The Socio economic development of the buffer zone community of Gunung Ciremai National Park
PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL
GUNUNG CIREMAI
DIAH ZUHRIANA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi.
Bogor, Agustus 2012
Diah Zuhriana E361070041
(4)
(5)
ABSTRACT
DIAH ZUHRIANA. The Socio Economic Development of the Buffer Zone Community of Gunung Ciremai National Park. Under the direction of: HADI S. ALIKODRA, SOERYO ADIWIBOWO, and ERVIZAL A.M. ZUHUD
The objectives of this research are, first, to explore in-depth the problems and the socio economic conditions of the community living in the buffer zone of Gunung Ciremai National Park (GCNP). Second, to simulate and analyze the impact of the agroforestry and ecotourism development to local labor absorption, income and forest cover. Third, to formulate the strategy for socio economic development of the buffer zone’s Park. The research carried out in the five villages located at the buffer zone of the GCNP. Data were obtained through field survey by interviewing several amount of respondents, direct field observations, focus group discussion and secondary data collections. Data were analyzed through supply and demand analysis, descriptive analysis, stakeholder’s analysis, and dynamic system analysis. Three scenarios are simulating in the last mentioned analysis i.e. business as usual, moderate and optimist scenario.
Regarding the first objective, the existing socio economic conditions of the buffer zone’s Park are describe as follows. First, most of the community living in the buffer zone work as land owner-farmer or labor-farmer and educated from elementary school. Second, the agroforestry activities contribute up to 56 percent of the total household income whereas, the ecotourism contribute to amount of 41 percent. Third, the attitude of the local people toward national park conservation is considered low due to fewer park’s benefit perceived by the local people. Concerning the second objective of the research, the optimist scenario is the best path way for developing the future socio-economic conditions of the buffer zone. However, with regards to third objective of the research, the best strategy for developing the socio economic conditions of the buffer zone is through improving the infrastructure facilities for ecotourism, intensifying the frequency of agroforestry extension, sustained local community assistance as well as enhancing local community participation toward ecotourism and agroforestry development.
Keywords: buffer zone, national park, ecotourism, agroforestry, community development.
(6)
RINGKASAN
DIAH ZUHRIANA. Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing oleh HADI SUKADI ALIKODRA, SOERYO ADIWIBOWO, DAN ERVIZAL A.M. ZUHUD.
Keberhasilan pengelolaan taman nasional sangat ditentukan oleh intensitas interaksi dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat sekitar kawasan taman nasional. Jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu hal yang akan memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut (MacKinnon 1990). Penelitian ini bertujuan untuk, pertama, menelaah permasalahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Kedua, menganalisis dan melakukan simulasi dinamis pengembangan program ekowisata dan agroforestri, dan ketiga, merumuskan strategi pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC melalui kegiatan ekowisata dan agroforestri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Mei 2011 di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 5 desa yang memiliki potensi ekowisata dan/atau agroforestri dipilih secara purposive sebagai desa sampel. Data diperoleh melalui metode survei dengan wawancara kepada sejumlah responden, observasi langsung di lapangan, Focus Group Discussion (FGD), data sekunder dan literatur. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode : 1) analisis deskriptif, 2) analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand), 3) analisis pemangku kepentingan (stakeholder), serta 4) analisis sistem dinamik dengan perangkat lunakSTELLA 9.02.
Model yang dibangun terdiri dari tiga sub model yaitu: 1) Sub model kesempatan kerja, 2) Sub model pendapatan, dan 3) Sub model kelestarian TNGC. Variabel kunci yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pengembangan ekowisata terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat adalah: 1) pengembangan fasilitas ekowisata, 2) jumlah program/ kegiatan dari stakeholder yang mendukung ekowisata, dan 3) jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam program/kegiatan ekowisata. Adapun variabel kunci yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pengembangan agroforestri terhadap tenaga kerja dan pendapatan adalah: 1) frekuensi penyuluhan, 2)
(7)
frekuensi pendampingan, 3) jumlah program/kegiatan dari stakeholder, dan 4) jumlah anggota masyarakat yang terlibat dalam program/kegiatan agroforestri. Tiga skenario pengembangan ekowisata dan agroforestri disimulasikan dalam studi ini: skenario bussiness as usual; moderat dan optimis.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC secara singkat adalah sebagai berikut. Pertama, masyarakat daerah penyangga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani dan berpendidikan tamat Sekolah Dasar. Kedua, alternatif mata pencaharian di sektor ekowisata dapat memberikan kontribusi pendapatan sebesar 41% dari total pendapatan masyarakat dan dari kegiatan agroforestri dapat memberikan kontribusi sebesar 56,29%. Ketiga, sikap masyarakat yang kurang mendukung upaya konservasi TNGC disebabkan kurangnya manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan TNGC.
Adapun untuk menganalisis sistem dinamis pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga diperoleh hasil sebagai berikut. Untuk skenario eksisting (bussiness as usual), hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam 10 tahun mendatang tenaga kerja yang diserap di ekowisata akan meningkat sebesar 135,78%; dan pendapatan per kapita per bulan warga masyarakat yang terlibat dalam usaha ini akan meningkat sebesar 60,76%. Adapun pengembangan agroforestri akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 38,27% dan meningkatkan pendapatan warga masyarakat yang berusaha di usaha ini sebesar 5,73%. Dampak lanjutan dari hal ini adalah meningkatnya penutupan hutan TNGC dari 5.132 ha menjadi seluas 5.231 hektar atau meningkat sebesar 1,92%.
Adapun analisis pengembangan ekowisata dan agroforestri dengan skenario moderat menunjukkan beberapa hal sebagai berikut. Dalam 10 tahun mendatang jumlah tenaga kerja yang akan diserap akibat pengembangan ekowisata diperkirakan meningkat sebesar 200% dengan pendapatan per kapita per bulan meningkat sebesar 119,16%. Sementara jumlah tenaga kerja yang akan diserap akibat pengembangan agroforestri diperkirakan meningkat sebesar 213,64% dengan pendapatan per kapita per bulan meningkat sebesar 78,68%. Dampak lebih lanjut dari hal ini adalah bertambahnya luas penutupan hutan TNGC dari 5.132,00 hektar (tahun 2009) menjadi 6.580 hektar (tahun 2019) atau mengalami peningkatan sebesar 28,21%.
(8)
Adapun hasil simulasi untuk skenario optimis pengembangan ekowisata dan agroforestri menunjukkan hal sebagai berikut. Dalam 10 tahun mendatang, jumlah tenaga kerja yang diserap ekowisata diperkirakan akan meningkat sebesar 200% dan pendapatan per kapita per bulan anggota masyarakat diperkirakan meningkat sebesar 119,16%. Sementara untuk pengembangan agroforestri, tenaga kerja yang diserap akan meningkat sebesar 481,72% dan pendapatan per kapita per bulan meningkat sebesar 176,16%. Implikasi lebih lanjut dari situasi ini adalah luas penutupan hutan TNGC bertambah dari 5.132 hektar (pada tahun 2009) menjadi 7.286 hektar (pada tahun 2019) atau mengalami peningkatan sebesar 41,96%.
Apabila akan ditempuh pengembangan ekowisata dan agroforestri menurut skenario moderat, maka strategi yang perlu ditempuh oleh stakeholder Pemerintah (Balai TNGC dan Pemda Kabupaten Kuningan) adalah melibatkan secara aktif peran dunia usaha atau LSM sebagai mitra dalam pengembangan program ekowisata dan agroforestri. Adapun program-program yang perlu dijalankan adalah pertama, pengembangan fasilitas ekowisata dari kondisi kurang baik menjadi cukup baik dengan fokus pelayanan pengunjung dan pengembangan usaha. Kedua, peningkatan frekuensi penyuluhan minimal empat bulan sekali dengan fokus ketrampilan teknik penanggulangan hama dan penyakit, peningkatan produksi jenis tanaman unggulan dan pemasaran hasil. Ketiga, pendampingan kelompok dengan fokus pada fasilitasi usaha produktif dan peningkatan nilai tambah produksi agroforestri. Keempat, keberlanjutan program ekowisata dan agroforestri minimal dua kali per tahun, dengan fokus permodalan dan pelatihan peningkatan usaha wisata dan agroforestri, serta kelima, pelibatan masyarakat yang lebih merata dengan prioritas pada masyarakat yang belum pernah dilibatkan dalam program.
Namun bila akan ditempuh pengembangan ekowisata dan agroforestri menurut skenario optimis, maka strategi yang perlu ditempuh oleh stakeholder Pemerintah (Balai TNGC dan Pemda Kabupaten Kuningan) adalah melibatkan secara aktif peran dunia usaha dan juga LSM sebagai mitra dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga dengan membentuk sebuah wadah organisasi pengelolaan bersama. Program-program yang perlu dijalankan adalah pengembangan fasilitas ekowisata menjadi sangat baik, pengembangan agroforestri melalui peningkatan frekuensi penyuluhan minimal dua bulan sekali, pendampingan masyarakat minimal tiga kelompok per
(9)
desa, program-program dari stakeholder dilakukan secara kontinyu minimal tiga kali per tahun, serta pelibatan masyarakat dalam program ditingkatkan minimal tiga kali dari kondisi saat ini. Pengembangan ekowisata dan agroforestri tersebut dengan fokus yang sama dengan skenario moderat.
Seluruh program dilakukan melalui pendekatan pengembangan masyarakat dari semula memandang masyarakat sebagai pihak lemah dan tidak berdaya (hanya sebagai objek perubahan) menjadi pendekatan yang lebih berorientasi pada perubahan sikap, tingkah laku dan budaya yang mengarah pada kemandirian masyarakat (sebagai subjek perubahan).
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan daerah penyangga yang berbasis pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat melalui kegiatan ekowisata di desa Cisantana, desa Manis Kidul dan desa Pajambon, serta kegiatan agroforestri di desa Karangsari, desa Seda dan desa Pajambon akan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, jika terdapat sinergitas diantara stakeholder, dilakukan dengan memberikan peran yang lebih besar pada masyarakat dalam pengelolaan daerah penyangga, melalui pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih memperhatikan proses dari pada hasil serta memberikan kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi, akses modal dan akses terhadap sumberdaya alam kepada masyarakat daerah penyangga.
(10)
PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL
GUNUNG CIREMAI
DIAH ZUHRIANA
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
(11)
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
2. Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc. 2. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A
(12)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Disertasi : Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat
Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai Nama : Ir. Diah Zuhriana, M.Pd.
