Development of Self Finance National Park Through Business Model Approach Based on Utilization of Environment Condition in Gunung Palung National

PENGEMBANGAN TAMAN NASIONAL MANDIRI
MELALUI PENDEKATAN MODEL BISNIS
BERBASIS PEMANFAATAN KONDISI LINGKUNGAN
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG

HENDRA GUNAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI
TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Taman Nasional
Mandiri Melalui Pendekatan Model Bisnis Berbasis Pemanfaatan Kondisi
Lingkungan di Taman Nasional Gunung Palung adalah karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2012

Hendra Gunawan
NRP E353100065

ABSTRACT
HENDRA GUNAWAN. Development of Self Finance National Park Through
Business Model Approach Based on Utilization of Environment Condition in
Gunung Palung National Park. Under supervision of SAMBAS BASUNI and
PANDU WIRAWAN ARIEF
Management of national park is facing problem on budgeting limitation.
One of the idea to change conservation areas management orientation from cost
center to profit center is building Self Finance National Park. The objectives of
this research were aimed to construct business model of Self Finance National
Park, to plan system and feasibility business of environment condition, and to
formulate management and organization system of Self Finance National Park.
The research used business model analysis, and results showed that business
model of Self Finance Gunung Palung National Park was categorized as Business

to Business (B2B) model which sold products and services by other companies.
Business of environment condition in the park would be planed by Public-PeoplePrivate Enterprise (P3E) system which appropriate in financial with NPV as high
as 10,2 billion IDR and IRR 48,1%. The organization form of Self Finance
Gunung Palung National Park was Kesatuan Pengelolaan Kawasan Hutan
Konservasi (KPHK) by Public Services Agency (BLU) management.
Keywords : business model, environment condition, national park, Gunung
Palung

RINGKASAN
HENDRA GUNAWAN. Pengembangan Taman Nasional Mandiri Melalui
Pendekatan Model Bisnis Berbasis Pemanfaatan Kondisi Lingkungan di Taman
Nasional Gunung Palung. Dibimbing oleh SAMBAS BASUNI dan PANDU
WIRAWAN ARIEF
Pengelolaan taman nasional di Indonesia masih menghadapi berbagai
kendala terkait issu sosial, antara lain: hubungan yang belum harmonis dengan
masyarakat di sekitar kawasan, lemahnya dukungan secara nasional, konflik
dengan instansi pemerintah lainnya, ketidakkokohan dan ketidakcukupan
anggaran, dan penduduk di sekitar kawasan hutan konservasi cenderung lebih
miskin (Wiratno et al. 2004; Basuni 2009). Untuk meningkatkan peran
pemanfaatan dalam rangka perlindungan dan pelestarian alam, Kementerian

Kehutanan telah menetapkan strategi untuk konservasi, antara lain: 1) percepatan
pembentukan kelembagaan konservasi mandiri pada taman nasional yang
mempunyai potensi tinggi dan tantangan rendah dan 2) perubahan orientasi
pengelolaan kawasan konservasi dari cost center menjadi profit center tanpa
menghilangkan fungsi konservasi (Kemenhut 2011). Pengembangan taman
nasional mandiri merupakan salah satu ide untuk mempercepat kemandirian
kelembagaan konservasi (Hartono 2008b). Taman nasional mandiri adalah taman
nasional efektif yang dapat menjamin fungsi ekologis dan sosial serta diperkuat
dengan investasi pemerintah dan swasta untuk pemanfaatan jasa lingkungan yang
dari usahanya diperoleh pendapatan paling tidak 80 persen untuk membiayai
pengelolaan taman nasional (Gelgel et al. 2011).
Penelitian dilaksanakan di Balai Taman Nasional Gunung Palung
(BTNGP), Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
yang difokuskan pada pengembangan taman nasional mandiri melalui pendekatan
model bisnis. Tahapan dalam kegiatan penelitian ini meliputi: 1) pengumpulan
data dan informasi melalui studi literatur; 2) brainstorming dan FGD dengan
pengelola TNGP dalam rangka prototyping model bisnis; 3) wawancara
mendalam dengan narasumber yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan TNGP untuk mendapatkan tanggapan terhadap prototipe model; 4)
wawancara terhadap pakar di bidang pengelolaan taman nasional meminta

tanggapan prototipe model; dan 5) pemilihan model bisnis BTNGP Mandiri.
Perancangan prototipe model bisnis BTNGP menggunakan pendekatan
Model Bisnis Kanvas (MBK) menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), yaitu
kerangka model bisnis berbentuk kanvas yang divisualisasikan dalam susunan
sembilan kotak yang saling berkaitan. Kotak tersebut berisikan komponenkomponen penting yang menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan
manfaat untuk pelanggannya dan mendapatkan manfaat dari para pelanggannya.
Perancangan MBK dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) menggambarkan
kondisi model bisnis saat ini; 2) penilaian kekuatan, kelemahan, tantangan, dan
ancaman (SWOT) model bisnis saat ini, dan 3) perancangan prototipe model
bisnis BTNGP Mandiri. Analisis SWOT dilakukan pada setiap komponen MBK
BTNGP melalui wawancara terhadap lima orang pegawai BTNGP yang dianggap
mengetahui kondisi pengelolaan TNGP, yaitu: Kepala Balai, Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, Kordinator PEH, Penyuluh Kehutanan, dan Polisi Kehutanan.

