Konsentrasi mineral makro (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu pada sapi yang diberi suplemen biomineral dienkapsulasi.

KONSENTRASI MINER
ERAL MAKRO (Ca, P, Mg, dan S) DALA
LAM
SUSU PADA SAPI YAN
ANG DIBERI SUPLEMEN BIOMINERA
RAL
D
DIENKAPSULASI

SKRIPSI
YATI MARYATI

DEPARTEMEN ILM
MU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTIT
ITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i


KONSENTRASI MINERAL MAKRO (Ca, P, Mg, dan S) DALAM
SUSU PADA SAPI YANG DIBERI SUPLEMEN BIOMINERAL
DIENKAPSULASI

YATI MARYATI
D24051607

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ii

RINGKASAN

YATI MARYATI. D24051607. 2010. Konsentrasi Mineral Makro (Ca, P, Mg,
dan S) Dalam Susu Pada Sapi Yang Diberi Suplemen Biomineral Dienkapsulasi.
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA
: Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc.

Salah satu permasalahan dalam pemeliharaan sapi perah untuk menghasilkan
susu adalah rendahnya produktivitas sapi perah dan kualitas susu yang dihasilkan.
Hal tersebut dapat disebabkan terutama oleh kurangnya hijauan pakan dan tingginya
kebutuhan energi, protein, lemak, vitamin, dan mineral pada sapi yang sedang
berproduksi tinggi serta adanya gangguan kesehatan dan kematian. Untuk mengatasi
masalah tersebut, dapat dilakukan dengan suplementasi. Suplementasi dipandang
sebagai langkah yang strategis karena upaya ini mampu mengatasi masalah
defisiensi, meningkatkan kapasitas mencerna dari hewan karena adanya perbaikan
metabolisme dan kemampuan mikroba rumen. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui efek pemberian suplemen biomineral cairan rumen (CR) dienkapsulasi

yang dibandingkan dengan biomineral CR tanpa proteksi dan mineral mix produksi
komersil terhadap kandungan mineral makro (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu pada
sapi yang diberi suplemen biomineral dienkapsulasi dalam pakan.
Sapi yang digunakan sebanyak 16 ekor dari 4 peternak. Sapi tersebut dibagi
menjadi 4 kelompok berdasarkan peternak dengan masing-masing 4 perlakuan yaitu :
kontrol (ransum yang biasa diberikan peternak) = R1; kontrol + 1,5% biomineral
tanpa proteksi = R2; kontrol + 1,5% biomineral dienkapsulasi = R3; dan kontrol +
1,5% mineral mix = R4. Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan, konsentrat dan
ampas tahu yang diproduksi oleh KPS Bogor. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 4 peternak sebagai kelompok.
Selanjutnya data diolah dengan Analisis Ragam (ANOVA).
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian suplemen berupa
biomineral dienkapsulasi, biomineral tanpa proteksi dan mineral mix sebanyak 1,5%
dari konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi mineral dan kandungan
mineral dalam susu. Namun, terdapat korelasi antara konsumsi mineral Ca, P, Mg,
dan S dengan kadar mineral Ca, P, Mg, dan S dalam susu serta produksi susu 4%
FCM.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu penambahan ketiga
jenis suplemen mineral pada taraf 1,5% belum dapat meningkatkan konsumsi
mineral (Ca, P, Mg, dan S) dan kandungan mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu.

Penambahan suplemen biomineral dienkapsulasi sebanyak 1,5% dari konsentrat
belum optimal dalam meningkatkan kandungan mineral makro dalam susu. Namun
demikian, biomineral dienkapsulasi dapat digunakan sebagai suplemen mineral.
Kata-kata kunci : biomineral, mineral susu, konsumsi mineral

iii

ABSTRACT
Concentration of Macro Minerals (Ca, P, Mg, and S) In Milk to the Addition of
Encapsulated Biomineral Supplement
Y. Maryati, Suryahadi and A. Sudarman
Lower productivity of dairy cow is caused by lack of grass availability
especially in dry season, low concentrate quality and nutrient deficiency. The
purpose of this experiment was to study the concentration of macro minerals (Ca, P,
Mg, and S) in milk of Fries Holland dairy cows to the addition of encapsulated
biomineral supplement in feed. The biominerals was prepared from rumen liquor.
This experiment used a randomized block design, with 4 treatments and 4 groups as
replications. Treatments consisted of R1 (control), R2 (R1 + 1.5 % biomineral
without protection), R3 (R1 + 1.5% encapsulated biomineral) and R4 (R2 + 1.5%
mineral mix). The experiment was conducted for 62 days with the adaptation periods

for 2 weeks. Variables observed were dry matter intake, mineral consumptions and
mineral concentrations (Ca, P, Mg, and S) in milk. The data were analyzed using
Analysis of Variance, and differences among treatments were further examined with
Contrast Orthogonal Test. The results showed that treatments did not significantly
affect feed consumption, mineral intake and mineral concentrations in milk.
However, the biomineral supplements can still be used as supplement in dairy ration.
Keyword : biomineral, milk mineral, mineral consumption

iv

Judul

:

Konsentrasi Mineral Makro (Ca, P, Mg, dan S)
Dalam Susu Pada Sapi Yang Diberi Suplemen
Biomineral Dienkapsulasi.

Nama


:

Yati Maryati

NIM

:

D24051607

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Suryahadi, DEA
)
NIP 19561124 198103 1 002


(Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc.)
NIP 19640424 198903 1 001

Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr)
NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 09 Pebruari 2011

Tanggal Lulus:

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Maret 1987 dari pasangan bapak
Baedarus dan ibu Yuliyana. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan dasar dimulai dari Sekolah Dasar Insan Kamil yang diselesaikan

pada tahun 1999, kemudian dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Insan Kamil yang diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun 2005, Penulis lulus
Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 5 Bogor.
Pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dan pada tahun 2006 terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan di
IPB Penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
(HIMASITER) periode 2007-2008 sebagai anggota.

