Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor

(1)

JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT

SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR

ENJOYMENT AKBAR SIREGAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

ENJOYMENT AKBAR SIREGAR. Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Pada kawasan permukiman secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di perkotaan adalah memanfaatkan pekarangan sebagai RTH yang dapat menghadirkan satwa burung.

Pekarangan bisa dijadikan sebagai salah satu habitat satwa burung, dengan menjaga keberadaan dan keanekaragaman vegetasi, serta menanam vegetasi yang disukai oleh burung di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan. Penelitian ini dilakukan di perumahan yang dibangun pada tahun 1960-1980 yang berada di sekitar Sempur Kaler sampai ke Papandayan, tahun 1981-2000 yang berada di perumahanVilla Indah Padjajaran, dan tahun >2000 yang berada di sekitar Indraprasta, kota Bogor dengan asumsi bahwa rumah yang dibangun sebelum tahun 2000 memiliki luasan pekarangan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelah tahun 2000 dan terdapat jalur hijau jalan di sekitar rumah.

Burung memanfaatkan pohon, semak, perdu, dan rumput sebagai tempat makan, bermain, beristirahat, bertengger, dan kawin. Aktivitas yang dilakukan burung di pekarangan pada pagi hari adalah makan dan bermain, pada siang hari burung-burung bertengger dan beristirahat, dan pada sore hari burung-burung makan kembali untuk persediaan ketika istirahat di malam hari.

Untuk menghadirkan burung di pekarangan salah satunya dengan cara menanami pekarangan dengan tanaman-tanaman yang disukai burung dan meningkatkan nilai keragaman tanaman di pekarangan dengan cara menambah


(3)

jenis dan individu tanaman tersebut. Tanaman yang mampu banyak mengundang burung atau yang disukai burung sebagai tempat makan secara umum merupakan tanaman penghasil buah dan bunga.

Pada umumnya tanaman yang banyak mengundang burung adalah tanaman yang menghasilkan makanan untuk burung tersebut, yaitu kersen (Muntingia calabura L) “buah kersen”, jambu air (Eugenia equea) “nektar dari bunga jambu”, bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) “nektar dan serangga yang ada di bunga”, rambutan (Nephelium lappaceum) “ulat pada ranting dan daun”, pinang hutan (Pinanga kuhlii) “buahnya yang berwarna merah”, dan pisang hias (Nephelium lappaceum) “nektar bunga dan bakal bunga”. Sedangkan tanaman lainnya berfungsi sebagai tempat bermain, berteduh, dan bertengger burung.

Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal

(EFE-External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold dan maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung. Strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung, penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung, menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung, menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai

border dan habitat satwa burung, menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman.

Kata kunci: keanekaragaman hayati, ruang terbuka hijau, jalur hijau, tepi sungai, satwa liar kota


(4)

JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR

ENJOYMENT AKBAR SIREGAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Jasa Lanskap Pekarangan Bagi Habitat Satwa Burung Di Kota Bogor” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Enjoyment Akbar Siregar A44080006


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

Judul : Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor

Nama : Enjoyment Akbar Siregar

NRP : A44080006

Dept. : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 19591106 198501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul dari penelitian ini adalah Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

2. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan di Arsitektur Lanskap IPB,

3. Pemilik rumah yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di pekarangannya,

4. Bapak Fahrul Amama, Bird Life Indonesia yang telah mengajari saya cara-cara mengamati burung dengan binokuler,

5. Lutfi Silvia Rengganis SD, Lidya, Rida, Ndaru, Amin, Ali, Atik, Andre, Ariel, dan teman-teman ARL 45 lainnya yang belum disebutkan namanya yang telah membantu dan memberi semangat,

6. Drs. Dahman Siregar. dan Nurliana Harahap, S. Pd. selaku orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis terbuka dalam menerima masukan, kritik dan saran demi peningkatan kemampuan penulis di waktu yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Desember 2012


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Tua, Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Pasangan Drs. Dahman Siregar dan Nurliana Harahap.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Muhammadiyah Aekkanopan dan melanjutkan di SDN 115466 Aekkanopan pada tahun 1996, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Aekkanopan diselesaikan pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Aekkanopan Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara pada tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalankan studi di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan acara di kampus. Selain itu, penulis aktif dalam organisasi HIMASKAP IPB sebagai ketua Divisi Eksternal dan pernah menjadi asisten mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2012.


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.3 Kerangka Pikir ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pekarangan ... 4

2.2 Keanekaragaman hayati pekarangan ... 5

2.3 Habitat Satwa Burung ... 6

BAB III. METODOLOGI ... 7

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 8

3.3 Metode Penelitian... 8

3.4 Metode Analisis Data ... 9

BAB IV. HASIL ... 17

4.1 Lokasi dan Struktur Pekarangan ... 17

4.2 Struktur Vegetasi Pekarangan ... 17

4.3 Keragaman Vegetasi Pekarangan ... 24

4.4 Jenis Burung di Pekarangan ... 29

4.5 Keragaman Burung di Pekarangan... 52

4.6 Keberadaan Burung pada Vegetasi Pekarangan ... 53


(11)

BAB V. PEMBAHASAN ... 69

5.1 Struktur Pekarangan ... 69

5.2 Vegetasi Pekarangan ... 75

5.3 Jenis Burung pada Vegetasi Pekarangan ... 77

5.4 Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung ... 78

5.4.1 Indentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 78

5.4.2 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal ... 80

5.4.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 81

5.5 Matriks SWOT ... 83

5.5.1 Penentuan Alternatif Peringkat ... 84

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Simpulan ... 87

6.2 Saran ... 87


(12)

ii

DAFTAR GAMBAR

1. Alur Kerangka Pikir ... 3

2. Lokasi Penelitian ... 7

3. Orientasi Strategi Berdasarkan Matriks IE ... 14

4. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kersen ... 58

5. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Rambutan ... 60

6. Cucak Kutilang Sedang Makan Buah Pinang Sirih ... 60

7. Cucak Kutilang Sedang Bertengger di Pohon Kelapa ... 61

8a. Burung Madu Sriganti Sedang Makan di Heliconia sp. ... 64

8b. Bagian Yang Dimakan Cucak Kutilang ... 64

9. Burung Gereja Erasia Sedang Bermain di Rumput ... 64

10. Bagian depan pekarangan sample 2 ... 70

11. Bagian samping pekarangan sampel 2 ... 70

12. Denah Pekarangan sampel 2 ... 71

13. Bagian depan pekarangan sampel 3 ... 72

14. Bagian samping pekarangan sampel 3 ... 72

15. Denah pekarangan sampel 3... 72

16. Bagian depan pekarangan sampel 7 ... 73

17. Bagian samping pekarangan sampel 7 ... 73

18. Denah pekarangan sampel 7 ... 74

19. Bagian depan pekarangan sampel 8 ... 74

20. Bagian depan & samping pekarangan sampel 8 ... 75

21. Denah pekarangan sampel 8... 75


(13)

i

DAFTAR TABEL

1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian ... 8

2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ... 12

3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ... 12

4. Formulir Pembobotan Faktor Internal ... 13

5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal ... 13

6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 14

7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 14

8. Matriks SWOT ... 15

9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT ... 16

10. Lokasi dan Struktur Pekarangan ... 17

11. Daftar Jenis Vegetasi di Setiap Pekarangan ... 18

12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan ... 24

13. Daftar Jenis Burung & Aktivitasnya di Pekarangan ... 30

14. Keragaman Burung di Pekarangan... 52

15. Keberadaan Burung pada Setiap Vegetasi Pekarangan ... 53

16. Aktivitas Burung di Vegetasi Pekarangan ... 65

17. Jumlah Jenis Vegetasi Pekarangan dan Jumlah Jenis Burung ... 76

18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan ... 80

19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan ... 81

20. Pembobotan Faktor Internal ... 81

21. Pembobotan Faktor Eksternal ... 82

22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 82

23. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 82

24. Matriks SWOT ... 84


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya RTH di perkotaan. Pada kawasan permukiman di daerah sub-urban dan urban secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai pekarangan mampu meminimalisir terdegradasinya kualitas lingkungan secara cepat terutama oleh

run-off dan erosi karena vegetasi yang ada dapat menahan laju run-off dan erosi (Dunnet, Nigel, Clayden 2007), serta meningkatkan kualitas lingkungan (secara estetis, ekologis dan ekonomis) dari ekosistem yang terbentuk dalam sistem pekarangan tersebut.

