Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.).

OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK
KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA
(Lycopersicon esculentum Mill. L.)

HAVEEL LUTHFYRAKHMAN
A24070153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRACT

HAVEEL

LUTHFYRAKHMAN.

DOSAGE

OPTIMIZATION


OF

FERTILIZER AND CHICKEN MANURE IN HYBRID TOMATO
CULTIVATION. (Supervised by ANAS DINURROHMAN SUSILA)
The objective of this research was know the effect of fertilizer and manure
to growth and productivity of hybrid tomato (Lycopersicon esculentum Mill.
L).This research obtained at Pasir Sarongge Experimental Field University Farm
Bogor Agricultural University, Cipanas, from February to July 2011. The
experimental design used was Completely Randomized Block Design, with two
factors and three repetitions. First factor was manure dosages which were 0, 10,
20, and 30 ton ha-1. Second factor was fertilizer dosages which were 0%, 75%,
and 150% of recommended dosage. Recommended dosage use was 100 kg ha-1 N,
100 kg ha-1 P2O5, and 50 kg ha-1 K2O, recommendation from Ministry of
Agriculture (2002).
Plant height showed quadratic response to manure at 2 and 4 week after
transplanted (WAT), then linier at 6 WAT. As to fertilizer, plant height showed no
response at 2 WAT yet showed linier response at 4 and 6 WAT. Interaction
between manure and fertilizer happened at 8 WAT. Manure gave linier response
to number of leaves at 2, 4, and 8 WAT but not significant at 6 WAT. Fertilizer

gave no significant response at number of leaves.
Manure gave quadratic response as fertilizer gave linier response to fruit
weight per plot, fruit weight per hectare estimation, and relative yield. Optimal
manure dosage given from this research was 24.375 ton ha-1. Maximum fruit
weight per plot was 17.41 kg per plot. Maximum fruit weight per hectare
estimation was 22.79 ton ha-1. Manure gave linier response to fruit weight per plot
of grade A and B. Fruit weight per plot of grade C, fruit diameter, and average
fruit weight was not affected by manure or fertilizer given.

RINGKASAN

HAVEEL LUTHFYRAKHMAN. Optimasi Dosis Pupuk Anorganik dan
Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat Hibrida (Lycopersicon
esculentum Mill. L.). (Dibimbing oleh ANAS D. SUSILA).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk anorganik dan
pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat hibrida
(Lycopersicon esculentum) yang dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge,
University Farm IPB, Cipanas, Bogor pada bulan Februari hingga Juli 2011.
Penelitian menggunakan Faktorial Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, dua
faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang ayam yang

terdiri atas 0, 10, 20 dan 30 ton ha-1. Faktor kedua adalah dosis pupuk anorganik
yang terdiri dari 0%, 75% dan 150% dosis anjuran. Dosis anjuran sesuai
rekomendasi Deptan (2002) adalah 100 kg ha-1 N, 100 kg ha-1 P2O5 dan 50 kg ha-1
K2O.
Tinggi tanaman menunjukkan respon kuadratik terhadap pupuk organik
pada 2 dan 4 MST, serta linier pada 6 MST, sedangkan pupuk anorganik tidak
berpengaruh pada 2 MST, namun memberikan respon linier pada 4 dan 6 MST.
Interaksi antara pupuk organik dan anorganik terjadi pada 8 MST. Pupuk organik
memberikan respon linier terhadap jumlah daun pada 2, 4 dan 8 MST, namun
tidak berpengaruh pada 6 MST. Pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap
jumlah daun.
Pupuk organik memberikan respon kuadratik terhadap bobot buah per
petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif sedangkan pupuk
anorganik memberikan respon yang linier. Dosis optimal pupuk organik yang
disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebesar 24.375 ton ha-1. Bobot buah per
petak maksimal adalah 17.41 kg per petak. Estimasi bobot buah per hektar
masksimal sebesar 22.79 ton ha-1. Pupuk organik memberikan respon linier
terhadap bobot buah per petak kelas A, kuadratik pada kelas B. Pupuk anorganik
memberikan respon linier terhadap bobot buah per petak kelas A dan kelas B.
Bobot buah per petak kelas C, diameter buah dan bobot buah rata-rata tidak

dipengaruhi oleh pupuk organik dan anorganik yang diberikan.

OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK
KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA TOMAT HIBRIDA
(Lycopersicon esculentum Mill. L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

HAVEEL LUTHFYRAKHMAN
A24070153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul


:

OPTIMASI DOSIS PUPUK ANORGANIK DAN
PUPUK KANDANG AYAM PADA BUDIDAYA
TOMAT HIBRIDA (Lycopersicon esculentum Mill. L.)

Nama

:

HAVEEL LUTHFYRAKHMAN

NIM

:

A24070153

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, MSi
NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungbalai Karimun, Propinsi Kepulauan Riau
pada tanggal 13 Agustus 1990. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Abdul
Rasyidin dan Ibu Ermalia.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 030 P.N. Timah Tanjungbalai
Karimun, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2
Tanjungbalai Karimun. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 4 (Binaan) Karimun

pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur BUD dan
diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar
Hortikultura dan Perancangan Percobaan. Pada tahun 2009/2010 penulis menjadi
staff Departemen Informasi dan Komunikasi Himagron (Himpunan Mahasiswa
Agronomi).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Optimasi
Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam pada Budidaya Tomat
Hibrida (Lycopersicon esculentum Mill. L.)”. Penelitian ini dilaksanakan di
kebun percobaan Pasir Sarongge, Cipanas, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih terutama
penulis sampaikan kepada Bapak Anas D. Susila selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama
penulisan skripsi penelitian ini dan Ibu Tatiek Kartika Suharsi sebagai dosen

pembimbing akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi dan
pegawai kebun Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB, Bapak
Juhana yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada
kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun
materiil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga
hasil penelitian ini berguna bagi yang membaca.

Bogor, Februari 2012
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
Botani Tomat .................................................................................................................. 3
Pupuk Kandang Ayam .................................................................................................... 4

Pupuk Anorganik ............................................................................................................ 6
BAHAN DAN METODE ................................................................................................... 8
Tempat dan Waktu Percobaan ........................................................................................ 8
Bahan dan Alat ................................................................................................................ 8
Metode Pelaksanaan........................................................................................................ 8
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 12
Kondisi Umum .............................................................................................................. 12
Hasil Analisis Tanah ..................................................................................................... 12
Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun ............................................................................... 14
Bobot Buah ................................................................................................................... 17
Pembahasan................................................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 26
Kesimpulan ................................................................................................................... 26
Saran ............................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

DAFTAR TABEL

Nomor


Halaman

1. Analisis Kandungan Hara Pupuk Kandang Ayam Petelur ……………..... 5
2. Analisis Tanah Lokasi Percobaan Pasir Sarongge, Cianjur 2011 ………... 13
3. Respon Tinggi Tanaman (cm) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik
dan Anorganik pada 2, 4 Dan 6 MST ……..……………………….......... 14
4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada
Tinggi Tanaman Umur 8 MST ………...…………………………….…....15
5. Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan
Anorganik………………………………………………………………….17
6. Respon Bobot Buah Per Petak (kg), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (ton)
dan Hasil Panen Relatif (%) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan
Anorganik …………………………………………………………………18
7. Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Setiap Taraf
Dosis Pupuk Organik dan Anorganik…………………………………...... 22
8. Respon Diameter Buah Rata-rata (mm) dan Bobot Buah Rata-rata (gram)
pada Setiap Taraf Dosis Pupuk Organik dan Anorganik …..……………. 24