vi

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana peternakan.
Skripsi ini berjudul ”Konsentrasi Mineral Makro (Ca, P, Mg, dan S) dalam
Susu pada Sapi yang Diberi Suplemen Biomineral Dienkapsulasi”. Rendahnya
produktifitas sapi perah dan kualitas susu yang dihasilkan oleh sapi perah merupakan

salah satu permasalahan dalam pemeliharaan sapi perah. Suplementasi dipandang
sebagai salah satu upaya yang strategis karena mampu mengatasi defisiensi mineral,
meningkatkan kapasitas mencerna dari hewan karena adanya perbaikan metabolisme
dan kemampuan mikroba rumen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia,
Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian juga dilakukan di Kawasan
Usaha Peternakan sapi perah (KUNAK) Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
selama 62 hari yang dimulai dari bulan September sampai Nopember 2008, dan
analisis mineral susu dan pakan dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Departemen
Pertanian, Bogor dari bulan Oktober 2008 sampai bulan Juni 2009. Tujuan dari
Penelitian

ini

untuk

mengevaluasi

penggunaan


biomineral

cairan

rumen

dienkapsulasi yang dibandingkan dengan biomineral cairan rumen tanpa proteksi dan
mineral mix produksi komersil terhadap kandungan mineral (Ca, P, Mg, dan S)
dalam susu sapi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga
terdapat manfaat atas penulisan skripsi ini untuk semua pembaca.
Bogor, Maret 2011

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN.......................................................................................................

ii

ABSTRACT...........................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................

vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................

vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................

X

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................

xii

PENDAHULUAN ................................................................................................

1

Latar Belakang ..............................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................
Manfaat .........................................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................

4

Mineral..........................................................................................................
Kebutuhan Mineral............................................................................
Suplementasi Mineral........................................................................
Kalsium (Ca).....................................................................................
Fosfor (P)...........................................................................................
Magnesium (Mg)...............................................................................
Sulfur (S)...........................................................................................
Konsentrasi Mineral Air Susu...........................................................
Sapi Fries Holland (Holstein Friesian)..........................................................
Pemberian Pakan Sapi Perah.........................................................................
Biomineral dan Mineral Organik...................................................................
Cairan Rumen..................................................................................
Biomineral........................................................................................
Mineral Organik...............................................................................
Xylosa..................................................................................................
Pakan Komplit Peternak.............................................................................
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).........................................
Konsentrat........................................................................................
Ampas tahu......................................................................................
METODE ..............................................................................................................

4
5
6
6
7
8
8
9
10
10
11
11
12
13
13
15
15
15
16
17

Lokasi dan Waktu ........................................................................................
Materi ...........................................................................................................
Alat ..................................................................................................
Bahan ...............................................................................................

17
17
17
17

viii

Metode .........................................................................................................
Pembuatan Biomineral......………………………………………...
Pemberian Pakan dan Minum...... ...................................................
Pengukuran Bobot Badan.................................................................
Pengukuran Produksi Susu...............................................................

17
17
19
20
20

Rancangan Percobaan ..................................................................................
Perlakuan............................. ............................................................
Model.................................. ............................................................
Peubah yang Diamati ......................................................................

20
20
21
21

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................

23

Kondisi Umum Penelitian..............................................................................
Ransum Komplit Peternak ............................................................................
Kandungan Suplemen Mineral.......................................................................
Kandungan Mineral Pakan............ ................................................................
Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Mineral.........................................
Konsumsi Bahan Kering..................................................................
Konsumsi Mineral Ca......................................................................
Konsumsi Mineral P.........................................................................
Konsumsi Mineral Mg.....................................................................
Konsumsi Mineral S.........................................................................
Konsentrasi Mineral Susu........................................................................
Korelasi Konsumsi Mineral, Kadar Mineral, dan Produksi Susu..................

23
24
26
29
31
31
33
35
37
39
39
43

KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................

45

Kesimpulan....................................................................................................
Saran..............................................................................................................

45
45

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................

46

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

47

LAMPIRAN .........................................................................................................

51

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kelompok Mineral Makro dan Mikro...............................................................

4

2. Kebutuhan Mineral Sapi Perah.................................................. ......................

5

3. Rataan Kandungan Mineral dalam Susu..........................................................

10

4. Kandungan Nutrien Biomineral dan Mineral Mix ............................................ 12
5. Kriteria Sapi Percobaan..................................................................................... 19
6. Hasil Analisa Proksimat Bahan Pakan.............................................................. 24
7. Komposisi Ransum dan Bahan Kerimg (BK) Ransum Peternak......................

26

8. Kandungan Nutrien Biomineral Dienkapsulasi, Biomineral Tanpa Proteksi
dan Mineral Mix ............................................................................................... 27
9. Kandungan Mineral Pakan................................................................................

30

10. Konsumsi Bahan Kering...................................................................................

32

11. Konsumsi Mineral Ca Sapi Perah Selama Percobaan.......................................

34

12. Konsumsi Mineral P Sapi Perah Selama Percobaan.........................................

36

13. Konsumsi Mineral Mg Sapi Perah Selama Percobaan......................................

38

14. Konsumsi Mineral S Sapi Perah Selama Percobaan.........................................

40

15. Kandungan Mineral Susu Sapi Perah Selama Percobaan.................................

42

16. Korelasi Konsumsi Bahan Kering (BK), Mineral (Ca, P, Mg, dan S), Kadar
Mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam Susu, dan Produksi Susu 4%
44
FCM.......................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Proses Ekstraksi Xylosa................................................................................

14

2. Bagan Pembuatan Ampas Tahu.. .................................................................

16

3. Diagram Pembuatan Biomineral...................................................................

18

4. Suplemen Biomineral Tanpa Proteksi dan Biomineral Dienkapsuladi.........

29

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. ANOVA Konsumsi Bahan Kering Hijauan……………………………….. 52
2. ANOVA Konsumsi Bahan Kering Konsentrat …………… ....................... 52
3. ANOVA Konsumsi Bahan Kering Total …………………. …….………... 52
4. ANOVA Konsumsi Mineral Kalsium (Ca) Hijauan ………………….….... 52
5. ANOVA Konsumsi Mineral Posfor (P) Hijauan …………………………..

