pukat cincin, bagan perahu, bagan tancap, rawai tuna, huhate dan pancing tonda, sedangkan 3 jenis alat tangkap mengalami kenaikan walaupun kecil yaitu jaring
insang hanyut, jaring insang tetap dan bubu. Alat tangkap yang mengalami penurunan yaitu rawai hanyut, rawai tetap, pancing lainnya, dan serok.
Peningkatan rata-rata per tahun jumlah alat tangkap terbesar terjadi pada alat tangkap bagan tancap yaitu sebesar 74,31 yaitu dari 8 unit pada tahun 2007
menjadi 11 unit pada tahun 2011, disusul kemudian oleh alat tangkap huhate 28,08. Selanjutnya pada tahun 2010 2011, sebagian besar alat tangkap tidak
mengalami perkembangan baik peningkatan maupun penurunan. Perkembangan alat tangkap pada tahun 2010-2011, memperlihatkan bahwa
alat tangkap yang mengalami peningkatan adalah pukat cincin yaitu sebesar 18,75, bagan tancap sebesar 22,22, huhate sebesar 43,42 dan pancing tonda
yaitu sebesar 29,63, sedangkan alat tangkap yang mengalami penurunan adalah jaring insang hanyut yaitu sebesar 3,33 dan pancing lainnya sebesar 37,50.
Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2010-
2011, sebagian besar alat tangkap tidak mengalami perkembangan yang berarti kecuali jenis alat tangkap yang dominan yang mengalami peningkatan.
3.3.2.3 Rumah tangga perikanan
Rumah tangga perikanan RTP atau penduduk nelayan dapat dikategorikan berdasarkan ukuran perahukapal ikan yang digunakan. Perkembangan RTP di
Halmahera Selatan dari tahun 2007-2011 sesuai data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 4. Secara keseluruhan
jumlah RTP rata-rata per tahun menurun sebesar 39,91 dan didominasi oleh RTP kategori kapal motor berukuran 20-30 GT sebesar 54,55, disusul oleh
RTP ketegori perahu tanpa motor sebesar 38,41 dan kategori tanpa perahu sebesar 32,65. Peningkatan rata-rata per tahun jumlah RTP terbesar terjadi
pada kategori kapal motor yang berukuran antara 10-20 GT sebesar 64,73, disusul kemudian oleh kapal motor berukuran 30-50 GT sebesar 25.
Perkembangan yang serupa juga terlihat pada tahun 2007-2011. Peningkatan jumlah RTP terbesar terjadi pada kategori kapal motor yang berukuran antara 30-
50 GT sebesar 25, disusul kemudian oleh kapal motor berukuran 5 GT sebesar
5,56. Penurunan jumlah RTP terjadi pada kategori kapal motor berukuran 20-30 GT sebesar 54,55 disusul kemudian oleh RTP kategori perahu tanpa motor
sebesar 34,64. Tabel 4 Rumah tangga perikanan menurut kategori besarnya usaha Kabupaten
Halmahera Selatan, 2007-2011
Kategori RTP Tahun
Rata-rata perubahan 2007
2008 2009
2010 2011
2007-2011 2010-2011
Tanpa perahu 87
85 50
58 55
32,65 5,17
Perahu tanpa motor 255
255 120
179 117
38,41 34,64
Motor tempel 317
317 177
162 152
58,81 6,17
Kapal motor 0-5
70 70
54 54
57 17,30
5,56 5-10
108 100
33 61
50 7,59
18,03 10-20
13 13
17 22
23 64,73
4,55 20-30
10 10
10 33
15 54,55
54,55 30-50
4 5
25,00 25,00
Jumlah 860
850 461
573 474
39,91 17,28
Sumber: Data statistik perikanan Provinsi Maluku Utara 2007-2011
3.3.2.4 Produksi perikanan tangkap
