MAKNA PESAN CINTA PADA FILM FIKSI (Analisis Semiotik Melalui Unsur Sinematik pada Film “RECTOVERSO”)

(1)

MAKNA PESAN CINTA PADA FILM FIKSI

(Analisis Semiotik Melalui Unsur Sinematik pada Film “RECTOVERSO”)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh : Andrian Eka Saputra

201010040311391

Dosen Pembimbing : Novin Farid Styo Wibowo, M.Si

Isnani Dzuhrina, M.Adv

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Andrian Eka Saputra NIM : 201010040311391 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Makna Pesan Cinta pada Film Fiksi (Analisis Semiotik melalui Unsur Sinematik pada Film “Rectoverso”)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan Dinyatakan : LULUS Pada Hari : Selasa

Tanggal : 11 November 2014 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. Jamroji, M.Comm ( ... )

2. Zen Amirudin, M.Med.Kom ( ... )

3. Novin Farid Styo Wibowo, M.Si ( ... )


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim

Alhamdulillah ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya berupa kemudahan dan kelancaran, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Makna Pesan Cinta pada Film Fiksi (Analisis Semiotik melalui Unsur Sinematik Pada Film “Recotverso”)” ini dengan baik tanpa suatu halangan yang menyulitkan peneliti.

Mudah – mudahan penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa, selain itu juga untuk menambah wawasan pada kajian studi Analisis Semiotik dalam mengkaji tanda-tanda dalam film.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini, baik secara moril dan materil. Untuk itu, penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Pak Novin Farid Styo M.Si dan Bu Isnani Dzuhrna, M.Adv sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan dan arahan juga motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Dosen- dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sehingga peneliti mampu mendapat wawasan yang lebih luas.

4. Terimakasih untuk Mama dan Papa yang tak pernah lelah dan selalu bersabar dalam memberikan dukungan moril dan materiil selama ini juga yang tidak pernah mengeluh dalam menjalani hidup ini sehingga mengajariku bagaimana seharusnya manusia bersikap dalam setiap berkah yang datang maupun cobaan yang hadir di setiap waktu.

5. Terimakasih untuk orang – orang terbaik yang Allah pilihkan untuk menjadi Sahabat Terbaikku, Darba Agung Guntara, Arga Dimantara Saputra, Cipta Surya Pribadi, Theo Reza Hidayat, Asaduddin Fatihulhaqq, Dwi Marga Puspita, Neris Muslimah, Nurul Indah Lestari, Rofiana Adewiyah, Erliza Riski, Dewi Mandasari. Semoga Kehidupan kalian selalu diberkahi Allah karena sikap baik kalian. Aamiin

6. Terimakasih untuk teman teman Candle Light Production Asaduddin Fatihulhaqq, Cipta Surya Pribadi, Andrian Eka Saputra, Darba Agung Guntara, Theo Reza Hidayat, Arga Dimantara Saputra, Linggar Barlianta, Alfan Zidni Ilman, Andreas Dwi Prasetyo, Mauli Fajar, semoga kita tetap bisa menjadi tim yang baik.


(4)

7. Untuk teman – teman ikom G selamat berjuang bagi yang belum menyelesaikan skripsinya masing masing, tetap bertahan kawan.

Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan ampunan pada semua kesalahan kita, dan tidak pernah habis kesempatan kita untuk memohon ampunan dan menyembah-Nya. Semoga kita semua diberikan rahmat, rezeki yang halal dan umur yang berkah juga bermanfaat bagi orang lain. Amin. Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Malang, 12 November 2014


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI....………... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN………... iv

ABSTRAK……….... v

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL……….... xii

DAFTAR GAMBAR……….... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 4

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian………... 5

1. Manfaat Akademis………... 5

2. Manfaat Praktis……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa………...………... 6

1. Definisi Komunikasi Massa...……… 6

2. Karakteristik Komunikasi Massa………... 7

3. Fungsi Komunikasi Massa... 11

4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa... 14

B. Film 1. Pengertian Film... 16

2. Fungsi Film... 16

3. Jenis Film... 17

C. Unsur Sinematik... 18

1. Mise en Scene... 18

2. Sinematografi... 20


(6)

