169
menggunakan perangkat lunak Google earth. Dari Gambar 37 terlihat lintasan pergerakan drifter, pada percobaan pertama di daerah pertengahan teluk
pergerakan drifter cenderung ke arah barat kemudian pada siang berbelok kearah mulut teluk, sedangkan pada percobaan kedua yang dilakukan dipinggir teluk
drifter bergerak lurus menuju mulut teluk, dan pada siang hari bergerak melambat.
4.4.2. Pola Arus
Setiap percobaan dilakukan pengukuran arus secara manual yaitu pada awal dan akhir percobaan sebagai data validasi dan perbandingan terhadap hasil
pengukuran drifter. Pengukuran manual ini menggunakan floating drogue, kompas dan stopwatch. Data menggunakan floating drogue ini dianggap sebagai
data acuan untuk melihat baik dan buruknya pengukuran oleh drifter karena pengukuran arus menggunakan alat ini sudah umum dilakukan untuk menentukan
arah dan kecepatan arus permukaan. Adapun hasil pengukuran manual tersebut seperti pada Table 19.
Table 19. Hasil pengukuran manual floating drogue dengan hasil pengukuran drifter Kecepatan dan Arah Arus.
Jam
Hari -1
Jam
Hari-2
Drifter Drogue
Drifter Drogue
V cms Arah V cms
Arah Vcms
Arah Vcms Arah
8:10 2.99
330 3.01
331 7:10 31.1
227 30.08
220 15:50
14.2 30
13.28 27.5 13:10
10.17 247
6.72 240.2
Pada hari pertama terlihat pada awal dan akhir percobaan arus memiliki arah yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda, hal ini disebabkan karena
waktu pengukuran yang berbeda yaitu pagi dan sore hari dimana pengaruh pasang surut terjadi. Sebaliknya pada hari kedua arah pergerakan hasil pengukuran
hampir sama dikarenakan pengukuran dilakukan pada saat pasang surut masih sama. Perbedaan kedua pengukuran kecepatan dan arah arus menggunakan drifter
dan menggunakan floating drogue cukup kecil artinya kecepatan dan arah pergerakan drifter dapat dianggap cukup baik.
170
Gambar 37. Plot trek percobaan tanggal 28 dan 30 Agustus 2010
171
Data yang telah dihitung dan ditabulasi Lampiran 5 6 selanjutnya dianalisis dan ditampilkan dengan beberapa tampilan yang umum digunakan
sehingga terlihat kegunaan dan keakuratan data drifter yang dirancang pada penelitian ini. Untuk melihat keakuratan data hasil drifter dan perhitungan
kemudian dibandingkan dengan pengukuran manual yang dilakukan pada awal dan akhir setiap percobaan. Baik pada hari pertama dan kedua hasil pengukuran
dan perhitungan drifter dengan pengukuran manual tidak terlalu berbeda baik kecepatan maupun arah yang dihasilkan. Hal ini terlihat di Gambar 38.
a b Gambar 38. a stick plot pengukuran drifter hari pertama atas stick plot
pengukuran manual di lapangan bawah, b stick plot pengukuran drifter hari kedua atas stick plot pengukuran manual
di lapangan bawah
Hasil uji coba lapang ini kemudian diplot menurut besar kecepatan dan arahnya. Hasil plot tersebut seperti pada Gambar 39. Terlihat bahwa pada
percobaan pertama drifter bergerak kearah barat kemudian tengah hari menuju utara, hal ini disebabkan oleh pola gerak arus pasang surut di teluk Pelabuhan
Ratu. Pada hari kedua, pelepasan buoy dilakukan pada bagian pinggir timur teluk. Hasil trek dari percobaan hari kedua ini cenderung lurus, tidak seperti hari
pertama hal ini disebabkan karena rentang waktu percobaan pendek.
08:20 10:00 11:40 13:20 15:00 16:40 -10
-5 5
10 -10
K e
c e
p a
ta n
c m
s
08:00 10:00 11:40 13:20 15:00 16:40 -5
5 10
15
Waktu Lokal
K e
c e
p a
ta n
c m
s -40
-30 -20
-10 K
e c
e p
a ta
n c
m s
07:00 08:40
10:20 12:00
01:40 -35
-30 -25
-20 -15
-10 -5
Waktu Lokal K
e c
e p
a ta
n c
m s
172
Pada hari pertama menuju surut kecepatan drifter yaitu 39.28 cms – 0
cms, semakin mendekati surut terendah kecepatan gerak drifter semakin melambat. Dari keadaan surut terendah jam 13.20 WIB hingga akhir percobaan
15:37 WIB dimana air menuju pasang kecepatan drifter yaitu dari 0 cms hingga 13.83 cms. Hari kedua kecepatan drifter yaitu 6.59 cms hingga 53.94 cms
terjadi pada pinggir teluk pada saat air menuju surut terendah. Ini memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan Pariwono et al. 1998 yang menyatakan
kecepatan arus permukaan teluk Pelabuhan Ratu yaitu 50 cms dan Sannang 2003 yang menyatakan arus permukaan berkisar antara 10 cms hingga 45 cms.