DAFTAR GAMBAR


Nomor

Halaman

1. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Anorganik pada
Tinggi Tanaman Umur 8 MST …………………….……………………...16
2. Respon Bobot Buah Per Petak (A), Estimasi Bobot Buah Per Hektar (B)
dan Hasil Panen Relatif (C) pada Berbagai Taraf Dosis Pupuk Organik …19
3. Respon Bobot Buah Kelas A, B dan C (gram) Per Petak pada Berbagai
Taraf Dosis Pupuk Organik (ton ha-1) …………………………................ 23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Data Cuaca Harian di Lokasi Penelitian
Selama Penelitian Berlangsung……………………………………….. 30
2. Data Cuaca Bulanan di Lokasi Penelitian
Selama Penelitian Berlangsung………………………………………... 33
3. Konversi Hasil Panen Perpetak ke Estimasi Hasil Perhektar………….. 33
4. Konversi Estimasi Hasil Perhektar ke Hasil Panen Relatif……………. 34
5. Kondisi Tanaman pada 0 MST (a), 5 MST (b), 10 MST (c)
dan 15 MST (d)………………………………………………………... 35
6. Kecacatan Buah yang Disebabkan Kondisi Lingkungan:
Cracking Konsentris (a), Cracking Radial (b), Catface (c),
Blossom End Rot (d) dan Malformasi Buah (e)……………………….. 36

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu sayuran yang umum dikonsumsi di dunia.
Hal ini dikarenakan tomat bisa dikonsumsi segar maupun dalam bentuk olahan.
Tiga produk olahan tomat yang utama adalah tomato preserves, dried tomatoes
dan tomatoes based food (Costa and Heuvelink, 2005).
Produksi tomat di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 853 061 ton dan
telah mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2006 (Badan Pusat
Statistik, 2011). Produksi ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat domestik. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
rata-rata produktivitas tertinggi yaitu sekitar 20 ton ha-1. (Deptan, 2011).
Kesadaran terhadap pentingnya pertanian berkelanjutan dan kesulitan
untuk mendapatkan serta mahalnya harga pupuk anorganik pada kalangan petani
mengarahkan penelitian kepada pemanfaatan limbah organik yang murah, tersedia
dan ramah lingkungan yang bisa digunakan sebagai pupuk organik. Salah satu
sumber pupuk organik yang umum adalah pupuk kandang ayam. Menurut
Odoemena (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsurunsur hara makro dan mikro yang mampu meningkatkan kesuburan tanah serta
menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba,
sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi pupuk
kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur
hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar
tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.
Menurut Kandil and Gad (2010) pada tanah lempung berpasir dan tingkat
kesuburan yang rendah pemupukan dengan kotoran ayam bisa meningkatkan
pertumbuhan vegetatif dan kualitas hasil panen tomat. Urutan perlakuan yang
berpengaruh dari yang paling besar adalah pemberian kotoran ayam, farmyard
manure, pupuk NPK mineral, kompos hasil pertanian. Kotoran ayam dan
farmyard manure memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap bobot basah
dan kering brangkasan, produktivitas dan kualitas buah tomat dibandingkan
kontrol berupa perlakuan pupuk NPK.
1