4. Suara... 22

D. Pesan Cinta... 23

E. Bahasa Tubuh... 27

F. Semiotika... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 32

B. Tipe dan Dasar Penelitian... 32

C. Objek Penelitian... 33

D. Sumber Data 1. Data Primer... 33

2. Data Sekunder... 33

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Unit Analisis... 34

G. Teknik Analisis Data... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Tentang Production House... 42

B. Tentang Film 1. Sinopsis... 43

2. Tim Pelaksana Produksi Film... 45

3. Daftar Nominasi... 46

4. Profil Sutradara... 48

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA A. Analisa Data... 54

1. Malaikat Juga Tahu... 55

2. Firasat... 66

3. Hanya Isyarat... 73

4. Cicak Di Dinding... 80

5. Curhat Buat Sahabat... 88

B. Interpretasi Data... 96

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 94


(7)

B. Saran... 101 1. Saran Akademis... 101 2. Saran Praktis... 102 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ardianto, Elvirano. Komala, Lukiati. 2007. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Diaksini, Tri. Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser.

Yogyakarta: Panduan.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi MassaPengantar Teoritis. Yogyakarta:

Santusta.

Krich, A.M. 2009. Anatomi Cinta. Jakarta: Komunitas Bambu.

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

M.Djunaidi & Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Pease, Allan. Pease, Barbara. 2007. Bahasa Tubuh: Kunci Sukses dalam Karier

dan Pergaulan. Jakarta: Arcan.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.


(9)

Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis

Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta : Mitra Wacana Media.

INTERNET

http://bambusouvenir.com/ (diakses pada 2 November 2014, 20.17)

http://ciricara.com/2011/11/30/6-arti-gerakan-tubuh-pria-dan-kenali-sifatnya/ (diakses pada 2 November 2014, 19.17)

http://ciricara.com/2013/03/05/arti-pegangan-tangan-cowok-pada-cewek/ (diakses pada 2 November 2014, 19.05)

http://desainlogodesign.com/arti-warna-pada-logo-perusahaan-dan-pengaruh-emosionalnya-pada-konsumen (Diakses pada 2 November 2014, 20.05)

http://edupaint.com/pojok-unik/pojok-unik-interior/3890-tips-memilih-lukisan-untuk-keindahan-interior.html (diakses pada 2 Novermber 2014, 20.15)

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r010-13-470202_rectoverso#.U6HAwWq0rWE (diakses pada 18 Juni 2014, 21.00)

http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/hobbies/menyelami-kedalaman-cinta-erich-fromm/ (diakses pada 25 maret 2014, 07.48)

http://wolipop.detik.com/read/2013/03/18/190532/2197200/227/7-tipe-ciuman-yang-menyiratkan-makna-hubungan-anda--pasangan?u18=1(diakses pada 2 November 2014, 19.03)

http://www.bimbingan.org/kualitatif-interpretatif.htm (diakses pada 7 mei 2014, 06.44)

http://www.keanaproduction.org (diakses pada 18 Juni 2014, 21.00)

http://www.indonesianfilmcenter.com/film/rectoverso.html (diakses pada 11 juni 2014, 12.05)

http://www.madzhabdjaeng.org/2011/05/film-media-social-control-tinjauan.html (diakses pada 12 November 2014, 21.30)

http://www.rhkbpdenpasar.com/2014/09/5-gaya-pacaran-buruk-yang-menjadi-trend.html(diakses pada 12 November 2014, 21.17)


(10)

http://www.vemale.com/relationship/intim/22388-inilah-berbagai-jenis-ciuman-dan-makna-di-dalamnya.html (diakses pada 2 November 2014, 20.01)

JURNAL & SKRIPSI

Ghazali, M. Fikri. Analisis Semiotik Film 3 Do’a 3 Cinta. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2010.

Giu, Ismail Sam. Dwi, Susilastuti. Basuki. Analisi Semiotika Kekerasan Terhadap

Anak dalam Film Ekskul Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, nomor 1,

Januari-April 2009. Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran”.

Yogyakarta, 2009.