52

6. ANOVA Konsumsi Mineral Magnesium (Mg) Hijauan …………………..

52

7. ANOVA Konsumsi Mineral Sulfur (S) Hijauan …………………………..

53

8. ANOVA Konsumsi Mineral Kalsium (Ca) Konsentrat.....…………………
9. ANOVA Konsumsi Mineral Posfor (P) Konsentrat.....………….................
10. ANOVA Konsumsi Mineral Magnesium (Mg) Konsentrat.....………….....
11. ANOVA Konsumsi Mineral Sulfur (S) Konsentrat.....………….....………
12. ANOVA Konsumsi Total Mineral Kalsium (Ca)…………………………..
13. ANOVA Konsumsi Total Mineral Posfor (P)........…………………….......
14. ANOVA Konsumsi Total Mineral Magnesium (Mg)..................................
15. ANOVA Konsumsi Total Mineral Sulfur (S).........…………………….......
16. ANOVA Konsumsi Total Mineral Ca/BBM...............…………..................

53
53
53
53
53
54
54
54
54
54

17. ANOVA Konsumsi Total Mineral P/BBM.................…………..................

54

18. ANOVA Konsumsi Total Mineral Mg/BBM...............………….................

54

19. ANOVA Konsumsi Total Mineral S/BBM..................………….................

55

20. ANOVA Kandungan Mineral Kalsium (Ca) Pada Susu.....……………......

55

21. ANOVA Kandungan Mineral Posfor (P) Pada Susu.............……………… 55
22. ANOVA Kandungan Mineral Magnesium (Mg) Pada Susu.........…………

55

23. ANOVA Kandungan Mineral Sulfur (S) Pada Susu.....……………………

55

24. ANOVA Kandungan Mineral Kalsium (Ca)/BBM Pada Susu ……………

55

25. ANOVA Kandungan Mineral Posfor (P)/BBM Pada Susu ……….............. 56
26. ANOVA Kandungan Mineral Magnesium (Mg)/BBM Pada Susu ……….. 56
27. ANOVA Kandungan Mineral Sulfur (S)/BBM Pada Susu …………..........

56

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang masih harus
dikembangkan di Negara Indonesia. Laju pertumbuhan populasi sapi perah dan
produksi susu semakin menurun. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara
produksi susu yang dihasilkan dan permintaan susu. Penurunan laju pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mutu genetik ternak, lingkungan,
menejemen pemberian pakan, kurangannya hijauan pakan dan mahalnya harga pakan
serta daya dukung lingkungan. Selain itu, pemberian pakan yang kurang tepat dan
berkualitas kurang baik dapat menurunkan kemampuan produktifitas sapi perah.
Pemberian pakan yang seadanya tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi sapi perah
akan menyebabkan penurunan produktivitas pada ternak tersebut bahkan akan terjadi
gangguan kesehatan dan kematian.
Rendahnya daya dukung lingkungan menyebabkan hilangnya unsur hara
yang penting bagi tanaman akibat terjadinya pengikisan tanah oleh banjir atau hujan
sehingga kandungan mineral dalam tanah berkurang. Selain itu jenis tanah juga
mempengaruhi ketersediaan mineral bagi tanaman. Kedua hal tersebut dapat
mengakibatkan kandungan mineral dalam pakan tidak memenuhi kebutuhan mineral
ternak. Tidak tercukupinya kebutuhan mineral menyebabkan efisiensi penggunaan
pakan dan produktivitas ternak menjadi rendah karena akan mengganggu
metabolisme pakan dalam tubuh ternak.
Pada sapi laktasi yang memperoleh mineral dalam jumlah yang tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan produksi susu, tubuh sapi akan memobilisasi mineral
yang tersimpan dalam tulang dan jaringan tubuh lainnya. Jika keadaan defisiensi ini
berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan penurunan
produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan menjadi rendah.
Kualitas air susu dapat dipengaruhi oleh kadar mineral yang terkandung di
dalamnya. Konsentrasi mineral di dalam susu yang rendah dapat menurunkan berat
jenis air susu. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki aspek
nutrisi melalui suplementasi mineral. Suplementasi mineral merupakan proses
manipulasi pakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya cerna dan daya
serap dari ransum dengan kandungan gizi yang seimbang. Hal ini akan meningkatkan
1

produktivitas ternak melalui peningkatan sintesis protein mikroba di dalam rumen,
meningkatkan kecernaan dan konsumsi pakan. Selain itu, pemberian suplemen
mineral akan memberikan keseimbangan antara asam amino dan energi ternak untuk
pertumbuhan, produksi, dan perbaikan kinerja reproduksi (Parakkasi, 1999).
Cairan rumen ternak ruminansia mengandung mikroba yang merupakan
protein dengan kandungan nutrien dan nilai biologis yang yang baik, demikian pula
dengan mineral makro dan mineral mikro yang terkandung di dalamnya. Dengan
demikian cairan rumen sebagai limbah rumah potong hewan perlu dimanfaatkan
sebagai suplemen mineral organik dan dapat dinyatakan sebagai biomineral.
Dalam tubuh sapi perah, pakan yang dikonsumsi akan mengalami proses
fermentasi atau degradasi oleh mikroba rumen, produk fermentasi zat makanan ini
akan digunakan untuk membentuk protein mikroba. Namun demikian sebagian dari
pakan tersebut akan lolos dari proses degradasi dan disuplai langsung ke organ pasca
rumen. Oleh karena adanya keterbatasan dalam kemampuan mikroba rumen untuk
menggunakan zat makanan produk fermentasi, dan tingginya kebutuhan nutrien sapi
perah, maka sangat diharapkan proporsi zat makanan yang lolos fermentasi atau
degradasi lebih besar daripada proporsi zat makanan yang difermentasi atau
didegradasi dalam rumen (Orskov, 1988). Dengan demikian, zat makanan perlu
diproteksi dari proses fermentasi atau degradasi mikroba rumen yang berlebihan.
Proteksi zat makanan, terutama protein, dari fermentasi atau degradasi
mikroba di dalam rumen dapat dilakukan dengan cara dienkapsulasi yaitu suatu
metoda perlindungan yang mereaksikan zat makanan tertentu dengan gula pereduksi
melalui reaksi maillard (Windschitl dan Stern, 1988a). Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Mulyawati (2009) menunjukkan bahwa biomineral dapat diproteksi
dengan menggunakan larutan xylosa limbah industri kertas (4%). Uji fermentabilitas
dan kecernaan in vitro memperlihatkan taraf terbaik untuk penggunaan biomineral
diproteksi adalah 1,5%. Penelitian ini mencoba untuk menguji atau mempelajari
kandungan mineral dari susu pada sapi yang diberi ransum yang mengandung
suplemen biomineral dienkapsulasi yang mudah diperoleh dan kaya akan kandungan
mineral, baik makro maupun mikro.