2

Penelitian ini akan mengombinasikan penggunaan pupuk anorganik dan
pupuk kandang ayam dalam produksi tanaman tomat dalam upaya mengetahui
dosis yang memberikan pertumbuhan dan hasil panen maksimal. Menurut
Ogbomo (2011) pemberian pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk
organik lebih baik dibandingkan hanya pemberian salah satu pupuk organik atau
pupuk anorganik saja. Kombinasi pupuk anorganik dan organik merupakan
perlakuan yang paling efektif untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang
optimal dalam budidaya tomat.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk kandang ayam
dan pupuk anorganik serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat hibrida.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat dosis pupuk kandang ayam yang memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
2. Terdapat dosis pemupukan anorganik yang memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
3. Terdapat interaksi antara pupuk kandang ayam dan pupuk anorganik.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tomat
Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan
terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan sistematika tumbuhan tingkat tinggi, tanaman
tomat diklasifikasikan sebagai berikut; divisi: Spermatophyta, subdivisi:
Angiospermae, kelas: Dycotiledoneae, ordo: Tubiflorae, famili: Solanacae, genus:
Lycopersicon, spesies: Lycopersicon esculentum (Jones, 2008).
Tanaman tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh pada hari panjang
maupun pendek, tanaman tomat tumbuh di suhu rata-rata di atas 16°C. Untuk
pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan perkembangan warna buah, suhu
optimum yaitu 25°-30°C pada siang hari dan 16°-20°C pada malam hari
(Csizinszky, 2005). Tomat merupakan tanaman dengan tipe fotosintesis C3. Tipe
penyerbukannya adalah penyerbukan sendiri. Tumbuh baik pada tanah dengan pH
6.0-6.5an tingkat kesuburan tanah sedang hingga tinggi. (Jones, 2008)
Berdasarkan pertumbuhannya tanaman tomat dibedakan atas determinate
dan indeterminate. Pada tipe pertumbuhan determinate bunga terletak pada ujung
tanaman. Pertumbuhan tanaman dan tunas terhenti setelah terjadi pembungaan.
Pada tipe pertumbuhan indeterminate, pertumbuhan tanaman dan tunas tetap
terjadi dan tidak terhenti setelah terjadi pembungaan (Jones, 2008).
Penanaman benih tomat pada umumnya melalui persemaian. Menurut
Csizinszky (2005) tingginya harga benih hibrida, panen yang lebih cepat, tampilan
dan tegakan tanaman muda yang lebih baik dan manajemen gulma serta
organisme pengganggu tanaman yang lebih mudah menjadikan indirect seeding
lebih dianjurkan daripada penanaman langsung di lapangan.
Tanaman tomat biasa digunakan sebagai tanaman model untuk
mempelajari fisiologi, seluler, biokimia dan genetik karena mudah tumbuh, siklus
hidupnya pendek dan mudah dimanipulasi. Tanaman tomat merupakan salah satu
alat untuk menggali pengetahuan dalam budidaya tanaman hortikultura (Costa dan
Heuvelink, 2005).

3

4

Pupuk Kandang Ayam
Jenis tanah Andosol pada dataran tinggi termasuk di Cipanas, Cianjur,
Jawa Barat umumnya mempunyai porositas tinggi, bersifat masam, dan daya
serap P yang tinggi. Pemberian bahan organik tidak hanya menambah unsur hara
bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan
memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar, dan memperbaiki kapasitas
menahan air, meningkatkan pH, KTK, serapan hara menurunkan Al-dd, serta
struktur tanah menjadi remah (Dzajuli dan Pitono, 2009). Menurut Ouda &
Mahadeen (2008) konduktivitas listrik tanah dan bahan organik tanah meningkat
seiring dengan penambahan dosis pupuk organik, namun tidak berpengaruh
terhadap pH tanah.
Menurut Supardi (1983) tiga hal yang menonjol dari pupuk kandang
selaku pembawa hara: (a) kelembaban dan kadar hara yang sangat beragam, (b)
kadar hara yang secara relatif rendah bila dibandingkan dengan pupuk buatan, dan
(c) nisbah hara yang tidak seimbang, dengan fosfor lebih rendah daripada nitrogen
dan kalium. Kerapatan isi dari pupuk kandang yang rendah merupakan satu hal
yang tidak menguntungkan, karena hanya akan memperbesar biaya penanganan
dan penyebaran. Menurut Singer dan Munns (2006) karena kandungan nutrisi
yang relatif rendah dan sifatnya yang meruah, pupuk kandang umumnya
digunakan hanya untuk pertanian di sekitar area pupuk tersebut diproduksi.
Menurut Odoemena (2006) pupuk kandang ayam merupakan sumber yang
baik bagi unsur-unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang ayam mampu
meningkatkan kesuburan tanah serta menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah
dan meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan
melepaskan hara dalam jumlah yang tinggi. Aplikasi pupuk kandang ayam juga
diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara seperti
mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga
mendorong pertumbuhan tanaman. Kandungan hara pupuk kandang ayam petelur
berdasarkan hasil analisis Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB
dalam Suradi (2002) disajikan pada Tabel 1.