Model bisnis BTNGP menggambarkan bagaimana potret organisasi
BTNGP saat ini dalam menciptakan manfaat berupa produk dan jasa serta
memperoleh anggaran dan pendapatan dari penerima manfaatnya yang dijadikan
sebagai target pelanggan. MBK BTNGP memiliki empat proposisi nilai, yaitu:
sistem penyangga kehidupan, pengalaman observasi hidupan liar, riset
biodiversitas di tujuh tipe ekosistem dalam satu area, dan air murni (pure water)

dari pegunungan di taman nasional. Proposisi nilai tersebut ditawarkan kepada
kelompok pelanggan melalui saluran yang didukung dengan hubungan pelanggan
dalam rangka memperoleh anggaran dan pendapatan dalam bentuk Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) APBN dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP). Proposisi nilai MBK BTNGP diciptakan berdasarkan pada sumberdaya
kunci yang dimiliki dan kegiatan kunci yang dilakukan dalam pengelolaan TNGP.
Pelaksanaan kegiatan kunci didukung oleh ketersediaan struktur biaya dan
kemitraan kunci yang dikembangkan bersama para pihak, seperti Pemerintah
Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, koperasi, dan komunitas masyarakat.
Potret MBK BTNGP kemudian dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancamannya dengan menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan penilaian
tersebut menunjukan bahwa komponen MBK BTNGP yang menjadi kekuatan
utama ialah proposisi nilai dan sumberdaya kunci, sementara aliran pendapatan
dan saluran menjadi komponen yang memiliki kelemahan utama. Sedangkan
penilaian terhadap peluang dan ancaman menghasilkan gambaran bahwa
komponen MBK BTNGP yang menjadi peluang utama ialah kelompok pelanggan
dan kemitraan kunci. Sementara sumberdaya kunci dan kemitraan kunci
merupakan komponen yang menghadapi ancaman utama.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan utama komponen model bisnis
tersebut, yaitu: proposisi nilai yang sejalan dengan kebutuhan pelanggan, terdapat

sinergi yang kuat antara produk dan jasa yang ditawarkan, dan sumberdaya kunci
yang sulit untuk ditiru oleh pesaing. Sementara itu, faktor-faktor yang menjadi
kelemahan utama komponen MBK tersebut, yaitu: mekanisme harga tidak
berdasarkan kesediaan membayar, memiliki marjin keuntungan yang kecil, serta
struktur biaya dan model bisnis kurang sesuai. Sedangkan, faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap peluang utama komponen model bisnis tersebut ialah
sumber pendapatan dapat dikembangkan atau dibuat, kolaborasi dengan mitra
yang dapat membantu fokus pada bisnis inti dapat ditingkatkan, dan adanya pasar
sedang tumbuh yang dapat dimanfaatkan. Sementara faktor-faktor yang menjadi
ancaman utama pada komponen MBK BTNGP, yaitu: kualitas sumberdaya kunci
dapat terancam kapan saja, biaya yang terancam tumbuh lebih cepat dari
pendapatan, dan kualitas kegiatan terancam kapan saja.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, model bisnis BTNGP dapat
dikembangkan dengan penyempurnaan pada seluruh komponen model bisnis
dengan mempertimbangkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
MBK BTNGP. Pengembangan model bisnis BTNGP bertujuan menciptakan dan
meningkatkan aliran pendapatan untuk menjamin keberlanjutan pendanaan dan
kualitas sumberdaya kunci yang dimiliki. Peningkatan aliran pendapatan dalam
MBK BTNGP Mandiri dilakukan dengan menyempurnakan proposisi nilai
melalui pengembangan serta pengusahaan produk dan jasa kondisi lingkungan.

Proposisi nilai MBK BTNGP mandiri disempurnakan dengan menambah jasa
yang ditawarkan berupa fungsi penyerapan dan penyimpanan karbon dalam

kerangka perdagangan karbon. Selain itu, proposisi nilai juga disempurnakan
dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas produk atau jasa yang
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Perubahan mendasar model
bisnis BTNGP terdapat pada komponen hubungan pelanggan. Untuk memperoleh
bentuk hubungan pelanggan yang lebih efektif, maka target pelanggan yang
dilayani perlu digabungkan dalam satu wadah. Bentuk hubungan pelanggan yang
dikembangkan ialah kerjasama operasi dalam pengusahaan produk dan jasa
kondisi lingkungan melalui kemitraan antara BTNGP, Pemerintah Kabupaten, dan
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Penyempurnaan model bisnis BTNGP
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan melalui pengembangan kerjasama
pengusahaan dengan pola pembagian keuntungan.
Berdasarkan tujuan tersebut, pengembangan model bisnis BTNGP
menggunakan pendekatan yang mengkombinasikan inovasi model perusahaan dan
model pendapatan, yaitu inovasi untuk memperoleh pendapatan melalui
konfigurasi ulang produk dan jasa yang ditawarkan, model penetapan harga, dan
perubahan cara melakukan dalam rantai nilai dengan melakukan perluasan
perusahaan dan jaringan. Kedua tipe pendekatan inovasi tersebut dapat memandu

suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan finansial (IBM Global Business
Services 2006). Inovasi model bisnis dihasilkan antara lain dari adanya tujuan
suatu organisasi untuk meningkatkan kondisi pasar saat ini dengan model bisnis
yang lebih baik dan menciptakan sebuah pasar yang baru (Osterwalder dan
pigneur 2010). Inovasi model bisnis melalui pendekatan perusahaan yang
menekankan pada kolaborasi dengan pihak luar merupakan sebuah pertimbangan
kunci dalam stategi perubahan yang berhasil, sehingga inovasi bentuk ini paling
umum dilakukan (IBM Global Business Services 2006).
Pengembangan BTNGP Mandiri dirancang berdasarkan kombinasi strategi
S-T dan WT dengan strategi yang diusulkan, yaitu: peningkatan kerjasama yang
fokus terhadap kegiatan kunci dalam rangka mengembangkan proposisi nilai
dengan brand yang kuat dan pengembangan kolaborasi usaha dengan mitra kerja
untuk menjamin keberlanjutan pendapatan dan kualitas sumberdaya kunci.
Strategi tersebut digunakan sebagai dasar dalam penyempurnaan setiap komponen
model bisinis BTNGP, sehingga diperoleh model bisnis BTNGP Mandiri, yaitu
model bisnis yang mendapatkan keuntungan lebih tinggi sehingga dapat
menjamin keberlanjutan keuangan serta kualitas dan kuantitas sumberdaya kunci
Model bisnis BTNGP Mandiri dirancang menggunakan pendekatan
kombinasi antara inovasi model perusahaan dan model pendapatan. Model bisnis
BTNGP Mandiri dikategorikan sebagai model bisnis Business to Business (BoB)