NIM : E 361070041
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S. Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S. Anggota Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Konservasi Biodiversitas Tropika
Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
(13)
(14)
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB
(15)
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu Jawa Barat pada tanggal 31 Oktober 1967, merupakan putri kedua dari enam bersaudara, keluarga Bapak Moh. Djuhadi (alm) dan Ibu Siti Afifah.
Lulus SD Negeri Halimun II Bandung pada tahun 1979, SMP Negeri Karangampel lulus pada tahun 1982, dan SMA Negeri I Indramayu lulus pada tahun 1985. Mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1990, dan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) dari Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tahun 2001.
Pada tahun 2007 penulis masuk program S3 Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika (KVT). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor, penulis menyusun Disertasi dengan judul ”Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai”, dengan Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S., sebagai Ketua, Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S, dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M Zuhud, M.S. masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Penulis mulai bekerja sebagai Guru di Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Pekanbaru pada tahun 1993 – 2002, sebagai Sekretaris Jurusan pada Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor, Jurusan Kehutanan tahun 2002 - 2004, dan sebagai Widyaiswara pada Balai Diklat kehutanan Bogor tahun 2004 hingga sekarang. Penulis menikah dengan Endras Wahyudi dan dikaruniai 4 orang putra putri.
(17)
(18)
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga proses penelitian dan penyusunan disertasi ini dapat diselesaikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S, Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S, dan Prof. Ervizal, A.M. Zuhud, M.S, sebagai komisi pembimbing, atas segala bimbingan dan arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA, atas bimbingan dan ilmu pemodelan yang telah diajarkan.
3. Kepala Taman Nasional Gunung Ciremai (Bapak Ir. Kurung waktu itu) beserta segenap jajarannya, Pak Maman, Bu Nisa, Pak Rachmat, Pak Mufti, Pak Ichwan, dan lainnya yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S dan Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si, sebagai penguji pada ujian tertutup yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan.
5. Para narasumber di lapangan, Bapak Inda, Kepala Desa Karangsari, Bapak Rachmat dari LSM Kanopy, Bapak Mulyadi Ketua Kompepar, Bapak Kusnadi, Bapak Engkos aparat Desa Seda, para Penyuluh Kehutanan Lapangan di Kabupaten Kuningan, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah menyediakan waktu dan tenaga membantu pelaksanaan penelitian di lapangan.
6. Staf pendidikan pada Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika Departemen KSHE pada khususnya, dan staf pendidikan Sekolah Pascasarjana IPB pada umumnya, yang telah membantu kelancaran studi. 7. Para pegawai di lingkungan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan
Ekowisata atas bantuan dan kerjasamanya selama menjalankan studi.
8. Kepala Pusat Diklat Kehutanan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi S3 di IPB dan Kepala Balai Diklat Kehutanan Bogor atas perkenannya sehingga penulis dapat menempuh studi S3.
(19)
9. Rekan-rekan di lingkungan Seksi Penyelenggaraan Diklat Pusat Diklat Kehutanan dan Balai Diklat Kehutanan Bogor atas segala doa dan dukungannya.
10. Dr. Sigit Nugroho dan Dr. Moh. Haryono atas segala bantuan dan dukungannya.
11. Rekan-rekan seperjuangan menempuh studi S3, Dr. Garsetiasih, Dr. Siti Badriyah Rusharyati, Dr. Sri Rahayu dan rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sebagai teman diskusi dan berbagi motivasi.
12. Ibunda Siti Afifah dan Lilik Kustini, serta keluarga besar Moh. Djuhadi dan Kamari Santoso, atas segala doa dan supportnya yang tiada henti.
13. Khusus kepada suami Endras Wahyudi dan anak-anakku tercinta, Jihad, Dhifa, Fathan dan Fakhri, atas segala pengertian, doa yang senantiasa dipanjatkan dan pengorbanan yang tak terhingga selama perjalanan menempuh studi ini.
14. Rekan-rekan, saudara, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
Semoga segala bantuan, dukungan, pengorbanan dan doa yang telah dipanjatkan, dapat menjadi ladang amal yang mendapat ganjaran dari Allah Subhanahu Wata’ala. Amin.
Semoga disertasi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2012
(20)
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...……….…….….… xiii
DAFTAR GAMBAR...………..…… xv
DAFTAR LAMPIRAN...……….…… xvii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...…...………...……….…. 1
1.2 Rumusan Masalah...……….……….………. 6
1.3 Tujuan Penelitian...………...……….. 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Novelty...……….…….…. 7
1.6 Kerangka Pemikiran... 8
II METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 11
2.2 Penentuan Contoh... 11
2.2.1 Penentuan Wilayah Daerah Penyangga dan Desa Contoh.... 2.2.2 Penentuan Responden... 11 13 2.3 Pengumpulan Data Penelitian... 14
2.3.1 Teknik pengumpulan Data... 2.3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan... 14 17 2.4 Metode Analisis Data... 19
2.4.1 Analisis Deskriptif... 2.4.2 Analisis Penawaran (Supply) dan Permintaan (Demand)... 2.4.3 Analisis Stakeholder... 2.4.4 Analisis Sistem Dinamik... 19 19 19 21 III PROFIL TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI DAN DAERAH PENYANGGA 3.1 Profil Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)... 24
3.1.1 Luas, Letak dan Sejarah Kawasan... 3.1.2 Kondisi Fisik... 3.1.3 Kondisi Biotik... 3.1.4 Potensi Ekowisata TNGC... 3.1.5 Potensi Sumberdaya Air... 3.1.6 Potensi Panas Bumi/Geotermal... 24 26 26 28 28 30 3.2 Profil Daerah Penyangga TNGC Wilayah Kabupaten Kuningan... 31
3.2.1 Luas dan Letak Kabupaten Kuningan... 3.2.2 Kondisi Biofisik... 3.2.3 Potensi Wilayah Kabupaten Kuningan...
31 31 33 3.2.3.1 Potensi Kehutanan dan Perkebunan... 3.2.3.2 Potensi Budaya, Wisata dan Sumberdaya Air...
34 36 3.2.4 Infrastruktur... 3.2.5 Kependudukan... 3.2.2 Jenis Usaha...
37 39 40
(21)
xi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga TNGC... 42 4.1.1 Pemanfaatan TNGC oleh Masyarakat Desa Penyangga... 42 4.1.1.1 Akses Sebelum Ditetapkan Sebagai Taman Nasional 4.1.1.2 Akses Setelah Ditetapkan Sebagai Taman Nasional..
42 46 4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Contoh... 49 4.1.2.1 Masyarakat yang Bekerja di Ekowisata... 4.1.2.2 Masyarakat yang Bekerja di Agroforestri...
52 58 4.2 Sikap Masyarakat terhadap Konservasi TNGC... 63
4.2.1 Pemahaman Responden terhadap Dampak Kerusakan Hutan 4.2.2 Pemahaman Responden trhadap Fungsi dan Manfaat TNGC 4.2.3 Sikap Responden terhadap Konservasi TNGC... 4.2.4 Perilaku Responden dalam Konservasi TNGC...
63 65 67 71
4.3 Analisis Permasalahan Konservasi TNGC 76
4.3.1 Kondisi Kerusakan TNGC... 4.3.2 Kondisi Pengelolaan Daerah Penyangga TNGC... 4.3.3 Permasalahan Sosial Ekonomi dan Sikap Masyarakat...
76 80 82 4.3.3.1 Permasalahan dalam Pengembangan Ekowisata... 4.3.3.2 Permasalahan dalam Pengembangan Agroforestri....
85 86 4.4 Potensi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah
Penyangga TNGC... 91 4.4.1 Penawaran dan Permintaan Ekowisata... 91 4.4.1.1 Kondisi Penawaran Ekowisata... 4.4.1.2 Kondisi Permintaan Ekowisata TNGC... 4.4.1.3 Potensi Kesempatan Kerja ...
91 108 118 4.4.2 Penawaran dan Permintaan Agroforestri... 126
4.4.2.1 Kondisi Penawaran Agroforestri... 4.4.2.2 Kondisi Permintaan Agroforestri...
126 142 4.4.2.3 Potensi Kesempatan Kerja ... 147 4.5 Model Sistem Dinamik Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat
Daerah Penyangga TNGC 150
4.5.1 Identifikasi sistem... 4.5.2 Sub Model pada Pengembangan Sosial Ekonomi
Masyarakat Daerah Penyangga TNGC ... 4.5.3 Persamaan dalam Model... 4.5.4 Simulasi Model... 4.5.5 Pengujian Kinerja Model ...
152 155 161 162 173 4.6 Strategi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah
Penyangga TNGC... 177 4.6.1 Peran Stakeholder... 177
4.6.1.1 Pengembangan Ekowisata... 4.6.1.2 Pengembangan Agroforestri... 4.6.1.3 Peningkatan Sikap Masyarakat Terhadap
Konservasi TNGC... 180 190 198 4.6.2 Pengembangan Masyarakat Daerah Penyangga TNGC... 200 4.7 Implikasi... 219