2

Perumusan Masalah
Pemanfaatan limbah cairan rumen sebagai suplemen mineral bagi ternak
ruminansia merupakan sumber mineral yang murah. Cairan rumen mengandung
banyak mikroba di dalamnya yang mampu mensintesi protein dan mineral di dalam
tubuh mikroba sehingga cairan rumen tersebut dapat digunakan sebagai sumber
mineral.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan biomineral dari cairan
rumen yang dienkapsulasi terhadap konsumsi mineral (Ca, P, Mg, dan S), kandungan
mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu serta korelasi konsumsi mineral (Ca, P, Mg,
dan S); kadar mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam susu; dan produksi susu 4% FCM.

Manfaat
Suplementasi biomineral ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ternak
akan mineral dan memperbaiki kualitas pakan, serta memiliki kandungan susu yang
kaya akan mineral.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Mineral
Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat
badan. Jumlah seluruh mineral dalam tubuh hanya sebesar 4% (Piliang, 2002).
Semua mineral esensial dianggap ada di dalam tubuh hewan (Widodo, 2002).
Pembagian mineral ke dalam kelompok mineral makro dan mikro tergantung kepada
jumlah mineral tersebut di dalam tubuh hewan, kandungan mineral yang lebih dari
50 mg/kg termasuk kedalam mineral makro, sedangkan di bawah jumlah tersebut
termasuk mineral mikro (Darmono, 1995).
Mineral diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi
sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan
pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Terdapat 22 jenis mineral
esensial yaitu tujuh mineral makro yang mencakup Kalsium (Ca), Natrium (Na),
Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Klor (Cl), Sulfur (S) dan lima belas
mineral mikro dan mineral unsur jarang (trace mineral) yang mencakup Besi (Fe),
Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibdenum
(Mo), Selenium (Se), Kromium (Cr), Vanadium (V), Flourin (F), Silikon (Si), Nikel
(Ni), dan Arsen (As). Alumunium (Al), Timbal (Pb), Rubidium (Ru) hanya bersifat
menguntungkan dalam beberapa kondisi (Underwood dan Suttle, 2001). Kelompok
mineral yang termasuk mineral makro dan mikro ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelompok Mineral Makro dan Mikro
Mineral Makro
Kation
Anion
Kalsium
Phosphor
Magnesium
Chlorin
Sodium
Sulfur
Potassium

Mineral Mikro dan Unsur Jarang
Mangan
Seng
Fluorine
Vanadium
Kuprum
Besi
Iodium

Kobalt
Molybdenum
Selenium
Chromium
Aluminiun
Nikel
Silicon

Sumber: McDonald et al. (1978)

4

Kebutuhan Mineral
Mineral dibutuhkan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Bagi ternak
ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga
digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba rumen. Pada ternak
ruminansia, selama siklus laktasi terdapat perbedaan antara beberapa periode dalam
metabolisme mineral. Pada awal laktasi terjadi pengurasan mineral dari dalam tubuh,
hal ini disebabkan mineral diperlukan untuk sintesis air susu. Intensitas pengurasan
akan semakin berkurang dengan menurunnya produksi susu sehingga terdapat
periode penimbunan mineral dalam tubuh (Toharmat dan Sutardi, 1985). Unsur
mineral makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas
fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti Fe, Cu, Zn,
Mn, dan Co diperlukan dalam sistem enzim (McDowell, 1992). Mineral mikro
dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, apabila termakan dalam jumlah besar dapat
bersifat racun (Widodo, 2002). Mineral yang dapat menyebabkan keracunan
mencakup mineral esensial seperti Cu, Zn, Se, dan mineral non esensial seperti Hg,
Pb, dan As (Darmono, 1995).
Tabel 2. Kebutuhan Mineral Sapi Perah
Sapi Perah
Pejantan
Dara (Umur 6-12 Bulan)
Induk
Awal Laktasi
Laktasi (Produksi Susu 7-13
kg/hari)
Laktasi (Produksi Susu 13- 20
kg/hari)
Masa Kering

Ca
P
Mg
S
Na
------------------------(%)------------0,30 0,19 0,16 0,16 0,65
0,41 0,30 0,16 0,16 0,65

Fe Mn Zn
-----(ppm)----50 40
40
50 40
40

0,77
0,43

0,48
0,28

0,25
0,20

0,25
0,20

1,00
0,90

50
50

40
40

40
40

0,51

0,33

0,20

0,20

0,90

50

40

40

0,39

0,24

0,16

0,16

0,65

50

40

40

Keterangan : Ca = kalsium
P = phosphor
Na = natrium
Fe = besi
Sumber: NRC (1989)

Mg = magnesium
Mn = mangan

S = sulfur
Zn = seng

Beberapa mineral berperan penting dalam meningkatkan aktivitas mikroba
dalam rumen. Mineral yang mempengaruhi proses fermentasi rumen adalah S, Zn,
Se, Co dan Na (Arora, 1989). Mineral di dalam rumen dibutuhkan oleh mikroba
untuk pembentukan vitamin B dan protein. Defisiensi mineral akan mempengaruhi