yang menjual produk dan jasa melalui perusahaan, sehingga sifat pengelolaan dan
organisasinya sebagai regulator. Pengusahaan kondisi lingkungan di TNGP
dilakukan dengan sistem Public-People-Private Enterprise yang dimiliki oleh
pemerintah, masyarakat, dan swasta bersama-sama untuk memberikan manfaat
secara adil kepada seluruh shareholders. Pengusahaan tersebut secara finasial
layak dikembangkan yang diindikasikan dengan nilai NPV sebesar Rp 10,2
milyar, IRR sebesar 48,1%, dan laba bersih Rp 24,7 milyar. Organisasi BTNGP
Mandiri berbentuk KPHK dengan fungsi pengelolaan yang fokus pada kegiatan
peningkatan pemanfaatan dan pola pengelolaan keuangan dalam bentuk BLU.
Kata Kunci : taman nasional, model bisnis, kegiatan kunci, sumberdaya kunci

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


Pengembangan Taman Nasional Mandiri Melalui Pendekatan Model Bisnis
Berbasis Pemanfaatan Kondisi Lingkungan
di Taman Nasional Gunung Palung

HENDRA GUNAWAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : DR. Ir. Tutut Sunarminto, MSi

Judul Tesis


: Pengembangan Taman Nasional Mandiri Melalui
Pendekatan Model Bisnis Berbasis Pemanfaatan Kondisi
Lingkungan di Taman Nasional Gunung Palung

Nama

: Hendra Gunawan

NRP

: E353100065

Program Studi

: Konservasi Keanekaragaman Hayati

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
Ketua

Pandu Wirawan Arief, SP, MBA, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Konservasi Keanekaragaman Hayati

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 20 September 2012

Tanggal Lulus :

To all those people out there conserving biodiversity in Gunung Palung
National Park

PRAKATA

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunianya-Nya tesis ini dapat diselesaikan sebaik mungkin. Topik
yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengelolaan kawasan konservasi dengan
judul Pengembangan Taman Nasional Mandiri melalui Pendekatan Model Bisnis
Berbasis Pemanfaatan Kondisi Lingkungan di Taman Nasional Gunung Palung.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Profesi (MP) pada Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing, Bapak
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS dan Pandu Wirawan Arief, SP, MBA, M.Sc yang
telah memberikan saran dan arahan. Di samping itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si dan Dr. Harnios Arief,
MS yang telah menjadi penguji luar komisi dan pimpinan sidang komisi. Tidak
lupa penulis sampaikan penghargaan kepada Bapak A. Haris Sudjoko, SH beserta
staf Balai Taman Nasional Gunung Palung, Rahmi Ananta WK, Ibrahim Sumardi,
M. Badri, Ahmad Nuryani, Susilo Ari Wibowo, Riduan Mo, Roni Eka, dan Hery
Sutanto yang telah membantu selama pengumpulan data dan infomasi. Penulis
berterimakasih juga kepada Iben Y. Ismarson, Pringgadi Kridiarto, Arti Yusdiarti,
dan Septi Eka Wardhani yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi serta
memberikan saran dalam penulisan tesis ini. Terakhir, penulis mengungkapkan
terima kasih atas perhatian dan pengertiannya kepada ibunda, istri, dan puteraputeri serta seluruh keluarga dan sahabat.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelolaan kawasan taman nasional dan
ilmu pengetahuan. Amiin

Bogor, September 2012
Hendra Gunawan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 18 Nopember 1979, merupakan
putra kedua dari ayah Drs. A. Saepudin dan ibu N. Mariah. Pendidikan Sarjana
ditempuh pada Program Studi Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Program
tersebut diselesaikan penulis pada tahun 2002 dengan judul Skripsi
Pengembangan Model Kawasan Sentra Produksi (KSP) Melalui Pendekatan
Wilayah Berbasis Agribisnis: Studi Kasus Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2010
atas biaya dari Kementerian Kehutanan, penulis berkesempatan melanjutkan studi
pada Program Magister Profesi Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH),
Sekolah Pascasarjana IPB.
Pada tahun 2002 sampai 2009, penulis mengabdi sebagai Pengendali
Ekosistem Hutan (PEH) pada Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP),
Kementerian Kehutanan. Selanjutnya pada tahun 2009, Penulis diberi amanah
sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Sukadana, BTNGP.
Selama bekerja penulis menjadi anggota Association for Tropical Biology and
Conservation (ATBC). Pada tahun 2009, penulis menjadi Counterpart Penelitian
dengan judul Awaiting Solution of Forest Law Enforcement for Sustainable
Protected Area Management: a case Study of Gunung Palung National Park.
Selama mengikuti program magister, penulis aktif berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan, antara lain: 1) Poster Presenter in Association for Tropical
Biology and Conservation Asia-Pacific Annual Meeting: Biodiversity Crisis in
Tropical Asia, Bangkok, 12-15 March 2011, 2) Delegasi Indonesia dalam Word
Leadership Conference 2011: Regional Position Paper for Asia Pacific Towards
Rio +20, Singapore, 11-15 Juli 2011, 3) Australian Academy of Science Lecture
Series on Business of Biodiversity, Jakarta 16 August 2011, 4) Peserta Workshop
of Public Private Partnership: As A Solution for Forest Sustainable Development,
Jakarta, 21 Desember 2011, dan 5) Peserta International Conference on
Sustainable Business Competitivenes, Bogor 25-26 Juni 2012. Sebuah artikel
telah diterbitkan dengan judul Trade-offs antara Konservasi Orangutan dan
Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia pada Jurnal Media
Konservasi Edisi Khusus 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup .................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
2.1 Konsep Taman Nasional .................................................................... 7
2.2 Model Bisnis...................................................................................... 14
2.3 Pengelolaan Sumber Daya Hutan ...................................................... 17
2.4 Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi .......................................... 18
2.5 Badan Layanan Umum ...................................................................... 19
2.6 Kelayakan Usaha ............................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 21
3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 21
3.2 Definisi Operasional ........................................................................... 23
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
3.4 Bahan dan Alat ................................................................................... 25
3.5 Rancangan Penelitian ......................................................................... 25
3.6 Data dan Informasi ............................................................................. 27
3.7 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 27
3.8 Metode Analisis Data ......................................................................... 31
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 37
4.1 Sejarah Kawasan................................................................................. 37
4.2 Letak Kawasan TNGP ........................................................................ 37
4.3 Bio-Fisik Kawasan ............................................................................. 37
4.4 Sosial, Ekonomi, dan Budaya ............................................................. 38
4.5 Organisasi ........................................................................................... 38
4.6 Keuangan ............................................................................................ 40
4.7 Program dan Kegiatan ........................................................................ 41
4.8 Pemanfaatan Kondisi Lingkungan TNGP .......................................... 42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 47
5.1 Rancangan Model Bisnis BTNGP Mandiri ........................................ 47
5.2 Rencana Sistem Pengusahaan dan Kelayakan Finansial .................... 68
5.3 Pola Pengelolaan dan Organisasi BTNGP Mandiri ........................... 79
VI. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 87
6.1 Simpulan ............................................................................................. 87
6.2 Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 89
LAMPIRAN ...................................................................................................... 95