4.7.1 Pengembangan Ekowisata... 4.7.2 Pengembangan Agroforestri...
222 225
(22)
xii
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan... 230 5.2 Saran... 231 DAFTAR PUSTAKA ... 233 LAMPIRAN ... 245
(23)
xiii DAFTAR TABEL
Halaman
1. Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga TNGC... 13 2. Jumlah responden penelitian…... 13 3. Data pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC... 17 4. Data pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga
TNGC…..……….……… 18
5. Ukuran kuantitatif terhadap pemetaan Stakeholder…... 20 6. Matriks resultante posisi masing-masing Stakeholder... 21 7. Metode analisis data…... 23 8. Sejarah penunjukkan dan penetapan TNGC... 24 9. Keadaan fisik berdasarkan kelas lereng... 26 10. Tipe vegetasi di TNGC... 27 11. Obyek wisata alam di kawasan TNGC... 28 12. Data potensi mata air TNGC... 29 13. Data lahan kritis pada daerah penyangga TNGC... 32 14. Tata guna lahan dan perkebunan Kabupaten Kuningan... 34 15. Kapasitas produksi hasil hutan Kabupaten Kuningan... 34 16. Komoditas perkebunan rakyat ... 35 17. Penggunaan lahan kering di Kabupaten Kuningan ... 35 18. Pemanfaatan air dari kawasan TNGC... 36 19. Potensi obyek wisata TNGC... 37 20. Jumlah angkatan kerja penduduk Kabupaten Kuningan ... 39 21. Penduduk kecamatan daerah penyangga... 40 22. Jenis usaha yang ada di Kabupaten Kuningan ... 40 23. Karakteristik Desa Contoh... 51 24. Kondisi sosial ekonomi lima Desa Contoh.. ... 52 25. Karakteristik responden yang bekerja di ekowisata ... 53 26. Pendapatan responden dari usaha ekowisata ... 55 27. Karakteristik responden petani agroforestri ... 59 28. Rata-rata pendapatan responden petani agroforestri ... 60 29. Pengeluaran responden petani agroforestri... 61 30. Kegiatan agroforestri di Desa Seda, Desa Pajambon dan Desa
(24)
xiv
31. Pemahaman responden terhadap dampak kerusakan hutan ... 64 32. Kondisi luas penutupan lahan kawasan TNGC ………...………... 76 33. Jumlah masyarakat bekas penggarap kawasan TNGC pada Desa
Contoh ... 83 34. Kondisi fasilitas pada tiga obyek ekowisata TNGC... 98 35. Penawaran produk ekowisata oleh masyarakat... 100 36. Jumlah unit usaha dan jumlah masyarakat yang bekerja di tiga lokasi
ekowisata... 106 37. Karakteristik responden ekowisatawan TNGC ... 109 38. Permintaan ekowisatawan terhadap produk ekowisata... 112 39. Kesenjangan fasilitas, pelayanan dan jenis usaha ekowisata antara
permintaan dan penawaran... 119 40. Peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat di sektor ekowisata... 121 41. Responden yang berminat dan rata-rata kesediaan membayar... 122 42. Pemanfaatan potensi SDA dan SDM daerah penyangga bagi
pengembangan jenis usaha ekowisata... 124 43. Potensi komoditas pertanian desa-desa agroforestri………... 134 44. Potensi komoditas tanaman kehutanan desa-desa agroforestri……... 134 45. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan
serta persentase petani yang menanam di Desa Karangsari ... 135 46. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan
serta persentase petani yang menanam di Desa Seda... 138 47. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan
serta persentase petani yang menanam di Desa Pajambon... 139
48. Kebutuhan kayu bakar masyarakat Desa Contoh……….... 143
49. Komoditas tanaman pertanian yang disukai masyarakat……….... 148 50. Komoditas tanaman kehutanan yang disukai masyarakat………... 149 51. Peningkatan jumlah ekowisatawan karena adanya peningkatan fasilitas
jumlah program/kegiatan, dan jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam program/kegiatan... 159 52. Peningkatan produksi agroforestri karena adanya peningkatan frekuensi
penyuluhan, pendampingan, jumlah program/kegiatan dan jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam program/kegiatan ... 161 53. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan
hutan TNGC sesuai kondisi saat ini... 163 54. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan
hutan TNGC pada skenario moderat... 167 55. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan
hutan TNGC pada skenario optimis ... 169 56. Rekapitulasi hasil perhitungan pada skenario moderat dan optimis... 170
(25)
xv
57. Kondisi variabel kunci pada model kelestarian TNGC... 172 58. Prediksi peningkatan luas hutan TNGC pada skenario moderat dan
opimis ... 172 59. Program pengembangan masyarakat di daerah penyangga TNGC... 178 60. Pengaruh dan kepentingan keterlibatan stakeholder terhadap
pengembangan ekowisata TNGC... 185 61. Peran stakeholder dalam pembukaan kesempatan kerja pada program
pengembangan ekowisata TNGC... 187 62. Peran stakeholder dalam pengembangan jenis usaha masyarakat di
sektor ekowisata TNGC... 189 63. Pengaruh dan kepentingan keterlibatan stakeholder terhadap
pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC... 194 64. Peran Stakeholder dalam pembukaan kesempatan kerja bagi
masyarakat pada program pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC...………... 196 65. Peran stakeholderdalam peningkatan produksi tanaman agroforestri... 196 66. Kegiatan penyuluhan dan pendampingan pada program agroforestri... 197 67. Peran Stakeholder dalam peningkatan sikap masyarakat daerah
penyangga TNGC terhadap konservasi TNGC... 198 68. Program pemberdayaan masyarakat pada desa-desa penyangga
TNGC... 203 69. Pemetaan pengembangan masyarakat yang telah dilakukan di desa
(26)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian………... 10 2. Peta desa sampel pada daerah penyangga TNGC... 12 3. Matriks kuadran posisi stakeholder ... 21 4. Peta penyebaran potensi wisata alam TNGC ... 30 5. Peta pariwisata Kabupaten Kuningan ... 38 6. Peta desa-desa daerah penyangga TNGC ... 41 7. Contoh lahan garapan masyarakat di dalam kawasan TNGC ... 47 8. Proporsi pendapatan dari ekowisata ... 56 9. Persepsi responden terhadap fungsi dan manfaat TNGC ... 67 10. Sikap responden terhadap konservasi TNGC ... 71 11. Perilaku responden dalam konservasi TNGC ... 75 12. Luas hutan primer wilayah TNGC pada tahun 1996 dan tahun
2006 ... 77 13. Peta penutupan hutan TNGC berdasarkan citra lansat tahun 2009 78 14. Akses menuju obyek wisata Bumi Perkemahan Palutungan (a)
dan Lembah Cilengkrang (b)...
96 15. Kondisi fasilitas di Buper Palutungan dan Lembah Cilengkrang .... 98 16. Jenis usaha warung makanan dan minuman di Buper Palutungan
dan Lembah Cilengkrang ... 101 17. Jenis usaha souvenir di Buper Palutungan dan Cibulan ... 102 18. Jenis usaha penitipan kendaraan di Buper Palutungan, Cibulan
dan Lembah Cilengkrang ... 103 19. Jenis usaha atraksi outbond di Buper Palutungan... 104
20. Jenis usaha penyewaan kamar bilas di Pemandian Cibulan 104
21. Jenis usah penyewaan peralatan renang di Pemandian Cibulan ... 105 22. Hubungan jarak dari pusat kota dengan jumlah unit usaha... 107 23. Jumlah wisatawan TNGC ... 108 24. Produksi tanaman hortikultura utama ... 127 25. Produksi tanaman perkebunan ... 127 26. Produksi kayu utama di Kabupaten Kuningan ... 127 27. Persentase dari total biaya untuk tenaga kerja ... 132 28 Tenaga kerja anak dalam pemanenan hasil agroforestri... 133 29. Pola tanam agroforestri di Desa Karangsari ... 136 30. Pola agroforestri antara tanaman Melinjo, Cengkeh, Kopi, Lada
(27)
xvii
dengan tanaman Mahoni dan Kayu Afrika di Desa Seda ... 138 31. Pola tanam agroforestri di Desa Pajambon ... 140 32. Pasar grosir sayuran ... 143 33. Industri pengolahan kayu (panglong) di Kabupaten Kuningan ... 146 34. Penggunaan kayu bakar untuk industri batu bara ... 147 35. Diagram lingkar akibat (causal loop) model pengembangan
daerah penyangga TNGC... 152 36 Simulasi model kesempatan kerja sesuai kondisi saat ini... 162 37 Simulasi model pendapatan sesuai kondisi saat ini... 163 38 Simulasi model penutupan hutan TNGC sesuai kondisi saat ini... 163 39 Simulasi model kesempatan kerja pada skenario moderat... 165 40 Simulasi model pendapatan pada skenario moderat ... 166 41 Simulasi model penutupan hutan TNGC pada skenario moderat ... 166 42 Simulasi model kesempatan kerja pada skenario optimis... 168 43 Simulasi model pendapatan pada skenario optimis ... 168 44 Simulasi model penutupan hutan TNGC pada skenario optimis ... 168 45 Luas penutupan hutan TNGC pada skenario moderat dan optimis 172 46 Diagram jumlah ekowisatan pada obyek wisata TNGC... 174 47 Diagram jumlah ekowisatan hasil simulasi... 175 48 Diagram PDRB perkapita di Kabupaten Kuningan... 175 49 Diagram pendapatan masyarakat hasil simulasi ... 175 50 Matriks tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap
program pengembangan ekowisata TNGC... 185 51 Matriks tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap
program pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC 195
52 Siklus pengembangan masyarakat……….. 218
53 Peran stakeholder dalam pengembangan sosial ekonomi
masyarakat daerah penyangga...…..
(28)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data masyarakat bekas penggarap kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai wilayah Kabupaten Kuningan ... 245 2. Rekapitulasi persepsi, sikap dan perilaku responden ... 246 3. Gambar struktur model pengembangan sosial ekonomi
masyarakat daerah penyangga TNGC ... 249 4. Persamaan dan gambar sub model kesempatan kerja... 250 5. Persamaan dan gambar sub model pendapatan masyarakat... 252 6. Persamaan dan gambar sub model kelestarian hutan TNGC ... 264
(29)
1
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, memiliki peran penting dalam menyangga kehidupan manusia. Aspek stabilitas, fungsi dan keberlanjutan dari ekosistem global bergantung pada keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa yang berfungsi penting bagi kesejahteraan manusia (Poore and Sayer 1988). Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut agar kehidupan tetap berkelanjutan dan menjamin agar fungsi dan manfaatnya senantiasa dirasakan oleh generasi saat ini dan generasi yang akan datang. Agar tujuan pemanfaatan berkelanjutan dapat dicapai, maka diperlukan implementasi konservasi, yang salah satunya diwujudkan melalui sistem pengelolaan taman nasional.
Pengelolaan taman nasional mengemban tiga misi konservasi yaitu; perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya. Tujuan pengelolaan taman nasional adalah terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya dan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (UU no.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya).
Pada saat ini kerusakan terhadap kawasan taman nasional telah terjadi di banyak negara di dunia. Machlis dan Tichnell (1985) melaporkan bahwa dari 100 taman nasional di 49 negara, teridentifikasi 1611 ancaman, dimana 95% di antaranya terjadi di negara berkembang. Ancaman yang terjadi 65% diantaranya disebabkan oleh manusia, dan 69% terjadi di dalam batas taman nasional. Sepuluh jenis ancaman terbesar yang dihadapi oleh 43 kawasan konservasi yang paling terancam di dunia adalah perambahan, perburuan, tidak memadainya sumberdaya untuk pengelolaan, perubahan dalam tata air atau pembangunan dam, pembangunan lahan di perbatasan, pembangunan internal yang tidak sesuai, pertambangan dan sumberdaya berpotensi tinggi, konflik ternak, kegiatan militer, dan kegiatan kehutanan (IUCN 1984 dalam Wells dan Brandon 1992).