5

hasil dan proses fermentasi pakan dalam rumen (Arora, 1989). Kebutuhan mineral
sapi perah dapat dilihat pada Tabel 2.
Suplementasi Mineral
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua
mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam proses metabolisme ternak. Suplementasi berbagai bahan pada pakan ternak
menghasilkan bobot ternak yang meningkat. Suplemen mineral dianjurkan untuk
memenuhi beberapa prinsip, antara lain (1) campuran akhir minimal mengandung 68% total P; (2) rasio Ca : P tidak melampaui 2 : 1; (3) dapat menyuplai 50% elemen
mikro Co, Cu, I, Mn dan Zn; (4) bentuk mineral yang digunakan adalah yang mudah
digunakan dan dihindarkan dari kontaminasi dengan mineral-mineral beracun
(misalnya sumber P yang terkontaminasi dengan F); (5) suplemen tersebut
hendaknya cukup palatable untuk menjamin tingkat konsumsi yang baik; (6) perlu
diperhatikan ketepatan menimbang, pencampuran yang homogen dan lain
sebagainya; (7) besar partikel hendaknya lebih kecil dan seragam sehingga
pencampuran dapat dilakukan secara homogen; (8) perkiraan kebutuhan yang cukup
baik dan akurat dalam hal kebutuhan; (9) daya guna setiap elemen yang digunakan,
dan (10) tingkat konsumsi hewan (Parakkasi, 1999).
Mineral mempunyai peranan penting dalam meningkatkan aktivitas mikroba
rumen. Zn dapat mempercepat sintesa protein oleh mikroba melalui pengaktifan
enzim-enzim mikroba. Suplementasi Zn dapat meningkatkan ketahanan sapi perah
terhadap mastitis. Mineral Co berperan dalam sintesis vitamin B12. Mineral Cu dan
Co bersama-sama dapat memperbaiki daya cerna serat kasar. Sulfur adalah salah satu
unsur penting yang mempengaruhi proses fermentasi dalam rumen (Arora, 1989).
Kalsium (Ca)
Kalsium (Ca) merupakan elemen mineral yang paling banyak dibutuhkan
oleh tubuh ternak (McDonald et al., 2002). Ca memiliki peranan penting sebagai
penyusun tulang dan gigi. Sekitar 99 % dari total tubuh terdiri dari Ca. Selain itu Ca
berperan sebagai penyusun sel dan jaringan (McDonald et al., 2002). Menurut
Piliang (2002), fungsi Ca yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai penyalur
rangsangan-rangsangan syaraf dari satu sel ke sel lain. Jika ransum ternak pada masa

6

pertumbuhan defisien Ca maka pembentukan tulang menjadi kurang sempurna dan
akan mengakibatkan gejala penyakit tulang. Gejala penyakit tulang diantaranya
adalah wajah keriput, pembesaran tulang sendi, tulang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Sedangkan pada ransum ternak dewasa yang mengalami defisien Ca akan
menyebabkan osteomalacia (Piliang, 2002). Ca air susu cukup stabil walaupun
defisiensi Ca, namun produksi susu akan turun. Ransum yang memiliki kadar K yang
rendah akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin (Foley et al., 1973).
Beberapa faktor makanan dapat membantu meningkatkan absorpsi Ca,
sedangkan beberapa faktor lain dapat menurunkan absorpsi Ca oleh usus halus.
Asam fitat dan asam oksalat dapat menurukan absorpsi mineral Ca dengan jalan
mengikat Ca dan membentuk garam Ca yang tidak larut dalam lumen usus halus
(Piliang, 2002).
Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh dengan distribusi
dalam jaringan yang menyerupai distribusi Ca. Fosfor memegang peranan penting
dalam proses mineralisasi tulang (Piliang, 2002). McDonald et al. (2002)
menyatakan P mempunyai fungsi sangat penting bagi tubuh ternak diantara elemen
mineral lainnya. Fosfor umumnya ditemukan dalam bentuk phospholipid, asam
nukleat dan phosphoprotein. Kandungan P dalam tubuh ternak lebih rendah daripada
kandungan Ca. Gejala defisiensi P yang parah dapat menyebabkan persendian kaku
dan otot menjadi lembek. Ransum yang rendah kandungan P-nya dapat menurunkan
kesuburan (produktivitas), indung telur tidak berfungsi normal, depresi dan estrus
tidak teratur. Pada ternak ruminansia mineral P yang dikonsumsi, sekitar 70% akan
diserap, kemudian menuju plasma darah dan 30% akan keluar melalui feses.
Fosfor yang berasal dari makanan diabsorpsi tubuh dalam bentuk ion fosfat
yang larut (PO4-). Gabungan mineral P dan mineral Fe dan Mg akan menurunkan
absorpsi P (Piliang, 2002). Asam fitat yang mengandung P ditemukan dalam bijibijian dapat mengikat Ca untuk membentuk fitat. Fitat yang terbentuk tidak dapat
larut sehingga menghambat absorpsi Ca dan P. Dari seluruh jumlah P yang terdapat
dalam makanan sekitar 30% melewati saluran pencernaan tanpa diabsorpsi. Seperti

7

halnya dengan kalsium, maka vitamin D dapat meningkatkan absorpsi P dari usus
halus (Piliang, 2002).
Magnesium (Mg)
Tubuh hewan dewasa mengandung 0,05% Mg. Retensi dan absorpsi Mg pada
sapi perah erat kaitannya dengan kebutuhannya. Enam puluh persen Mg dalam tubuh
hewan terkonsentrasi di tulang sebagai bagian dari mineral yang mengkristal dan
permukaan kristal terhidrasi (Linder, 1992). Menurut McDonald et al. (2002), Mg
berperan dalam membantu aktivitas enzim seperti thiamin phyrofosfat sebagai
kofaktor. Ketersediaan Mg dalam ransum harus selalu tersedia. Perubahan
konsentrasi Mg dari keadaan normal selama 2-18 hari dapat menyebabkan
hipomagnesemia (Toharmat dan Sutardi, 1985).
Sekitar 30-50% Mg dari rata-rata konsumsi harian ternak akan diserap di usus
halus. Penyerapan ini dipengaruhi oleh protein, laktosa, vitamin D, hormon
pertumbuhan dan antibiotik (Ensminger et al., 1990). Magnesium sangat penting
peranannya dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Defisiensi Mg dapat
meningkatkan iritabilitas urat daging dan apabila iritabilitas tersebut parah akan
menyebabkan tetany (Linder, 1992). Defisiensi Mg pada sapi laktasi dapat
menyebabkan hypomagnesemic tetany atau grass tetany. Keadaan ini disebabkan
tidak cukupnya Mg dalam cairan ekstracellular, yaitu plasma dan cairan interstitial
(National Research Council, 1989).
Kebutuhan Mg untuk hidup pokok adalah 2-2,5 gram dan untuk produksi
susu adalah 0,12 gram per milligram susu. Ransum yang mengandung 0,25% Mg
cukup untuk sapi perah yang berproduksi tinggi (NRC, 1989).
Sulfur (S)
Sulfur (S) merupakan komponen penting protein pada semua jaringan tubuh.
Pada ruminansia 0,15% komponen jaringan tubuh terdiri atas unsur S, sedangkan
pada air susu sebesar 0,03%. Pada hewan ruminansia terjadi sintesis asam-asam
amino yang mengandung mineral S dengan vitamin B oleh mikroba di dalam rumen.
Terdapat dua macam mekanisme metabolisme mineral S pada hewan ruminansia,
yaitu mekanisme yang menyerupai mekanisme mineral S pada hewan-hewan
monogastrik dan mekanisme yang dihubungkan dengan aktivitas mikroorganisme
8