5

Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Pupuk Kandang Ayam Petelur
Kandungan

C

N

P

K

Ca

Mg

Fe

Cu

Zn

Mn

Hara

(%)

(%)

(%)

(%)

(%)

(%)

(ppm)

(ppm)

(ppm)

(ppm)

Nilai

35.90 1.05 1.67 1.60 3.30 0.38 746.60 100.00 238.40 463.40

Hasil analisis Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, 2002
Menurut Suradi (2002) secara umum tidak terdapat pengaruh yang berbeda
antara pemberian pupuk kandang ayam yang berasal dari ayam petelur dan ayam
pedaging terhadap pertumbuhan dan produksi empat varietas tomat. Penelitian
tersebut dilaksanakan di Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Lokasi berada pada ketinggian 1 150 m di atas permukaan laut
dengan jenis tanah Andosol.
Menurut Kandil and Gad (2010) pada tanah lempung berpasir dan tingkat
kesuburan yang rendah pemupukan dengan kotoran ayam bisa meningkatkan
pertumbuhan vegetatif dan kualitas hasil panen. Urutan perlakuan yang
berpengaruh dari yang paling besar adalah pemberian kotoran ayam, farmyard
manure, pupuk NPK mineral, kompos hasil pertanian. Kotoran ayam dan
farmyard manure memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap bobot basah
dan kering brangkasan, produktivitas dan kualitas buah tomat dibandingkan
kontrol berupa perlakuan pupuk NPK. Menurut Tonfack et al. (2009) pada daerah
tropis dengan jenis tanah Andosol yang rendah akan kalium dan posfor serta
kelebihan Mg, aplikasi kotoran unggas dalam dosis yang cukup dan waktu yang
tepat mampu mempertahankan hasil panen tomat. Hasil panen tidak berbeda nyata
dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik.
Menurut Ghorbani et al. (2008) pemberian kotoran unggas menurunkan
serangan penyakit dibandingkan perlakuan pupuk yang lain, ditunjukkan oleh
80% tanaman tomat yang sehat. Pemberian pupuk organik berupa kotoran unggas
menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kesehatan tanaman, kualitas
pascapanen dan daya simpan buah tomat. Walaupun secara umum pemberian
pupuk organik memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman tomat dan daya
simpannya, kotoran unggas menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibandingkan
pupuk organik lainnya terhadap daya simpan buah tomat dan hasil panen yang
layak dipasarkan setelah penyimpanan selama enam minggu. Percobaan dilakukan

6

pada tanah lempung liat berpasir dengan pH 7 hingga 8. Perlakuan meliputi
kotoran sapi, domba dan unggas, pupuk hijau, sampah rumah tangga dan pupuk
anorganik berupa urea dan superposfat. Menurut Herencia (2007) pada penelitian
yang dilakukan di dalam rumah kaca penggunaan pupuk organik dalam jangka
waktu panjang mampu meningkatkan kesuburan tanah, serta hasil panen dan
nutrisi yang dikandung oleh buah tidak berbeda dengan perlakuan pemberian
pupuk anorganik.
Menurut Ewulo et al. (2008) pada tanah yang cukup asam, dengan
kandungan bahan organik tanah, N, P, Ca dan Mg yang rendah, kotoran unggas
mampu meningkatkan bahan organik tanah, N dan P. Kepadatan tanah berkurang
dan kelembaban meningkat seiring dengan peningkatan dosis kotoran unggas
yang diberikan. Aplikasi kotoran unggas meningkatkan konsentrasi N, P, K, Ca
dan Mg pada daun tomat, tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, jumlah
dan bobot buah. Dengan menggunakan uji lanjut Duncan (DMRT) hasil panen
relatif dari perlakuan aplikasi 25 ton ha-1 kotoran unggas merupakan yang terbaik
dan berbeda nyata terhadap kontrol tanpa pemberian kotoran unggas. Menurut
Ayeni et al. (2010) pada tanah yang cukup asam dan rendah kandungan bahan
organik, N dan P, pemberian 20 ton ha-1 kotoran unggas tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 300 kg ha-1 NPK 15-15-15 pada variabel kandungan N, P dan K
tanaman serta hasil panen.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik dibuat oleh industri. Beberapa dari pupuk anorganik
merupakan hasil tambang dan sebagian lain dibuat di pabrik. Sebagian besar larut
cepat dalam tanah untuk memberikan respon pertumbuhan yang cepat. Namun
beberapa pupuk kimia dibuat slow-release. Pupuk anorganik umumnya memiliki
hara yang dapat digunakan dalam proporsi yang tinggi dibandingkan dengan yang
dikandung pupuk organik (Plaster, 1992).
Sebagian besar pupuk anorganik melepaskan ion-ion hara dalam waktu
yang cepat. Untuk menurunkan kecepatan pelepasan hara terkadang pupuk dibuat
dalam bentuk granul, pellet atau coated. High-analysis fertilizer (pupuk dengan

