Vegetation Ecology and Ethnobotany of Mount Cibodas Karst Regions, Ciampea, Bogor

1

EKOLOGI VEGETASI DAN ETNOBOTANI KAWASAN KARST
GUNUNG CIBODAS, CIAMPEA, BOGOR

MARWIYATI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

2

ABSTRAK
MARWIYATI. Ekologi Vegetasi dan Etnobotani Kawasan Karst Gunung Cibodas, Ciampea,
Bogor. Dibimbing oleh IBNUL QAYIM dan Y. PURWANTO.
Karst mengandung makna sebagai suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada
batuan karbonat (batugamping), baik berkelompok maupun tunggal dibentuk dan dipengaruhi oleh
proses pelarutan (karsitifikasi) yang derajatnya lebih tinggi dibanding kawasan batuan lainnya.

Vegetasi yang hidup di kawasan karst sangat khas, baik dilihat dari segi bentuk dan komposisi
jenisnya. Pepohonan yang hidup di kawasan karst biasanya kecil dan bertajuk jarang, perakaran
dalam dan berkelok-kelok, serta menempel pada tebing-tebing. Hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkunganny adisebut etnobotani.
Nilai keanekaragaman hayati bagi masyarakat dihitung berdasarkan nilai Index Cultural of
Significance (ICS). Jenis yang dominan pada tingkat pohon adalah jenis Macaranga sp. (ki
bolong), pada tingkat tiang adalah Prunus avium (ceri) dan Macaranga sp. (ki bolong). Pada
tingkat pancang yang dominan adalah Piper aduncum (seuseurehan) dan Calliandra calothyrsus
(kaliandra). Pada tingkat tumbuhan bawah yang dominan adalah Axonopus compresus (rumput
teki) dan Imperata cylindrica (ilalang). Semakin tinggi nilai ICS menunjukkan semakin tinggi nilai
pemanfaatannya dalam kehidupan masyarakat. Tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi yaitu
kelapa dengan nilai sebesar 157.
Kata kunci: karst, vegetasi, etnobotani, ICS

ABSTRACT
MARWIYATI. Vegetation Ecology and Ethnobotany of Mount Cibodas Karst Regions,
Ciampea, Bogor. Supervised by: IBNUL QAYIM and Y. PURWANTO.
Karst has a meaning of a landscape that is specifically developed in carbonate rocks
(limestone), either single or in groups, formed and influenced by the leaching process
(karstification) in higher degree than the other rock. Living vegetation within Karst region is

typical, both in terms of form and species composition. Trees that live in karst areas are usually
small and lesser canopy, deeper roots system, and winding, and stick to the cliffs. An
interrelationship between human and natural resources of plants and their environmental factor is
called ethnobotany. Value of biodiversity to society is calculated based on the Index Cultural of
Significance (ICS). The dominant type of treegrowth level is the type of Macaranga sp. (ki
bolong), at the sapling level is Prunus avium (ceri) and Macaranga sp. (ki bolong). At pole growth
level, the dominant level is Piper aduncum (seuseurehan) and Calliandra calothyrsus (kaliandra).
At the lower level, the dominant plants are Axonopus compresus (rumput teki) and Imperata
cylindrica (ilalang). The higher of ICS indicates higher plant utilization in public life. Plant that
has the highest value is coconut with a value of 157.
Key words: karst, vegetation, ethnobotany, ICS

3

EKOLOGI VEGETASI DAN ETNOBOTANI KAWASAN KARST
GUNUNG CIBODAS, CIAMPEA, BOGOR

MARWIYATI

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratUntuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

4

Judul skripsi
Nama
NIM

: EkologiVegetasi dan Etnobotani Kawasan Karst Gunung
Cibodas, Ciampea, Bogor
: Marwiyati
: G34052029


Menyetujui :
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Ibnul Qayim

Prof. Dr. Ir. Y Purwanto, DEA

NIP : 19650220199021001

NIP : 196102181985031003

Mengetahui :
Ketua Departemen,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
NIP : 1964100219890311002

Tanggal Lulus :


5

PRAKATA
Puji dan syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Vegetasi Ekologi dan Etnobotani Kawasan Karst Gunung
Cibodas, Ciampea, Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Mei
2011 di Gunung Karst Cibodas, Ciampea.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ibnul Qayim dan Bapak Prof. Dr. Ir. Y
Purwanto, DEA selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan ,perhatian dan
kepercayaan kepada saya untuk melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Kanthi Arum Widayati, M.Si. sebagai dosen penguji. Penulis juga ucapkan
terimakasih kepada orang tua dan kakak-kakak atas do’a dan dukungan yang tak pernah putus
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Terimakasih kepada kepala lurah dan kecamatan
Ciampea yang telah memberikan ijin penelitian di lokasi penelitian. Terimakasih kepada
masyarakat sekitar lokasi penelitian, khususnya warga Desa Cibadak dan Ciampea yang telah
membantu memberikan informasi khususnya kepada Aki Muhaman dan keluarga yang telah
membantu penulis dalam pengambilan data di lapangan. Terimakasih juga penulis khusus ucapkan
kepada Amin K Saputra atas segala bantuannya selama penelitian. Terimakasih kepada temanteman Biologi, teman-teman Puri PCH. Terimakasih kepada Herna, Femi, Ari, Nina, Suhu Erma,

Mba Dina, atas segalado’a dan dukungan, kepada Didi yang selalu bersama ke LSI.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus2012

Marwiyati

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bau-Bau pada tanggal 16 Maret 1987 dari ayah Hamzah (Alm.) dan ibu
Mukminah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bau-Bau dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk pada mayor
Biologi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota OWA (Observasi Wahana
Alam) yang merupakan himpunan organisasi pecinta alam Departemen Biologi. Selama
mengikuti perkuliahan, penuli melakukan studi lapangan dengan judul “Eksplorasi dan
Identifikasi Tumbuhan Beracun di Wana Wisata Cangkuang, Sukabumi dengan Tinjauan
Kandungan Bahan Kimia dan Potensinya”. Penulis juga melakukan praktik lapang dengan judul

“Usaha Penggemukan Sapi Australia Di PT. Zagrotech Dafa International”.