Lestari, Suci Indah. Bahan untuk Membaca Bahasa Tubuh. Program Studi Sastra Jepang Fakulatas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Makassar, 2014. Mudjiono, Yoyon. Kajian Semiotika dalam Film Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1,

No.1, April 2011. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN

Sunan Ampel. Surabaya, 2011.

Mulyana, Ade. Tato: Dari Budaya Elite, Kriminalitas, ke Gaya Hidup

Masyarakat Modern. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film merupakan media komunikasi massa yang bukan saja untuk hiburan,

tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah

penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu

untuk memberikan penjelasan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi

sebagai media penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai

alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan media

penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003:209).

Teknologi film memiliki karakter yang spesial karena bersifat audio dan

visual. Film pun menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter yang

audio-visual film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang spesial

kepada para penonton. Unsur sinematik merupakan salah satu unsur yang penting

dalam pembuatan film (Pratista, 2008:1). Melalui unsur sinematik itulah film

dapat dikemas secara menarik dan dapat dimengerti oleh penonton. Para penonton

dapat merasakan ilusi dimensi parasosial yang lebih ketika menyaksikan

gambar-gambar bergerak, berwarna, dan bersuara. Film sebagai sebuah alat untuk

merepresentasikan sebuah pesan. Baik itu pesan moral, pendidikan, sosial, budaya

hingga politik.

Film memiliki nilai seni tersendiri, karena film tercipta sebagai sebuah

karya dari tenaga-tenaga kreatif yang profesional di bidangnya. Film sebagai


(12)

2

bagian dari kehidupan modern dan tersedia dalam berbagai wujud, seperti di

bioskop, tayangan dalam televisi, dalam bentuk kaset video. Film bukan hanya

menyajikan pengalaman yang mengasyikkan, melainkan juga pengalaman hidup

sehari-hari yang dikemas secara menarik (Mudjiono, 2011:126).

Film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori

film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan

cerita yang dikarang dan dimainkan oleh actor dan aktris. Film non cerita

merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Jadi

merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan (Sumarno, 1996 dalam

Ghazali, 2010:2).

Dalam seni peran, unsur bahasa merupakan unsur terpenting dalam

memainkan suatu adegan. Proses Komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer

dalam komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi

hanyalah bahasa yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang

lain (Effendy, 2003:33).

Dalam prakteknya komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa

ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya yang dilakukan


(13)

3

langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau

perilaku. Lambang (symbol) bermakna dioperasikan dalam proses komunikasi

antar partisipan. Jika antar partisipan terdapat kesesuaian pemahaman tentang

symbol-simbol tersebut, tercapai suatu keadaan yang bersifat komunikatif. Dalam

proses ini terdapat symbol-symbol verbal (bahasa, baik lisan maupun tulisan) dan

symbol-symbol non verbal (gerak anggota tubuh, gambar, warna dan berbagai

isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa). Sebagai symbol non verbal,

gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan pikiran atau perasaan (Mudjiono

2011:127).

Ilmu yang mengulas tentang tanda-tanda adalah semiotik. Film umumnya

dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk sebagai system tanda

yang bekerja sama dengan baik dalam mencapai efek yang diharapkan. Hal yang

paling penting dalam film adalah gambar dan suara. Sistem semiotik yang lebih

penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda ikonis, yakni

tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Tanda-tanda-tanda ikonis yang digunakan dalam

film mengisyaratkan pesan kepada penonton (Budiman, 2005 dalam Ghazali,

2010:3).

Film merupakan wadah pengekspresian dan gambaran tentang kehidupan

sehari-hari, Kehadiran film tidak dapat terlepas dari dunia realitas (Giu, Dwi, &

Basuki, 2009:92). Hampir semua film tidak jauh dengan adanya unsur percintaan.