7

persentase kandungan hara tinggi) menguntungkan karena tidak meruah dan akan
mempermudah transportasi dan distribusi (Singer and Munns, 2006).
Pupuk anorganik memiliki beberapa dampak negatif jika diberikan tidak
tepat dosis, konsentrasi, waktu dan cara. Beberapa dampak dari penggunaan
pupuk anorganik yang tidak tepat yaitu eutrofikasi sungai, air tanah dan polusi
pada lahan yang bukan lahan pertanian akibat kesuburan yang tidak diinginkan.
Pupuk juga bisa merusak tanaman dan mikroba tanah, dikarenakan keracunan ion
hara ataupun bahan pembawa. Pupuk anorganik juga bisa meningkatkan
keasaman tanah (Singer and Munns, 2006).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge,
University Farm IPB, Cipanas, Bogor selama lima bulan dari Februari hingga Juli
2011. Lokasi memiliki ketinggian 1 200 m dpl.
Bahan dan Alat
Penelitian menggunakan benih tomat varietas hibrida Marta F1. Bahan
tanam lain yang digunakan adalah pupuk Urea 46% N, KCl 60% K2O, SP 36 36%
P2O5 dan pupuk kandang kotoran ayam petelur, pestisida dengan bahan aktif
Famoxadona 22.5% + Cimoxanilo 30%.
Peralatan yang digunakan antara lain alat pertanian pada umumnya dan
alat pemeliharaan, tray 72 lubang, meteran, timbangan, jangka sorong dan label.
Metode Pelaksanaan
Penelitian faktorial ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk anorganik
dengan taraf 0% dosis anjuran (tanpa pupuk anorganik), 75% dosis anjuran (Urea
127.5 g + SP 36 157.5 g + KCl 52.5 g per petak), dan 150% dosis anjuran pupuk
anorganik (Urea 255 g + SP 36 315 g + KCl 105 g per petak). Dosis anjuran
rekomendasi dari Deptan (2002) adalah 100 kg ha-1 N, 100 kg ha-1 P2O5 dan 50 kg
ha-1 K2O. Sedangkan faktor kedua adalah pupuk kandang ayam dengan empat
taraf, yaitu 0 ton ha-1 (tanpa pupuk kandang ayam), 10 ton ha-1 (7.5 kg per petak),
20 ton ha-1 (15 kg per petak) dan 30 ton ha-1 (22.5 kg per petak).
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan
percobaan. Satu unit percobaan terdiri dari 20 tanaman tomat, dengan sampel
pengamatan setiap unitnya berjumlah 5 tanaman sehingga jumlah tanaman yang
diamati berjumlah 180 tanaman. Petak yang digunakan sejumlah 36 petak dengan
luas masing-masing petak 1.5 x 5 m. Petak percobaan berupa bedengan dengan
lebar 0.9 m, tinggi 0.2 m dan jarak antar bedeng 0.6 m.