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................
viii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................................................
1
Tujuan.................................................................................................................................
2
Waktu dan Tempat .............................................................................................................
2

BAHAN DAN METODE ......................................................................................................
2
Bahan dan Alat ...................................................................................................................
2
Metode.............................................................................................................................
2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................
6
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ....................................................................................
6
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat....
11
SIMPULAN ...........................................................................................................................
17
SARAN ...................................................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
18
LAMPIRAN ...........................................................................................................................
20


8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Halaman
Bentuk petak contoh pengukuran vegetasi ........................................................................
3
Peta lokasi penelitian .........................................................................................................
5
Keadaan Gunugn Cibodas akibat penambangan batu kapur ..............................................
6
Para pencari kayu bakar ....................................................................................................
7

Keadaan Gunung Cibodas dari sisi Cibadak ......................................................................
11
Keadaan Gunung Cibodas dari Sisi Ciampea ....................................................................
12

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Halaman
Kategori nilai tingkat qualitas penggunaan tumbuhan .....................................................
4
Kategori nilai tingkat intensitas penggunaan tumbuhan ...................................................
4
Kategori nilai tingkat eksklusivitas penggunaan tumbuhan ..............................................
5
INP tingkat tumbuhan bawah pada sisi Cibadak ............................................................
7
INP tingkat pancang pada sisi Cibadak .............................................................................
8
INP tingkat tiang pada sisi Cibadak ..................................................................................
8
INP tingkat pohon pada sisi Cibadak ...............................................................................
8
INP jenis dominan dan kodominan pada tiap tingkatan pertumbuhan pada sisi Cibadak
8
INP tingkat tumbuhan bawah pada sisi Ciampea ...........................................................
9
INP tingkat pancang pada sisi Ciampea .........................................................................
9
INP tingkat tiang pada sisi Ciampea ..............................................................................
9
INP jenis dominan dan kodominan pada tiap tingkatan pertumbuhan pada sisi Ciampea
10
Indeks Keanekaragaman jenis Shanon pada tingkatan vegetasi Gunung Cibodas .........
11
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan pangan ...............................................
13
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan bangunan .........................................
13
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan kayu bakar .......................................
14
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai pakan ternak ................................................
14
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan pewarna ............................................
14
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai tali, anyaman dan kerajinan .........................
15
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai tanaman hias ................................................
15
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan keperluan upacara adat .....................
15
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan aromatik ............................................
16
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai bahan minuman ............................................
16
Tumbuhan yang sering di gunakan sebagai tumbuhan obat .............................................
17
Jumlah jenis tumbuhan yng digunakan oleh masyarakat sekitar kawasan .........................
18
Tumbuhan yang ditemukan di plot ...................................................................................
19

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar tumbuhan bermanfaat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan Gunung
Karst Cibodas, Ciampea ...................................................................................................
23
2 Jenis-jenis tumbuhan karst yang berpotensi sebagai tumbuhan obat ................................
27
3 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan pangan ............................................................
29
4 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan bangunan ........................................................
29
5 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan kayu bakar ......................................................
30
6 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai pakan ternak ..............................................................
30
7 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan pewarna ..........................................................
31
8 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan tali, anyaman, dan kerajinan ..........................
31
9 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai tanaman hias .............................................................
32
10 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan upacara adat ....................................................
32
11 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan minuman ........................................................
33
12 Daftar skor/nilai tumbuhan sebagai bahan obat .................................................................
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karst merupakan istilah dalam bahasa
Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
yaitu kras, yang berarti lahan gersang berbatu.
Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak
berkaitan dengan batu gamping dan proses
pelarutan, namun saat ini istilah karst telah
diadopsi untuk istilah bentuk lahan hasil
proses pelarutan. Ford dan Williams (1995)
mendefinisikan karst sebagai medan dengan
kondisi hidrologi yang khas akibat dari batuan
yang mudah larut dan mempunyai porositas
sekunder yang berkembang baik. Porositas
sekunder merupakan ruang-ruang atau pori
yang dapat menyerap air atau menampung
cairan yang terbentuk karena adanya proses
lanjutan setelah pengendapan pada batuan.
Karst mengandung makna sebagai suatu
bentang alam yang secara khusus berkembang
pada batuan karbonat (batu gamping).
Bentang alam tersebut baik berkelompok
maupun tunggal dibentuk dan dipengaruhi
oleh proses pelarutan (karstifikasi) yang
derajatnya lebih tinggi dibanding kawasan
batuan lainnya (Samodra 2001). Batuan
karbonat yang terdapat di Indonesia tersebar
dari Sumatra hingga Irian luasnya ± 15.4 juta
ha (Surono et al. 1999.
Bentang alam karst memegang peranan
sangat penting bagi kehidupan manusia
terutama dalam upaya mencukupi kebutuhan
air yang semakin lama semakin meningkat.
Proses pelarutan dalam karst akan berjalan
baik selama batuan yang tersedia masih
memiliki bagian yang bersifat mudah larut
serta masih tersedia cukup air yang berfungsi
sebagai pelarut. Proses pelarutan tersebut
dinamakan karstifikasi. Proses karstifikasi
melibatkan factor fisika, kimia, dan biologi.
Sifat fisik dan kimia member pengaruh
terhadap jenis-jenis tumbuhan yang dapat
hidup di wilayah karst adalah (Whitten et al.
1998): (1) Tanah bersifat basa; (2) Kadar
kalsium (Ca) tinggi; (3) Secara berkala
mengalami masa kering; (4) Memiliki
kapasitas tukar kation yang lebih tinggi.
Vegetasi kawasan karst tropika merupakan
daya tarik bagi ahli botani dan kehutanan
sejak tahun 1880 (Kunstler dalam Ko 2003).
Indonesia memiliki kawasan karst yang lebih
luas dibandingkan dengan Malaysia dan
Sarawak serta jauh lebih bervariasi dari segi
topografi, keadaan tanah, fisiognami, letak
geografis dan perbedaan iklim.

Vegetasi yang hidup di kawasan karst
sangat khas, baik dilihat dari segi bentuk dan
komposisi jenisnya. Pepohonan yang hidup di
kawasan karst biasanya kecil dan bertajuk
jarang, berkelok-kelok, serta menempel pada
tebing-tebing. Jenis-jenis pohon yang terdapat
di tegakan hutan kawasan karst menurut
Vermeulen dan Whitten (1999) terdiri dari
famili
Euphorbiaceae,
Leguminosae,
Moraceae,
Meliaceae,
Sapondaceae,
Ebenaceae, Rubiaceae dan Anacardiaceae,
namun
demikian,
jenis-jenis
tersebut
bervariasi antar tempat tumbuh dan wilayah
geografis.
Etnobotani merupakan bidang ilmu yang
cakupannya
multidisiplin
mempelajari
hubungan timbal balik antara manusia dengan
sumberdaya
alam
tumbuhan
dan
lingkungannya. Secara sederhana etnobotani
dapat didefinisikan sebagai suatu bidang ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik
antara masyarakat lokal dengan alam
lingkungannya meliputi sistem pengetahuan
tentang
sumberdaya
alam
tumbuhan
(Purwanto 1999).
Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang
lingkup bahwa etnobotani yaitu cabang ilmu
pengetahuan yang mendalami tentang
persepsi dan konsepsi masyarakat tentang
sumberdaya
tumbuhan
di
lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini kajian diarahkan
dalam upaya untuk mempelajari kelompok
masyarakat dalam pemanfaatannya terhadap
tumbuhan di lingkungan sekitar mereka.
Pemanfaatan
yang
dimaksud
yaitu
pemanfaatan tumbuhan baik sebagai bahan
obat, sumber pangan maupun sumber
kebutuhan hidup manusia lainnya.
Purwanto
dan
Waluyo
(1992)
mengelompokkan tumbuhan sebagai bahan
sandang, bahan pangan, bahan bangunan,
bahan obat tradisional, bahan pewarna, alat
pertanian, alat rumah tangga, bahan bakar
kayu, pelengkap upacara adat dan kegiatan
sosial lainnya.
Hubungan antara tumbuhan dengan ritual
dalam kehidupan masyarakat merupakan
gejala universal, yang hampir terdapat pada
semua masyarakat dan merupakan bagian dari
kebudayaan manusia. Dalam pelaksanaan
upacara-upacara
adat
terutama
yang
berkenaan dengan upacara daur hidup,
tumbuhan selalu banyak dipergunakan
sebagai sumber bahan makanan maupun
kegunaan lainnya (Rugayah et al. 1989).