Hampir di setiap film yang diproduksi di dalam maupun luar negeri, yang

bergenre drama maupun action, unsur percintaan selalu merekat pada film film


(14)

4

Rectoverso merupakan film omnibus yang disajikan secara berbeda dari

tema omnibus pada umumnya. Film Rectoverso ini diambil dari novel karya dari

Dewi Lestari yang juga berjudul Rectoverso. Film Revotverso ini terdiri dari 5

cerita di dalamnya, dimana masing masing cerita disutradarai oleh orang yang

berbeda. Judul Malaikat Juga Tahu yang disutradarai oleh Marcella Zalianty,

Hanya Isyarat yang disutradarai oleh Happy Salma, Isyarat yang disutradarai oleh

Rachel Maryam, Cicak di Dinding yang disutradarai oleh Cathy Sharon, dan

Curhat Buat Sahabat yang disutradarai oleh Olga Lidya. Dalam film ini terdapat 5

cerita yang masing masing cerita itu memiliki pandangan berbeda mengenai gaya

atau bentuk-bentuk dari cinta. Penyampaian pesan cinta yang terbilang unik tersaji

dalam masing masing cerita tersebut. Rectoverso sendiri memiliki arti tentang

cinta yang tak terucap dalam kata. Penggalan cerita atau penuntasan cerita tidak

terjadi sebanyak 5 kali, melainkan satu kali pada klimaks yang sama. Dibutuhkan

ketelitian untuk memaknai setiap tanda tanda yang disampaikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang mengambil film yang bertemakan cinta dan dituangkan pada

skripsi yang berjudul “Makna Pesan Cinta pada Film Fiksi (Analisis Semiotik Melalui Unsur Sinematik dalam Film “Rectoverso”)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan


(15)

5

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan penelititan ini

adalah untuk mengetahui makna pesan cinta melalui unsur sinematik dalam film

Rectoverso.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

refrensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang serupa

khususnya dalam bidang film

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan penikmat film bisa lebih

teliti dalam memahami tanda-tanda untuk menyampaikan suatu pesan yang


(1)

dan-makna-di-dalamnya.html (diakses pada 2 November 2014, 20.01)

JURNAL & SKRIPSI

Ghazali, M. Fikri. Analisis Semiotik Film 3 Do’a 3 Cinta. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2010.

Giu, Ismail Sam. Dwi, Susilastuti. Basuki. Analisi Semiotika Kekerasan Terhadap Anak dalam Film Ekskul Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, nomor 1, Januari-April 2009. Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran”. Yogyakarta, 2009.

Lestari, Suci Indah. Bahan untuk Membaca Bahasa Tubuh. Program Studi Sastra Jepang Fakulatas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Makassar, 2014. Mudjiono, Yoyon. Kajian Semiotika dalam Film Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1,

No.1, April 2011. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Surabaya, 2011.

Mulyana, Ade. Tato: Dari Budaya Elite, Kriminalitas, ke Gaya Hidup Masyarakat Modern. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. Jakarta, 2012.


(2)

1 A. Latar Belakang

Film merupakan media komunikasi massa yang bukan saja untuk hiburan,

tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah

penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu

untuk memberikan penjelasan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi

sebagai media penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai

alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan media

penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003:209).

Teknologi film memiliki karakter yang spesial karena bersifat audio dan

visual. Film pun menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter yang

audio-visual film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang spesial

kepada para penonton. Unsur sinematik merupakan salah satu unsur yang penting

dalam pembuatan film (Pratista, 2008:1). Melalui unsur sinematik itulah film

dapat dikemas secara menarik dan dapat dimengerti oleh penonton. Para penonton

dapat merasakan ilusi dimensi parasosial yang lebih ketika menyaksikan

gambar-gambar bergerak, berwarna, dan bersuara. Film sebagai sebuah alat untuk

merepresentasikan sebuah pesan. Baik itu pesan moral, pendidikan, sosial, budaya

hingga politik.

Film memiliki nilai seni tersendiri, karena film tercipta sebagai sebuah

karya dari tenaga-tenaga kreatif yang profesional di bidangnya. Film sebagai


(3)

bagian dari kehidupan modern dan tersedia dalam berbagai wujud, seperti di

bioskop, tayangan dalam televisi, dalam bentuk kaset video. Film bukan hanya

menyajikan pengalaman yang mengasyikkan, melainkan juga pengalaman hidup

sehari-hari yang dikemas secara menarik (Mudjiono, 2011:126).