Pekarangan sebagai salah satu pemanfaatan lahan terbuka pada rumah

(taman rumah ‘khas’ Indonesia) merupakan contoh pemanfaatan RTH pada lahan

di sekitar rumah yang berasas pada konsep ekologis. Konsep ekologis pada pekarangan dapat dilihat dari keragaman hayati di dalamnya, hal tersebut dikarenakan di dalam pekarangan terdapat sistem yang saling terkait antara faktor biotik dan faktor abiotik yang bersinergi secara seimbang sehingga menghasilkan suatu sistem yang stabil pada lingkungan yang kita kenal dengan pekarangan.

Keberadaan pekarangan pada suatu kawasan pemukiman dapat membantu menjaga serta memelihara kelestarian dan keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan pemukiman tersebut. Pekarangan dengan konsep ekologis mempertahankan biota (vegetasi dan satwa) asli (endemik) yang ada, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan yang telah terbentuk (Arifin, 2010). Salah satunya yaitu pekarangan dapat berperan sebagai habitat satwa-satwa liar terutama burung. Pemanfaatan pekarangan secara berkelanjutan dapat


(15)

2 mempertahankan stabilitas lingkungan dan memberikan kontribusi ekonomi hanya dengan sedikit input (Octavia, Arifin, Munandar, Takeuci, 2000).

Kota Bogor merupakan salah satu tempat yang harus diperhatikan RTH kotanya, dan pekarangan yang ada di kota untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di kota tersebut. Oleh karena itu maka dilakukan pemanfaatan lanskap pekarangan perkotaan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menghadirkan satwa burung agar keseimbangan ekosistem di kota Bogor tetap terjaga.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih vegetasi yang akan ditanam di pekarangan untuk mengundang burung dan menjadikan pekarangan sebagai habitat burung sehingga keseimbangan ekosistem di perkotaan tetap terjaga.

1.3 Kerangka Pikir

Menurunnya RTH kota mengakibatkan berkurangnya ekosistem sebagai habitat satwa liar. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Untuk itu perlu diadakannya perbaikan terhadap RTH kota untuk meminimalisir turunnya kestabilan ekosistem tersebut. Perbaikan tersebut dapat kita mulai dari skala kecil RTH kota, yaitu pekarangan.

Secara biofisik di dalam pekarangan perlu diamati struktur vegetasi, dan keberadaan satwa liar. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap vegetasi yang meliputi rumput, semak, perdu, dan pohon untuk mengetahui seberapa besar peran vegetasi tersebut untuk menyediakan tempat hidup bagi satwa liar. Peran vegetasi yang dilakukan adalah sebagai sumber pakan, tempat istirahat, tempat kawin, tempat bermain, dan tempat bersarang, khususnya bagi burung (Gambar 1).


(16)

3

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir

Analisis Vegetasi

POHON Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Kota

Biodiversitas Satwa Liar di Kota Bogor

Hutan Kota Pekarangan Taman Kota

Keberadaan Satwa Liar Struktur Vegetasi

RUMPUT SEMAK PERDU

BURUNG

- Jenis Vegetasi - Jumlah Vegetasi

- Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai

burung

- Jumlah spesies Burung - Jumlah individu - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas

Menyusun strategi pengelolaan konservasi kegunaan jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan.

BURUNG

- Jenis Vegetasi

- Jumlah Individu / Vegetasi - Fungsi Vegetasi bagi burung - Bagian Vegetasi yang disukai

burung

- Jumlah spesies - Jenis aktivitas - Tempat aktivitas

Mengetahui Hubungan antara Fungsi Vegetasi dengan Keberadaan spesies Burung di Pekarangan Kota.


(17)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekarangan

Pekarangan adalah lahan yang berada di sekitar rumah memiliki batas kepemilikan yang jelas, tempat tumbuh berbagai jenis tanaman dan merupakan tipe taman indonesia yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain anak-anak, kegiatan pasca panen, ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan acara keluarga (Arifin, Munandar, Nurhayati, Kaswanto, 2009).

Pekarangan dalam arti luas adalah suatu area/lahan yang berada di sekitar rumah dan jelas kepemilikannya, batas fisik pekarangan seperti tembok, pagar besi, pagar tanaman, gundukan tanah, parit, patok, tonggak batu, atau tanaman di ujung-ujung lahan dicirikan pada berbagai pekarangan tergantung pada adat, kebiasaan, sosial budaya masyarakat, status ekonomi, letak pekarangan di desa/kota dan lain-lain (Arifin et al, 1998).

Sedangkan menurut fungsinya secara umum pekarangan adalah tempat habitat berbagai jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga, tempat dilakukannya aktifitas santai selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya (Arifin et al, 2009). Sebagai perbandingan, Deptan, (2002) menyebutkan bahwa fungsi pekarangan adalah menghasilkan bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalanya; sayur dan buah-buahan; tempat unggas, ternak kecil dan ikan; rempah, bumbu dan wangi-wangian; dan bahan kerajinan tangan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi pekarangan adalah adat dan budaya, misalnya adanya komunitas yang erat dan adanya tujuan sosial yang biasanya terdapat dalam masyarakat perdesaan membuat pekarangan dimanfaatkan secara terbuka bukan hanya oleh pemilik rumah tetapi juga komunitasnya. Sebagai contoh, orang-orang yang membutuhkan buah-buahan tertentu, daun atau umbi-umbian untuk ritual keagamaan atau obat-obatan bisa meminta kepada pemilik rumah dan bebas mengambilnya (Arifin, 1998).


(18)

5 Ukuran atau luasan lahan dari pekarangan, pekarangan digolongkan menjadi empat, yaitu pekarangan sempit dengan luasan kurang dari 120 m2, pekarangan sedang dengan luasan antara 120 m2 sampai 400 m2, pekarangan luas dengan ukuran lahan antara 400 m2 sampai 1000 m2, dan pekarangan sangat luas dengan ukuran lahan lebih dari 1000 m2. (Arifin, Munandar, Arifin, Kaswanto, 2009). Selanjutnya, pembagian zonasi pekarangan adalah halaman depan (buruan), halaman samping (pipir), dan halaman belakang (kebon).

Halaman depan biasanya digunakan sebagai lumbung, untuk menanam tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman dan tempat menjemur hasil pertanian. Halaman samping lebih digunakan untuk tempat menjemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi. Halaman belakang digunakan sebagai tempat bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak dan tanaman industri (Arifin et al. 2009).

2.2 Keanekaragaman Hayati Pekarangan

Keragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal dikalsifikasikan berdasarkan tinggi tanaman sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu : tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri, tanaman peneduh, dan tanaman-tanaman penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan (Arifin et al. 2009).

Keanekaragaman hayati di pekarangan akan berhubungan dengan budaya masyarakat, salah satunya adalah budaya pertanian. Keanekaragaman hayati di pekarangan Indonesia tercermin pada struktur pekarangan yang merupakan perubahan bentuk dari hutan alami (Soemarwoto and Conway, 1992). Galluzzi Eyzaguirre, Valeria (2010) mencatat bahwa kultivar tanaman yang terdapat di pekarangan merupakan kumpulan dari kultivar-kultivar produk yang dibutuhkan pasar. Keanekaragaman hayati pekarangan juga berkaitan dengan habitat satwa liar seperti keragaman jenis burung yang dapat mampir di pekarangan jika keragaman tanaman sebagai makanan tetap dijaga.


(19)

6

2.3 Habitat Satwa Burung

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau komunitas hidup. Habitat satwa burung merupakan tempat bersarang, tempat berlindung, tempat bertengger (beristirahat), tempat makan & minum, dan tempat untuk berkembang biak (Widuri, 2008). Untuk membuat pekarangan yang berfungsi sebagai habitat satwa burung seperti yang disebutkan di atas maka yang harus dilakukan yaitu melakukan pemilihan jenis pohon, mengatur tata letak penanaman tanaman, membuat dan mengatur kombinasi penanaman tanaman (Lusli, 2007).

Sebuah habitat, yang dalam bahasa Latin berarti “mendiami" adalah daerah ekologi atau lingkungan yang dihuni oleh spesies tertentu jenis hewan, tanaman atau organisme lain (Anonim, 2011). Habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies. Habitat merupakan organism-specific yang menghubungkan kehadiran spesies, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi (Anonim, 2011).

Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung.

Habitat alami dari satwa burung adalah hutan, namun sejak beberapa dekade silam, beragam kemunduran kondisi lingkungan salah satunya yaitu berkurangnya keunikan flora dan fauna yang ada di dalam hutan mengakibatkan kepunahan jenis burung (Hidayanto, 2009). Melestarikan lokasi habitat 1 jenis satwa burung berarti juga melestarikan jenis-jenis burung lainnya (Amama, 2009).


(20)

7

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel pekarangan dimulai dari tepi Sungai Ciliwung, sekitar Sempur Kaler sampai ke Bogor Utara, sekitar Indraprasta, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2).

*TANPA SKALA

Sumber: http://www..google.com/ & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian


(21)

8

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari handy cam, kamera digital, binokuler, meteran, haga meter, dan kuisioner. Pada saat pengolahan data, alat dan bahan yang digunakan adalah kuisioner, program komputer seperti Google earth untuk melihat tapak secara spasial, Autocad 2010 untuk mentrasformasikan keadaan tapak secara umum ke dalam komputer dan

Adobe Photoshop CS4 sebagai pendukung dari software Autocad 2010.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan langsung di lapangan, melihat dan mencatat permasalahan yang ada di tapak tersebut, dan melakukan pengambilan data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 1).

Tabel 1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian.

Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi

Fisik

- Luas pekarangan - Lokasi utama dari

sungai

m2 m

Pengukuran langsung

Membandingkan luasan dan jarak setiap

pekarangan Biofisik

- Jenis Vegetasi - Fungsi Vegetasi

- Jenis Burung - Jumlah Burung - Aktivitas - Waktu aktivitas

Spesies

Spesies Ekor

- Pagi, Siang,

Sore

Survei

Survei

Survei

Keanekaragaman spesies tanaman

Keragaman burung Kegiatan burung di pekarangan

Sosial

- Karakteristik pemilik pekarangan

- Wawancara Mengetahui kepedulian pemilik terhadap pekarangan


(22)

9 Lanjutan Tabel 1.

Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi

Sejarah Permukiman - Tahun berdiri

- Pola pekarangan permukiman

Contoh Wawancara

Survei

Mengetahui hubungan perkembangan

permukiman dengan luasan dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan.

3.4Metode Analisis Data

Adapun metode survey yang dilakukan pada kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode survey yang dilakukan untuk pengambilan sampel pekarangan adalah

transect method yaitu metoda yang menggunakan garis pada 2 titik kordinat sebagai suatu dasar penentuan petak contoh pengamatan pada jarak-jarak tertentu di suatu kawasan. Tahapan penggunaan metoda transect pada kegiatan penelitian ini pertama, menarik garis lurus di peta Bogor Tengah yang dimulai dari tepi sungai Ciliwung sekitar daerah Sempur Kaler. Kedua, melakukan pembagian kawasan berdasarkan tahun berdirinya rumah yang memiliki pekarangan dari tahun 1960-1980, tahun 1981-2000, dan diatas tahun 2000 dengan asumsi rumah yang dibangun antara tahun 1960-1980 memiliki pekarangan yang lebih luas dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelahnya, pola pekarangan rumah yang berbeda, dan juga berdasarkan letak jalur hijau yang masih banyak disekitar perumahan yang lebih dekat dengan sungai, pembagian kawasan ini juga memiliki jarak yang dibatasi oleh jalan raya Pajajaran dan jalan raya Indraprasta. Ketiga, melakukan pengamatan pada pekarangan-pekarangan yang terdapat pada titik-titik yang ada di peta dan mengukur luasan pekarangan.

2. Melakukan pengamatan keberadaan burung yang dilakukan dengan metode

bird watching dengan binokuler kemudian membandingkannya dengan buku panduan lapang Burung-burung di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali


(23)

10 karya John MacKinnon 2010, yang merupakan buku panduan nama-nama burung untuk mengetahui jenis, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan burung pada vegetasi pohon di pekarangan seperti: mencari makan, minum, kawin, bermain, beristirahat, dan bersarang, yang dilakukan pada pagi sampai sore hari per jarak waktu yang telah ditentukan, yaitu pada pukul 05.30-07.30 wib; 10.30-12.30 wib; 15.30-17.30 wib. Untuk melakukan pengamatan jenis burung dilakukan dengan metode John MacKinnon, yaitu metode sederhana dengan membuat daftar nama-nama jenis burung sebanyak-banyaknya yang berisi jenis baru yang ditemui. Panjang pendeknya daftar disesuaikan dengan kekayaan jenis burung di suatu lokasi. Prinsip umum dari metode ini yaitu satu jenis burung hanya tercatat sekali dalam satu daftar dan pengumpulan data dihentikan sampai tidak ada lagi penambahan jenis burung lagi. Untuk mengetahui keanekaragaman burung menggunakan metode Shannon Wiener.

3. Membuat daftar jenis vegetasi dan struktur vegetasi yang terdapat di pekarangan yaitu tinggi vegetasi, letak vegetasi, dan fungsi vegetasi sebagai habitat burung dengan cara pengamatan langsung dan pengukuran langsung ke tapak. Melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode Shannon Wienner untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi pada masing-masing pekarangan dan mengetahui nilai biologi vegetasi (peranan vegetasi terhadap satwa burung di pekarangan), menghitung besarnya kerapatan jenis, frekuensi, dominasi, dan Indeks Nilai Penting dari masing-masing jenis vegetasi untuk mendapatkan nilai keragaman (Kanara 2012), sebagai berikut : a. Kerapatan jenis

Kerapatan (K) uas petak ontoh (pekaran an) um ah indi idu Kerapatan Jenis (KR) erapatan se uruh enis erapatan suatu enis x 100% b. Frekuensi

Frekuensi (F) um ah petak ditemukan satu enis um ah se uruh petak Frekuensi Relatif (FR) rekuensi se uruh enis rekuensi suatu enis x 100%


(24)

11 c. Dominansi

Dominansi (D) uas petak ontoh (pekaran an) uas idan dasar suatu enis Dominansi Relatif (DR) ominansi se uruh enis ominansi suatu enis x 100% Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (untuk pohon)

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR (untuk perdu dan semak)

Formula perhitungan nilai indeks keragaman Shannon Wiener adalah:

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener

Pi =

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah individu dari semua spesies

ln = Logaritme natural (bilangan alami)

s = Jumlah jenis yang ada

Nilai perhitungan indeks keragaman (H’) tersebut menunjukkan bahwa Jika H’ > 3, keragaman spesies tinggi;

Jika 1 < H’ < 3, keragaman spesies sedang Jika H’ < 1, keragaman spesies rendah

4. Menyusun strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dengan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal (Rangkuti, 2009). Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut :


(25)

12 a. Penentuan bobot setiap variabel

Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3).

Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Faktor Kekuatan (Srength) Tingkat Kepentingan

S1 Kekuatan yang paling besar

S2 Kekuatan yang besar

S3 Kekuatan yang sedang

Sn

Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Kelemahan yang tidak berarti

W2 Kelemahan kurang berarti

W3 Kelemahan yang cukup berarti

Wn

Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan

O1 Peluang yang sangat tinggi

O2 Peluang yang tinggi

O3 Peluang yang rendah

On

Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan

T1 Ancaman yang besar

T2 Ancaman yang sedang

T3 Ancaman yang kecil


(26)

13 Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola dan pemilik pekarangan. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 4 dan Tabel 5).

Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal

Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot

S1 S2 W1 W2 Total

Tabel 5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal

Simbol O1 O2 T1 T2 Total Bobot

O1 O2 T1 T2 Total

Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) yaitu :

1.Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2. Jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3. Jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4. Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal

b. Penentuan peringkat (Rating)

Penentuan rating tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki masing-masing pekarangan. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut


(27)

14 dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 6 dan Tabel 7) (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009).

Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

(BxR) Kekuatan

1.

Kelemahan 1.

Total

Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

(BxR) Peluang

1.

Ancaman 1.

Total

Ket : B = Bobot; R = Rating

Setelah pembobotan dan pemberian rating, selanjutnya nilai skor dijumlahkan pada masing-masing faktor internal dan eksternal dan masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Pemetaan dibagi menjadi sembilan kolom yang terdiri dari tiga kolom utama yaitu kolom I, II, IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (growth and build); kolom III, V, VII untuk strategi yang mempertahankan dan pelihara (hold and maintain); serta kolom VI, VII, IX untuk strategi panen dan divesitas (Rangkuti, 2009) (Gambar 3).