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

xiv

Komponen model bisnis..........................................................................
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian........................
Latar belakang dan jumlah peserta FGD .................................................
Latar belakang dan jumlah narasumber ..................................................
Latar belakang pakar ...............................................................................
Deskripsi Komponen model bisnis .........................................................
Matrik SWOT .........................................................................................
Sebaran pegawai BTNGP berdasarkan jabatan dan penempatan............
Kegiatan pokok pengelolaan TNGP tahun 2010-2014 ............................
Potensi pendapatan proyek carbon tahunan di TNGP .............................
Nilai bobot kekuatan dan kelemahan komponen Model Bisnis BTNGP
Nilai bobot peluang dan ancaman komponen model bisnis BTNGP ......
Perbedaan model bisnis BTNGP dan BTNGP Mandiri .........................
Perbandingan Karakteristik Model Bisnis BTNGP dan BTNGP Mandiri
Matrik SWOT dan strategi pengembangan model bisnis BTNGP ..........
Proyeksi penjualan pengusahaan kondisi lingkungan TNGP ..................
Proyeksi penerimaan dari pengusahaan kondisi lingkungan ...................
Proyeksi biaya pengusahaan kondisi lingkungan di TNGP ....................
Struktur dan sumber permodalan.............................................................
Analisis laba rugi dari pengusahaan kondisi lingkungan TNGP .............
Proyeksi pembagian laba kepada shareholders .......................................
Arus Kas dari pemanfaatan kondisi lingkungan TNGP .........................
NPV dari pengusahaan kondisi lingkungan di TNGP .............................
IRR dari pengusahaan kondisi lingkungan di TNGP ..............................
Perbedaan karakter organisai BTNGP dan BTNGP Mandiri ..................
Analisis peraturan perundang-undangan terkait pengembangan taman
nasional mandiri. .....................................................................................

15
27
28
29
30
31
34
40
41
46
59
61
65
66
67
71
73
74
74
75
76
77
78
78
83
86

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Latar belakang penelitian .......................................................................
Perumusan masalah penelitian ...............................................................
Alur komponen model bisnis .................................................................
Kerangka pemikiran penelitian ..............................................................
Lokasi Taman Nasional Gunung Palung ................................................
Alur kegiatan penelitian .........................................................................
Model Bisnis Kanvas (MBK) ................................................................
Struktur organisasi BTNGP....................................................................
Anggaran dan pendapatan BTNGP ........................................................
Alokasi anggaran belanja kegiatan tahun 2007-2011.............................
Pengunjung wisata alam di TNGP .........................................................
Perkembangan jumlah peneliti di TNGP periode tahun 2007-2011 .......
Pemanfaat air komersil dan non komersil di TNGP ..............................
MBK BTNGP ........................................................................................
Hubungan antara sumberdaya kunci, proposisi nilai, dan
kelompok pelanggan ...............................................................................
Hubungan antara komponen proposisi nilai, hubungan pelanggan, dan
kelompok pelanggan ..............................................................................
Hubungan antara aliran pendapatan, kelompok pelanggan, dan
Proposisi nilai .........................................................................................
Hubungan antara sumberdaya kunci, kemitraan kunci, kegiatan kunci,
dan proposisi nilai...................................................................................
Alur penciptaan dan perolehan manfaat pada MBK BTNGP ................
Kekuatan dan kelemahan MBK BTNGP ...............................................
Peluang dan ancaman MBK BTNGP ...................................................
Prototipe MBK BTNGP Mandiri ..........................................................
Bagan organisasi BTNGP Mandiri .........................................................