2

Terdapat empat usaha utama yang
berkaitan erat dalam etnobotani, yaitu: 1)
Pendokumentasian pengetahuan etnobotani
tradisional; 2) Penilaian kuantitatif tentang
pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber
botani; 3) Pendugaan tentang keuntungan
yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk
keperluan sendiri maupun untuk tujuan
komersial; dan 4) Proyek yang bermanfaat
untuk memaksimumkan nilai yang dapat
diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan
ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin
1998).
Purwanto (1999) mengungkapkan potensi
aplikasi etnobotani dan perannya meliputi dua
aspek yaitu dalam botani ekonomi dan
masyarakat ekologi. Selain tiu etnobotan
memberikan gambaran tentang perannya
terhadap pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan konservasi keanekaragaman
hayati.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman hayati, nilai ekologi
kawasan karst, jenis tumbuhan bermanfaat di
kawasan karst, dan jenis-jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, di
kawasan karst gunung karst Cibodas,
Ciampea.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Pengambilan data dilakukan pada bulan
Oktober 2010 sampai dengan Mei 2011 di
Gunung Karst Cibodas, Ciampea, Kabupaten
Bogor.

Metode Penelitian
Pengambilan data di lapangan dilakukan
dengan
analisis
vegetasi
dengan
menggunakan petak contoh. Petak contoh
dibuat di jalur dari desa Cibadak dan desa
Ciampea. Petak contoh dibuat pada jalur-jalur
pengamatan secara petak bertingkat, yaitu
ukuran petak 20 m x 20 m untuk tingkat
pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m
x 5 m untuk tingkat pancang, dan 2 m x 2 m
untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah.
Untuk mengatahui gambaran tentang
keanekaragaman jenis, struktur dan komposisi
vegetasi maka dilakukan perhitungan terhadap
para meter yang meliputi indeks nilai penting
dan indeks keanekaragaman jenis.
Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari:
INP = KR + FR + DR  untuk tingkat tiang
dan pohon
INP = KR + FR  untuk tingkat pancang dan
semai serta tumbuhan bawah
Dimana,
1). Kerapatan (K)

K
2). Kerapatan Relatif (KR)

K
3). Frekuensi (F)

Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang di gunakan
selama penelitian adalah kompas, tali rafia
untuk membuat petak contoh di lapangan,
haga meter untuk mengukur tinggi pohon,
kamera digital, kantong plastic, alat dan bahan
herbarium, alat tulis, alat 4 in 1 yang meliputi
pengukuran kelembaban udara, kecepatan
angin, cahaya dan suhu, serta meteran.

F
4). Frekuensi Relatif (FR)

FR =
5). Dominansi (D)

D=
6). Dominansi Relatif (DR)

DR =

3

D

C

B
100 m
Gambar 1 Bentuk petak contoh pengukuran vegetasi

Ket.:
A = petak contoh 20 m x 20 m, B = petak
contoh 10 m x10 m, C = petak contoh 5 m x
5m, D = petak contoh 2 m x 2 m
Diameter setinggi dada atau diameter at
breast height (dbh) adalah merupakan
pengukuran standar mengenai tingkat
pertumbuhan dari suatu kelompok vegetasi.
a) Pohon memiliki diameter setinggi dada
(dbh ≥ 20 cm)
b) Tiang memiliki 10 cm ≤ dbh < 20 cm
c) Pancang memiliki dbh < 10 cm dan
memiliki tinggi ≥ 1.5 m
d) Tumbuhan bawah merupakan anakan
pohon dengan ukuran ketinggian kurang
dari 1.5 m dan tumbuhan bawah lainnya.

Nilai keanekaragaman hayati tumbuhan
bagi
masyarakat
sekitar
dihitung
berdasarkan nilai Indek Kepentingan
Budaya atau Index Cultural of Significance
(ICS). Penilaian ICS setiap jenis tumbuhan
menggunakan teknik yang dikembangkan
oleh Turner (1988) yang dikembangkan oleh
Purwanto (2002) yang diacu dalam Hajar
(2009). Teknik ini terdiri dari tiga komponen
penilaian, yaitu
kualitas penggunaan
(Quality of use), intensitas penggunaaan
(Intensity of use), dan ekslusifitas
penggunaan (Exclusivity of use). Penilaian
ICS dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Keanekaragaman
jenis
ditentukan
dengan menggunakan rumus Shannon Index
of Diversity.

H

, dimana

H´ = Indeks Keanekaragaman Jenis
Shannon

Pi = ni/N
ni = INP jenis ke-i
N = Total INP

Suatu jenis tumbuhan yang memiliki
kegunaan lebih dari satu maka formula
perhitungannya menjadi sebagai berikut:

4

Dimana:
ICS = Index Cultural of Significance, adalah
jumlah dari perhitungan pemanfaatan suatu
jenis tumbuhan dari 1 hingga n, dimana n
menunjukkan
pemanfaatan
yang
ke
sekiannya (terakhirnya); sedangkan simbol i
menggambarkan nilai 1 hingga n, dan
seterusnya.
Sedangkan mengenai perhitungan nilai
dari suatu jenis tumbuhan dihitung
parameternya sebagai berikut:
Nilai q = nilai kualitas (quality value),
dihitung dengan menggunakan cara
memberikan skor atau nilai terhadap
nilai kualitas dari suatu jenis tumbuhan,
sebagai contohnya: 5 = makanan pokok;
4 = makanan sekunder/tambahan +
material primer; 3 = bahan makanan
lainnya + material sekunder + tumbuhan
obat-obatan; 2 = ritual, mitologi,
rekreasi, etc.; 1 = mere recognition.
Nilai i = nilai intensitas (intensity
value), yaitu menggambarkan intensitas
pemanfaatan dari jenis tumbuhan
berguna dengan memberikan nilai,
misalnya:
5
=
sangat
tinggi
intensitasnya; 4 = secara moderat tinggi
intensitas penggunaanya; 3 = medium
intensitas penggunaannya; 2 = rendah
intensitas penggunaannya; 1 = intensitas
penggunaannya
sangat
jarang
(minimal).
Nilai e = nilai ekslusivitas (exclusivity
value), sebagai contoh: nilai 2 = paling
disukai dan merupakan pilihan utama
dan tidak ada duanya; nilai 1 = terdapat
beberapa jenis yang ada kemungkinan
menjadi pilihan; dan nilai 0.5 = sumber
sekunder atau merupakan bahan yang
sifatnya sekunder.
Pengambilan data skor/nilai tumbuhan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
sekitar kawasan Gunung Karst Cibodas,
Ciampea menggunakan kuesioner yang
ditampilkan pada lampiran 3-14.
Tabel 1, 2, dan 3 berikut merupakan
kategorosasi nilai kegunaan dari setiap jenis
tumbuhan
yang
dimanfaatkan
oleh
masyarakat. kategorisasi nilai guna tersebut
dikemukakan oleh Turner (1988) yang
dimodifikasi oleh Purwanto (2011).