perbedaan tersebut kemungkinan disebakan oleh perbedaan waktu studi, pada kedua studi tersebut dilakukan pada bulan April hingga Juni sedangkan uji coba
ini dilakukan pada akhir bulan Agustus. Kecepatan 0 cms hasil pengukuran drifter hari pertama disebabkan oleh
pergerakan drifter yang terlalu lambat arus permukaan yang lambat sehingga GPS tidak mendeteksi perubahan posisi hingga 10 menit. Perubahan posisi
minimal yang dibutuhkan ±4.5 m seperti pada uji coba di laboratorium Tabel 10. Disamping itu juga disebabkan oleh gerak berputar drifter sehingga walaupun
drifter bergerak cukup cepat pada gerak lurus melebihi 4.5 m dalam 10 menit
atau lebih besar dari 0.75 cms tetapi karena gerak berputar sehingga posisi masih dianggap pada tempat yang sama oleh GPS.
Percobaan hari kedua cenderung memiliki kecepatan lebih cepat dibandingkan hari pertama. Hal tersebut sesuai dengan sannang 2003 yang
menyatakan bahwa pada saat surut sebagian air keluar menuju mulut teluk Balekambang.
173
a
b
keterangan: Warna merah adalah hasil pengukuran manual menggunakan floating drogue
Gambar 39. Peta arah dan kecepatan arus pengukuran drifter a hari pertama, b hari kedua
Data drifter yang dihasilkan kemudian diplotkan dengan data pasang surut pada waktu yang sama. Didapatkan bahwa gerak drifter dipengaruhi oleh keadaan
pasang surut. Pada hari pertama drifter dilepas pada waktu pasang surut menuju surut dan terlihat drifter bergerak kearah barat, kemudian pada saat surut terendah
terlihat bahwa drifter cenderung diam dan bergerak kembali kearah utara pada
6.585 6.59
6.595 6.6
6.605 6.61
x 10
5
9.221 9.2212
9.2214 9.2216
9.2218 9.222
9.2222 x 10
6
Longitude L
a ti
tu d
e
6.61 6.615
6.62 6.625
6.63 6.635
6.64 6.645
6.65 6.655
x 10
5
9.215 9.216
9.217 9.218
9.219 9.22
9.221 x 10
6
L a
ti tu
d e
Longitude
174
saat air mulai naik menuju pasang. Perubahan kecepatan dan arah gerak tersebut sesuai dengan Purba 1995 yang menyatakan bahwa pola arus di Teluk
Pelabuhan Ratu sangat dipengaruhi oleh pasang surut daerah tersebut. Gambar 40. menunjukan hasil yang sama dimana hari pertama uji coba
dilakukan pada bagian tengah teluk pada saat menuju surut, surut terendah dan menuju pasang nilai kecepatan arus lebih rendah dibandingkan pada hari kedua
yang dilakukan di pinggir teluk. Pada hari kedua daerah Balakembang nilai kecepatan arus surut juga besar disebabkan karena perubahan kedalaman yang
drastis dari perairan dangkal ke perairan dalam. Hal ini sesuai dengan Sannang 2003 yang menyatakan di Pelabuhan Ratu saat air surut, arus bergerak keluar
teluk dan saat air pasang arus umumnya bergerak masuk dimana bagian utara dan selatan mulut teluk mempunyai kecepatan yang lebih besar dibandingkan bagian
tengah yang disebabkan karena adanya perubahan kedalaman yang drastis dari perairan dalam ke perairan dangkal.
Pengukuran pada hari kedua menghasilkan kecepatan yang semakin melambat. Hal ini sesuai dengan surut air yang semakin mendekati surut terendah
dan pada saat mulai surut terendah kecepatan buoy melambat dan arah terlihat berubah. Hal ini menunjukan pengaruh pasang surut terhadap pola pergerakan
buoy . Gerak drifter pada bagian teluk ini lurus menuju keluar teluk dengan
kondisi surut, kemudian drifter akan mulai berbelok pada siang hari, tetapi karena percobaan tidak lagi memungkinkan dikarenakan sudah terlalu jauh dan keluar
teluk, maka drifter diputuskan untuk diambil kembali. Walaupun demikian jarak tempuh drifter pada percobaan ini lebih panjang karena memilik arus yang lebih
besar dibandingkan pada hari pertama.
175
a
b Gambar 40. Stick Plot arus dan grafik pasang surut a hari pertama,
b hari kedua
-50 -40
-30 -20
-10 10
20
K e
c e
p a
ta n
c m
s
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
1 2
3 4
5 50
100 150
200
Waktu Lokal
T in
g g
i P
a s
u t
C m
-50 -40
-30 -20
-10 10
20
K e
c e
p a
ta n
c m
s
17 18
19 20
21 22
23 24
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
50 100
150 200
Waktu Lokal
T in
g g
i P
a s
u t
C m
176
4.4.3. Sebaran Suhu