(28)

15 Gambar 3. Orientasi strategi berdasarkan matriks IE

c. Penyusunan Alternatif Strategi

Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Tabel 8).

Tabel 8. Matriks SWOT Internal

Eksternal

Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunity)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada

Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

Ancaman (Threat)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi

Meminimumkan kelemahan dan

menghindari ancaman yang ada

d. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan


(29)

16 peluang (opportunity) serta meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness).

Tabel 9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif

Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rank

SO1 SO2 SO3 …. SOn

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada

WO1 WO2 WO3 ….. WOn

Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

ST1 ST2 ST3 ….. STn

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi

WT1 WT2 WT3 …… WTn

Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada


(30)

BAB IV HASIL

4.1 Lokasi dan Struktur Pekarangan

Penentuan lokasi pekarangan berdasarkan metoda transek yang diambil dari tepi sungai Ciliwung dengan jarak dan luas masing-masing (Tabel 10).

Tabel 10. Lokasi dan Struktur Pekarangan

Cluster

Sample Pekarang

an

Kordinat

Jarak dari Sungai

Tahun Berdiri

Luas tapak (m2)

Pola Pekarangan

1 1 6o35’11.12” S

106o47’56.34” E 100 m 1970-an 100

Depan & Samping kiri

2 6o35’9.46” S

106o48’2.94” E 600 m 1980-an 475

Depan, Samping kiri, Belakang

3 6o35’8.81” S

106o48’12.75” E 900 m 1950-an 335

Depan & Samping kiri

2 4 6o35’6.76” S

106o48’36.25” E 1700 m 1965-an 100

Depan & Samping kanan

5 6o34’57.02” S

106o48’31.49” E 1500 m 1990-an 300

Depan & Samping kanan

6 6o35’3.09” S

106o48’32.78” E 1600 m 1990-an 195

Depan dan Samping kanan

3 7 6o34’49.85” S

106o49’1.27” E 2500 m 1995-an 100

Depan & Samping kanan

8 6o34’46.41” S

106o49’2.95” E 2700 m 1995-an 75 Depan & Samping kanan

9 6o34’45.16” S

106o49’4.32” E 2800 m 2000-an 400

Depan, Samping kiri, belakang

Luas rata-rata masing-masing cluster/ bagian, bagian pertama 303 m2, bagian kedua 198 m2, dan bagian ketiga 191 m2. Berdasarkan rata-rata luasan pekarangannya terlihat bahwa pekarangan yang paling dekat dengan sungai memiliki luasan pekarangan yang lebih besar, kemudian diikuti pekarangan yang agak jauh dari sungai yang berada pada bagian ke-dua dan pekarangan yang jauh dari sungai memiliki rata-rata luasan pekarangan terkecil.

4.2 Struktur Vegetasi Pekarangan

Berdasarkan hasil pengamatan dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya yaitu bagian pertama (yang dekat dari sungai), bagian kedua (agak jauh dari sungai), dan bagian ketiga (jauh dari sungai) memiliki jenis dan jumlah vegetasi yang berbeda-beda (Tabel 11).


(31)

18 Tabel 11. Daftar Jenis Vegetasi di Setiap Pekarangan

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

1 Jln. Sempur Kaler No. 11 Bogor

100 100 - Jambu air (Eugenia equea) - Suplir

(Adiantum sp.) - Sri rezeki

(Aglaonema sp.)

- Asparagus (Asparagus sp.) - Begonia

(Begonia sp.) - Keladi hias

(Caladium bicolor) - Maranta

(Calathea sp.) - Fitonia

(Fittonia sp.) - Polisota

(Polisota barteri) - Daun mutiara

(Pilea sp.) - Lidah mertua

(Sansevieria trifasciata) 10 m 30 cm 25 cm 20 cm 25 cm 35 cm 30 cm 17 cm 37 cm 15 cm 35 cm 2 batang 3 pot 5 pot 5 pot 7 pot 5 pot 7 pot 5 pot 4 pot 4 pot 4 pot Pohon Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius Herbasius

Jumlah 11 jenis

2 Jln. Papanda-yan No. 1 Bogor

475 600 - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Bunga

Kupu-kupu (Bauhinia purpurea Linn) - Palem merah

(Cyrtostachis renda) - Cemara kipas

(Thuja orientalis) - Kelapa (Cocos

nucifera) - Damar (Agathis

dammara) - Pinang hutan

(Pinanga kuhlii) - Sawo manila

(Achras zapota)

6 m 4.5 m & 6 m 4 m 4 m 7 m 10 m 6 m 3.5 m 2 batang 3 batang 4 batang 1 batang 3 batang 1 batang 8 batang 1 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon


(32)

19 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

- Palem putri (Veitchia merlii) - Palem botol

(Mascarena lagenicaulis) - Kelapa sawit

(Elaeis guineensis) - Hanjuang (Cordyline terminalis) - Nolina (Beaucarnea recurvata) - Daun mangkok

(Nothopanax scutellarium) - Drasena

(Dracaena laureiri) - Palem wregu

(Rhapis excels) - Mendong

(Fimbristylis globulosa) - Iris (Neomarica

longifolia) - Bambu kuning

(Phyllostachys sulphrurea) - Pisang hias

(Heliconia sp.) - Euphorbia

(Euphorbia milii)

- Rumput paetan (Axonopus compressus) 5 m 2.5 m 15 m 1 m 3 m 1.5 m 2.5 m 1.5 m 1.5 m 90 cm 4 m 1.5 m 35 cm 1.5 cm 3 batang 1 batang 1 batang 15 batang 3 batang 50 m2 3 batang 30 batang 1 pot 100 14 batang 15 batang 10 pot

320 m2

Pohon Pohon Pohon Perdu Perdu Perdu Perdu Semak Semak Semak Semak Semak Herbasius Rumput

Jumlah 22 jenis

3 Jln. Cikuray No. 20 Bogor

335 900 - Jambu air (Eugenia equea) - Kersen

(Muntingia calabura L) - Durian (Durio

zibethinus) - Bunga

Kupu-kupu (Bauhinia purpurea linn)

12 m 7.5 m 4 m 5.5 m 2 batang 1 batang 1 batang 2 batang Pohon Pohon Pohon Pohon


(33)

20 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

- Nangka (Artocarpus heterophyllus) - Mangga (Mangifera indica) - Hanjuang (Cardyline terminalis) - Cabai kecil

(Capsicum annum) - Soka (Ixora

coccinea) - Kembang

sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Kucai (Carex

morrowii) - Teh-tehan (Acalypha macrophylla) - Pisang hias

(Heliconia sp.) - Rumput paetan

mini (Axonophus compressus) - Spathiphyllum wallisii 6 m 3.5 m 1.7 m 40 cm 1.5 m 3 m 30 cm 1.5 m 1.5 m 1 cm 35 cm 1 batang 1 batang 7 batang 14 polybag 2 batang 1 batang 8 rumpun 10 m2

12 batang 330 m2

10 pot Pohon Pohon Perdu Perdu Semak Semak Semak Semak Semak Rumput Herbasius

Jumlah 15 jenis

4 Jln.Brawi jaya 58 Villa Indah Pajajaran Bogor

100 1700 - Durian (Durio zibethinus) - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Palem putri

(Veitchia merilii) - Palem hijau

(Ptychosperma macarthurii) - Kamboja

(Plumeria rubra) - Nusa indah

(Mussaenda erythrophylla) 13 m 13 m 5 m 2 m 3 m 3.5 m 2 m 1 batang 2 batang 1 batang 2 batang 2 batang 2 batang 1 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon


(34)

21 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

- Rumput paetan mini (Axonophus compressus) - Anturium (Anthurium crystallinum) 1 cm 40 cm

15 m2

7 pot

Pohon

Herbasius

Jumlah 9 jenis

5 Jln.Brawi jaya No. 2. Villa Indah Pajajaran Bogor

300 1500 - Palem putri (Veitchia merilii) - Mangga

(Mangifera indica) - Palem merah

(Cyrtostachis renda) - Jeruk nipis

(Citrus aurantifolia) - Jeruk purut

(Citrus hytrix) - Cemara norflok

(Araucaria heterophylla) - Jambu biji

(Psidium guajava) - Pinus (Pinus

merkusii) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Puring (Codiaeum vairegatum) - Pisang hias