Tabel 1 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis
tumbuhan
menurut
kategori
etnobotani
No
1
2
3
4
5

Deskripsi kegunaan
Makanan utama
Bahan makanan tambahan
Bahan pangan lain yang
digunakan
Bahan materi utama
Bahan materi sekunder

6
7

Bahan obat-obatan
Ritual atau spiritual

3
2

8
9

Mitologi
Tumbuhan yang memiliki nilai,
tetapi tidak diketahui secara
khusus atau adakalanya sangat
khusus
atau
mempunyai
pengecualian
Tumbuhan tidak berharga atau
tidak bernilai atau tidak
diketahui oleh siapapun

2
1

10

Nilai guna
5
4
3
4
3

0

Tabel 2 Kategorisasi yang menggambarkan
tentang intensitas penggunaan jenis
tumbuhan berguna
Nilai
5

4

3

2

1

Deskripsi
Sangat tinggi intensitas penggunaannya; yaitu
jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, digunakan secara regular
hamper setiap hari dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Intensitas penggunaannya tinggi; meliputi jenisjenis tumbuhan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, digunakan secara regular
harian, musiman, atau dalam waktu berkala.
Intensitasnya sedang; penggunaan jenis-jenis
tumbuhan secara regular tetapi dalam waktuwaktu tertentu, misalnya pemanfaatan yang
bersifat musiman. Biasanya jenis-jenis ini
diramu, diekstrak, atau bila hasilnya berlebihan
bisa diperjual-belikan.
Intensitas penggunaannya rendah, meliputi
jenis-jenis yang jarang digunakan dan tidak
mempunyai pengaruh pada kehidupan seharihari masyarakat.
Sangat jarang intensitas penggunaannya,
meliputi jenis-jenis tumbuhan yang sangat
minimal atau sangat jarang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.

5

Tabel 3 Kategori penggunaan jenis
tumbuhan yang menggambarkan tentang
tingkat ekslusivitas atau tingkat kesukaan
Nilai
Deskripsi
2
Paling disukai dan merupakan
pilihan utama dan merupakan jenis
tumbuhan yang menjadi komponen
utama dan sangat berperan dalam
kulturalnya. Jenis ini memiliki
kegunaan yang paling disukai atau
juga
bagi
jenis-jenis
yang
mempunyai nilai guna tidak
tergantikan oleh jenis lain.
1
Meliputi jenis-jenis tumbuhan yang
disukai tetapi terdapat jenis-jenis
lain apabila jenis tersebut tidak ada.
0.5
Meliputi jenis-jenis tumbuhan
berguna yang hanya sebagai
sumberdaya
sekunder,
ekslusivitasnya
atau
nilai
kesukaannya rendah.

6

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Keterangan: 0 Lokasi penelitian
Sumber:
https://maps.google.co.id/maps?q=peta+gunung+
karst+ciampea&hl=en&ie=UTF-8

Lokasi penelitian yang terdiri dari dua
desa, yaitu desa Cibadak dan desa Ciampea
berada di kawasan Gunung Cibodas,
Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa
Barat. Secara keseluruhan luas kawasan
sekitar 109 km2. Lokasi penelitian terletak
antara 106 o 40´ – 106045´ BT dan 6031´ –
6035´ LS (Bakosurtanal 1990).
Menurut
pembagian
administrasi
pengelolaan hutan, kawasan Gunung
Cibodas berada dalam wilayah RPH
Gobang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor,
Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten.
Menurut
administrasi
pemerintahan,

kawasan ini termasuk dalam wilayah
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Kawasan Gunung Cibodas memiliki
topografi berbukit sampai bergunung dengan
ketinggian ± 350 mdpl dan kelerengan (2550)% (Puslitbangtanak 1992). Tanah
penyusunnya berupa tipe kompleks Rensina
dan Litosol, yang mempunyai tekstur halus
dengan drainase cepat. Bahan induk tanah
berupa batu kapur (Puslitbangtanak 1979).
Menurut Whitten et al (1996) Gunung
Cibodas merupakan salah satu bentang alam
karst daerah tropika basah yang terdapat di
pulau Jawa. Di gunung Cibodas juga
terdapat beberapa gua vertikal. Gua Gunung
Cibodas diketahui sebagai penghasil sarang
burung walet dan sebagai habitat monyet
ekor panjang serta kelelawar.
Kawasan karst Gunung Kapur Ciampea
membentang dari arah Timur-Barat dan
menjulang tinggi di antara kawasan
sekitarnya. Apabila diperhatikan secara
seksama, kawasan karst Gunung Kapur

7

Ciampea atau disebut juga Gunung Cibodas
merupakan suatu bentang alam yang indah
dengan dominasi warna putih di bagian
utara. Adanya praktek penambangan oleh
perusahaan pertambangan di Gunung Kapur
Ciampea menjadikan nilai strategis kawasan
ini terancam keberadaannya (Rahman 2006).
Menurut van Stennis (1931) dalam Whitten
et al (1996), sekitar 60 tahun lalu hutan
Gunung Cibodas belum terjamah oleh
kegiatan manusia masih banyak terdapat
jenis pohon di antaranya
keruing
(Dipterocarpus
hasseltii,
famili
Dipterocarpaceae), burahol (Stelechocarpus
burahol, famili Annonaceae) dan eboni
(Diospyros sp. famili Ebenaceae), namun
tidak ada jenis yang dominan.
Sangat berbeda dengan kondisi saat ini
yang tidak lagi terdapat pohon pada kawasan
ini, vegetasinya lebih didominasi oleh semak
bahkan luasannya pun berkurang karena
adanya sebagian kawasan yang dijadikan
pertambangan
batu
kapur.
Kegiatan
perubahan tata guna lahan menjadi kawasan
pertambangan batu kapur dan pengambilan
kayu bakar oleh masyarakat di sekitar hutan
kawasan gunung karst Cibodas, Ciampea
juga mengakibatkan berkurangnya jenis
pohon. Gambar 3 menunjukkan keadaan
salah satu sudut Gunung Karst Cibodas,
Ciampea akibat penambangan batu kapur.