8

9

Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan
dilanjutkan analisis regresi. Jika interaksi yang diamati berpengaruh nyata, akan
dilihat efek pupuk anorganik dalam setiap level pupuk organik.
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pengolahan
tanah dilakukan secara manual. Tanah diolah dan dibentuk menjadi bedengbedeng. Pada saat pengolahan tanah diberikan pupuk kandang sesuai dosis
perlakuan. Pupuk kandang ayam diberikan sesuai perlakuan dengan cara disebar
merata di atas bedengan yang sudah terbentuk kemudian diaduk dengan
menggunakan cangkul agar pupuk kandang ayam dan tanah tercampur.
Pemupukan anorganik dilakukan dua kali. Pada saat pindah tanam diberikan
pupuk Urea dan KCl setengah dari dosis masing-masing perlakuan, serta pupuk
SP36 sebanyak dosis penuh masing-masing perlakuan. Pada 4 minggu setelah
tanam dilakukan pemupukan susulan Urea dan KCl setengah dosis perlakuan.
Pupuk diaplikasikan melingkar pada setiap satu tanaman.
Benih tomat disemai di dalam tray dengan media campuran tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Tanah yang digunakan merupakan
tanah yang diambil dari lahan yang bukan merupakan area pertanian. Media yang
telah dicampur dihaluskan kemudian dianginkan selama tiga hari. Tray diletakkan
di dalam rumah plastik, penyiraman dilakukan dua kali sehari. Bibit dipindahkan
ke lapangan pada umur 20 hari atau 4-5 helai daun sudah tumbuh. Bibit ditanam
dengan jarak tanam 0.6 m x 0.5 m. Bibit ditanam pada lubang tanam, satu bibit
per lubang tanam.
Pengajiran dilakukan pada satu minggu setelah tanam. Pengajiran
dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah. Dilakukan pengikatan tanaman ke ajir
sebanyak empat kali. Pengikatan menggunakan tali rapia dan dilakukan secara
manual.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan
secara manual menggunakan gembor jika tidak terjadi hujan selama dua hari
berturut-turut. Penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali dengan cara

10

manual. Pewiwilan dilakukan dengan membuang daun-daun yang sudah rusak
akibat layu, sudah tua maupun terkena penyakit serta tunas air. Upaya
pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kuratif, yaitu dilakukan
pengendalian jika pada lahan telah terjadi serangan hama dan penyakit yang
diperkirakan perlu adanya tindakan pengendalian. Pestisida yang digunakan
adalah pestisida dengan bahan aktif Famoxadona 22.5% + Cimoxanilo 30%
dengan dosis 4 gram ha-1 dan konsentrasi 2.5 gram liter-1 dengan volume semprot
160 liter hektar-1. Penyemprotan dilakukan pada 5, 7 dan 9 MST.
Pemanenan dilakukan dua kali seminggu pada saat buah mencapai tahap
breakers. Tahap breakers merupakan tahap di mana kurang dari 10% permukaan
buah tomat telah berubah warna dari hijau menjadi merah. Panen pada tahap
breakers umum digunakan untuk buah tomat yang akan dipasarkan dalam
keadaan segar yang akan didistribusikan ke berbagai wilayah.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali untuk pertumbuhan
vegetatif, peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pengamatan terhadap produktivitas dilakukan pada saat tanaman tomat dapat
dipanen dengan peubah meliputi bobot perbuah, diameter buah, bobot buah
pertanaman, bobot buah per petak. estimasi bobot buah per hektar, dan
pengkelasan buah.
Peubah tinggi tanaman diukur dua minggu sekali sejak dua hingga delapan
minggu setelah transplant dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur
dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman. Pengamatan jumlah daun
dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang sudah terbuka sempurna.
Bobot buah rata-rata diukur satu persatu menggunakan timbangan.
Diameter buah rata-rata diukur satu persatu dengan menggunakan jangka sorong.
Buah yang diamati untuk peubah bobot buah dan diameter buah rata-rata adalah
buah hasil dari tanaman contoh. Hasil pertanaman dihitung dari total bobot buah
pertanaman contoh. Hasil per petak didapat dari bobot total buah dari masingmasing petak kemudian dikonversikan ke estimasi hasil per hektar.