(Heliconia sp.) - Palem wregu

(Rhapis excelsa) - Soka (Ixora

cacinea) - Pandan variegate (Pandanus pygmaenus) - Keladi

(Caladium sp.) - Kaktus (eriosyce imitans) 8 m 12 m 1.5 m 1.5 m 1.5 cm 15 m 1.5 m 1 m 4 m 1.5 m 1 m 1.2 m 60 cm 3 cm 15 cm 20 cm 2 batang 1 batang 5 batang 1 batang 1 batang 1 batang 1 batang 3 batang 1 batang 5 batang 15 batang 5 batang 4 rumpun 100 rumpun 10 rumpun 2 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Semak Semak Semak Semak Herbasius Herbasius


(35)

22 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

- Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Opipogon (Ophiopogon japanicus) 25 cm 1 cm 10 polybag

260 m2

Herbasius

Rumput

Jumlah 18 jenis

6 Jln. Sultan Agung No.1 Villa Indah Pajajaran Bogor

195 1600 - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii) - Palem putri

(Veitchia merlii) - Cemara kipas

(Thuja orientalis) - Palem raja (Roystonea regia) - Pinus (Pinus

mercusii) - Cemara

(Juniperus chinensis) - Palem ekor

tupai (Wodyetia bifurcate) - Rumput paetan

(Axonopus compressus) - Bugenvil (Bouganvillea sp.) 7 m 9 m 7 m 8 m 1.5 m 4.5 m 9 m 1 cm 40 cm 3 batang 4 batang 2 batang 3 batang 5 batang 7 batang 6 batang

100 m2

10 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Rumput Perdu

Jumlah 9 jenis

7 Jln. Drupada 3 No. 2 Bogor

100 2500 - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Jambu air

(Eugenia aquea) - Sawo manila

(Achras zapota) - Tanjung (Mimusoph elengi) - Fatsia (Fatsia japonica) - Bugenvil (Bouganvillea sp.) 3.5 m 4 m 3 m 8 m 5 m 2 m 1 batang 1 batang 1 batang 1 batang 1 batang 1 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu


(36)

23 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari Su-ngai (m) Nama Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah

Tanaman Keterangan

- Bambu biasa (Bambusa spinosa) - Keladi

(Caladium bicolor) - Rumput paetan

(Axonopus compressus) 4 m 35 cm 1 cm 1 rumpun 4 pot

60 m2

Semak

Herbasius

Rumput

Jumlah 9 jenis

8 Jln. Drupada Raya No. 4 Indrapras ta II Bantar jati

75 2700 - Mangga (Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Tanjung (Mimusoph elengi) - Sawo kecik

(Manilkara kauki)

- Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) 8 m 4 m 10 m 7 m 1 m 3 batang 1 batang 1 batang 1 batang 2 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu

Jumlah 5 jenis

9 Jln. Drupada 2 No. 1 Indrapras ta II Bantarjat i Bogor

400 2800 - Durian (Durio zibethinus) - Rambutan (Nephelium nappaceum) - Mangga (Mangifera indica) - Jambu air

(Eugenia equea) - Belimbing (Averrhoa carambola) - Alpukat (Persea americana) - Pepaya (Carica

papaya) - Bugenvil

(Bougainvillea sp)

- Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) 8.5 m 7 m 7 m 7 m 7 m 8 m 2 m 60 cm 5 m 2 batang 2 batang 4 batang 1 batang 1 batang 1 batang 2 batang 7 pot 10 batang Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Semak


(37)

24 Lanjutan Tabel 11.

No Alamat Rumah

Luas

Pekara-ngan (m2)

Jarak dari

Su-ngai (m)

Nama Tanaman

Tinggi Tanaman

Jumlah

Tanaman Keterangan

- Rumput paetan (Axonophus compressus) - Opipogon

(Ophiopogon sp.)

- Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Sri rezeki

(Aglaonema sp.)

1 cm

2 cm

35 cm

40 cm

300 m2

50 polybag 5 pot

15 pot

Rumput

Rumput

Herbasius

Herbasius

Jumlah 13 jenis

Pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi paling banyak adalah pekarangan bagian pertama dengan jumlah 16 jenis dengan rata-rata luasan pekarangan paling besar yaitu 303 m2, pekarangan bagian ke-dua memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 12 jenis dan rata-rata-rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan bagian ke-tiga memiliki rata-rata jumlah vegetasi 9 jenis dan rata-rata luasan pekarangan 191 m2. Setiap bagian sample pekarangan didominasi oleh vegetasi pohon, bagian pertama memiliki jumlah jenis vegetasi pohon terbanyak, kemudian diikuti pada bagian ke-dua dan bagian ke-ketiga memiliki jumlah jenis vegetasi pohon terkecil.

4.3 Keragaman Vegetasi Pekarangan

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, didapat kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dominansi relative (DR), Indeks Nilai Penting (INP) suatu vegetasi di setiap pekarangan dan juga secara keseluruhan untuk mengetahui kedudukan ekologis suatu vegetasi dalam komunitas, dan juga untuk menentukan nilai keragaman vegetasi (H’) di setiap pekarangan maupun secara keseluruhan (Tabel 12).

Tabel 12. Hasil Analisis Keragaman Vegetasi Pekarangan No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

1 - Jambu air (Eugenia equea) - Suplir (Adiantum sp.)

0.02 0.03

3.92 5.88

0.33 0.11

4.35 1.45

16.19 0.41

1.68 0.04

9.95 7.33


(38)

25 No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

- Sri rezeki (Aglaonema sp.)

- Asparagus (Asparagus sp.)

- Begonia (Begonia sp.)

0.05 0.05 0.07 9.80 9.80 13.73 0.22 0.11 0.11 2.90 1.45 1.45 0.78 0.03 0.16 0.08 0.00 0.02 12.70 11.25 15.17 - Keladi hias (Caladium

bicolor)

- Maranta (Calathea sp.)

- Fitonia (Fittonia sp.) - Polisota (Polisota

barteri)

- Daun mutiara (Pilea sp.) - Lidahmertua (Sansevieria trifasciata) 0.05 0.07 0.05 0.04 0.04 0.04 9.80 13.73 9.80 7.84 7.84 7.84 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.33 1.45 1.45 1.45 1.45 1.45 4.35 0.32 0.41 0.16 0.23 0.23 0.03 0.03 0.04 0.02 0.02 0.02 0.01 11.25 15.17 11.25 2.25 9.29 12.19

2 - Rambutan (Nephelium lappaceum) - Bambu kuning

(Phyllostachys sulphrurea) - Bunga Kupu-kupu

(Bauhinia purpurea linn)

- Palem merah (Cyrtostachis renda) - Cemara kipas (Thuja

orientalis) - Kelapa

(Cocos nucifera) - Damar

(Agathis dammara) - Pinang hutan (Pianga

kuhlii)

- Sawo manila (Achras zapota)

- Palem putri (Veitchia merlii)

- Plm botol (Mascarena lagenicaulis)

- Nolina (Beaucarnea recurvata)

- Drasena (Dracaena laureiri)

- Kelapa sawit (Elaeis guineensis)

- Iris (Neomarica longifolia) - Mendong (Fimbristylis globulosa) 0.01 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.22 0.01 0.34 2.75 0.39 0.78 0.20 0.59 0.20 0.98 0.20 0.59 0.20 0.59 0.59 0.20 19.61 0.20 0.67 0.22 0.22 0.22 0.22 0.11 0.11 0.11 0.22 0.44 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 8.70 2.90 2.90 2.90 2.90 1.45 1.45 1.45 2.90 5.80 1.45 1.45 1.45 1.45 1.45 1.45 41.45 16.19 31.74 2.59 4.38 10.36 5.83 1.27 7.49 2.59 3.73 10.36 1.66 41.45 0.06 0.32 4.30 1.68 3.29 0.27 0.45 1.07 0.60 0.13 0.78 0.27 0.39 1.07 0.17 4.30 0.01 0.03 13.38 7.32 6.58 3.95 3.55 3.11 2.25 2.56 3.87 6.65 2.03 3.11 2.21 5.94 21.06 1.65 1.32


(39)

26 Lanjutan Tabel 12.

No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

- Euphorbia (Euphorbia milii)

- Pisang hias (Heliconia sp.)

