Mengembangkan Zona dan Kawasan Industri Berdaya Saing Global Mendorong Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Memelihara Kelestarian Wilayah Kepulauan

84

3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

a. Pengembangan sistem jaringan listrik dan energi alternatif; b. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi; c. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air; d. Pengembangan sistem jaringan air bersih; e. Pengembangan sistem jaringan air cair; f. Pengembangan sistem Pengelolaan Sampah dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja; g. Pengembangan sistem jaringan drainase; h. Pengembangan sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terpadu.

4. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Alam Guna Mendorong

Pengembangan Ekonomi Wilayah a. Pengembangan potensi sektor kelautan dan perikanan; b. Pengembangan potensi sektor pertambangan mineral dan migas dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; c. Mengembangkan kegiatan sektor unggulan di wilayah sentra produksi; d. Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan MICE Meeting, Incentive, Conferrence, and Exhibition.

5. Mengembangkan Zona dan Kawasan Industri Berdaya Saing Global

a. Mengembangkan klaster industri berbasis produk unggulan dan kompetensi inti daerah; b. Menyiapkan sarana penunjang kegiatan industri; c. Mendorong kegiatan industri pengolahan komoditi unggulan di sentra- sentra produksi.

6. Mendorong Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam, Bintan, dan Karimun a. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; 85 b. Mempersiapkan daerah-daerah di luar Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun dalam menunjang kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; c. Membina, mengawasi, dan mengkoordinasikan pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

7. Memelihara Kelestarian Wilayah Kepulauan

a. Menetapkan kawasan lindung seluas minimal 30 dari luas pulau sesuai dengan karakteristik pulau; b. Mengembalikan fungsi kawasan lindung dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem; c. Mempertahankan dan melestarikan kawasan hutan mangrove; d. Menetapkan dan mempertahankan kelestarian sumberdaya dan keanekaragaman ekosistem kelautan; e. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian wilayah konservasi; f. Membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dalam pembangunan wilayah. Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki kondisi geografi yang spesifik dimana sebagian luas wilayah terdiri dari lautan sehingga menjadikan potensi kelautan yang besar. Potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau lebih besar jika dibandingkan dengan potensi perikanan budidaya. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk penganekaragaman jenis usaha di bidang perikanan, agar tidak hanya tergantung pada usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya saja. Sehingga diharapkan dapat membantu di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan usaha dan peningkatan perolehan pendapatan daerah. Ketersediaan lahan budidaya eksisting dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau 2008-2028 yang dimiliki kabupaten – kabupaten sebagai hinterland Kota Batam dan Tanjungpinang relatif memiliki kapasitas yang mampu memberikan kontribusi terhadap menurunnya tingkat disparitas di Provinsi Kepulauan Riau. Potensi lahan budidaya khususnya di daerah pesisir yang dapat menunjang Sektor Perikanan dan Kelautan Tabel 34 86 memerlukan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau yang berbasis sektor-sektor unggulan yang dimiliki provinsi tersebut. Hanya saja potensi lahan budidaya yang tercantum dalam Pola Ruang RTRW Provinsi Kepulauan Riau 2008-2028 ini masih terbatas di wilayah daratan saja yang luasnya hanya 1,95 dari total luas wilayah Kepulauan Riau sehingga luas areal potensial untuk kawasan budidaya perikanan lebih kecil dibanding sektor lainnya. Apabila wilayah laut diperhitungkan dalam pola ruang ini maka potensi lahan budidaya perikanan jauh lebih besar. Tabel 34. Luasan areal rencana pola ruang di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028 No. Rencana Pola Ruang Luas ha Karimun Bintan dan Tanjung pinang Natuna Lingga Anambas Batam Total KAWASAN LINDUNG 1 Kawasan Suaka Alam - - - - - 2.955,21 2.955,21 2 Hutan Lindung 5.895,25 7.270,48 11.966,43 27.631,01 1.315,61 9.609,28 63.688,06 3 Kawasan Lindung Lainnya 13.745,93 11.313,97 11.117,34 7.143,51 23.125,13 26.833,06 93.278,94 KAWASAN BUDIDAYA 1 Hutan Produksi 12.159,61 22.980,28 46.180,59 43.878,34 13.678,93 - 138.877,75 2 Pertanian 16.082,19 33.017,11 23.129,44 36.739,23 745,12 14.578,97 124.292,06 3 Perkebunan 14.965,86 9.477,81 38.552,35 65.732,53 14.645,91 - 143.374,46 4 Perikanan Darat 2.136,43 3.215,89 2.184,94 3.695,03 2.403,33 643,42 11.063,15 5 Pariwisata 2.384,78 25.553,21 3.050,25 8.105,89 2.732,42 8.334,97 50.161,51 6 Industri 13.745,93 9.708,90 2.518,29 3.813,07 1.545,37 8.484,81 39.816,36 7 Pemukiman 11.263,50 12.257,08 36.786,55 24.538,40 3.921,69 23.422,51 112.189,74 8 Kawasan Lainnya 4.553,20 15.560,77 21.261,21 3,15 273,81 4.111,46 45.763,59 Sumber: Bappeda Provinsi Kepulauan Riau 2008 Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu memperhitungkan potensi wilayah laut yang sangat besar dalam penyusunan RTRW ke depan, karena aktifitas perekonomian wilayah juga didasarkan pada pemahaman seberapa besar lahan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan demikian pemerintah juga dapat mempromosikan wilayahnya untuk menarik investor memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang ada. Dengan payung hukum yang jelas ditambah penyediaan infrastruktur yang memadai, akan menarik minat para pelaku usaha untuk berinvestasi di wilayah 87 Kepulauan Riau sehingga membuka banyak lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja. Pada gilirannya perekonomian akan meningkat sehingga juga meningkatkan pendapat wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menunjang perekonomian pada sektor kelautan dan perikanan, diperlukan sarana penunjang perikanan yang memadai yang terdiri dari sarana penunjang kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi keanekaragaman ekosistem laut dapat dilihat dari luas laut dan pulau-pulau kecil yang terhampar dapat menjadikan Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi keindahan alam yang unik. Selain dari potensi kelautan, wilayah Kepulauan Riau memiliki potensi daerah pesisir yang harus dikelola dan dilindungi, berupa estuaria, mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan pantai pasir, yang tersebar hampir di seluruh kabupatenkota. Selain itu dalam rangka peningkatan nilai sumberdaya kelautan, maka perlu dikembangkan kawasan-kawasan industri yang dapat mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap pakai, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk diekspor. Kawasan industri yang terkait dengan pengolahan sumberdaya kelautan secara umum terletak tidak jauh dari lokasi sumberdaya bahan bakunya, sehingga pengembangan kegiatan industri akan memanfaatkan ruang di sekitar kawasan pesisir. Selain industri yang berorientasi pada sumberdaya kelautan, terdapat juga industri-industri yang mengambil manfaat dari kedekatannya dan keterbatasan ruang di Singapura. Industri-industri ini juga cenderung akan berkembang di daerah pesisir untuk mempermudah akses transportasi laut. Dengan demikian pengembangan kegiatan industri ini secara tidak langsung akan mempengaruhi pemanfaatan ruang laut di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk selanjutnya, pengaturan mengenai pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil perlu diatur melalui peraturan daerah tersendiri, yang akan mengatur secara teknis termasuk diantaranya aturan zonasi bagi masing-masing kawasan. 88

VI. SIMPULAN DAN SARAN