan antara mahasiswa yang tinggal bersama orang
tua dengan mahasiswa yang tinggal di kos, dimana mahasiswa yang tinggal di kos
lebih tinggi tingkat kemandiriannya dari pada mahasiswa yang tinggal bersama orang
tua. Penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh
besar terhadap tingkat kemandirian mahasiswa, kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini, tidak ada perbedaan kemandirian signifikan antara mahasiswa laki-laki
dengan mahasiswa perempuan.
Hasil survey awal peneliti mendapatkan hasil bahwa remaja yang tinggal di
pondok pesantren tidak selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sendiri. Di
lingkungan pondok pesantren terdapat laundry (tukang mencuci). Selain itu remaja
yang tinggal di pondok pesantren masih mendapatkan pengawasan dari pengasuh
asrama maupun pengurus asrama. Sehingga remaja yang tinggal di pondok pesantren
tidak selalu memiliki kemandirian yang baik.
Berdasarkan informasi tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat
fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan dalam penelitian ini. Penulis ingin
mengetahui “perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal di pondok pesantren
dengan remaja yang tinggal bersama orang tua”.

B. Rumusan Masalah
Mencermati uraian yang tersaji dalam latar belakang masalah, maka dapat di
rumuskan permasalahan sebagai berikut: “ apakah ada perbedaan kemandirian antara
remaja yang tinggal di pondok pesantren dengan remaja yang tinggal bersama orang
tua?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian akan
tercapai adalah untuk mengetahui perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal
di pondok pesantren dengan remaja yang tinggal bersama orang tua
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian secara teoritis adalah:
Untuk memberi sumbangan terutama

pada

Psikologi

Pendidikan dan

Perkembangan. Serta menambah atau memperkuat teori-teori.
2. Manfaat secara praktis adalah:
Sebagai bahan masukan yang dapat memberikan wacana mengenai permasalahan
dan fenomenahubungan kemandirian remaja yang tinggal di pondok pesantren
dengan orang tua.khususnya remaja yang berada di lingkungan pesantren.