- Rumput paetan (Axonopus compressus) - Daun mangkok

(Nothopanax scutellarium) - Hanjuang (Cordyline

terminalis)

- Palem wregu (Rhapis excelsa) 0.02 0.02 0.56 0.11 0.03 0.07 1.96 1.96 49.02 9.80 2.94 5.88 0.11 0.33 0.67 0.11 0.22 0.22 1.45 4.35 8.70 1.45 2.90 2.90 0.10 0.23 0.03 1.66 0.41 0.65 0.01 0.02 0.01 0.17 0.04 0.07 3.41 6.31 57.72 11.25 5.84 8.78 3 - Jambu air

(Eugenia equea) - Kersen

(Muntingia calabura) - Durian (Durio

zibethinus) - Bunga Kupu-kupu

(Bauhinia purpurea linn)

- Nangka (Artocarpus heterophyllus) - Mangga

(Mangifera indica) - Kembang sepatu

(Hibiscus rosa sinensis)

- Teh-tehan (Acalypha macrophylla) - Kucai (Carex

morrowii)

- Soka (Ixora coccinea) - Cabai kecil (Capsicum

annum)

- Hanjuang (Cardyline terminalis)

- Pisang hias (Heliconia sp.)

- Rumput paetan mini (Axonophus

compressus)

- Spathiphyllum wallisii

0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.03 0.02 0.01 0.05 0.02 0.04 0.22 0.03 1.40 0.70 0.70 1.40 0.70 0.70 0.70 6.99 5.59 1.40 10.49 4.90 8.39 48.95 6.99 0.33 0.11 0.33 0.22 0.11 0.56 0.11 0.11 0.11 0.22 0.11 0.22 0.33 0.56 0.11 4.35 1.45 4.35 2.90 1.45 7.25 1.45 1.45 1.45 2.90 1.45 2.90 4.35 7.25 1.45 10.36 64.77 5.83 10.36 16.19 41.45 7.49 2.59 0.23 2.59 0.10 0.41 0.23 0.03 1.27 1.07 6.71 0.60 1.07 1.68 4.30 0.78 0.27 0.02 0.27 0.01 0.04 0.02 0.01 0.13 2.47 8.86 5.65 2.47 3.83 12.24 2.92 8.44 7.04 4.30 11.94 4.90 8.39 56.20 8.44 1.82

4 - Durian (Durio zibethinus)

- Kamboja (Plumeria rubra)

- Mangga

(Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium nappaceum) 0.01 0.01 0.08 0.01 2.27 4.55 29.55 2.27 0.33 0.11 0.56 0.67 4.35 1.45 7.25 8.70 12.54 5.83 31.74 5.83 1.30 0.60 3.29 0.60 3.57 6.60 32.83 2.88 1.68


(40)

27 Lanjutan Tabel 12.

No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

- Nusa indah (Mussaenda erythrophylla) - Anturium (Anthurium

crystallinum) - Palem hijau

(Ptychosperma macarthurii) - Rumput paetan mini

(Axonophus compressus)

- Palem putri (Veitchia merilii) 0.01 0.04 0.01 0.09 0.01 2.27 15.91 4.55 34.09 4.55 0.11 0.11 0.22 0.56 0.44 1.45 1.45 2.90 7.25 5.80 4.38 1.27 2.59 0.03 2.59 0.45 0.13 0.27 0.00 0.27 3.72 17.36 7.71 34.09 4.55 5 - Palem putri (Veitchia

merilii) - Mangga

(Mangifera indica) - Rambutan (Nephelium

nappaceum) - Jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) - Jeruk purut (Citrus

hytrix)

- Cemara norflok (Araucarua heterophylla) - Jambu biji (Psidium

guajava)

- Pinus (Pinus merkusii) - Keladi (Caladium sp.) - Pandan variegate

(Pandanus pygmaenus) - Lidah mertua

(Sansevieria trifasciata) - Kaktus (eriosyce

imitans)

- Soka (Ixora cacinea) - Palem wregu (Rhapis

excelsa)

- Puring (Codiaeum vairegatum) - Opipogon

(Ophiopogon japanicus) - Palem merah

(Cyrtostachis renda) - Pisang hias (Heliconia

sp.) 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.80 0.04 0.01 0.01 0.02 0.02 0.80 0.02 0.05 0.44 0.44 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.66 0.87 43.67 2.18 0.44 0.66 1.09 1.09 43.67 1.09 2.62 0.44 0.56 0.67 0.11 0.11 0.11 0.11 0.22 0.22 0.11 0.33 0.11 0.22 0.22 0.11 0.22 0.22 0.33 5.80 7.25 8.70 1.45 1.45 1.45 1.45 2.90 2.90 1.45 4.35 1.45 2.90 2.90 1.45 2.90 2.90 4.35 2.59 64.77 16.19 5.83 5.08 3.73 4.38 3.73 0.32 0.93 0.03 0.03 2.59 1.27 1.66 0.03 1.27 0.93 0.27 6.71 1.68 0.60 0.53 0.39 0.45 0.39 0.03 0.10 0.00 0.00 0.27 0.13 0.17 0.00 0.13 0.10 0.71 7.15 1.90 2.27 2.19 2.05 2.12 3.94 3.77 45.12 2.18 1.89 0.66 1.09 2.54 46.57 1.09 2.62 1.31

6 - Palem hijau (Ptychosperma macarthurii)

- Palem putri (Veitchia merlii) 0.01 0.02 2.14 2.86 0.22 0.44 2.90 5.80 3.73 2.59 0.39 0.27 2.53 3.13 1.16


(41)

28 Lanjutan Tabel 12.

No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

- Pinus (Pinus mercusii) - Rumput paetan

(Axonopus compressus) - Bugenvil

(Bouganvillea sp.) - Cemara kipas (Thuja

orientalis)

- Palem raja (Roystonea regia)

- Cemara lilin

(Juniperus chinensis) - Palem ekor tupai

(Wodyetia bifurcate)

0.02 0.40 0.04 0.01 0.01 0.03 0.02 3.57 71.43 7.14 1.43 2.14 5.00 4.29 0.22 0.56 0.33 0.22 0.11 0.11 0.11 2.90 7.25 4.35 2.90 1.45 1.45 1.45 6.63 0.03 0.23 2.59 10.36 0.93 10.36 0.69 0.00 0.02 0.27 1.07 0.10 1.07 3.57 71.43 11.49 1.70 4.67 6.55 6.81 7 - Rambutan (Nephelium

lappaceum) - Jambu air (Eugenia

aquea)

- Sawo manila (Achras zapota)

- Walisongo (Schefflera actinophylla)

- Kayu manis (Cinnamomum burmanii) - Rumput paetan

(Axonopus compressus) - Keladi (Caladium

bicolor) - Bugenvil

(Bouganvillea sp.)

0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.20 0.03 0.01 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 71.43 11.43 2.86 0.67 0.33 0.22 0.11 0.11 0.56 0.22 0.33 8.70 0,45 2.90 1.45 1.45 7.25 2.90 4.35 7.49 12.54 10.36 23.32 10.36 0.01 0.10 2.59 0.78 1.30 1.07 2.42 1.07 0.00 0.01 0.27 3.63 4.16 3.93 6.72 5.38 71.43 11.43 2.86 0.66

8 - Mangga (Mangifera indica)

- Pohon rambutan (Nephelium lappaceum) - Tanjung (Mimusoph

elengi) - Sawo kecik

(Manilkara kauki) - Mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa) 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 37.50 12.50 12.50 12.50 25.00 0.56 0.67 0.11 0.11 0.11 7.25 8.70 1.45 1.45 1.45 64.77 5.83 41.45 23.32 0.65 6.71 0.60 4.29 2.42 0.07 44.21 13.10 18.24 16.36 26.45 1.49

9 - Durian (Durio zibethinus)

- Rambutan (Nephelium nappaceum)

- Mangga (Mangifera indica)

- Jambu air (Eugenia equea)

- Belimbing (Averrhoa carambola) 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 17.45 17.45 17.45 17.45 17.45 0.33 0.67 0.56 0.33 0.11 4.35 8.70 7.25 4.35 1.45 6.63 31.74 52.46 16.19 28.21 0.69 3.29 5.44 1.68 2.92 22.49 29.44 30.14 23.48 21.83 0.99


(42)

29 Lanjutan Tabel 12.

No.