dalam rumen (Piliang, 2002). Kandungan mineral S pada tanaman hijauan dapat
berkisar dari 0,04% sampai melebihi 0,3%. Bahan makanan yang mengandung
protein tinggi akan mengandung kadar mineral S yang tinggi pula (Piliang, 2002).
Kadar S dalam ransum sebesar 0,20% diperkirakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sapi perah laktasi. Hewan-hewan yang diberi ransum defisien dalam
mineral sulfur akan menunjukkan penyakit anorexia, penurunan bobot badan,
penurunan produksi susu, kekurusan, kusut, lemah dan akhirnya mati. Tanda-tanda
tersebut berhubungan erat dengan menurunnya fungsi rumen dan fungsi sistem
peredaran darah (McDowell, 1992).
Kosentrasi Mineral Air Susu
Air susu mengandung mineral dalam jumlah yang besar. Keberadaan mineral
makro dan mineral mikro dalam susu sangat penting untuk perkembangan tulang,
pembentukan jaringan dan otot, aktivitas enzim dan proses osmosis dalam tubuh
(Schmidt et al., 1988). Susu juga mengandung K, Ca, MgCl2, P, dan S dalam jumlah
yang besar. Kandungan Fe, Cu, Zn, Al, Mn, Si, Co, dan I dalam susu sangat sedikit.
Unsur mineral yang terbanyak dalam susu adalah Ca. Unsur ini menjaga stabilitas
susu terhadap proses pemanasan (Henderson, 1971).
Mineral susu umunnya berbentuk garam yang terlarut. Unsur Ca dan
sebagian berbentuk garam terlarut dan sebagian lagi bergabung dengan kasein dan
senyawa lain membentuk koloid kalsium fosfat. Unsur S terdapat dalam asam amino
yang tersusun dalam protein (Folley et al., 1973).
Komposisi mineral air susu cukup beragam, hal ini dipengaruhi oleh bangsa
sapi, periode laktasi, produktivitas, musim, kecukupan mineral dalam ransum dan
penyakit (Underwood, 1981; Georgievskii et al., 1982). Pengaruh ransum terhadap
komposisi air susu berbeda-beda untuk setiap mineral. Ransum yang defisien Ca, P,
Na dan Fe menyebabkan penurunan produksi, namun komposisi mineral dalam air
susu tersebut tetap. Jika ransum defisien Ca dan I, dapat menyebabkan kosentrasi
mineral tersebut dalam air susu menurun (Underwood, 1981).
Varnam dan Sutherland (1994) menyatakan bahwa komposisi terbesar dari
susu adalah air dan sisanya terdiri dari lemak, protein, karbohidrat dengan persentase
yang bervariasi tergantung dari bangsa ternak. Rata-rata komposisi susu sapi adalah
9

air 87,5%, bahan kering (BK) 12,5%, laktosa 4,8%, lemak 3,7%, protein 3,4%, dan
abu (mineral) 0,7%. Buckle et al. (1987) menyebutkan unsur-unsur mineral utama
yang terdapat dalam susu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Kandungan Mineral dalam Susu
Unsur
Potassium
Kalsium
Chlorine
Fosfor
Sodium
Magnesium
Sulfur
Sumber : Buckle et al. (1987)

Kadar %
0,140
0,125
0,103
0,096
0,056
0,012
0,025

Sapi Fries Holland (Holstein Friesian)
Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan provinsi
Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun ada
pula sapi FH yang bulunya berwarna merah dan putih dengan batas-batas warna yang
jelas. Menurut Blakely dan Bade (1991), karakteristik sapi FH memiliki bobot badan
sebesar 682 kg untuk sapi betina dewasa dan 1000 kg untuk sapi jantan dewasa.
Sapi FH merupakan sapi perah dengan produksi susu paling tinggi
dibandingkan sapi perah lainnya dan air susu yang dihasilkan mengandung kadar
lemak yang rendah (Sudono, 1999). Lemak susu yang dihasilkan sapi FH rata-rata
sebesar 3,8%, bahan kering tanpa lemak 8,5% dan rata-rata produksi susu pertahun
5750-6250 kg. Selain diperah susunya, sapi FH juga baik sebagai sapi pedaging
karena pertumbuhannya cepat dan karkasnya sangat bagus (Blakely dan Bade, 1991).
Pemberian Pakan Sapi Perah
Sutardi (2002) menyatakan pemberian pakan pada ternak ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan biologis ternak, baik untuk kebutuhan pokok maupun untuk
produksi. Kebutuhan hidup pokok merupakan kebutuhan untuk mempertahankan
bobot hidup, sedangkan kebutuhan produksi untuk memproduksi air susu,
pertumbuhan, pertambahan bobot hidup atau untuk produksi tenaga.