(30)
2
Ancaman terhadap taman nasional juga terjadi di Indonesia, yang memiliki 50 taman nasional dengan luas 16.375.251,31 ha. Ancaman ini telah menyebabkan kawasan taman nasional terdegradasi akibat beberapa aktifitas masyarakat dalam kawasan seperti penggunaan lahan untuk bertani, pemukiman, penggembalaan ternak, pengambilan hasil hutan kayu/non kayu, perburuan, pembakaran hutan untuk dijadikan ladang, serta kegiatan pertambangan pasir dan emas. Beberapa contoh taman nasional yang mengalami permasalahan yaitu TN Gunung Halimun Salak dalam bentuk penyerobotan lahan seluas 621,849 ha dan penebangan liar seluas 42 ha, TN Ujung Kulon dalam bentuk pemukiman liar seluas 2.188,276 ha dan perladangan liar seluas 1.143,375, TN Kerinci Seblat dalam bentuk pemukiman liar seluas 1.665 ha yang melibatkan 1.085 KK, TN Gunung Palung dalam bentuk penebangan liar sebanyak 12,62 m3 dan perladangan liar oleh 140 KK, TN Kutai dalam bentuk pemukiman dan perladangan liar seluas 4.977 ha dan pencurian hasil hutan sebanyak 2.145,17 batang (Zakaria 2003 dalam Suporahardjo 2003), serta TN Gunung Ciremai yang telah megalami kerusakan sekitar 3.799,29 ha, atau sekitar 43% dari luas kawasan.
Kerusakan ekosistem pada taman nasional memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat karena mereka banyak bergantung pada produk dan jasa hutan (Poore dan Sayer 1988; Machlis dan Tichnell 1985). Dampak sosial dan ekonomi dari hilangnya fungsi taman nasional adalah kehilangan plasma nutfah, bahan pangan dan obat-obatan penunjang kehidupan, erosi, banjir, longsor dan kekeringan. Eksistensi dan keberadaan taman nasional menjadi salah satu pelindung dari peningkatan angka kemiskinan. World Bank (2003) menunjukkan bahwa 204 juta orang penduduk dunia berada di sekitar hutan, yang berarti 18,5% dari 1,3 milyar penduduk tinggal pada lingkungan yang rawan.
Sejumlah besar ancaman dan penyalahgunaan terhadap taman nasional tersebut disebabkan oleh masalah sosial dan ekonomi (Devall 1990; Alikodra 2011). MacKinnon, et al. (1993) menyatakan bahwa kegiatan illegal terhadap kawasan dapat dihentikan secara lebih efektif apabila mereka diberikan alternatif kesempatan kerja setempat. Pernyataan yang sama dikemukakan Mangunjaya (2006) bahwa kondisi kemiskinan memicu masyarakat pinggiran hutan merambah hutan dan kawasan konservasi. Sehingga meskipun dunia internasional telah mengetahui taman nasional menjadi assetdunia, namun bila
(31)
3
tidak disertai dengan pengalihan mata pencaharian atau insentif ekonomi lain, mereka akan tetap menggantungkan kehidupan mereka pada sumberdaya hutan tersebut. Berbagai kasus lingkungan hidup termasuk kerusakan hutan, kepunahan spesies, baik pada lingkup global maupun nasional sebagian besar juga adalah masalah sikap moral, dan bersumber dari perilaku manusia (Brown 1987; Keraf 2006), dan hanya bisa diatasi dengan perubahan cara pandang/persepsi dan perilaku manusia terhadap alam yang tidak hanya menyangkut orang per orang tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan (Naess 1993 dalam Devall 1990).
Kelestarian taman nasional sangat tergantung pada dukungan masyarakat sekitar. Apabila masyarakat memandang pelestarian taman nasional sebagai penghalang, maka akan menggagalkan upaya pelestarian, dan jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut (MacKinnon 1993). Oleh karena itu keberadaan taman nasional harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya, karena salah satu tujuan pengelolaan taman nasional adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal, namun aktivitas mereka tidak merugikan kelestarian taman nasional (Davey 1998; MacKinnon, et al. 1993).
Untuk menjaga integritas keanekaragaman hayati taman nasional, dan membantu menjaga keseimbangan antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kebutuhan manusia diperlukan strategi pengelolaan daerah penyangga yaitu daerah yang terletak di luar kawasan taman nasional dan berada di
sekeliling taman nasional (Sayer and Campbell 2004) yang dibentuk untuk
melindungi kawasan taman nasional sekaligus sebagai wilayah pembangunan bagi masyarakat perdesaan di sekitarnya (Meffe dan Carroll 1994; MacKinnon, et al. 1993). Bentuk-bentuk pengembangan kegiatan di daerah penyangga yang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat sekaligus berperan penting bagi kelestarian kawasan taman nasional dapat diwujudkan melalui program pengembangan ekowisata, penangkaran satwa liar, budidaya tanaman hias, budidaya tanaman obat dan konservasi lahan melalui sistem agroforestri (H de Foresta et al 2000). Berbagai bentuk program pengembangan di daerah penyangga tersebut ditujukan bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perubahan pemahaman dan sikap
(32)
4
masyarakat yang lebih baik terhadap pelestarian kawasan taman nasional diharapkan terjadi seiring dengan membaiknya kondisi sosial dan ekonomi.
Pengembangan daerah penyangga pada hakekatnya adalah
pengembangan masyarakat, oleh karena itu program-program yang dikembangkan pada daerah penyangga semestinya dilakukan melalui berbagai strategi yang mengedepankan pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat tersebut dan dilakukan dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2008) serta diprioritaskan bagi dimensi pengembangan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Situasi kerusakan taman nasional juga terjadi di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dimana saat ini sekitar 42,54% dari luas TNGC atau sekitar 3.799,27 ha telah mengalami kerusakan. Pemilihan sebagai wilayah penelitian didasarkan atas permasalahan yang dihadapi TNGC (Balai TNGC 2010), yaitu; 1. Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ditetapkan berdasarkan SK
Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004, dengan luas 15.500 ha yang terdiri dari 8.931,27 ha termasuk wilayah Kabupaten Kuningan dan 6.933,13 ha termasuk wilayah Kabupaten Majalengka. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan Gunung Ciremai merupakan hutan lindung dan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani, yang dalam pengelolaannya menerapkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Adanya perubahan status kawasan tersebut, maka dilakukan penyesuaian pengelolaan dan pemanfaatannya sesuai dengan tujuan pengelolaan taman nasional. Perubahan ini membawa konsekwensi berhentinya kegiatan penggarapan lahan dalam kawasan oleh masyarakat melalui program PHBM.
2. Kerusakan yang sangat luas disebabkan oleh pembukaan hutan di lereng Gunung Ciremai untuk dijadikan lahan pertanian masyarakat seluas 1.817 ha pada ketinggian 1.800 meter dpl.
3. Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun, terbesar pada tahun 2002 seluas 2.000 ha.
4. Pencurian kayu (1999 hingga 2004) mencapai 30.757 batang, dengan total kerugian mencapai 10,676 milyar rupiah, sehingga mengakibatkan berkurangnya luas penutupan hutan.
(33)
5
6. Perburuan satwa liar terjadi di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC yang mengakibatkan belum terjaminnya kelestarian satwa liar. Salah satu sebab terjadinya perburuan liar adalah adanya gangguan terhadap lahan milik masyarakat oleh beberapa satwa liar seperti babi hutan akibat kondisi habitat di dalam kawasan TNGC yang mengalami gangguan.
Faktor sosial ekonomi seringkali dijadikan alasan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam kawasan TNGC yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan taman nasional. Hal ini erat hubungannya dengan upaya masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Terdapat indikasi bahwa luas kepemilikan lahan garapan masyarakat belum dapat memberikan hasil untuk memenuhi tingkat kehidupan kecukupan. Luas kepemilikan lahan garapan sebagian besar anggota masyarakat yang ada di sekitar kawasan TNGC tergolong sempit (< 0.3 ha) (Bappeda 2010). Padahal kehidupan masyarakat masih tergantung pada kegiatan pertanian. Hal ini telah mendorong masyarakat melakukan berbagai kegiatan ilegal dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti: perambahan hutan, pencurian kayu/non kayu dan perburuan satwa.
Kerusakan hutan TNGC akan menyebabkan terjadinya degradasi keanekaragaman hayati dan fungsi jasa lingkungan kawasan tersebut, termasuk juga ancaman bagi satwa langka dilindungi dan endemik Jawa yang terdapat di TNGC, seperti Macan Kumbang (Panthera pardus), Surili (Presbytis comata), dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), mengancam pasokan air bagi masyarakat Kuningan, Majalengka, Cirebon dan Indramayu, dan juga akan dapat menurunkan sumber mata pencaharian masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Daerah setempat. Sekitar 131.621 jiwa masyarakat yang bermukim di 45 desa di daerah penyangga TNGC kondisi ekonominya sangat bergantung pada kelestarian kawasan TNGC.
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap TNGC. Potensi wisata alam TNGC tersebar di sekeliling kawasan dengan jumlah 19 obyek wisata alam yang telah dikembangkan dan beberapa obyek wisata masih dalam tahap eksplorasi. Kawasan Gunung Ciremai memiliki 43 buah sungai dan 156 titik mata air yang dimanfaatkan untuk irigasi, perikanan, industri dan kegiatan ekonomi lainnya.
(34)
6
Kondisi tanah yang subur dan ketersediaan sumberdaya air yang melimpah menjadikan lahan yang subur bagi tumbuhnya berbagai jenis tanaman. Bentuk-bentuk pengembangan kegiatan di daerah penyangga yang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat sekaligus berperan penting bagi kelestarian kawasan taman nasional dapat diwujudkan melalui pengembangan ekowisata (Alikodra 2011) dan konservasi lahan melalui sistem agroforestri, dimana bentuk penggunaan lahan ini sudah lama dipraktekkan oleh masyarakat perdesaan dalam beragam bentuk dan model (H de Foresta et al. 2000).
Program pengembangan masyarakat di daerah penyangga TNGC telah dilakukan oleh berbagai stakeholder namun belum memberikan hasil yang optimal. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) telah dilakukan sejak tahun 2001 oleh Perum Perhutani, namun belum dapat mencapai sasaran (Yuniandra 2006), pelatihan pemandu ekowisata/interpreter dan pelatihan kerajinan tangan untuk cinderamata telah dilakukan sejak tahun 2009 oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, namun belum dapat diimplementasikan oleh masyarakat dan belum mampu membuat masyarakat menjadi berdaya dan mandiri melalui ketrampilan yang diperolehnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam upaya menjaga kelestarian TNGC, diperlukan adanya pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan masyarakat sesuai dengan potensi taman nasional maupun potensi yang dimiliki oleh masyarakat daerah penyangga, bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok kesejahteraan masyarakat dan kelestarian TNGC yang belum terwujud yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC pada saat ini ?