Pek Nama Vegetasi K KR F FR D DR INP H

- Sri rezeki (Aglaonema sp.)

- Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) - Rumput paetan

(Axonophus compressus) - Bugenvil

(Bougainvillea sp) - Alpukat (Persea

americana) - Pepaya (Carica

papaya) - Bambu kuning

(Phyllostachys sulphrurea) - Opipogon

(Ophiopogon sp.)

0.01 0.00 0.33 0.01 0.08 0.08 0.01 0.08 2.73 0.91 72.73 1.27 17.45 17.45 1.82 18.18 0.22 0.33 0.67 0.33 0.11 0.11 0.22 0.22 2.90 4.35 8.70 4.35 1.45 1.45 2.90 2.90 1.66 0.03 0.01 0.65 31.74 3.73 2.59 0.01 0.17 0.00 0.00 0.07 3.29 0.39 0.27 0.00 5.63 5.26 81.42 5.62 22.19 19.29 4.99 21.08

Dari Tabel 12, sampel pekarangan yang memiliki rata-rata jumlah vegetasi paling banyak dari seluruh bagian sampel adalah pekarangan pada bagian pertama dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.83 yang berlokasi dekat dari sungai dengan rata-rata luasan pekarangan 303 m2, kemudian diikuti pekarangan pada bagian ke-dua dengan rata-rata nilai indeks keragaman 1.38 yang berlokasi agak jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 198 m2, pekarangan pada bagian ke-tiga memiliki nilai indeks keragaman terkecil 1.05 yang berlokasi jauh dari sungai dan memiliki rata-rata luasan pekarangan 191 m2. Nilai rata-rata indeks keragaman yang dimiliki oleh ketiga bagian sample pekarangan di atas masih tergolong memiliki keragaman vegetasi sedang. Berdasarkan pengamatan, rendahnya keragaman vegetasi pada pekarangan disebabkan oleh kepedulian pemilik terhadap fungsi pekarangan secara ekologi dan estetik masih kurang, serta pengelolaan terhadap pekarangan.

4.4 Jenis Burung di Pekarangan

Keanekaragaman vegetasi yang ada di setiap pekarangan mampu mengundang beberapa jenis burung yang berbeda-beda, hampir ditemukan jenis burung yang sama di setiap pekarangan, berikut adalah daftar jenis burung yang didapat setelah melakukan pengamatan selama 4 hari di masing-masing pekarangan pada waktu pagi, siang, dan sore hari di setiap bagiannya, bagian


(43)

30 pertama (yang dekat dari sungai), bagian kedua (agak jauh dari sungai), dan bagian ketiga (jauh dari sungai) (Tabel 13).

Tabel 13. Daftar Jenis Burung dan Aktivitasnya di Pekarangan

No Alamat

Rumah

Hari ke

Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas 1. Jl. Sempur

Kaler No. 11 Bogor

1 Pagi

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Bermain di pohon jambu air - Bermain di

pohon jambu air - Bertengger di

pucuk pohon jambu - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

Siang

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di

pohon jambu air

Sore

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Bermain di pohon jambu air dan di rumput - Bermain di

pucuk pohon jambu air - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

2 Pagi

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Burung madu sriganti

(Nectarinia jugularis) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Bermain di pucuk pohon jambu air - Makan di pohon

jambu air - Makan di pohon

jambu air - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan Siang

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Burung gereja erasia

(Passer montanus)

- Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di

pohon jambu air

Sore

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Burung gereja erasia

(Passer montanus)

- Bermain di pohon jambu air - Makan di pohon

jambu air - Bermain di

pohon jambu air

3 Pagi

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier)

- Makan di pohon jambu air - Makan di pohon

jambu air - Bertengger di


(44)

31 No Alamat Rumah Hari ke Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Burung layang-layang

rumah

- (Delichon dasypus)

- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan

Siang

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Burung gereja erasia

(Passer montanus)

- Berteduh di pohon jambu air - Berteduh di

pohon jambu air

Sore

- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung gereja erasia

(Passer montanus)

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Bermain di pucuk pohon jambu air - Bermain di

pohon jambu air dan dipagar rumah

- Makan di pohon jambu air

4 Pagi

- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Burung gereja erasia

(Passer montanus) - Burung madu sriganti

(Nectarinia jugularis) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di

pohon jambu air - Makan di pohon

jambu air - Makan di pohon

jambu air - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

Siang

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Berteduh di pohon jambu air dan bermain dipagar rumah - Berteduh di

pohon jambu air

Sore

- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Bertengger di pucuk pohon jambu air - Bermain di

pohon jambu air - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

Jumlah Jenis 6 jenis

2 Jln.

Papandayan No. 1 Bogor

1 Pagi

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus) - Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster) - Burung gereja erasia

(Passer montanus)

- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon

pinang hutan - Bermain di

pohon bamboo kuning dan di pohon sawo Lanjutan Tabel 13.


(45)

32

No Alamat

Rumah

Hari ke

Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Cinenen jawa

(Orthotomus sepium) - Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) - Bondol haji (Lonchura

maja)

- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Cinenen kelabu

(Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus)

- Makan di pohon bunga kupu-kupu - Makan di

tanaman heliconia - Bertengger di

pucuk pohon palem hijau - Bertengger di

pohon aren - Makan di pohon

bunga kupu-kupu - Bermain di

pohon sawo - Makan di pohon

bunga kupu-kupu

Siang

- Cinenen jawa (Orthotomus sepium) - Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Bermain di pohon bunga kupu-kupu - Bertengger di

pucuk pohon kelapa dan pohon rambutan - Bermain di

pohon rambutan - Bermain di

pohon bunga kupu-kupu dan pohon rambutan

Sore

- Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus) - Cinenen kelabu

(Orthotomus ruficeps)

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Bondol haji (Lonchura maja)

- Makan dan bertengger di pohon pinang hutan

- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon sawo manila - Bermain di

pohon rambutan dan di pohon bambu kuning - Bertengger di

pohon palem putri dan di pohon pinang hutan. Lanjutan Tabel 13.


(46)

33

No Alamat

Rumah

Hari ke

Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus)

- Makan dan bermain di pohon bunga kupu-kupu

2 Pagi

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus) - Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Cinenen jawa (Orthotomus sepium)

- Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)

- Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus)

- Terbang bolak balik di sekitar pekarangan - Makan di pohon

pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Makan di pohon

bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Bermain di

pohon damar dan pohon sawo manila

- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan tanaman heliconia - Bertengger di

pohon palem raja

- Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan pohon damar - Makan di pohon

bunga kupu-kupu

Siang

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Cinenen kelabu

(Orthotomus ruficeps)

- Cinenen jawa (Orthotomus sepium)

- Bersarang di atap rumah - Berteduh di

pohon kelapa dan pohon sawo manila

- Berteduh di pohon sawo manila

Sore

- Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus)

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon damar - Bermain di

pohon rambutan dan di pohon bunga kupu-kupu Lanjutan Tabel 13.


(47)

34 No Alamat Rumah Hari ke Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus)

- Bermain di pohon damar dan di pohon bunga kupu-kupu

- Bertengger dan bermain di pucuk pohon rambutan - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

3 Pagi

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Cipoh kacat (Aegithina

tiphia)

- Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus)

- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan dan

bermain di pohon pinang hutan

- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon

bunga kupu-kupu

- Makan ulat di pohon rambutan - Makan di pohon

pinang hutan dan bertengger di pohon kelapa - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan

Siang

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Berteduh di pohon sawo manila - Bermain di

pohon cemara kipas

- Bermain di pohon damar dan bunga kupu-kupu

Sore

- Burung gereja erasia (Passer montanus) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus) (*)

- Bersarang di atap rumah - Terbang bolak

balik di sekitar pekarangan Lanjutan Tabel 13.