10

Pakan utama sapi adalah hijauan dan kosentrat. Ketersedian zat makanan
dalam pakan sapi perah secara kualitas dan kuantitas digunakan sebagai substrat
untuk sintesis susu di dalam ambing (Toharmat dan Sutardi 1985). Sapi yang sedang
berproduksi memerlukan pakan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu.
Kualitas dan kuantitas pakan yang rendah akan mengakibatkan produksi susu yang
tidak maksimal. Pemberian konsentrat sapi laktasi adalah 50% dari jumlah susu yang
dihasilkan. Sedangkan hijauan diberikan sebanyak 10% dari bobot hidup, dan air
minum diberikan ad libitum (Sudono et al., 2003).
Biomineral dan Mineral Organik
Cairan Rumen
Cairan rumen merupakan limbah dari proses pemotongan ternak di Rumah
Pemotongan Hewan (RPH). Cairan rumen tergolong limbah organik berserat dan
memakan tempat yang besar (voluminous), dan merupakan media yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme baik yang menimbulkan penyakit (patogen) maupun
yang tidak menimbulkan penyakit (apatogen) (Siagian dan Simamora, 1994). Cairan
rumen mengandung mikroorganisme yaitu bakteri yang konsentrasinya mencapai 21
X 109 per ml dan protozoa yang dapat mencapai 105-106 sel /ml cairan rumen.
Protozoa dalam cairan rumen membantu proses pencernaan dengan cara fermentasi
(Arora, 1989). Protozoa rumen mengandung 55% protein kasar, sedangkan bakteri
(hasil pupukan) kadar protein kasarnya adalah 59%, kurangnya kadar protein
protozoa dibandingkan dengan bakteri disebabkan protozoa banyak mengandung
polisakarida (Parakkasi, 1999).
Populasi protozoa dalam rumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
kurangnya makanan dalam jangka waktu lama, rendahnya pH dan injeksi asam ke
dalam rumen. Protozoa mempunyai kemampuan yang sangat kecil untuk mensintesa
asam amino dan vitamin B-kompleks, namun protozoa mendapatkan protein dan
sumber nitrogen dari bakteri dan menghidrogenasi asam-asam lemak tak jenuh
menjadi asam lemak jenuh (Arora, 1989).
Berbagai bentuk suplemen telah dikembangkan dan diproduksi, biomineral
merupakan salah satu bentuk suplemen yang berbahan dasar mikroba cairan rumen

11

limbah rumah potong, dan mempunyai nilai biologis yang cukup baik bila ditinjau
dari segi nutrien mikroba rumen (Tjakradidjaja et al. 2008).
Biomineral
Biomineral merupakan suplemen mineral yang dibuat dari cairan rumen.
Biomineral memiliki kandungan P, Na, S, Fe, Al, Cu, Zn dan Se yang lebih tinggi
daripada mineral mix, tetapi lebih rendah pada kandungan K, Ca, Mg, Mn, Co, Ni
dan Cr (Tabel 4).
Tabel 4. Kandungan Nutrien Biomineral dan Mineral Mix
Zat makanan
BK (%)
Abu (%BK)
PK (%BK)
LK (%BK)
SK (%BK)
BETN (%BK)
TDN (%BK)
P (%BK)
K (%BK)
Ca (%BK)
Mg (%BK)
Na (%BK)
S (%BK)
Fe (ppm)
Al (ppm)
Mn (ppm)
Cu (ppm)
Zn (ppm)
Co (ppm)
Ni (ppm)
Cr (ppm)
Se (ppm)

Biomineral
96,04
4,18
14,11
1,09
1,48
79,14
84,86
0,29
0,16
0,31
0,09
0,42
0,25
717
1343
50
7
147
0,3
1,3
3
32,5

Mineral mix
99,74
78,67
0,84
0,35
4,31
16,69
16,63
0,00
0,52
43,37
0,28
0,05
0,01
120
411
127
3
30
0,4
2,3
4,1
4,6

Sumber : Suganda (2009)

Kandungan protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan TDN biomineral lebih
tinggi daripada mineral mix, tetapi kandungan serat kasar (SK) biomineral lebih
rendah. Biomineral telah memenuhi kebutuhan mineral mikro anak sapi FH,
walaupun kandungan Fe jauh melebihi kebutuhan anak sapi FH. Penambahan
biomineral dapat meningkatkan konsumsi anak sapi baik konsumsi segar, bahan
kering (BK), PK, SK, dan TDN. Selain itu, penambahan biomineral juga dapat
meningkatkan pertambahan bobot badan anak sapi (Suganda, 2009).

12

Mineral Organik
Mineral organik merupakan hasil inkorporasi mineral anorganik ke dalam
sumber protein yang dapat berasal dari mikroba seperti kapang, atau dari bahan
pakan seperti ampas tahu, ampas bir, dan lain – lain.
Anam (2004) melakukan penelitian menggunakan ampas bir sebagai pengikat
Zn dan Cu. Ampas bir yang dilarutkan ke dalam air akan menyebabkan gugus
karboksil (COO-) mengion, kemudian mengikat kation Zn++ atau Cu++. Noviana
(2004) membuat mineral organik dengan menggunakan ampas kecap sebagai
pengikat Cu dan Zn. Suplementasi Zn cenderung meningkatkan konsumsi protein
kasar sehingga masukan PK bagi ternak juga bertambah. Chaerani (2004) melakukan
penelitian tentang mineral organik berupa ransum suplemen yang mengandung
ikatan ampas tahu dengan Zn dan Cu. Suplementasi Zn menghasilkan taraf konsumsi
BK, PK dan energi dapat dicerna per ekor yang lebih tinggi daripada suplementasi
mineral lainnya. Jumlah pemberian ransum suplemen sebanyak 2 kg/hari dapat
meningkatkan kualitas dan palatabilitas ransum. Ransum suplemen mempunyai
kandungan energi dan protein yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan produksi
susu.
Muhtarudin dan Liman (2006) menyatakan bahwa mineral mikro organik
belum digunakan secara optimal di rumen, tetapi akan dimanfaatkan optimal di organ
pasca rumen sehingga dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan
organik ransum.
Xylosa
Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis akan
menghasilkan D-manosa, D-galaktosa, D-xylosa, L-arabinosa dan asam uranat
(Tarmansyah, 2009). Hemiselulosa dapat diperoleh dari proses pembuatan selulosa
pada tahapan prehidrolisa. Prehidrolisa bertujuan mempercepat penghilangan pentosa
(hemiselulosa) pada waktu pemanasan. Proses ekstraksi xylosa ditampilkan pada
Gambar 1.
Lignosulfonat adalah sebuah produk berasal dari sulfite liqour yang
dihasilkan dari pencernaan sulfite dari kayu dan asam lignosulfonic atau garam
sebaik hemicellulosa dan garam. Lignosulfonat digunakan untuk mengendapkan
protein cairan rumen dan mengikat protein sehingga degradasi protein dalam rumen

13

dapat berkurang (Windschitl dan Stern, 1988a). Lignosulfonate melindungi protein
kedelai dari degradasi oleh mikroba rumen sehingga degradasi protein pada rumen
rendah (Windschitl dan Stern, 1988b).