2. Apa permasalahan konservasi TNGC yang dihadapi saat ini ?
3. Bagaimana potensi pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga dalam program ekowisata dan agroforestri untuk mendukung konservasi TNGC ?
(35)
7
4. Bagaimana strategi pengembangan daerah penyangga TNGC khususnya melalui pengembangan ekowisata dan agroforestri ?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah merumuskan pengembangan daerah penyangga, yang mendukung kelestarian TNGC. Adapun tujuan antara dari penelitian ini adalah :
1. Menelaah permasalahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC.
2. Melakukan analisis permasalahan konservasi TNGC yang dihadapi saat ini 3. Menganalisis potensi dan melakukan simulasi dinamis pengembangan
program ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga untuk mendukung konservasi TNGC
4. Merumuskan strategi pengembangan daerah penyangga TNGC khususnya melalui pengembangan ekowisata dan agroforestri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang konservasi biodiversitas tropika, khususnya yang berbasis pada pengembangan masyarakat.
2. Bagi pengambil kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dan masukan dalam kebijakan pengembangan daerah penyangga TNGC melalui pengembangan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
3. Bagi masyarakat daerah penyangga TNGC dan dunia usaha, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pengelolaan TNGC.
1.5 Novelty
Penelitian tentang pengembangan daerah penyangga hingga saat ini masih berbasis pada peningkatan sosial dan ekonomi masyarakat. Umar (2004) melihat dari sisi valuasi ekonomi agroforestri, Upe (2005) meneliti tentang kesesuaian lahan serta kelayakan usaha pada beberapa pola penggunaan lahan di daerah penyangga, dan Basuni (2005) mengkaji mengenai inovasi institusi daerah penyangga.
(36)
8
Beberapa penelitian mengenai pengembangan masyarakat, dapat dilihat fokus kajian seperti yang telah dilakukan oleh Hibbard dan Tang (2004) dengan fokus pada kolaborasi antara pemerintah, lembaga semi pemerintah, NGO dan masyarakat lokal, serta pengembangan peran wanita pada konservasi mangrove. Pengembangan kapasitas masyarakat dalam kepemimpinan, aksi bersama dan hubungan antar organisasi dilakukan oleh Bessant (2005), keuntungan-keuntungan partisipasi bagi anggota masyarakat dan para pelaksana untuk keberlanjutan proses community development (Schafft and Greenwood 2003), upaya community development melalui partisipasi pemerintahan, kesejahteraan sosial dan infrastruktur lingkungan (Beard 2007), serta pengembangan masyarakat dengan fokus pada kolaborasi antar stakeholder melalui sharingpendanaan sosial (Bowen 2005).
Penelitian pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga ini selain bertujuan untuk meningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat, juga mengkaji mengenai sikap masyarakat sebagai faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencari dukungan masyarakat untuk upaya konservasi taman nasional. Kebaruan dari penelitian ini adalah bagaimana tujuan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat dicapai melalui pengembangan program yang bersumber dari potensi taman nasional dan potensi masyarakat daerah penyangga dengan mempertimbangkan aspek sikap masyarakat terhadap konservasi taman nasional, serta melalui strategi pengembangan masyarakat yang lebih memperhatikan aspek kemandirian masyarakat. Muara dari strategi ini adalah terwujudnya kelestarian taman nasional dan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga.
1.6 Kerangka Pemikiran
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan taman nasional memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah (MacKinnon 1993; Alikodra 2011) karena adanya berbagai keterbatasan sumber daya dan akses informasi, sehingga mereka banyak bergantung kepada kawasan hutan. Namun ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan taman nasional dapat menurunkan fungsi sosial dan ekologi taman nasional (Machlis dan Tichnell 1985), karena daya dukung ekologi kawasan sangat terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Oleh karena itu agar kelestarian taman nasional dapat terwujud, maka pendekatan pembangunan yang dapat diimplementasikan adalah melalui peningkatan kapasitas sosial ekonomi
(37)
9
masyarakat di sekitar kawasan, sebagai kompensasi terhadap masyarakat lokal karena kehilangan akses dengan sumberdaya di daerah inti (Poore & Sayer 1988).
Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan masyarakat, karena menurut MacKinnon, et al. (1993) kelestarian taman nasional sangat tergantung pada dukungan masyarakat sekitar. Apabila masyarakat memandang pelestarian taman nasional sebagai penghalang, maka akan menggagalkan upaya pelestarian, dan jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut.
Agar kelestarian kawasan taman nasional tetap terjaga, maka program yang dikembangkan untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat dilakukan di daerah penyangga, sesuai dengan fungsinya yaitu untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi kawasan taman nasional sekaligus bermanfaat bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat perdesaan di sekitarnya (Meffe dan Carroll 1994).
Pengembangan daerah penyangga taman nasional yang dilaksanakan dengan bersumber pada potensi taman nasional dan potensi daerah penyangga, berpedoman pada Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, mengatur tentang bentuk-bentuk pemanfaatan yang bisa dilakukan di dalam taman nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam yang mengatur tentang bentuk pemanfaatan jasa lingkungan, Surat Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam no 44/KPTS/Dj-VI/1997 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga, serta Surat Edaran Mendagri No. 660.1/269/V/Bangda tahun 1999 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga.
Pengembangan masyarakat daerah penyangga merupakan proses yang dirancang untuk menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih maju, dimana kegiatan ini dilakukan dengan mengedepankan pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat serta dilakukan sesuai kemampuan dan kekuatan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2008). Peran para pihak adalah membantu jika sumber kekuatan dan kemampuan masyarakat tidak tersedia.
Pengembangan daerah penyangga yang berbasis pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat ini bertumpu pada dimensi sosial, ekonomi dan
(38)
10
lingkungan, dengan fokus pada peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Sikap masyarakat yang mendukung terhadap upaya konservasi TNGC diharapkan terwujud seiring dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sikap yang mendukung akan dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan TNGC, sehingga peningkatan luas penutupan hutan TNGC yang merupakan indikasi kelestarian taman nasional dapat terwujud. Berdasarkan potensi yang ada, penelitian ini memfokuskan kegiatan pengembangan sosial ekonomi masyarakat melalui program-program yang mampu menyeimbangkan antara kepentingan kelestarian dan kepentingan ekonomi bagi masyarakat, yaitu melalui program ekowisata dan agroforestri. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
(modifikasi dari Poore and Sayer 1988; Ife dan Tesoriero 2008; MacKinnon 1993)
Potensi Taman Nasional Daerah Penyangga 1. Potensi biofisik 2. Potensi sosial
ekonomi masyarakat
Pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga melalui ekowisata dan agroforestri
Sikap masyarakat
terhadap konservasi TNGC
feedback
Kesempatan kerja dan pendapatan -ekowisata -agroforestri Rendahnya
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
Luas penutupan
hutan TNGC Kerusakan
taman nasional
(39)
11
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitiandilaksanakan di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) wilayah kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei 2011.
2.2 Penentuan Contoh
2.2.1 Penentuan Wilayah Daerah Penyangga dan Desa Contoh
Taman Nasional Gunung Ciremai(TNGC) terletak di dua
kabupatenyaituKabupaten MajalengkadanKabupaten Kuningan,
berbatasandengantujuhkecamatan, 18 desa di
KabupatenMajalengkadantujuhkecamatan 27desa di KabupatenKuningan. Daerah penelitian ini dibatasi hanya di wilayah Kabupaten Kuningan didasarkan atas empat alasan; 1) 56,3% luas kawasan TNGC termasuk dalam wilayah kabupaten Kuningan, 2) 60% dari seluruh desa di daerah penyangga dan 64% dari jumlah penduduk di daerah penyangga TNGC berada di Kabupaten Kuningan, 3) Desa-desa di daerah penyangga TNGC yang termasuk dalam zona merah (rawan ancaman dan gangguan) sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kuningan serta 4) Luas lahan kritis kawasan TNGC, 60% termasuk dalam wilayah Kabupaten Kuningan (Balai TNGC dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan 2010).
Pemilihan lima desa contoh yang terletak di daerah penyangga TNGC merupakan desa-desa yang potensial dikembangkan untuk ekowisata dan agroforestri. Penentuanlima desacontohdilakukansecarapurposive sampling, yaitu 1) desa Cisantana dengan obyek wisata Bumi perkemahan, 2) desa Manis Kidul dengan obyek wisata Pemandian Cibulan, dan 3) desa Pajambon dengan obyek wisata air terjun Lembah Cilengkrang, serta potensi agroforestri yaitu 1) desa Karangsari, 2) desa Seda, dan 3) desa Pajambon (Gambar 2).
(40)
12
Keterangan Gambar 2 :
1. Warna merah : Zona Inti seluas±5.640,33 ha (36,39%). 2. Warna kuning : Zona Rimbaseluas ± 1.490,54 ha (9,62%). 3. Warna biru : Zona Rehabilitasi seluas± 8,092,56 ha (52,21%) 4. Warna hijau : Zona Pemanfaatan± 250,63 ha (1,62%)
5. Warna ungu : Daerah Penyangga TNGC
6. Tanda X : Desa-desa Contoh
Gambar2 Petadesa contoh padadaerahpenyangga TNGC (SumberBalai TNGCTahun 2010)
(41)
13
2.2.2Penentuan Responden
Populasidalampenelitianiniadalahmasyarakatdaerah penyangga yang bekerja di ekowisata TNGC dan agroforestri. Penentuan sampel dilakukansecarapurposive, dengan jumlah contoh sebanyak 63 orang yang bekerja di ekowisata (44,37% dari total populasi 142 orang) dan 55 orang yang aktif mengelola agroforestri (26% dari total populasi).Respondenekowisata di tiga lokasi ekowisata dipilih secara acak masing-masing sebanyak 30 orang,
sehingga jumlah keseluruhan responden ekowisata sebanyak 90
orang.Responden konsumen kayu yang terdiri dari masyarakat pengguna kayu bakar, pengelola industri pengolahan kayu dan pengelola industri batu bata.
Dari hasil identifikasi dengan metode snowball, stakeholder yang berperan dalam program ekowisata dan agroforestri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Pemerintah, Dunia Usaha dan LSM/Masyarakat, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 10 stakeholder,seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1Stakeholderyang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga TNGC No Jenis Stakeholder
1 Pemerintah a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Jawa Barat b. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
c. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan d. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan 2 Dunia Usaha a. Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU)
b. Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kuningan
c. CV Wisata Putri Mustika 3 LSM/Masyarakat a. LSM Kanopi
b. LSM Akar
c. Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 224 orang, dengan rincian disajikan pada Tabel 2.
