Latar belakang Kajian Tingkah Laku, Distribusi Dan Karakter Suara Lumba Lumba Di Perairan Pantai Lovina Bali Dan Teluk Kiluan Lampung

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perairan Indonesia merupakan perairan yang sangat unik karena memiliki keanekaragaman Cetacea paus, lumba-lumba dan dugong yang tinggi. Lebih dari sepertiga jenis paus dan lumba-lumba dunia terdapat di perairan Indonesia, termasuk beberapa jenis yang dikategorikan langka dan terancam punah. kira-kira terdapat 30 jenis Cetacea yang hidup di perairan ini. Cetacea merupakan salah satu biota yang melakukan pergerakan dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang terjadi melalui terusan Kepulauan Sunda Kecil yang membentang sepanjang 900 km dari Selat Sunda sampai dengan paparan Sahul. Cetacea yang bermigrasi menjadikan terusan tersebut sebagai tempat pergerakan lokal atau migrasi jarak jauh Klinowska 1991. Cetacea sangat rentan terhadap berbagai dampak lingkungan, seperti kerusakan habitat, gangguan suara bawah permukaan, polusi laut dan penangkapan berlebih atas sumberdaya perairan Hofman 1995. Saat ini seluruh jenis Cetacea masuk dalam daftar Convention on International Trade Endangered Species CITES, sebuah perjanjian internasional tentang pembatasan perdagangan satwa yang dilindungi. Indonesia juga telah meratifikasi Convention on International Trade Endangered Species pada tahun 1979, berarti bahwa Indonesia juga setuju untuk tidak melakukan perdagangan ekspor impor Cetacea dan produk-produk Cetacea. Disamping itu Cetacea merupakan mamalia laut yang dilindungi sesuai dengan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem, serta Peraturan Pemerintah PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Salah satu famili dari Cetacea yang paling menarik perhatian, banyak terdapat di Perairan Indonesia dan sering dijumpai adalah famili Delphinidae atau dikenal dengan istilah oceanic dolphins dari genus Stenella dan Tursiops. Kebiasaan lumba-lumba yang bergerak berkelompok dan berlompatan di atas permukaan laut merupakan pemandangan yang menakjubkan. Lumba-lumba sering terlihat menyertai atau mengejar kapal-kapal ikan sambil berkejaran dan berlompatan. Perilaku ini juga berkaitan erat dengan usaha untuk mengejar kelompok ikan atau dalam pergerakan berpindah atau migrasi ke tempat lain. Hal ini juga sering dijadikan pedoman bagi para nelayan di laut dalam mendeteksi keberadaan kelompok ikan. Oleh karena itu, lumba-lumba dianggap sebagai sahabat nelayan Priyono 2001. Sejak tahun 2000 perhatian masyarakat dunia tertuju pada pola penyebaran, pola migrasi dan kelestarian mamalia laut ini. Usaha konservasi terhadap mamalia laut membutuhkan data dan informasi yang akurat dan terkini, sayangnya belum banyak peneliti Indonesia yang melakukan penelitian mengenai mamalia laut ini. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia baru merintis penelitian tentang mamalia laut melalui “Riset Inventarisasi Mamalia Air” pada tahun 2003 yang lalu. Salah satu penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti cetacean dunia adalah mengenai kemampuan bio-sonar Odontoceti paus bergigi yang dapat mentransmisikan sinyal suara dan mendapatkan informasi mengenai lingkungan sekitar dari pantulan suara tersebut. Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia, lumba-lumba sudah menjadi hewan buruan untuk dijadikan bahan konsumsi. Apabila dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan berkurang populasi lumba-lumba di alam, meskipun dilakukan secara tradisional. Perairan Pantai Lovina di Kabupaten Buleleng Bali dan Perairan Teluk Kiluan Kabupaten Tanggamus Lampung merupakan salah satu jalur migrasi lumba-lumba di Indonesia. Di perairan tersebut, masyarakat bisa melihat secara langsung lumba-lumba melintas dan melompat di sekitar pantai. Diperkirakan, daerah tersebut merupakan home range dari sekumpulan lumba-lumba tersebut. Karena daya tarik lumba-lumba, maka pemerintah daerah setempat memusatkan kegiatan pariwisata di lokasi ini. Melalui penelitian ini diharapkan bisa mengetahui jumlah populasi lumba- lumba yang ada di Perairan Pantai Lovina Bali dan Teluk Kiluan Lampung. Penelitian mengenai suara yang dihasilkan oleh lumba-lumba dilakukan dengan cara mendeteksi dan menganalisis karakteristik suaranya pada berbagai kondisi dan tingkah laku di habitatnya. Karakteristik suara jenis mamalia laut ini dapat digunakan sebagai alat pembangkit frekuensi untuk membangkitkan suara dengan karakteristik yang didapat dari penelitian awal. Suara yang dibangkitkan tersebut diharapkan dapat menjadi pemandu bagi lumba-lumba untuk menghindari atau keluar dari suatu perairan yang membahayakan bagi kelangsungan hidupnya.

1.2 Perumusan masalah