11

Estimasi hasil per hektar dikonversi ke hasil panen relatif (%). Hasil panen
relatif (%) merupakan perbandingan antara estimasi hasil panen per hektar suatu
perlakuan dengan estimasi hasil per hektar yang tertinggi dari semua perlakuan
yang diberikan (di mana 0 = tanpa hasil dan 100 = hasil panen tertinggi).
Hasil panen relatif (%) =

estimasi hasil per hektar perlakuan x
estimasi hasil per hektar perlakuan tertinggi

x 100%

Dilakukan pengkelasan terhadap buah tomat hasil panen dengan deskripsi
kelas sebagai berikut; kelas A: diameter >60 mm dan keadaan buah mulus, kelas
B: diameter 40-60 mm dan keadaan buah mulus atau sedikit rusak, kelas C:
diameter 100%

tinggi

Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor, 2011.
Kemasaman tanah (pH) 5.7 (cukup masam), kandungan karbon (C) 3.86 %
(rendah), kandungan nitrogen (N) 0.41% (sedang) serta nisbah karbon dan
nitrogen (C/N) sebesar 9 (rendah). Kandungan P2O5 161 ppm (sangat tinggi) dan
169 ppm K2O (sedang). 14.39 cmolc/kg Ca (tinggi), 1.28 cmolc/kg Mg (sedang),
0.33 cmolc/kg K (rendah) dan 0.2 cmolc/kg Na (rendah). Kapasitas tukar Kation
(KTK) 15.7 cmolc/kg (tinggi) dan kejenuhan basa (KB) >100% (tinggi).
Menurut Jones (2008) tanaman tomat tumbuh baik pada tanah dengan pH
5.5 sampai 6.8, namun pH yang optimal adalah 6.0 sampai 6.5. Secara umum,
tanaman tomat akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, tanah dengan
interpretasi kandungan hara makro P, K, Ca dan Mg sedang hingga tinggi.
Tanaman tomat membutuhkan tanah yang mengandung hara mikro Fe, Mn dan Zn
dalam jumlah yang tinggi, sedangkan hara makro N, Mg, P, S dan hara mikro B
dan Cu dalam jumlah sedang. Dinilai dari kesesuaiannya, lahan yang digunakan
cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman tomat.

14

Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
Pertumbuhan vegetatif diamati dengan mengukur tinggi tanaman dan
jumlah daun. Tinggi tanaman tomat pada beberapa tingkat umur dan pada
beberapa perlakuan dosis pupuk organik dan pupuk anorganik masing-masing
disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta jumlah daun disajikan pada Tabel 5.
Perlakuan

pupuk

organik

dan

anorganik

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 hingga 6 MST (Tabel 3). Pupuk organik
berupa pupuk kandang ayam memberikan respon kuadratik pada 2 dan 4 MST
serta respon linier pada 6 MST. Pupuk anorganik tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST, namun memberikan respon linier
pada 4 dan 6 MST.
Tabel 3. Respon Tinggi Tanaman (cm) pada Setiap Taraf Dosis Pupuk
Organik dan Anorganik pada 2, 4, 6 dan 8 MST
Perlakuan

0

2
14.30

4
37.49

6
63.04

8
101.56

10

17.10

48.28

75.29

115.99

20

17.55

49.94

82.22

116.52

30

17.74

50.61

82.38

123.30

L**Q*

L**Q**

L**

-

0-0-0

16.03

42.97

71.17

106.29

75-75-37.5

16.46

47.17

76.40

118.52

150-150-75

17.53

49.60

79.68

118.21

tn

L**

L*

-

tn

tn

tn

*

Pupuk Organik
(ton ha-1)

Respon
Pupuk Anorganik
(N-P2O5-K2O
kg ha-1 )
Respon
Interaksi
Keterangan:

Minggu Setelah Tanam (MST)

Taraf

*
**
L
Q
tn

berbeda nyata pada taraf p