Tabel2Jumlah responden penelitian No Penentuan
Sampel
Populasi Jumlah
Responden 1 Ekowisata a. Masyarakat yang bekerja di ekowisata 63
b. Ekowisatawanpada tiga obyek wisata 90 2 Agroforestri a. Masyarakat yang bekerja di agroforestri 55
b. Konsumen pengguna kayu bakar, industri kayu dan batu bata
6 3 Stakeholder Stakeholderyang berperandalam program ekowisata
danagroforestri
10
(42)
14
2.3Pengumpulan Data Penelitian 2.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dihimpun dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperolehsecara langsung dari responden melalui wawancara dan pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran dokumen yang meliputiProfil Desa, Profil Kabupaten Kuningan, laporan tahunan, Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis (Renstra), Statistik Kabupaten Kuningan, Kuningan dalam Angka serta dokumen lain yang mendukung.
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pada wilayah penelitian, maka data yang dihimpunmeliputi profil TNGC serta daerah penyangganya, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bekerja di sektor ekowisata dan agroforestri sertasikap masyarakat terhadap konservasi TNGC, peran stakeholder bagi konservasi TNGC, permasalahan yang dihadapi dalam konservasi TNGC yang berkaitan dengan kesempatan kerja, pendapatan dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC,serta solusi pengembangan daerah penyangga TNGC yang pro konservasi berbasis pada ekowisata dan agroforestri. Dengan adanya pemetaan kondisi ini maka dapat dirumuskan model pengembangan daerah penyangga TNGC.
Profil TNGC serta daerah penyangganya diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak Balai TNGC dan penelusuran dokumenlaporan tahunan serta Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM). Jenis data dan parameternya disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Informasi mengenai kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner terhadap responden masyarakat yang bekerja di ekowisata dan agroforestri, serta penelusuran dokumen.Informasi yang dihimpun meliputi karakteristik responden masyarakat yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan, mata pencaharian,serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden.Dokumen yang digunakan yaitu Profil Desa, Profil Kabupaten Kuningan, serta Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bappeda Kabupaten Kuningan tahun 2009-2013.
Sikapmasyarakat diindikasikan dengan 1) pemahaman masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan hutan, 2)pemahaman terhadap fungsi dan manfaat TNGC,3)tingkat dukungan terhadap konservasi
(43)
15
TNGC, serta mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat terhadap konservasi TNGC. Skala pengukuran menggunakan skala ordinal berupa pengukuran sikap. Teknik pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan tingkatan skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (setuju), 3 (ragu-ragu), 4 (setuju) dan 5 (sangat setuju).Kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden (data yang dapat dianalisis 95 kuesioner)diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah sejauh mana kuesioner tersebut mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur, sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi 2006).Perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program SPSSversi18. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan instrumen penelitian dinyatakan valid dengan nilai koefisien validitas di atas 0,60. Tingkat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan skala Alpha Cronbach 0–1. Hasil menunjukkan instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan nilai 0,617 (Azwar 2003).
Informasi mengenai peran stakeholder meliputi pengaruh dan kepentingan keterlibatan serta kontribusinya dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri. Informasi diperoleh melalui hasil wawancara dengan stakeholder serta penelusuran dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Strategis (Renstra).
Informasi mengenai potensi ekowisata dan agroforestri diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bekerja di ekowisata dan ekowisatawan, sedangkan potensi agroforestri diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bekerja di agroforestri dan konsumen kayu, yaitu industri kayu, industri batu bata dan masyarakat pengguna kayu bakar.
Penutupan lahan merupakan status lahan secara ekologi dan penampakanpermukaan lahan secara fisik, yang dapat berubah karena adanya intervensimanusia, gangguan alam, atau suksesi tumbuhan (Helms 1998 dalam Yatap 2005). Perubahanpenggunaan lahan tidak selalu menyebabkan perubahan penutupan lahan secarasignifikan. Perubahan penutupan lahan dapat dibagi menjadi dua bentuk (FAO 2000dalam Yatap 2008) yaitu:a) konversi dari suatu kategori penutupan lahan menjadi kategori yang lain,contohnya dari hutan menjadi padang rumput, b) modifikasi dari suatu kategori, contohnya dari hutan rapat menjadi hutan jarang.
(44)
16
Kondisi penutupan hutan TNGC dapat diketahui dengan menganalisis peta penutupan lahan berdasarkan penafsiran citra landsat dari Badan Planologi Kehutanan. Untuk melihat perubahan kondisi penutupan hutan TNGC, peta penutupan lahan yang diperhitungkan adalah peta tahun 1996, 2000, 2003, 2006, dan peta tahun 2009. Kondisi kerusakan hutan dapat diketahui dari peta penutupan hutan TNGC tersebut dengan melihat seberapa besar persentase perubahan dari areal yang seharusnya merupakan areal berhutan (primer maupun sekunder) menjadi areal selain hutan (ladang, sawah, pekarangan, kebun dan perubahan lahan dalam bentuk lainnya). Peningkatan kerusakan hutan TNGC dapat diperkirakan dari berkurangnya luas penutupan hutan TNGC dari tahun ke tahun, karena adanya kebakaran hutan, perubahan penggunaan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, serta penyebab lainnya.
Data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan data sebagai berikut;
1. Diskusi dan wawancara dengan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga yaitu Balai TNGC, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat,untuk mengetahui pengaruh dan kepentinganketerlibatannya dalam pengembangan program ekowisata dan agroforestri serta mengetahui peran stakeholder yang meliputi jenis kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan, frekwensi kegiatan, masyarakat daerah penyangga yang dilibatkan, serta bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan
2. Wawancara dengan masyarakat yang bekerja pada kegiatan ekowisata untuk mengetahui a)kondisi sosial dan ekonomi, b) penyediaan produk wisata oleh masyarakat (penawaran) serta c) persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.
3. Wawancara dengan pengunjung dilakukan untuk mengetahui kondisi demand (permintaan) ekowisata TNGC. Wawancara difokuskan pada aspek motivasi pengunjung, daya tarik obyek wisata alam, informasi obyek wisata TNGC, kondisi assesibilitas, serta fasilitas ekowisata termasuk penyediaan produk ekowisata oleh masyarakat.
4. Wawancara dengan masyarakat yang bekerja pada agroforestri untuk mengetahui a)kondisi sosial dan ekonomi, b) pengelolaan agroforestri dan
(45)
17
kendala yang dihadapi serta c) persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.
5. Wawancara dengan konsumen pengguna kayu bakar, pengelola industri penggergajian kayu dan industri bata untuk mengetahui kondisi permintaan produk kayu
2.3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
pemanfaatan potensi TNGC dan data pengembangan social
ekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri. Jenis data dan parameter pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Data pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC
No. Jenis Data Parameter
1. Sejarah kawasan TNGC Kronologis penunjukan dan penetapan kawasan 2. Peta kawasan TNGC Wilayah kerja, luas, daerah penyangga TNGC, dan
obyek wisata alam
3. Kondisi fisik Tipe iklim, jenis tanah, topografi dan hidrologi 4 Kondisi Biologi Tipe ekosistem dan jenis flora/fauna
5. Pemanfaatan potensi ekowisata dan air TNGC
Potensi ekowisata (jenis, jumlah dan cara pemanfaatan) dan potensi air (cara pemanfaatan) 6. Rencana Pengelolaan
TNGC dalam pemanfaatan potensi
Program dan jenis kegiatan
7. Gangguan terhadap kawasan TNGC
Jenis gangguan (kebakaran, perambahan dan pencurian kayu/non kayu/flora/fauna), Intensitas (frekwensi dan besar gangguan), nilai kerugian 8 Program Pengembangan
Masyarakat
Jenis kegiatan, lokasi, pelaksanaan, keberlanjutan program
9. Statistik TNGC Kerusakan kawasan, bekas penggarap kawasan, data ekowisatawan obyek wisata TNGC
10. Kebijakan Pengelolaan daerah penyangga dan tata ruang kabupaten
11 Potensi TNGC Jenis dan bentuk pemanfataan potensi TNGC 12. Pengembangan potensi
ekowisata, dan agroforestri di daerah penyangga
Program/kegiatan pengembangan, pihak yang terlibat dalam program, pengaruh dan kepentingan dalam program, manfaat dan keuntungan bagi masyarakat, kendala dan permasalahan 13. Pemanfaatan potensi
TNGC bagi pengembangan ekowisata dan agroforestri
Potensi ekowisata (jenis, jumlah, pemanfaatan oleh masyarakat)
,potensi agroforestri, potensi air bagi
petani/masyarakat (jumlah dan cara pemanfaatan) Jenis data yang diperlukan untuk analisis pengembangan
(46)
18
Tabel 4 Data pengembangan sosialekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC
No. Jenis Data Parameter
1 Aspek legalitas daerah penyangga
SK penetapan daerah penyangga 2. Kebijakan dan Perda
yang terkait dengan daerah penyangga TN
Jenis kebijakan dan Perda, Implementasi
3. Lokasi daerah penyangga
Peta lokasi, desa-desa yang masuk daerah penyangga
4. Potensidesa contoh bagi pengembangan
ekowisata dan agroforestri
Potensi biofisik, pemanfaatan lahan
,sosial ekonomi masyarakat (Mata pencaharian, tingkat pendidikan masyarakat, perekonomian, budaya, dll, sarana prasarana umum)
5. Potensi ekowisata Jenis dan jumlah obyek wisata, pihak pengelola, sarana dan prasarana, aksesibilitas, produk wisata ,ekowisatawan.
6. Kondisi sosial ekonomi responden yang bekerja di ekowisata
-Karakteristik responden masyarakat (umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan), -Kondisi obyek wisata, promosi, aksesinilitas, fasilitas ekowisata dan penyediaan produk wisata, serta harapan terhadap pengembangan ekowisata TNGC -bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian TNGC
7. Kondisi sosial ekonomi responden masyarakat yang bekerja di
agroforestri
-Karakteristik responden masyarakat (umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan), -Produksi tanaman agroforestri, jenis tanaman Kendala dan harapan terhadap pengembangan agroforestri
-bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian TNGC
8. Sikap dan perilaku konservasi masyarakat
Sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC 9. Permintaan ekowisata Karakterisik ekowisatawan (umur, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, pendapatan), motivasi ekowisatawan, daya tarik obyek ekowisata, promosi dan informasi, assesibilitas, fasilitas ekowisata dan produk ekowisata serta harapan terhadap
pengembangan ekowisata TNGC
10 Permintaan agroforestri Karakterisik petani agroforestri (umur, pendidikan, kepemilikan lahan, pendapatan),Jenis dan jumlah produk agroforestri,harapan terhadap pengembangan agroforestri
11 Pengaruh dan
kepentingan stakeholder dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga
Pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga
12 Kebijakan dan peran stakeholder dalam program ekowisata dan agroforestri
-Peraturan-peraturan , implementasi di lapangan -Peran stakeholder dalam program/kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan.