Persiapan bahan baku
(serat rami)

Penentuan morfologi serat

Analisis Komponen Kimia

Prehidrolisa dengan larutan
asam atau air lunak

Bubur Pulp

Xylosa black liquor
(larutan lindi hitam)

Pemutihan pulp (bleaching)

Penentuan kualitas pulp putih

Pulp putih

Gambar 1. Proses Ekstraksi Xylosa
Sumber : Tarmansyah (2009)

14

Pakan Komplit Peternak
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah berasal dari Nigeria dan tersebar luas di seluruh Afrika tropika,
Rumput gajah merupakan tanaman tahunan. Tumbuh tegak membentuk rumpun yang
terdiri dari 20-50 batang, diameter batang berkisar 2-3 cm dan memiliki perakaran
pendek. Rumput ini dapat tumbuh setinggi 1,8-4,5 m dan panjang daun mencapai 1690 cm serta lebar 8-35 mm. Bunga berbentuk tandan dengan warna keemasan
(Jayadi, 1991). Mcllroy (1976) menyatakan bahwa rumput gajah lebih disukai ternak,
tahan kering, berproduksi tinggi dan merupakan jenis yang sangat baik untuk silase
karena bernilai gizi tinggi. Produksinya dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput
segar/ha/tahun pada daerah lembah atau dengan irigasi. Rumput ini sangat responsif
terhadap pemupukan, tahan kering dan produksinya tinggi.
Rumput gajah segar yang berumur 43-56 hari mempunyai kandungan abu
sebesar 15,4% BK, lemak 2,3% BK, SK 33,1% BK, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) sebesar 40,0% BK, PK 9,1% BK, protein tercerna untuk sapi 5,7% dan
Total Digestible Nutrient (TDN) untuk sapi 51% (Prasetyo, 2004).
Konsentrat
Konsentrat adalah pakan yang tinggi kandungan Beta-N dan rendah
kandungan SK yaitu lebih rendah dari 18% (Ensminger et al., 1990). Konsentrat
pada peternakan sapi perah di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting untuk
meningkatkan dan mempertahankan produksi susu. Berbeda dengan negara maju
yang memiliki mutu hijauan yang relatif tinggi, di Indonesia mutu hijauan relatif
rendah yang menyebabkan peran konsentrat menjadi sangat dominan dalam
memasok energi dan zat makanan lain (Suryahadi et al., 2004).
Pemberian konsentrat untuk setiap jenis ternak berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh bobot badan ternak, kualitas pakan hijauan yang diberikan,
produksi susu yang ingin dicapai dan kualitas konsentrat. Sapi perah berbobot badan
150 kg dengan produksi susu rata-rata per hari 13 kg dan kadar lemak 3%,
memerlukan 6-7 kg konsentrat per hari dengan kandungan PK 15% dan TDN 70%.
Konsentrat yang diberikan pada ternak sapi atau kerbau perah sebaiknya memiliki
kandungan protein kasar sebesar 18% dan TDN sebesar 75% (Sudono, 1999).

15

Konsentrat yang digunakan peternak di KUNAK Cibungbulang mempunyai
kandungan BK sebanyak 77,52%, bahan organik (BO) 89,45% BK, abu 10,55% BK,
PK 11,75% BK, LK 3,77% BK, SK 17,34% BK, Beta-N 56,59% BK dan gross
energi sebesar 4.392,16 Kkal/100 gram (Fharhandani, 2006).
Ampas Tahu
Ampas tahu adalah sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen
(Suryahadi, 1990). Proses pembuatan tahu hanya memanfaatkan sebagian protein
kedelai, sedangkan sebagian lagi masih tertinggal dalam ampasnya (Gambar 2).
Ampas tahu mengandung 58% dari jumlah protein kedelai. Jika kandungan biji
kedelai sebesar ± 38% maka protein ampas tahu sebesar 22% berdasarkan berat
kering (Wiriano, 1985). Penggunaan ampas tahu sebagai pengikat mineral organik
dapat dilakukan karena kandungan gugus karboksil dan amino ampas tahu yang
dapat mengikat mineral. Ampas tahu yang direndam dengan aquades dapat membuat
gugus tersebut mengikat mineral yang ditambahkan (Chaerani, 2004).
Kedelai
pencucian dan perendaman
penirisan

air

air

penggilingan

air

bubur kedelai
pemasakan

air dan (kadang-kadang) antibusa
penyaringan

ekstrak susu kedelai

ampas tahu (okara)

pengendapan (koagulasi)

koagulan

pencetakan
pengepresan -----whey
tahu siap jadi
Gambar 2. Bagan Pembuatan Ampas Tahu
Sumber: Herman (1985)

16

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK)
Sapi Perah Desa Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat selama 62 hari dari bulan September sampai November 2008. Pembuatan
biomineral dienkapsulasi dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan
Mikrobiologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa mineral dalam
susu dan kandungan mineral dalam pakan dilakukan di Balai Penelitian Tanah,
Departemen Pertanian, Bogor.
Materi
Alat
Kandang yang digunakan yaitu kandang sapi kelompok dengan sistem stall.
Kandang ini dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Peralatan yang digunakan
adalah timbangan, ember dan pita ukur.
Bahan
Sapi percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah
Friesian Holstein sebanyak 16 ekor dari 4 peternak, dengan kriteria seleksi
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 5. Pakan yang digunakan terdiri atas pakan
hijauan, konsentrat, dan ampas tahu yang disediakan oleh peternak. Suplemen yang
diberikan adalah biomineral dienkapsulasi yang berasal dari cairan rumen,
biomineral tanpa proteksi dan mineral mix. Mineral mix yang diberikan berasal dari
KPS.

Metode
Pembuatan Biomineral
Proses pembuatan biomineral mengikuti prosedur yang dilakukan oleh
Tjakradidjaja et al. (2007) yang dapat dilihat pada Gamba