kecamatan Ciampea merupakan suku Sunda
dan beberapa di antaranya adalah etnis Cina.
Sebagian besar penduduk memeluk agama
Islam.
Adapun
tingkat
pendidikan
masyarakat yang paling banyak adalah yaitu
tamat Sekolah Dasar (SD), kemudian SMP
dan SMA serta beberapa tamatan Akademik
dan Universitas, namun masih ada penduduk
yang tidak tamat SD.
Mata pencaharian penduduk antara lain
Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, pegawai
swasta, petani/peternak, jasa/buruh dan lainlain. Sebagian besar penduduk Ciampea
bermata pencaharian di bidang jasa atau
buruh.
Penduduk yang bertani atau
berladang biasanya menggarap lahan
pertanian yang berada di sekitar kaki
Gunung Cibodas, lahan ini milik orang lain
dan petani hanya sebagai penggarap.
Biasanya petani menanam tanaman pangan
harian seperti bayam, kangkung, cabe, dan
lain-lain.
Sebagian
masyarakat
juga
menanam tanaman jati di sekitar kaki
gunung. Pemenuhan kebutuhan kayu bakar
rumah
tangga,
seringkali
penduduk
mengambil kayu atau ranting-ranting kayu
dari
gunung
tersebut.
Gambar
4
menunjukkan
salah
satu
kegiatan
masyarakat yang memanfaatkan hasil dari
Gunung Karst Cibodas, Ciampea yaitu
pemanfaatan ranting-ranting pohon sebagai
kayu bakar.

Gambar 3 Keadaan Gunung Cibodas akibat
penambangan batu kapur

Gambar 4 Para pencari kayu bakar

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Menurut
pengukuran
keadaan
lingkungan selama melakukan penelitian,
didapatkan data kecepatan angin rata-rata
0.6 m/s, kelembaban rata-rata 65.2%, suhu
rata-rata 33.30C, dan cahaya rata-rata 1131 x
10 Cd. Pengukuran keadaan lingkungan ini
dilakukan sekitar pukul 08:30 setiap pagi.
Berdasarkan
Rekapitulasi
Hasil
Pendataan Keluarga Sejahtera Tingkat
Kecamatan (2009) sebagian besar penduduk

Perubahan tata kehidupan masyarakat,
baik di perkotaan maupun di pedesaan yang
semakin pesat dewasa ini tentu akan
berdampak pada budaya, pola hidup, dan
kelestarian sumberdaya alam hayati. Di sisi
lain ekspolitasi sumberdaya alam akan
meningkat seiring dengan perkembangan
industry yang semakin maju. Perkembangan
pembangunan disamping berdampak positif
juga
berdampak
negatif,
seperti
terkurasnyakualitas lingkungan. Kondisi
tersebut
dipengaruhi
langsung
oleh
tergusurnya masyarakat lokal dengan nilainilai pengetahuannya yang selama ini

8

merupakan istrumen pendukung lestarinya
sumberdaya alam (Gunawan et al. 1998).
Sisi desa Cibadak maupun sisi desa Ciampea
terdapat beberapa perbedaan komposisi
tumbuhan. Setiap jenis tumbuhan yang
berbeda pada umumnya memiliki daerah
persebaran yang berbeda, walaupun tidak
tertutup kemungkinan dua atau tiga jenis
tumbuhan menempati daerah persebaran
yang sama. Menurut Polunin (1960) jenisjenis tumbuhan yang mendiami daerahdaerah geografi secara eksklusif disebut
jenis-jenis alopatrik dan jenis-jenis yang
persebarannya di suatu daerah terjadi secara
Sisi Cibadak

bersama-sama atau tumpang tindih dikenal
sebagai jenis simpatrik atau semi-simpatrik.
Pada umumnya kerabat dekat jenis-jenis
simpatrik menunjukkan perbedaan dalam
tipe genetik, ekologi, dan diferensiasi
struktural dibanding dengan yang alopatrik.
Odum
(1971)
menyatakan
bahwa
keanekaragaman jenis tumbuhan lebih tinggi
di dalam komunitas yang lebih tua dan
rendah di dalam komunitas yang cenderung
baru terbentuk. Kemantapan habitat
merupakan faktor utama yang mengatur
keanekaragaman jenis.

Tabel 4 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tumbuhan bawah
No

Spesies

Famili

Nama Lokal

INP (%)

1

Axonopus compresus

Poaceae

Rumput

70.60

2

Selaginella wildenowii

Selaginellaceae

Paku Rane

21.95

3

Nephrolepis biserrata

Polypodiaceae

Pakis

19.72

4

Dicranopteris dichotoma

Gleicheniaceae

Paku Andam

17.02

5

Piper Sarmentosum

Piperaceae

Karuk

13.49

6

Rubus moluccanus

Rosaceae

Hareueues

13.38

7

Chromolaena odorata

Asteraceae

Kirinyuh

11.73

8

Spathoglottis plicata

Orchidaceae

Anggrek

11.38

9

Lantana camara

Verbenaceae

Telekan

11.26

10

Stachytarpheta mutabilis

Amaranthaceae

Jarong

7.18

11

Glochidion zeylanicum
Jumlah

Euphorbiaceae

Mareme

2.28
200

9

Tabel 5 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pancang
No

Spesies

Famili

Nama Lokal

INP (%)

1

Calliandra calothyrsus

Fabaceaea

Kaliandra

127.46

2

Salvia riparia

Lamiaceae

Pulus

21.41

3

Ficus montana

Moraceae

Anis Mata

20.56

4

Ficus ampelas

Moraceae

Ki Hampelas

17.04

5

Gluta renghas

Anacardiaceae

Renghas

13.52

Jumlah

200

Tabel 6 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tiang
No
1
2

Spesies

Famili

NamaLokal

Macaranga sp.
Salvia riparia
Jumlah

Euphorbiaceae
Lamiaceae

Ki Bolong
Pulus

INP
(%)
241.26
58.74
300

Tabel 7 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pohon
No
1

Spesies

Famili
Euphorbiaceae

Macaranga sp.

Nama Lokal
Ki Bolong

INP (%)
300

Tabel 8 Indeks Nilai Penting (INP) jenis dominan dan kodominan pada tiap tingkatan
pertumbuhan pada sisi Cibadak
Tingkat pertumbuhan
Tumbuhan bawah

Jenis

INP (%)

Axonopus compresus

70.60

Kodominan

Glochidion zeylanicum

2.28

Pancang

Dominan
Kodominan

Calliandra calothyrsus
Gluta renghas

127.46
13.52

Tiang

Dominan
Kodominan

Macaranga sp.
Salvia riparia

241.26
58.74

Pohon

Dominan

Macaranga sp.