3
5
15
23
25
26
32
39
41
42
43
44
45
47
49
51
52
54
58
60
61
63
81

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.

xvi

Hasil analisis isi terhadap peraturan perundangan terkait pengelolaan
dan pengembangan taman nasional mandiri ............................................
Hasil analisis isi terhadap dokumen konsep dan perencanaan
terkait pengelolaan dan pengembangan taman nasional mandiri .............
Hasil wawancara pakar .............................................................................
Catatan hasil Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka
perancangan model bisnis BTNGP ..........................................................
Catatan wawancara narasumber ...............................................................
Kuisioner analisis SWOT komponen model bisnis BTNGP....................
Proyeksi penjualan pengusahaan kondisi lingkungan TNGP melalui
sistem P3E................................................................................................
Proyeksi penerimaan pengusahaan kondisi lingkungan di TNGP melalui
sistem P3E. ...............................................................................................
Proyeksi biaya investasi pengusahaan kondisi lingkungan TNGP melalui
sistem P3E ................................................................................................
Proyeksi biaya tenaga kerja pengusahaan kondisi lingkungan TNGP
melalui sistem P3E ...................................................................................
Proyeksi laba rugi pengusahaan kondisi lingkungan TNGP melalui
sistem P3E................................................................................................
Proyeksi pembagian laba kepada shareholders dalam pengusahaan
kondisi lingkungan TNGP melalui sistem P3E........................................
Proyeksi cash flow dalam pengusahaan kondisi lingkungan TNGP
melalui sistem P3E ...................................................................................
Perhitungan angsuran pokok dan bunga kredit investasi dan kredit
modal kerja dalam pengusahaan kondisi lingkungan TNGP
melalui sistem P3E ...................................................................................
Hasil analisis kekuatan dan kelemahan model bisnis BTNGP .................
Hasil analisis peluang dan ancaman model bisnis BTNGP......................

96
104
107
112
114
116
120
121
122
124
126
126
127

127
128
129

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman nasional merupakan salah satu bentuk Kawasan Pelestarian Alam
(KPA) yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan fungsi pokoknya sebagai
hutan konservasi (UU. 41/1999 Pasal 7; UU. 5/1990 Pasal 29). Berdasarkan hasil
analisis spasial pemanfaatan kawasan hutan, luas arahan kawasan konservasi di
Indonesia adalah 26 819 385 ha, dari luas tersebut 61% diantaranya merupakan
areal taman nasional (Kemenhut 2011). Untuk mengelola taman nasional
pemerintah Indonesia telah membentuk 50 unit pengelolaan, yaitu 44 unit balai
taman nasional dan 6 unit balai besar taman nasional (Gelgel et al. 2011). Secara
umum

pengelolaan

taman

nasional

bertujuan

untuk

mengawetkan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies,
melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati secara lestari (PP. 28/2011 Pasal 2).
Pengelolaan taman nasional di Indonesia masih menghadapi berbagai
kendala, seperti: keterbatasan anggaran, sumberdaya pengelola masih belum
memadai, kelemahan infrastruktur, dan hubungan yang belum harmonis dengan
masyarakat di sekitar kawasan (Wiratno et al. 2004). Pengelola taman nasional
juga menghadapi berbagai permasalahan dan ancaman, seperti perambahan hutan,
pemukiman liar, pembalakan, perburuan dan kebakaran hutan (Haryono 2010).
Oleh karena itu, dalam pengelolaan taman nasional yang merupakan salah satu
bentuk hutan konservasi, terdapat beberapa issu sosial, yaitu: 1) lemahnya
dukungan secara nasional; 2) konflik dengan penduduk setempat; 3) konflik
dengan instansi pemerintah lainnya; 4) ketidak-kokohan dan ketidak-cukupan
anggaran; dan 5) penduduk di sekitar kawasan hutan konservasi cenderung lebih
miskin (Basuni 2009).
Kementerian Kehutanan telah menetapkan kebijakan dan strategi konservasi
untuk meningkatkan peran pemanfaatan dalam perlindungan dan pelestarian alam,
antara lain: 1) peningkatan peran pemanfaatan dalam perlindungan dan konservasi
SDH; 2) percepatan pembentukan kelembagaan konservasi yang mandiri
(KPHK/BLU) pada taman nasional yang mempunyai potensi tinggi dan tantangan

2

rendah; dan 3) perubahan orientasi kawasan konservasi yang mandiri (dari cost
center menjadi profit center) tanpa menghilangkan fungsi konservasi (Kemenhut
2011). Salah satu gagasan untuk mempercepat pembentukan kelembagaan
konservasi yang mandiri, akhir-akhir ini muncul ide konsep taman nasional
mandiri, yaitu taman nasional efektif yang dapat menjamin fungsi ekologis dan
sosial serta diperkuat dengan investasi pemerintah dan swasta untuk pemanfaatan
jasa lingkungan yang dari usahanya diperoleh pendapatan paling tidak 80 persen
untuk membiayai pengelolaan taman nasional (Gelgel et al. 2011). Ide tersebut
muncul sebagai respon atas adanya taman nasional yang mempunyai potensi yang
besar, seperti wisata alam, rekreasi, jasa lingkungan, dan hasil hutan bukan kayu
yang apabila dikelola dengan baik dan legal dapat menghasilkan penerimaan
dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dapat digunakan
untuk membiayai pengelolaan kawasan (Hartono 2008b).
Taman Nasional Gunung Palung (selanjutnya disebut TNGP) merupakan
salah satu taman nasional di Kalimantan Barat yang memiliki fungsi ekologi
sangat penting dan potensi ekonomi melimpah (Zamzani et al. 2009a). Akan
tetapi, keberadaan TNGP masih mengalami ancaman deforestasi yang disebabkan
oleh penebangan liar dan perladangan liar yang dipicu rendahnya pendapatan
keluarga sekitar TNGP (Zamzani et al. 2009b). Oleh karena itu, Balai Taman
Nasional Gunung Palung (BTNGP) telah berupaya mendorong kegiatan
pemanfaatan potensi TNGP dalam rangka memberikan insentif bagi masyarakat di
sekitarnya (Zamzani et al. 2009a). Selain itu, BTNGP juga telah melaksanakan
berbagai kegiatan pembinaan daerah penyangga untuk mengurangi tekanan dalam
bentuk gangguan terhadap keutuhan kawasan (Onda et al. 2008).
Pemanfaatan TNGP dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan produk
dan jasa kondisi lingkungan, yaitu: wisata alam, penelitian, dan pemanfaatan air.
TNGP merupakan aset yang sangat penting bagi masyarakat sekitarnya,
khususnya sebagai penyedia air bersih, udara yang segar, penyeimbang iklim
mikro, dan sumberdaya hutan non kayu, seperti buah-buahan (Zamzani et al.
2009a).