(47)
19
2.4 Metode Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan beberapa metode. Untuk mengetahui profil TNGC, profil daerah penyangga TNGC, kondisi kerusakan hutan TNGC, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sikapdan perilaku masyarakat terhadap konservasi TNGC, serta analisis permasalahandigunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui peran stakeholder dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga TNGC dilakukan analisis stakeholder, dan solusi pemecahan masalah melalui potensi pengembangan ekowisata dan agroforestri digunakan analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand). Selanjutnyauntuk membangun model pengembangan sosial ekonomi msyarakat daerah penyangga TNGC digunakan analisis sistem dinamik.
2.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan caramenggambarkan apa adanya mengenai suatu gejala atau keadaan pada saat penelitian dilakukan, tanpa bermaksud untuk menguji hipotesis (Arikunto 1998).
2.4.2Analisis Penawaran (supply)dan Permintaan (demand)
Analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand)dilakukan dengan membandingkan antara kondisi penawaran dan permintaanuntuk melihat kemungkinan terjadinya kesenjangan atau gap.Kesenjangan yang terjadi dapat menjadi input atau potensi pengembangan.Pembandingan dalam ekowisata dilakukan terutama terhadap variabel yang berpengaruh terhadappeningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yaitu;motivasi ekowisatawan, obyek daya tarik ekowisata,informasi dan promosi ekowisata, aksesibilitas, serta fasilitas dan pelayanan ekowisata, penyediaan produk ekowisata oleh
masyarakat dan harapan terhadap pengembangan ekowisata
TNGC.Pembandingan dalam agroforestri dilakukan terutama terhadap parameter yang berpengaruh terhadap pengembangan agroforestri yaitu melalui produksitanaman pertanian dan tanaman kehutanan, sertaharapan terhadap pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC.
2.4.3 Analisis Stakeholder
Kebijakan dan implementasi pengembangan daerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri sangat bergantung kepada peran
(1)
Rata_Pend_Perkapita_Agro_Pajambon =
(Pendapatan_Kotor_Pajambon/Total_Petani_pajambon)/Tanggungan_Pajambon /12
Rata_Pend_Perkapita_Agro_Seda =
(Pendapatan_Kotor_Seda/Total_Petani_Seda)/Tanggungan_Seda/12 Rata_pend_perkapita_eko_cisantana =
Pend_perkapita_Rata_Kotor_Eko_Cisantanaa/12 Rata_pend_perkapita_eko_Maniskidul =
Pend_perkapita__Rata_Kotor_Ekomanis_Kidul/12 Rata_pend_perkapita_eko_pajambon =
Pend_perkapita_Rata_Kotor_Eko_Pajambon/12
Rata_pend_Sovenir = Pendapatan_Sovenir/Penjual_sovenir_Pajambon Rata_pend_Sovenir_2 = Pendapatan_Sovenir_2/Penjual_sovenir_Manis Rata_pend_Sovenir_3 = Pendapatan_Sovenir_3/Penjual_sovenir_Cisatana Rata_pend_Wr_mkn = Pendapatan_Wr_Makan/Penjual__Wr_mkn_Pajambon Rata_pend_Wr_mkn_2 = Pendapatan_Wr_Makan_2/Penjual_wr_mkn_manis Rata_pend_Wr_mkn_3 = Pendapatan_Wr_Makan_3/Penjual__Wr_mknCisatana Restoran = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0
Restoran_2 = Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid*0 Restoran_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0 R_Informasi = 0
R_Informasi_2 = 0 R_Informasi_3 = 1 R_Pakaian = 2 R_Pakaian_2 = 2 R_Pakaian_3 = 0 Sarpras =
Mck+Mushola+Papan_Petunjuk+Pos_Jaga+R_Informasi+R_Pakaian+T_Sampa h+Shelter
Sarpras_2 =
Mck_2+Mushola_2+Papan_Petunjuk_2+Pos_Jaga_2+R_Informasi_2+R_Pakaia n_2+T_Sampah_2+Shelter_2
Sarpras_3 =
Mck_3+Mushola_3+Papan_Petunjuk_3+Pos_Jaga_3+R_Informasi_3+R_Pakaia n_3+T_Sampah_3+Shelter_3
Sewa_kendaraan = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0 Sewa_kendaraan_2 = Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid*0 Sewa_kendaraan_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0 Sewa_tenda = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0
Sewa_tenda_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0 Shelter = 1
Shelter_2 = 1 Shelter_3 = 1
Souvenir_khas = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0 Souvenir_khas_2 = Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid*0 Souvenir_khas_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0 Sovenir = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0.1
Sovenir_2 = Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid*0.70 Sovenir_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0.2 Tanggungan_Cisantana = 3
Tanggungan_Karangsari = 3 Tanggungan_Maniskidul = 2 Tanggungan_Pajambon = 4
(2)
Tanggungan_Seda = 2
Toilet_umum = Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid*0 Toilet_umum_2 = Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid*0 Toilet_umum_3 = Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid*0 Total_Ekowisata =
Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid+Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid+Ekowisa tawan_Pajambon_sigmoid
Total_Kenaikan[Komoditas] =
Kenaikan_Pendampingan[Komoditas]+Kenaikan_Penyuluhan[Komoditas]+Kenai kan_Peran_Stakeholder[Komoditas]
Total_Kenaikan_2[Komoditas] =
Kenaikan_Pendampingan_2[Komoditas]+Kenaikan_Penyuluhan_2[Komoditas]+ Kenaikan_Peran_Stakeholder_2[Komoditas]
Total_Kenaikan_3[Komoditas] =
Kenaikan_Pendampingan_3[Komoditas]+Kenaikan_Penyuluhan_3[Komoditas]+ Kenaikan_Peran_Stakeholder_3[Komoditas]
Total_Kenaikan_7 = Kenaikan_peran_total+Kenaikan_total_sarpras Total_Kenaikan_8 = Kenaikan_peran_total_2+Kenaikan_total_sarpras_2 Total_Kenaikan_9 = Kenaikan_peran_total_3+Kenaikan_total_sarpras_3 Total_Pendapatan =
Pendapatan[Jagung]+Pendapatan[Cabe]+Pendapatan[Kopii]+Pendapatan[Melinj o]+Pendapatan[Sengon:]+Pendapatan[K_Afrikaa]+Pendapatan[Mahonii]+Pendap atan[Cengkeh]+Pendapatan[Rempah]+Pendapatan[Jahe_merah]+Pendapatan[J ahe]
Total_Pendapatan_2 =
Pendapatan_2[Jagung]+Pendapatan_2[Cabe]+Pendapatan_2[Kopii]+Pendapata n_2[Melinjo]+Pendapatan_2[Sengon:]+Pendapatan_2[K_Afrikaa]+Pendapatan_2 [Mahonii]+Pendapatan_2[Cengkeh]+Pendapatan_2[Rempah]+Pendapatan_2[Ja he_merah]+Pendapatan_2[Jahe]
Total_Pendapatan_3 =
Pendapatan_3[Jagung]+Pendapatan_3[Cabe]+Pendapatan_3[Kopii]+Pendapata n_3[Melinjo]+Pendapatan_3[Sengon:]+Pendapatan_3[K_Afrikaa]+Pendapatan_3 [Mahonii]+Pendapatan_3[Cengkeh]+Pendapatan_3[Rempah]+Pendapatan_3[Ja he_merah]+Pendapatan_3[Jahe]
Total_Pendapatan_Agrofoestry =
Pendapatan_Kotor_Karangsari+Pendapatan_Kotor_Pajambon+Pendapatan_Kot or_Seda
Total_Petani_krsari = 687+Serapan_Naker__Agro_Karangsari Total_Petani_pajambon = 130+Serapan_Naker__Agro_Pajambon_3 Total_Petani_Seda = 327+Serapan_Naker__Agro_Seda
Total_RataPend_Perkaipta_Agrofoestry =
(Rata_Pend_Perkapita_Agro_Karangsari+Rata_Pend_Perkapita_Agro_Pajambo n+Rata_Pend_Perkapita_Agro_Seda)/3
Total_Rata_Pend_perkapita_7 =
(Rata_pend_Pemandu+Rata_pend_Peng_Wisata+Rata_pend_Sovenir+Rata_pe nd_Wr_mkn)/Tanggungan_Pajambon
TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_AGRO&EKO =
(Total_RataPend_Perkaipta_Agrofoestry+TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_E KO)/2
TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_EKO =
(Rata_pend_perkapita_eko_cisantana+Rata_pend_perkapita_eko_Maniskidul+R ata_pend_perkapita_eko_pajambon)/3
(3)
Total_Rata_Pend_perkapoita_8 =
(Rata_pend_Pemandu_2+Rata_pend_Peng_Wisata_2+Rata_pend_Sovenir_2+ Rata_pend_Wr_mkn_2)/Tanggungan_Maniskidul
Total__Rata_Pend_perkapita__9 =
(Rata_pend_Pemandu_3+Rata_pend_Peng_Wisata_3+Rata_pend_Sovenir_3+ Rata_pend_Wr_mkn_3)/Tanggungan_Cisantana
T_Sampah = 3 T_Sampah_2 = 3 T_Sampah_3 = 2 Volume_Keg = 1 Volume_Keg_2 = 0 Volume_Keg_3 = 1