Pada periode tahun 2007-2011, perkembangan produksi rata-rata tahunan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Selatan meningkat sebesar 18,07,
yaitu dari
28.338,24
ton pada tahun 2007 menjadi
45.492,20
ton pada tahun 2011 Tabel 5. Dalam periode ini juga terlihat terjadinya penurunan produksi yaitu
pada tahun 2010 sebesar 20.59. Tabel 5 Perkembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera
Selatan, 2007-2011
Tahun Jumlah produksi ton
Perkembangan 2007
28.338,24 2008
30.495,42 7,61
2009 55.524,94
82,08 2010
44.094,90 20,59
2011 45.492,20
3,17 Rata-rata
40.789,14 18,07
Sumber: Data statistik perikanan Provinsi Maluku Utara 2007-2011
Perkembangan produksi hasil perikanan tersebut merupakan hasil produksi dari setiap alat tangkap yang beroperasi di Halmahera Selatan. Volume produksi
dari 9 alat penangkapan ikan dominan yang dioperasikan di perairan Halmahera Selatan menunjukan bahwa pada tahun 2011 produksi alat tangkap huhate
memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 20.199 ton, disusul kemudian oleh alat tangkap pukat cincin yaitu sebesar 11.040 ton. Berasal dari alat-alat tangkap
tersebut, peningkatan produksi rata-rata per tahun terbesar terjadi pada jenis alat tangkap sero sebesar 89,11 yaitu sebesar 2,0 ton pada tahun 2007 menjadi 5,0
ton pada tahun 2011 disusul kemudian oleh alat tangkap rawai tuna dan bubu yang masing-masing perkembangannya sebesar 53,72 dan 40,07. Selanjutnya
peningkatan produksi terbesar pada tahun 2010-2011 terjadi pada alat tangkap rawai hanyut yaitu 21,32, disusul kemudian oleh alat tangkap pukat cincin yaitu
sebesar 19,27. Tabel 6 Perkembangan produksi tahunan menurut jenis alat tangkap Kabupaten
Halmahera Selatan, 2007-2011
No Jenis alat tangkap
Tahun Rata-rata perubahan
2007 ton
2008 ton
2009 ton
2010 ton
2011 ton
2007-2011 2010-2011
1 Pukat cincin
7.890 8.640
14.256 9.256
11.040 14,68
19,27 2
Jaring insang hanyut 235
188 624
574 254
37,15 55,76
3 Jaring insang tetap
224 259
720 550
455 38,12
17,29 4
Bagan perahurakit 3.112
3.360 3.648
2.848 2.730
2,39 4,14
5 Bagan tancap
90 115
67 60
45 12,26
24,43 6
Rawai tuna 1.327
1.361 4.560
3.460 3.507
53,72 1,37
7 Rawai hanyut
187 280
384 75
91 6,99
21,32 8
Rawai tetap 218
144 288
300 318
19,06 6,15
9 Huhate
9.745 9.720
20.434 19.557
20.199 27,24
3,28 10
Pancing tonda 2.736
3.326 5.016
4.016 4.140
13,88 3,08
11 Pancing lainnya
1.266 1.440
2.388 1.015
1.015 5,53
12 Sero
2 2
8 6
5 89,11
26,62 13
Bubu 49
49 139
101 105
40,07 3,70
Sumber: Data statistik perikanan Provinsi Maluku Utara 2007-2011
Penurunan produksi rata-rata per tahun terbesar terjadi pada alat tangkap bagan tancap sebesar 12,26 yaitu 90 ton pada tahun 2007 menjadi 45 ton pada
tahun 2011. Pada tahun 2010-2011, penurunan produksi terbesar terjadi pada alat tangkap jaring insang hanyut sebesar 55,76 yaitu 574 ton pada tahun 2010
menjadi 254 ton pada tahun 2011, disusul kemudian oleh alat bagan tancap sebesar 24,43. Perkembangan produksi tahunan alat tangkap di Kabupaten
Halmahera Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.
3.3.2.5 Perlakuan terhadap hasil tangkapan