Potensi sumberdaya air yang ada di kawasan TNGP sebesar 4,084

3

m /detik atau 128 790 580 m³/tahun. Potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh
masyarakat dan pemerintah daerah sebagai air baku PDAM, Air Minum Dalam

3

Kemasan (AMDK), pengairan pertanian, dan kebutuhan domestik lainnya
(BTNGP 2009). Wisatawan dan peneliti yang berkunjung ke TNGP pada tahun
2011 sebanyak 369 orang yang berkontribusi terhadap PNBP, sekitar Rp 15 000
000 (BTNGP 2012). Sementara potensi jasa lingkungan TNGP sebagai fungsi
penyimpan dan penyerap karbon, yaitu sebesar 18 118 000 ton/tahun (BTNGP
2006). Potensi tersebut di atas diperkirakan memiliki nilai manfaat ekonomi bagi
masyarakat lokal, regional, dan global senilai 47 000 USD per tahun (Gunawan &
Kristianti 2010).
Upaya pemanfaatan kondisi lingkungan di TNGP sampai saat ini belum
dilakukan secara optimal, sehingga belum memberikan peran dan fungsinya yang
maksimal, baik ditinjau dari aspek ekologis, sosial, dan ekonomi.

Untuk

merespon persoalan dan peluang tersebut diatas, penelitian ini dilakukan dalam
rangka meningkatkan pemanfaatan kondisi lingkungan sebagai basis dalam
pengembangan

taman

nasional

mandiri

serta

menganalisisnya

dengan

menggunakan pendekatan model bisnis, yaitu suatu model yang memberikan
gambaran

logis

mengenai

bagaimana

sebuah

organisasi

menciptakan,

menghantarkan, dan menangkap sebuah nilai dari potensi yang dimiliki. Secara
ringkas latar belakang penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Latar belakang penelitian.

4

1.2 Perumusan Masalah
Kendala yang paling umum dalam mengelola kawasan konservasi termasuk
taman nasional ialah terbatasnya anggaran yang diperlukan untuk melakukan
berbagai aktifitas, seperti penataan batas kawasan, pengembangan prasarana,
pelatihan staf, dan program pendidikan (Dixon & Sherman 1990). Anggaran
pengelolaan kawasan konservasi dapat diperoleh dari pendapatan dalam
mengelola, menawarkan, dan menjual produk dan jasa lingkungan, antara lain: 1)
wisata alam; 2) pemanfaatan air; 3) penyimpanan dan penyerapan carbon; 4)
perlindungan habitat kritis; dan 5) produk hasil hutan bukan kayu (IUCN 2000).
Pendapatan tersebut idealnya harus tetap berada di dalam sistem yang dapat
digunakan dalam berbagai kegiatan untuk tujuan peningkatan efektivitas
perlindungan dan pengelolaan kawasan konservasi (Dixon & Sherman 1990).
Oleh karena itu, kegiatan pemanfaatan dan pengembangan produk atau jasa
lingkungan serta hasil hutan bukan kayu di kawasan konservasi, khususnya di
taman nasional harus menjadi prioritas serta perlu didukung oleh regulasi yang
tepat dan efektif (Kemenhut 2011).
Kegiatan pemanfaatan potensi kondisi lingkungan di TNGP belum dilakukan
secara

maksimal,

sehingga

menyebabkan

masih

rendahnya

kontribusi

pemanfaatan potensi tersebut terhadap Produk Nasional Bruto (PNB), Pendapatan
Asli Daerah (PAD), serta manfaat langsung kepada masyarakat dan sektor lain.
Hal itu menjadi salah satu penyebab lemahnya dukungan terhadap pengelolaan
TNGP dari pemerintah daerah, masyarakat, swasta, dan sektor lain. Lemahnya
dukungan para pihak tersebut berakibat terhadap kurang efektifnya pengelolaan
TNGP. Gelgel et al. (2011) menyatakan bahwa efektifitas pengelolaan taman
nasional di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti masalah
kelembagaan, legalitas kawasan, konflik kawasan, dan rendahnya komitmen para
pihak dalam mendukung keberhasilan kegiatan konservasi. Faktor-faktor tersebut
terkait erat dengan keterbatasan sumberdaya manusia dan anggaran pemerintah.
Kerangka perumusan masalah dalam penelitian ini secara ringkas disajikan pada
Gambar 2.

5

Gambar 2 Perumusan masalah penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
yang akan ditemukan solusinya dalam penelitian ini ialah bagaimana
meningkatkan pemanfaatan kondisi lingkungan di TNGP sebagai basis dalam
pengembangan BTNGP Mandiri?. Rumusan masalah tersebut dijadikan dasar
dalam penyusunan pertanyaan penelitian, yaitu:
1) bagaimana model bisnis BTNGP Mandiri?
2) bagaimana sistem dan kelayakan pengusahaan kondisi lingkungan yang
mendukung pengembangan BTNGP Mandiri?
3) bagaimana pola pengelolaan dan organisasi BTNGP Mandiri?

1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian seperti tersebut
diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1) merancang model bisnis BTNGP Mandiri;
2) merencanakan sistem dan kelayakan pengusahaan kondisi lingkungan TNGP;
3) merumuskan pola pengelolaan dan organisasi BTNGP Mandiri.

6

1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan, para pihak yang terlibat di lokasi studi, dan masyarakat umum:
1)

manfaat bagi ilmu pengetahuan dari penelitian ini diantaranya konsep
pengelolaan dan organisasi kawasan konservasi, khususnya taman nasional;

2)

memberikan kontribusi pemikiran ilmiah dalam pengelolaan taman nasional
sebagai upaya percepatan pembentukan kelembagaan konservasi mandiri;

3)

memberikan masukan kepada pengambil kebijakan, pengelola, dan
masyarakat di lokasi studi dalam pengelolaan taman nasional.