Volume_Keg_7[Dinas_Prov] = 1 Volume_Keg_7[Dispar] = 1 Volume_Keg_7[BTNGC] = 1 Volume_Keg_7[PDAU] = 0 Volume_Keg_7[LSM] = 2 Volume_Keg_8[Dinas_Prov] = 0 Volume_Keg_8[Dispar] = 1 Volume_Keg_8[BTNGC] = 0 Volume_Keg_8[PDAU] = 0 Volume_Keg_8[LSM] = 0 Volume_Keg_9[Dinas_Prov] = 0 Volume_Keg_9[Dispar] = 1 Volume_Keg_9[BTNGC] = 1 Volume_Keg_9[PDAU] = 0 Volume_Keg_9[LSM] = 1
Wr_Makan = 0.81*Ekowisatawan_Pajambon_sigmoid Wr_Makan_2 = 0.81*Ekowisatawan_Maniskidul_sigmoid Wr_Makan_3 = 0.81*Ekowisatawan_Cisatanan_sigmoid Not in a sector
(4)
Gambar sub model pendapatan masyarakat Prod Karangsari1 In Out Penyuluhan Pendampingan
Kenaikan Peran Stakeholder Kenaikan Pendampingan Volume Keg Jumlah terlibat Peran stakeholder Iklim Decre Hama Prod Penyakit Kenaikan Penyuluhan
Total Kenaikan Prod Seda In 2 Out 2 Penyuluhan 2
Kenaikan Peran Stakeholder 2 Kenaikan Pendampingan 2
Volume Keg 2 Jumlah terlibat 2 Peran stakeholder 2
Iklim 2
Decre 2 Hama 2
Prod 2 Penyakit 2 Kenaikan Penyuluhan 2
Total Kenaikan 2 Prod Pajambon In 3
Out 3 Penyuluhan 3 Pendampingan 3
Kenaikan Peran Stakeholder 3 Kenaikan Pendampingan 3
Volume Keg 3 Jumlah terlibat 3 Peran stakeholder 3
Iklim 3
Decre 3 Hama 3
Prod 3 Penyakit 3 Kenaikan Penyuluhan 3
Total Kenaikan 3
Pend perkapita rata agroeko pajambon
Keuntungan Souvenir
Ekowisatawan Pajambon In 7 Sarpras
Kenaikan peran total Kenaikan Peran Stakeholder 7
Volume Keg 7 Jumlah terlibat 7 Peran stakeholder 7 Mck
Mushola R Informasi Pos Jaga Shelter
Papan Petunjuk T Sampah R Pakaian
Kenaikan total sarpras Total Kenaikan 7
Ekowisatawan Manis Kidul In 8 Sarpras 2
Kenaikan peran total 2 Kenaikan Peran Stakeholder 8
Volume Keg 8 Jumlah terlibat 8 Peran stakeholder 8 Mck 2 Mushola 2 R Informasi 2
Pos Jaga 2 Shelter 2
Papan Petunjuk 2 T Sampah 2 R Pakaian 2
Kenaikan total sarpras 2 Total Kenaikan 8
Ekowisatawan Cisantana In 9 Sarpras 3
Kenaikan peran total 3 Kenaikan Peran Stakeholder 9
Volume Keg 9 Jumlah terlibat 9 Peran stakeholder 9 Mck 3Mushola 3 R Informasi 3 Pos Jaga 3 Shelter 3
Papan Petunjuk 3 T Sampah 3 R Pakaian 3
Kenaikan total sarpras 3 Total Kenaikan 9
Persepsi ekowistawan bila htn berkurang Out7
Pengurangan Wisata
Out8 Out9
Pengurangan Wisata 2 Pengurangan Wisata 3
Pendapatan Kotor Karangsari Masuk Total Pendapatan
Keluar
Pendapatan Kotor Seda Luas
harga Pendapatan
P rod Karangsari1
Masuk 2 Total Pendapatan 2
Keluar 2 Luas 2 harga 2
Pendapatan 2
P rod S eda
Pendapatan Kotor Pajambon Masuk 3 Total Pendapatan 3
Keluar 3 Luas 3 harga 3 Pendapatan 3
P rod P ajambon
Total Pendapatan Agrofoestry
Table 19
Ekowisatawan Pajambon sigmoid
TOTAL RATA PEND PERKAPITA AGRO&EKO Total RataPend
Perkaipta Agrofoestry
TOTAL RATA PEND PERKAPITA EKO
Ekowisatawan Maniskidul sigmoid
Ekowisatawan Cisatanan sigmoid
Tanggungan Karangsari Tanggungan Seda
Tanggungan Pajambon
Tanggungan Maniskidul
Tanggungan Cisantana Pend perkapita Rata
Kotor Eko Pajambon Masuk 7 Total Rata Pend perkapita 7
Pendapatan Wr Makan
Keluar 7
Pend perkapita Rata Kotor Ekomanis Kidul Pendapatan Pemandu
Keuntungan Wr Makan
Pendapatan Peng Wisata Sovenir
Keuntungan pemandu Wr Makan
Masuk 8 Total Rata Pend perkapoita 8
Pendapatan Wr Makan 2
Keluar 8 Pendapatan Pemandu 2 Keuntungan Makan 2
Pendapatan Peng Wisata 2 Pemandu
Sovenir 2
Keuntungan pemandu 2 Wr Makan 2
Pemandu 2 Pengelola Wisata 2
E kowisatawan Maniskidul sigmoid
Keuntungan Souvenir 2 Pendapatan Sovenir 2
Keuntungan Wisata 2
Rata pend Pemandu 2 Pengelola Wisata
Pendapatan Sovenir
Keuntungan Wisata
Rata pend Pemandu Jmlh Pemandu Pajambon
Rata pend Sovenir 2 Rata pend Wr mkn 2
Rata pend Peng Wisata 2
Pend perkapita Rata Kotor Eko Cisantanaa Masuk 9 Total Rata Pend perkapita 9
Pendapatan Wr Makan 3
Keluar 9 Pendapatan Pemandu 3 Keuntungan Wr Makan 3
Pendapatan Peng Wisata 3 Sovenir 3
Keuntungan pemandu 3 Wr Makan 3 Pemandu 3
Pengelola Wisata 3
E kowisatawan Cisatanan sigmoid
Keuntungan Souvenir 3 Pendapatan Sovenir 3
Keuntungan Wisata 3
Rata pend Pemandu 3 Rata pend Sovenir 3
Rata pend Wr mkn 3
Rata pend Peng Wisata 3 Penjual wr mkn manis
Petani kr sari
Total Ekowisata
Ekowisatawan P ajambon sigmoid
Toilet umum Peralatan renang
Homestay3
Total Petani krsari
Rata Pend Perkapita Agro Karangsari
Petani pajambon
Total Petani pajambon
Rata Pend Perkapita Agro Pajambon
Petani Seda
Total Petani Seda
Rata Pend Perkapita Agro Seda
Sewa kendaraan Sewa tenda
Souvenir khas Penitipan pakaian
Kamar bilas
Toilet umum 2
Peralatan renang 2
Table 18
Sewa kendaraan 2
Rata pend perkapita eko pajambon
Souvenir khas 2 Penitipan pakaian 2
Rata pend perkapita eko cisantana
Toilet umum 3
Peralatan renang 3
Rata pend perkapita eko Maniskidul Rata pend Sovenir
Penjual sovenir Pajambon
Rata pend Wr mkn Penjual Wr mkn Pajambon
Rata pend Peng Wisata Jmlh Peng wst Pajambon
Jmlh Pemandu Manis Penjual sovenir Manis
Jmlh Peng wst manis Keuntungan Toilet
Homestay Restoran
Jmlh Pemandu Cisatana Penjual sovenir Cisatana
Penjual Wr mknCisatana
Jmlh Peng wst Cisatana Restoran 2
Restoran 3
Sewa kendaraan 3 Sewa tenda 3
Souvenir khas 3 Penitipan pakaian 3
Kamar bilas 3
Table 20
S erapan Naker E ko P ajambon
S erapan Naker E ko Manis kidul
S erapan Naker E ko Cisantana
2
6
(5)
Lampiran 6Persamaan dan gambar submodelkelestarian TNGC
Persamaan Sub Model Kelestarian Hutan TNGC
Luas_Hutan(t) = Luas_Hutan(t - dt) + (Tambah - Kurang) * dtINIT Luas_Hutan = 5132
INFLOWS:
Tambah = Luas_penanaman_CSR+Luas_penanaman_TN OUTFLOWS:
Kurang =
Luas_kebakaran_eko+Luas_kebakaran_agro+Luas_perambahan_Agro+Luas_p erambahan_eko
Delay_duration = 5
klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_Agrofor = if
Total_RataPend_Perkaipta_Agrofoestry < 200 or Total_serapan_naker_agro < 100 then 0.001 else if Total_RataPend_Perkaipta_Agrofoestry > 200 and Total_RataPend_Perkaipta_Agrofoestry < 400 or Total_serapan_naker_agro >100 and Total_serapan_naker_agro < 200 then 0.005 else 0
klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_eko = if
TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_EKO < 200 or Total_serapan_naker_eko < 100 then 0.1 else if TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_EKO > 200 and
TOTAL_RATA_PEND_PERKAPITA_EKO < 400 or Total_serapan_naker_eko >100 and Total_serapan_naker_eko < 200 then 0.01 else 0
Luas_kebakaran_agro = Luas_Hutan*rate_kebakaran_agro Luas_kebakaran_eko = Luas_Hutan*rate_kebakaran_eko Luas_Kwsn_Htn_Kuningan = 8931
Luas_penanaman_CSR =
rate_penanaman_csr*delay(Luas_Hutan,Delay_duration,5) Luas_penanaman_TN =
rate_penanaman_TN*delay(Luas_Hutan,Delay_duration,5) Luas_perambahan_Agro = Luas_Hutan*rate_perambahan_agro Luas_perambahan_eko = Luas_Hutan*rate_perambahan_eko
Persen_Luas_Htn_per_kwsn = Luas_Hutan/Luas_Kwsn_Htn_Kuningan
rate_kebakaran_agro = if klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_Agrofor > 0 then 0.01 else 0
rate_kebakaran_eko = if klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_eko > 0 then 0.01 else 0
rate_penanaman_csr = 0.01 rate_penanaman_TN = 0.03
rate_perambahan_agro = if klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_Agrofor > 0 then 0.01 else 0
rate_perambahan_eko = if klasifikasi_rate_perambahan_&_kebakaran_eko > 0 then 0.01 else 0
(6)
Gamba sub model kelestarian TNGC
Total serapan naker agro
Total serapan naker eko TOTAL RATA PEND PERKAPITA EKO
Total RataPend Perkaipta Agrofoestry Luas Hutan
Tambah
Kurang Luas penanaman CSR
Luas penanaman TN
Luas kebakaran eko rate penanaman csr
rate penanaman TN
Delay duration
rate kebakaran eko Luas Kwsn Htn Kuningan
Persen Luas Htn per kwsn
Luas perambahan eko
rate perambahan eko
klasif ikasi rate perambahan & kebakaran Agrof or klasif ikasi rate perambahan
& kebakaran eko
Luas perambahan Agro
rate perambahan agro rate kebakaran agro Luas kebakaran agro