300

Dominan

Berdasarkan Tabel 4 pada sisi desa
Cibadak dapat diketahui bahwa jenis
dominan pada tingkat tumbuhan bawah
adalah jenis Axonopus compressus (Rumput
teki) dengan INP sebesar 70.60%,
sedangkan
jenis
kodominan
adalah
Glochidion zeylanicum (Mareme) dengan
INP
2.28%.
Axonopus
compressus
merupakan tumbuhan bawah yang memiliki
morfologi dengan ciri khas berupa
infloresens yang terletak di ujung tangkai
dan terdiri dari dua cabang bulir yang
berhadapan membentuk formasi huruf V
dengan satu cabang bulir ketiga yang sejajar
di bawahnya. A. compressus tumbuh baik
pada tanah alluvial maupun podsolik,
(Nasution 1986).
Pada tingkat pancang jenis Calliandra
calothyrsus (Kaliandra) memiliki INP

tertinggi sebesar 127.46%, sedangkan jenis
kodominan adalah Gluta renghas (renghas)
sebesar 13.52%. Jenis yang dominan pada
tingkat pancang yaitu kaliandra. Tumbuhan
ini merupakan tumbuhan asal Amerika
Tengah yang diintroduksi dari Guatemala.
Tujuan penanaman kaliandra pada
mulanya untuk penghijauan, mencegah erosi
dan mencegah penduduk mengambil kayu
bakar dari hutan. Dengan adanya kaliandra,
penduduk dapat mengambil kayunya untuk
kayu bakar (Tangendjaja et al., 1992).
Pada tingkat pertumbuhan tiang jenis
dominan adalah Macaranga sp. dengan INP
sebesar 241.26% dan jenis kodominan
adalah Salvia riparia dengan INP sebesar
58.74%. Pada tingkat pertumbuhan pohon
hanya didominasi oleh C. palmata sebesar
300%.

10

C. palmata memiliki perakaran mirip
Ficus sp. yang berkelok-kelok, dalam dan
dapat tumbuh di atas bebatuan. Jenis C.
palmata ini termasuk salah satu jenis pohon
pionir. Jenis ini merupakan jenis yang
intoleran terhadap naungan atau tahan

terhadap cahaya, dan memerlukan sedikit
nutrisi untuk hidup. Oleh karena itu, jenis ini
mempunyai toleransi yang cukup tinggi
terhadap kondisi lingkungan ekstrim
sekalipun (Daubenmire 1974).

Sisi Ciampea
Tabel 9 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tumbuhan bawah
No Spesies
Famili
1
Mimosa pudica
Fabaceae
Nephrolepis biserrata
Polypodiaceae
2
Chromolaena odorata
Asteraceae
3
4
Stachytarpheta mutabilis
Amaranthaceae
5
Lantana camara
Verbenaceae
6
Pogonatherum paniceum
Poaceae
7
Clitoria laurifolia
Fabaceae
8
Dicranopteris dichotoma
Gleicheniaceae

Nama Lokal
Putri malu
Pakis
Kirinyuh
Jarong
Telekan
Palias
Cepel
Paku andam

Jumlah

INP(%)
44.92
36.78
22.13
21.42
20.96
19.79
18.17
15.84

200

Tabel 10 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pancang
No

Spesies

Famili

Nama Lokal

INP(%)

1

Piper aduncum

Piperaceae

Seuseurehan

76.60

2

Ficus grossularioides

Moraceaae

Ki Ciat

33.54

3

Prunus avium

Rosaceae

Ceri

25.03

4

Antidesma platyphillum

Phyllanthaceae

Ki Timbel

19.99

5

Acronychia laurifolia

Rutaceae

Jejerukan

17.03

6

Sauropus androgynus

Euphorbiaceae

Katuk

13.56

7

Castanopsis javanica.

Fagaceae

Kingkilaban

7.82

Gluta renghas

Anacardiaceae

Renghas

6.43

8

Jumlah

200

Tabel 11 Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tiang
No
1
2
3
4
5

Spesies
Prunus avium
Ficus grossularioides
Castanopsis javanica
Antidesma platyphillum
Piper aduncum
Jumlah

Famili
Rosaceae
Moraceaae
Fagaceae
Phyllanthaceae
Piperaceae

Nama Lokal
Ceri
Ki Ciat
Kingkilaban
Ki Timbel
Seuseurehan

INP(%)
161.40
64.64
27.63
23.16
23.16
300

11

Tabel 12 Indeks Nilai Penting (INP) jenis dominan dan kodominan pada tiap tingkat pertumbuhan
pada sisi Ciampea
Tingkat
pertumbuhan
Tumbuhan bawah

Jenis

INP (%)

Dominan
Mimosa pudica
Kodominan
Dicranopteris dichotoma
Pancang
Dominan
Piper aduncum
Kodominan
Gluta renghas
Tiang
Dominan
Prunus avium
Kodominan
Piper aduncum
Pohon
Dominan
----*
Keterangan *: tidak ditemukan vegetasi pohon

Berdasarkan Tabel 9 pada sisi desa
Ciampea dapat diketahui bahwa pada tingkat
tumbuhan bawah jenis yang dominan adalah
Mimosa pudica. Dengan INP sebesar
44.92% dan jenis kodominan adalah
Dicranopteris dichotoma dengan INP
sebesar 15.84%. Pada tingkat pancang jenis
yang dominan adalah Piper aduncum
dengan INP sebesar 76.60% dan jenis
kodominan adalah G. renghas dengan INP
sebesar 6.43%. Pada tingkat tiang jenis
dominan adalah Prunus avium dengan INP
sebesar 161.40% dan kodominan adalah
Piper. aduncum dengan INP sebesar
23.16%.
Mimosa pudica atau putri malu
merupakan kelompok polong-polongan yang
dikenal karena daunnya yang dapat dengan
cepat menutup atau layu apabila disentuh.
Tanaman putri malu mempunyai khasiat
cukup besar untuk menyembuhkan, berbagai
jenis penyakit. Dari daun hingga ke akarnya,
tanaman ini berkhasiat untuk transquilizer
(penenang), ekspektoran (peluruh dahak),
diuretic (peluruh air seni), antitusif
(antibatuk), antipiretik (penurun panas), dan
antiradang. Pemanfaatan untuk obat dapat
dilakukan dengan cara diminum maupun
sebagai obat luar (Haq 2009).
Tumbuhan bawah yang ditemukan yaitu
tumbuhan paku. Tumbuhan paku merupakan
sekelompok tumbuhan yang telah memiliki
sistem pembuluh sejati, tetapi tidak
menghasilkan biji untuk reproduksinya.