Film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori

film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan

cerita yang dikarang dan dimainkan oleh actor dan aktris. Film non cerita

merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Jadi

merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan (Sumarno, 1996 dalam

Ghazali, 2010:2).

Dalam seni peran, unsur bahasa merupakan unsur terpenting dalam

memainkan suatu adegan. Proses Komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer

dalam komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi

hanyalah bahasa yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang

lain (Effendy, 2003:33).

Dalam prakteknya komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa

ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya yang dilakukan


(4)

langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau

perilaku. Lambang (symbol) bermakna dioperasikan dalam proses komunikasi

antar partisipan. Jika antar partisipan terdapat kesesuaian pemahaman tentang

symbol-simbol tersebut, tercapai suatu keadaan yang bersifat komunikatif. Dalam

proses ini terdapat symbol-symbol verbal (bahasa, baik lisan maupun tulisan) dan

symbol-symbol non verbal (gerak anggota tubuh, gambar, warna dan berbagai

isyarat yang tidak termasuk kata-kata atau bahasa). Sebagai symbol non verbal,

gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan pikiran atau perasaan (Mudjiono

2011:127).

Ilmu yang mengulas tentang tanda-tanda adalah semiotik. Film umumnya

dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk sebagai system tanda

yang bekerja sama dengan baik dalam mencapai efek yang diharapkan. Hal yang

paling penting dalam film adalah gambar dan suara. Sistem semiotik yang lebih

penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda ikonis, yakni

tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Tanda-tanda-tanda ikonis yang digunakan dalam

film mengisyaratkan pesan kepada penonton (Budiman, 2005 dalam Ghazali,

2010:3).

Film merupakan wadah pengekspresian dan gambaran tentang kehidupan

sehari-hari, Kehadiran film tidak dapat terlepas dari dunia realitas (Giu, Dwi, &

Basuki, 2009:92). Hampir semua film tidak jauh dengan adanya unsur percintaan.

Hampir di setiap film yang diproduksi di dalam maupun luar negeri, yang

bergenre drama maupun action, unsur percintaan selalu merekat pada film film


(5)

Rectoverso merupakan film omnibus yang disajikan secara berbeda dari

tema omnibus pada umumnya. Film Rectoverso ini diambil dari novel karya dari

Dewi Lestari yang juga berjudul Rectoverso. Film Revotverso ini terdiri dari 5

cerita di dalamnya, dimana masing masing cerita disutradarai oleh orang yang

berbeda. Judul Malaikat Juga Tahu yang disutradarai oleh Marcella Zalianty,

Hanya Isyarat yang disutradarai oleh Happy Salma, Isyarat yang disutradarai oleh

Rachel Maryam, Cicak di Dinding yang disutradarai oleh Cathy Sharon, dan

Curhat Buat Sahabat yang disutradarai oleh Olga Lidya. Dalam film ini terdapat 5

cerita yang masing masing cerita itu memiliki pandangan berbeda mengenai gaya

atau bentuk-bentuk dari cinta. Penyampaian pesan cinta yang terbilang unik tersaji

dalam masing masing cerita tersebut. Rectoverso sendiri memiliki arti tentang

cinta yang tak terucap dalam kata. Penggalan cerita atau penuntasan cerita tidak

terjadi sebanyak 5 kali, melainkan satu kali pada klimaks yang sama. Dibutuhkan

ketelitian untuk memaknai setiap tanda tanda yang disampaikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang mengambil film yang bertemakan cinta dan dituangkan pada

skripsi yang berjudul “Makna Pesan Cinta pada Film Fiksi (Analisis Semiotik

Melalui Unsur Sinematik dalam Film “Rectoverso”)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan


(6)

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan penelititan ini

adalah untuk mengetahui makna pesan cinta melalui unsur sinematik dalam film

Rectoverso.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

refrensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang serupa

khususnya dalam bidang film

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan penikmat film bisa lebih

teliti dalam memahami tanda-tanda untuk menyampaikan suatu pesan yang