1.5 Ruang Lingkup
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut diatas, maka
fokus kegiatan yang sekaligus ruang lingkup penelitian ini ialah mengembangkan
BTNGP sebagai taman nasional mandiri dari aspek finansial melalui peningkatan
pemanfaatan kondisi lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Taman Nasional
2.1.1 Definisi dan Fungsi
Taman nasional adalah KPA yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (UU.
5/1990 Pasal 1; PP. 28/2011 Pasal 1). Menurut IUCN (1994) taman nasional
adalah suatu areal, baik darat dan atau laut yang secara khusus diperuntukan bagi
perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan budaya yang terkait
dengan sumberdaya alam tersebut, dan dikelola melalui upaya-upaya yang legal
atau upaya-upaya efektif lainnya untuk perlindungan ekosistem dan wisata. IUCN
merevisi definisi tersebut dalam Dudley (2008), taman nasional adalah kawasan
yang dilindungi (protected areas) dengan areal alami yang luas atau mendekati
alami yang disisihkan untuk melindungi proses-proses ekologi yang luas, bersama
dengan komplemen dari spesies dan karakteristik ekosistem areal tersebut, yang
juga menyediakan landasan bagi pengembangan religi, keilmuan, pendidikan,
rekreasi dan pengunjung yang sesuai dengan kaidah-kaidah pelindungan
lingkungan dan budaya.
Mackinnon et al. (1990) menggambarkan taman nasional sebagai kawasan
pelestarian alam yang luas, relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang
menonjol dengan kepentingan pelestarian tinggi, potensi objek rekreasi besar,
mudah dicapai, dan mempunyai manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut.
Sementara Putro et al. (2012) mendefinisikan taman nasional dalam konteks
pengelolaan kolaboratif sebagai hamparan ekosistem alamiah dengan batas-batas
yang jelas, di dalam dimensi ruang ekologi, sosial, ekonomi dan kewenangan
tertentu, yang ditetapkan pemerintah untuk mempertahankan fungsi perlindungan
sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati, serta
mengoptimalkan fungsi sosial dan ekonominya melalui pemanfaatan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya secara lestari.

8

Suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman
nasional apabila memenuhi kriteria meliputi: (1) memiliki sumberdaya alam
hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala
alam yang unik; (2) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang utuh; (3)
mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekoogis secara
alami; dan (4) merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan (PP.
28/2011 Pasal 8).

Taman nasional merupakan KPA yang mempunyai fungsi

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya (UU. 5/1990 Pasal 30).

Sementara IUCN (1994) menyatakan

bahwa fungsi taman nasional, yaitu: 1) perlindungan proses-proses ekologi dan
sistem penyangga kehidupan; 2) pengawetan sumber plama nutfah; dan 3)
pemanfaatan spesies atau ekosistem secara lestari yang mendukung kehidupan
penduduk dan menopang sejumlah industri.
2.1.2 Tujuan, Pengelolaan, dan Penyelenggaraan
Penetapan kawasan taman nasional merupakan salah satu upaya konservasi
yang bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam
hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (UU No.
5/1990 Pasal 3). Penetapan taman nasional juga bertujuan untuk melindungi
kawasan alami dan berpemandangan indah yang penting, secara nasional atau
internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan
rekreasi (MacKinnon et al. 1990). Tujuan penetapan taman nasional tersebut
seharusnya menjadi dasar dalam pengelolaan (management by objective), yaitu
pendekatan yang berorientasi kepada hasil, dimana penekanan lebih difokuskan
pada pencapaian output dan outcome (Thomas & Middleton 2003). Oleh karena
itu, agar pengelola taman nasional dapat mengelola taman nasional dengan baik
dan benar, paling tidak harus memahami empat hal, yaitu: 1) apa yang harus
dikelola, 2) apa tujuan pengelolaan, 3) bagaimana mengelola secara efektif dan
efisien, dan 4) apa kriteria dan indikator kinerja pengelolaan (Hartono 2008a).

9

Pengelolaan taman nasional adalah upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengelola kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian.

Sedangkan, penyelenggaraan

taman nasional meliputi kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, dan evaluasi kesesuaian fungsi (PP. 28/2011 Pasal 1 dan 13).
Konsep pengelolaan taman nasional, yaitu: 1) berwawasan lingkungan, 2)
berorientasi pada kekhasan sumber daya, dan pemakai, dan 3) berorientasi pada
pembagunan wilayah, wisata ilmiah, dan pendidikan (Basuni 1987). Pengelolaan
taman nasional dilakukan dengan berpedoman terhadap rencana pengelolaan dan
memperhatikan sistem zonasi, yaitu suatu proses pengaturan ruang dalam taman
nasional menjadi zona- zona dengan mempertimbangkan kajian dari aspek
ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat (P. 56/Menhut-II/2006; P.
41/Menhut-II/2008).

Kegiatan pengelolaan taman nasional bertujuan untuk

mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah
kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati (PP. 28/2011 Pasal 2).
Pengelolaan dan penyelenggaraan taman nasional dilaksanakan oleh
pemerintah dengan membentuk unit pengelola oleh menteri, yaitu balai besar/balai
taman nasional (UU. 5/1990 Pasal 34; PP. 28/2011 Pasal 12; P.40/MenhutII/2010). Penyelenggaraan taman nasional dapat dikerjasamakan dengan badan
usaha, lembaga internasional, atau pihak lainnya, seperti: masyarakat setempat,
lembaga swadaya masyarakat, perorangan, dan lembaga pendidikan (PP. 28/2011
Pasal 43). Kewenangan penetapan kriteria, standar dan penyelenggaraan
pengelolaan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru termasuk
daerah aliran sungai didalamnya diserahkan kepada pemerintah pusat (PP. 25/2000
pasal 2).