44.92
15.84
76.60
6.43
161.4
23.16
----*

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian
dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan
daerah gurun. Paku andam tumbuh melilit
dan bercabang seperti garpu. Tumbuh
hingga 2.800 mdpl. Tingginya dapat
mencapai 3 – 10 kaki. Akar rimpangnya
tumbuh di dekat permukaan tanah dan
keluar batang keras yang tumbuh keatas.
Jenis-jenis yang mempunyai INP tinggi
menunjukkan bahwa jenis tersebut lebih
adaptif dan lebih mampu menyesuaikan diri
terhadap kondisi lingkungan hidupnya
dibanding jenis lain. Jenis yang memiliki
INP tertinggi berarti jenis tersebut mampu
memanfaatkan sumber daya yang tersedia
lebih baik daripada jenis lainnya. Hal ini
dijelaskan oleh Soerianegara dan Indrawan
(1998) bahwa tumbuhan mempunyai
korelasi yang sangat nyata dengan tempat
tumbuhnya.
Keseimbangan antar tingkat dari kedua
sisi desa yang di amati di temukan pada
tingkat pancang yaitu tumbuhan Gluta
renghas (renghas). Tumbuhan renghas
termasuk famili Anacardiaceae merupakan
sumber kayu yang penting di Indonesia.
Spesies ini dikenal karena getahnya sangat
beracun yang dapat menyebabkan iritasi
berat pada kulit dan dapat melumpuhkan
orang. (Copriadi & Miharti 2002).
Indeks keanekaragaman jenis Shannon
pada tingkatan vegetasi pada kedua sisi
pengamatan diampilkan pada tabel 10
berikut.

12

Tabel 13 Indeks Keanekaragaman (H ) jenis Shanon pada tingkatan vegetasi Gunung Cibodas
Sisi

Tingkat Vegetasi

Cibadak

Tumbuhan bawah
Pancang
Tiang
Pohon

H'
2.073
1.152
0.495
0

Tumbuhan bawah
Pancang
Tiang
Pohon

2.101
1.787
1.279
---*

Ciampea

* tidak ada tumbuhan yang berukuran pohon ditemukan di lokasi petak.

Menurut Magguran (1988) bahwa nilai H
umumnya berada pada kisaran 1.0 – 3.5. Nilai
H’ mendekati 3.5 menggambarkan tingkat
keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan
kriteria Magguran, diketahui bahwa tumbuhan
bawah memiliki tingkat keanekaragaman
sedang, dimana nilai H’ berada antara 2-3.
Keanekaragaman jenis pancang, tiang, dan
pohon tergolong rendah karena nilai indeks
Shanon lebih rendah dari dua.
Keanekaragaman jenis yang tergolong
rendah pada tingkat tumbuhan bawah,
pancang, tiang dan pohon disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang kurang mendukung
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
suatu jenis tumbuhan, sehingga jenis-jenis
yang tumbuh di kawasan karst ini hanya jenis
tumbuhan yang mampu beradaptasi dan
toleran pada kondisi lingkungan. Menurut
Crowter (1982) dan Proctor et al (1983a)
diacu dalam Whitten et al (1996), lapisan
tanah yang tipis sangat mempengaruhi
pertumbuhan jenis-jenis pohon di kawasan
karst sehingga umumnya jenis pohonnya lebih
sedikit dibandingkan dengan hutan pada
lapisan tanah yang lebih tebal. Terganggunya
ekosistem kawasan ini oleh adanya aktifitas
manusia yang relatif tinggi di kawasan ini
juga berdampak pada rendahnya nilai
keanekaragaman jenis pohon. Rusaknya
kawasan ini dikemukakan oleh Whitten et al
(1996) bahwa hutan dan vegetasi lainnya di
kawasan karst Jawa dan Bali sangat rentan
terhadap kerusakan sebagai akibat dari
pertambangan batu kapur.
Tumbuhan bawah justru memiliki nilai
keanekaragaman yang tergolong tinggi
dibandingkan dengan vegetasi lainnya.
Semakin terbukanya lahan sebagai akibat dari
eksploitasi kawasan ini oleh manusia
berdampak terhadap berkembangnya vegetasi
sekunder yang didominasi oleh tumbuhan

bawah.
Dalam
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya, tumbuhan bawah ini sering
bersaing dengan tumbuhan lain yang
berhabitus
pohon.
Seringkali
adanya
tumbuhan bawah ini menjadi penghambat
bagi pertumbuhan jenis-jenis pohon. Oleh
sebab itu, di kawasan karst Gunung Cibodas
didominasi oleh vegetasi semak, paku-pakuan
dan jarang ditemukan jenis pohon. Bagian dari
sisi cibadak Gunung Cibodas masih lebih
bagus penutupan vegetasinya dibandingkan
dari sis Ciampea. Gangguan terhadap kawasan
ini yang terus-menerus akan mengakibatkan
keadaan vegetasi dan fisik kawasan ini sulit
untuk pulih kembali. Dengan kondisi yang
seperti ini, juga akan menyulitkan jenis-jenis
pohon untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini
juga berpengaruh terhadap keanekaragaman
jenis pohon yang rendah. Gambar 5 dan 6
menunjukkan perbedaan keadaan Gunung
Karst Cibodas, Ciampea dari kedua sisi
pengamatan.

Gambar 5 Keadaan Gunung Karst Cibodas, Cimpea
dari sisi Cibadak

13

Gambar 6 Keadaan Gunung Karst Cibodas,
Ciampea dari sisi Ciampea

Nilai keanekaragaman hayati tumbuhan
bagi masyarakat di sekitar kawasan Gunung
Cibodas dihitung berdasarkan nilai Indeks
Kepentingan BUdaya atau Index Cultural of
Significance (ICS). Hasil nilai ICS terhadap
tumbuhan yang ditemukan di lokasi plot
pengambilan sampel kawasan Gunung
Cibodas (Tabel 25). Calliandra calothyrsus
(Kaliandra) memiliki nilai ICS tertinggi
sebesar 36 (Tabel 8). Nilai ICS Kaliandra
besar dipengaruhi oleh nilai intensitas
penggunaannya yang secara moderat sangat
tinggi untuk kayu bakar hingga saat ini.
Penggunaan yang besar tanpa adanya
penanaman kembali dapat menyebabkan
komponen vegetasi ini berkurang atau bahkan
habis. Fenomena melimpahnya anak pohon di
daerah lereng
bukit Gunung Cibodas
disebabkan oleh campur tangan manusia.
Tingginya kepadatan anak pohon ini
kemungkinan disebabkan oleh populasi
kaliandra,
tanaman
reboisasi
yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai kayu bakar.
Pengambilan kayu bakar dengan cara
menyisakan tunggul ± 30 cm dari pangkal
batang terbukti memacu pertumbuhan trubus
dalam jumlah yang lebih banyak daripada
jumlah individu semula (Soemarno et al
2006). Nilai ICS menunjukkan kepentingan
masyarakat akan suatu sumberdaya termasuk
tumbuhan. Makin tinggi nilai ICS berarti
kepentingan masyarakat akan suatu jenis
tumbuhan juga kan makin tinggi (Hajar 2009).
Berdasarkan lampiran 1 tumbuhan yang
memiliki nilai ICS tertinggi sebesar 157
adalah kelapa (Cocos nucifera) yang termasuk
dalam famili Arecaceae. Tumbuhan ini secara
moderat intensitas penggunaannya tinggi, dan
hampir semua bagian dari tumbuhan ini dapat
dimanfaatkan. Tumbuhan ini dimanfaatkan
hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba
guna. Batangnya, yang disebut glugu dipakai
orang sebagai kayu dengan mutu menengah,

dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.
Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah
dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut
janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam
pembuatan ketupat atau berbagai bentuk
hiasan yang sangat menarik, terutama oleh
masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai
upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan
yang berdiri sendiri. Tangkai anak daun yang
sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun
menjadi satu menjadi sapu. Tandan bunganya,
yang disebut mayang dipakai orang untuk
hiasan dalam upacara perkawinan dengan
simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut
bluluk dapat dimakan. Cairan manis yang
keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira
atau legèn dapat diminum sebagai penyegar
atau difermentasi menjadi tuak. Tumbuhan
kelapa yang ditemukan banyak yang
dibudidayakan di kebun dan pekarangan.

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan
Berguna
Berdasarkan
Pengetahuan
Masyarakat
Berdasarkan pada kelompok kegunaannya
tumbuhan-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar kawasan karst Gunung
Cibodas, Ciampea dikelompokkan ke dalam
10 kelompok kegunaan meliputi pangan,
bahan bangunan, kayu bakar, tumbuhan
aromatik, pewarna, tumbuhan hias, pakan
ternak, obat, bahan kerajinan, serta untuk
keperluan upacara adat. Jumlah spesies
tertinggi terdapat pada kelompok tumbuhan
obat dan terendah pada kelompok tumbuhan
pewarna
dan
aromatik.
Dalam
pengelompokannya, satu jenis tumbuhan
dapat memiliki beberapa kelompok kegunaan,
misal
ilalang
(Imperata
cylindrica)
merupakan bahan bangunan, obat, pakan
ternak, dan bahan kerajinan.
Tumbuhan bahan pangan
Pangan merupakan kebutuhan primer
manusia
yang
sangat
mempengaruhi
keberlangsungan hidup manusia. Berbagai
macam tumbuhan sering dimanfaatkan
manusia sebagai bahan pangan, baik karena
nilai kandungan yang terdapat di dalamnya,
rasa,
maupun
karena
kemudahan
mendapatkannya. Tumbuhan pangan adalah
segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang,
berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau
dikonsumsi oleh manusia. Pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan pangan meliputi
bahan pangan pokok, buah dan sayur, serta
bumbu dapur dan rempah. Tanaman bahan

14

pangan tersebut sebagian besar merupakan
jenis yang telah sengaja ditanam di kebun atau
pekarangan. Tabel 14 menunjukkan beberapa
tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai
bahan pangan.
Tabel 14 Tumbuhan yang sering di gunakan
sebagai bahan pangan
Nama
Lokal

Nama Ilmiah

Tabel 15 Tumbuhan yang sering di gunakan
sebagai bahan bangunan
Nama
Lokal

Nama Ilmiah

Famili

Kegunaan

Ilalang

Imperata
cylindrica

Poaceae

Atap

Bambu

Bambusa sp.

Poaceae

Jati

Tectona
grandis

Verbenaceae

Jeunjing

Paraserianthes
falcataria

Fabaceae

Tiang

Kelapa

Cocos nucifera

Arecaceae

Tambahan
penyangga
lantai

Kemang

Mangifera
kenanga

Anarcadiaceae

Tiang

Ki bolong

Macaranga sp.

Euphorbiaceae

Tiang

Limus

Mangifera
odoratissimus

Anarcadiaceae

Tiang

Mahoni

Swietenia
macrophylla

Meliaceae

Tiang,
dinding

Nangka

Artocarpus
heterophyllus

Moraceae

Tambahan
penyangga
lantai

Rambutan

Nephelium
lappaceum

Sapindaceae

Tambahan
penyangga
lantai

Famili

Makanan
pokok
Padi

Oriza sativa

Poaceae

Jagung

Zea mays

Poaceae

Singkong

Manihot
esculenta

Euphorbiaceae

Kangkung

Ipomea aquatic

Convolvulaceae

Pepaya

Carica papaya

Caricaceae

Nangka

Artocarpus
heterophyllus

Moraceae

Mangifera
kemanga

Anarcadiaceae

Buah dan
Sayur

Kemang
Kawung

Arenga pinnata

Arecaceae

Bumbu
dan
Rempah
Asam

Tamarindus
indica

Fabaceae

Kencur

Kaempferia
galanga

Zingiberaceae

Bahan makanan pokok masyarakat sekitar
adalah padi (Oryza sativa). Makanan yang
berasal dari jagung dan ubi kayu hanya
dijadikan sebagai makanan selingan saja.
Tumbuhan Bahan Bangunan
Rumah atau papan merupakan kebutuhan
sekunder manusia selain pangan dan pakaian.
Kayu dan bagian lain dari tumbuhan banyak
yang berguna untuk dijadikan sebagai bahan
bangunan. Biasanya kayu di gunakan sebagai
bahan untuk tiang, rangka atap, rangka lantai,
dan daun pintu. Namun, bagian lain tumbuhan
seperti daun juga dapat di gunakan sebagai
atap. Tabel 15 menunjukkan beberapa
tumbuhan yang biasa di gunakan sebagai
bahan bangunan.

Dinding,
lantai dapur
Tiang,
dinding,
lantai

Kayu yang paling disukai untuk dijadikan
sebagai bahan bangunan yaitu jati (Tectona
grandis) karena kuat dan awet. Spesies
lainnya yang merupakan kayu kelas dua,
biasanya digunakan sebagai bahan bangunan
rumah kebun, tempat beristirahat dan lainlain. Terdapat pula beberapa rumah yang
dindingnya masih menggunakan jelajah yang
merupakan anyaman dari bambu.
Tumbuhan Bahan kayu Bakar
Kayu bakar merupakan kebutuhan sumber
daya bagi masyarakat yang tidak memiliki
sumber energi lain seperti gas, listrik, atu
minyak tanah. Kayu bakar dapat diperoleh
dengan mudah. Pada umumnya masyarakat
sekitar kawasan karst Gunung Cibodas,
Ciampea sudah memiliki kompor, namun
mereka
juga
kadang-kadang
masih
menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Masyarakat mendapatkan kayu bakar dengan
cara menggunakan dahan atau ranting kayu
yang telah berjatuhan. Tabel 16 menunjukkan

15

tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
kayu bakar.
Tabel 16 Tumbuhan yang di gunakan sebagai
bahan kayu bakar
Nama Ilmiah
Bambusa sp.

Famili
Poaceae

Bagian
yang
digunakan
Batang,
ranting

Tabel 17 Tumbuhan yang digunakan sebagai
pakan ternak
No

Na