Sedangkan pemerintah daerah dapat membantu sebagian urusan

pelaksanaan konservasi seperti penyelenggaraan inventarisasi dan pemetaan, tata
batas, dan penyediaan dukungan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis
(UU. 5/1990 Bab 10; PP. 25/2000 pasal 3). Pendanaan pengelolaan KSA dan KPA
bersumber pada APBN atau APBD dan sumber dana lainnya sesuai ketentuan
perundangan (PP. 28/2011 Pasal 48).

10

2.1.3 Konsep Taman Nasional Model dan Taman Nasional Mandiri
Pembentukan taman nasional model diharapkan dapat memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang bagaimana seharusnya taman nasional
dikelola, sehingga sumber daya yang sangat terbatas dapat lebih difokuskan untuk
menjadikan taman nasional tersebut sebagai ‘the true national park' (Hartono
2008a). Taman Nasional Model adalah taman nasional yang dikelola sedemikian
rupa sehingga pada suatu saat dapat dikelola secara mandiri (Putro et al. 2012).
Istilah mandiri tersebut dapat merujuk kepada salah satu dari empat hal berikut: 1)
kapasitas/kapabilitas pengelola; 2) kemampuan finansial; 3) pengambilan
keputusan, dan 4) ketiga hal sebelumnya (Hartono 2008a).
Berdasarkan ide, konsep, dan aspek kemandirian tersebut, taman nasional
mandiri didefinisikan sebagai taman nasional yang mampu membiayai sebagian
atau seluruh pelaksanaan tugas pokok diluar gaji dan kegiatan rutin lainnya dari
penerimaan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tersebut dalam bentuk
PNBP yang pengelolaan keuangannya dapat dikategorikan sebagai Badan
Layanan Umum (Hartono 2008b). Salah satu kriteria taman nasional mandiri
ialah efektifnya pengelolaan yang memiliki indikator sebagai berikut: 1)
kelembagaan (organisasi pengelola); 2) tersedianya data potensi dan keberlanjutan
program inventarisasi sumberdaya hutan; 3) tersedianya RPTN meliputi zonasi,
desain tapak, dan peta interpretasi; 4) kemantapan kawasan hutan; 5) sistem
monitoring dan reporting; dan 6) peta, strategi, antisipasi, dan implementasi
penyelesaian konflik (Kemenhut 2011b).
Kemandirian taman nasional dapat diwujudkan dengan PKTN yang mampu
menguatkan pengelolaan taman nasional melalui penguatan kapasitas pengelolaan,
peningkatan pendanaan, dan mewujudkan pemberdayaan masyarakat. Upaya
tersebut didorong tanpa mengabaikan manfaat ekonomi yang mungkin
dikembangkan untuk menghasilkan keuntungan bisnis yang disertai adanya
mekanisme pembagian keuntungan dan ruang otonom untuk mengelola cash flow
dengan organisasi yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU dan
didukung dengan sumber daya manusia yang profesional (Putro et al. 2012). Ide
pembentukan taman nasional mandiri merupakan gagasan yang perlu diwujudkan
untuk mendorong kreativitas pengelola dan meningkatkan kegiatan ekonomi

11

masyarakat. Kemandirian taman nasional seyogyanya tidak hanya diwujudkan
melalui penggalian potensi penerimaan, tetapi juga melalui skema kolaborasi antar
stakeholders dan networking dengan institusi terkait (Hartono 2008b).
Pengembangan taman nasional menuju ke arah taman nasional mandiri perlu
ditelaah secara mendalam, terutama berkaitan dengan batasan dan ruang lingkup
kemandirian, payung hukumnya, strategi dan langkah implementasinya, sampai
dengan kriteria dan indikator penilaiannya. Pengelolaan taman nasional menuju
taman nasional mandiri hanya dapat dilakukan apabila payung hukum ke arah
tersebut sudah dibuat. Selain itu juga diperlukan konsep yang jelas dalam bentuk
arahan dan pedoman tentang bagaimana mengelola taman nasional mandiri
(Hartono 2008a). Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 dan No. 28
Tahun 2010, serta prioritas nasional pembangunan KPHK, memberikan secercah
harapan baru bagi PKTN untuk menemukan koridor bagi peran publik, swasta,
dan masyarakat madani yang menjamin keberlanjutan dan kemandirian
pengelolaan taman nasional (Putro et al. 2012).
2.1.4 Pemanfaatan
Pengelolaan taman nasional di Indonesia mengalami pergeseran orientasi
dari yang semata-mata pada perlindungan sistem penyangga kehidupan dan
pengawetan keanekaragaman spesies dan ekosistemnya ke perluasan orientasi
pada aspek pemanfaatan yang terfokus pada jasa lingkungan, wisata alam, dan
manfaat lain yang dapat dikelola secara berkelanjutan (Putro et al. 2012).
Manfaat taman nasional yang lainnya bervariasi tergantung potensi kawasan dan
ekosistemnya, antara lain: (1) jasa dan proses ekologi; (2) tumbuhan dan satwa
liar; (3) rekreasi dan jasa wisata; (4) situs sejarah dan budaya; dan (5) pendidikan
dan penelitian (Dixon & Sherman 1990).

Pemanfaatan dilakukan melalui

kegiatan pokok sebagai berikut: (1) identifikasi, pemanfaatan, dan pengaturan
wisata alam secara berkelanjutan; (2) identifikasi, budaya, dan pemanfaan plasma
nutfah; (3) identifikasi dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada zona-zona
tertentu; (4) identifikasi, pemanfaatan, dan pengaturan jasa lingkungan; dan (5)
media pendidikan, penelitian, bina cinta alam, dan pembinaan generasi muda.
Semua upaya tersebut dilakukan untuk memanfaatkan potensi kawasan dan
ekosistemnya dengan dampak yang terukur dan t