(48)

35 No Alamat Rumah Hari ke Waktu

Keberadaan Nama Jenis Burung Aktivitas

4 Pagi

- Burung gereja erasia (Passer montanus)

- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Cipoh kacat (Aegithina

tiphia)

- Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster) - Burung layang-layang

rumah

(Delichon dasypus)

- Makan di pohon bunga kupu-kupu dan bermain di pohon rambutan - Makan di pohon

pinang hutan dan bermain di pohon kelapa - Makan di pohon

bunga kupu-kupu

- Makan di pohon bunga kupu-kupu

- Makan ulat di pohon rambutan - Makan dan

bertengger di pohon pinang hutan

- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan

Siang

- Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

- Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)

- Bertengger di pucuk pohon rambutan dan di pohon kelapa - Bermain di

pohon sawo dan di pohon damar

Sore

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum)

- Burung layang-layang rumah

(Delichon dasypus) *

- Bermain di pohon bunga kupu-kupu dan di pohon rambutan - Terbang

bolak-balik di sekitar pekarangan

Jumlah Jenis 11 Jenis

3 Jln. Cikuray No. 20 Bogor

1 Pagi

- Cabai jawa

(Dicaeum trochileum) - Burung madu sriganti

(Nectarinia jugularis) - Cinenen kelabu

(Orthotomus ruficeps) - Kacamata biasa

(Zosterops palpebrosus) - Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier) - Burung layang-layang

rumah (Delichon dasypus)

- Makan di pohon seri

- Makan di tanaman heliconia - Makan di pohon

kersen

- Makan di pohon jambu air - Makan di pohon

seri

- Terbang bolak-balik di sekitar pekarangan Lanjutan Tabel 13.


(1)

87 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung di pekarangan berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan, sebagai berikut:

1. Pekarangan yang berada di sekitarnya terdapat banyak jalur hijau (jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan), mampu mengundang lebih banyak burung dibandingkan pekarangan yang terdapat sedikit jalur hijau di sekitarnya.

2. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan rata-rata jumlah jenis tanaman yang banyak, menghasilkan rata-rata jumlah jenis burung yang banyak.

3. Pekarangan yang memiliki rata-rata luasan yang besar dan nilai rata-rata indeks keragaman yang tinggi, menghasilkan nilai rata-rata indeks keragaman burung yang tinggi.

4. Ada 4 jenis tanaman, yaitu kersen (Muntingia calabura L), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), jambu air (Eugenia equea), mangga (Mangivera indica) yang diketahui mampu mengundang 11 jenis burung (Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Orthotomus sepium, Orthotomus ruficeps, Orthotomus sutorius, Orthotomus cuculatus, Dicaeum trochileum, Dicaeum concolor, Passer montanus, Nectarinia jugularis, Zosterops palpebrosus) dari 15 jenis burung yang diketahui selama pengamatan yang terletak di pekarangan contoh.

6.2 Saran

Hasil penelitian ini dapat memberikan saran, yaitu bahwa untuk menghadirkan burung ke dalam pekarangan maka diperlukan pemilihan jenis tanaman yang tepat, berbentuk pohon, menghasilkan buah/bunga sebagai pakan, dapat menjadi tempat bermain, atau tempat kawin, atau tempat bersarang.


(2)

JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT

SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR

ENJOYMENT AKBAR SIREGAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(3)

17 DAFTAR PUSTAKA

Amama F P. 2009. Menentukan Prioritas Konservasi. Majalah Burung Indonesia.

(III): 34-36.

[Anonim]. 2011. Pengertian Habitat. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2147794-pengertian-habitat/#ixzz1lZTMZJbN.

[27 November 2011].

[Anonim]. 2011. Pengertian Habitat. http://id.shvoong.com/exactsciences /biology/2177936-pengertian-habitat/#ixzz1lZwt2knc. [27 November 2011].

Arifin, H.S. 1998. Study on the vegetation structure of pekarangan and it’s

changes in West Java [Disertation]. Okayama: The Graduate School of Natural Science and Technology (Doctor Course), Okayama University. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Revitalisasi

Praktik Agroforestri di Pedesaan: Buku Seri I. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Pedesaaan: Buku Seri II. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S. Arifin dan Kaswanto. 2009. Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan: Buku Seri III. Biro Perencanaan Sekjen Deptan bekerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB. Bahan penyuluhan.

[Deptan]. Departemen Pertanian. 2002. Pedoman umum pemanfaatan pekarangan. http://www.smeeda.com. [08 Maret 2008].

Dunnet, Nigel, Clayden A. 2007. Rain Gardens: Managing Water Sustainably in the Garden and Designed Landscape. London: Timber Press.


(4)

18 Bashari H. 2008. Biarkan Merah Putih Berkibar di Tanimbar. Majalah Burung

Indonesia. (III): 13-15.

Galluzzi G, Eyzaguirre P, Valeria N. 2010. Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity. Biodiversity Conservation. Springer. 19:3635-3654

Hidayanto Y. 2009. Perubahan Iklim Hutan Alam Tropika Untuk Kemaslahatan Global. Majalah Burung Indonesia. (III): 22-23.

Kanara N. 2012. Struktur, Fungsi Dan Dinamika Keanekaragaman Hayati Pertanian Pada Pekarangan Di Hulu Das Kalibekasi, Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lusli S. 2007. Alam Asri, Burung Berseri. Majalah Burung Indonesia. No.5: 2. Mackinnon J, Balen VB, Phillipps K. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa,

Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam). Bogor: Burung Indonesia.

Octavia MH, Arifin HS, Munandar A, Takeuchi K. 2000. Ekologi Lanskap Pekarangan Khas Perdesaan di DAS Cianjur Jawa Barat. Studi Ekologi Lanskap pada Pengelolaan Sumberdaya Hayati yang berkelanjutan di Perdesaan Indonesia. Hal 4-6.

Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rosyadi I. 2009. Mencoba Metode Daftar MacKinnon. Majalah burung Indonesia.

(III): 37-39.

Soemarwoto, O. and G.R. Conway. 1992. The Javanese homegarden. Journal for Farming Systems Research-Extension. CIESIN. 2(3):95-118

Widuri TR. 2008. Pilih-Pilih Pakan Burung. Majalah Burung Indonesia. (III): 44-46.


(5)

RINGKASAN

ENJOYMENT AKBAR SIREGAR. Jasa Lanskap Pekarangan bagi Habitat Satwa Burung di Kota Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan akibat penggunaan lahan menjadi permukiman mengakibatkan menurunnya biodiversitas satwa burung di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di perkotaan. Kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin meningkat mendorong pemanfaatan lahan untuk digunakan sebagai permukiman dan terkadang kurang memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Pada kawasan permukiman secara umum dijumpai rumah yang memiliki pekarangan sempit. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di perkotaan adalah memanfaatkan pekarangan sebagai RTH yang dapat menghadirkan satwa burung.

Pekarangan bisa dijadikan sebagai salah satu habitat satwa burung, dengan menjaga keberadaan dan keanekaragaman vegetasi, serta menanam vegetasi yang disukai oleh burung di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jenis tanaman dengan jenis burung berdasarkan struktur vegetasi di pekarangan. Penelitian ini dilakukan di perumahan yang dibangun pada tahun 1960-1980 yang berada di sekitar Sempur Kaler sampai ke Papandayan, tahun 1981-2000 yang berada di perumahanVilla Indah Padjajaran, dan tahun >2000 yang berada di sekitar Indraprasta, kota Bogor dengan asumsi bahwa rumah yang dibangun sebelum tahun 2000 memiliki luasan pekarangan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelah tahun 2000 dan terdapat jalur hijau jalan di sekitar rumah.

Burung memanfaatkan pohon, semak, perdu, dan rumput sebagai tempat makan, bermain, beristirahat, bertengger, dan kawin. Aktivitas yang dilakukan burung di pekarangan pada pagi hari adalah makan dan bermain, pada siang hari burung-burung bertengger dan beristirahat, dan pada sore hari burung-burung makan kembali untuk persediaan ketika istirahat di malam hari.

Untuk menghadirkan burung di pekarangan salah satunya dengan cara menanami pekarangan dengan tanaman-tanaman yang disukai burung dan meningkatkan nilai keragaman tanaman di pekarangan dengan cara menambah


(6)

jenis dan individu tanaman tersebut. Tanaman yang mampu banyak mengundang burung atau yang disukai burung sebagai tempat makan secara umum merupakan tanaman penghasil buah dan bunga.

Pada umumnya tanaman yang banyak mengundang burung adalah tanaman yang menghasilkan makanan untuk burung tersebut, yaitu kersen (Muntingia calabura L) “buah kersen”, jambu air (Eugenia equea) “nektar dari

bunga jambu”, bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) “nektar dan serangga yang

ada di bunga”, rambutan (Nephelium lappaceum) “ulat pada ranting dan daun”, pinang hutan (Pinanga kuhlii) “buahnya yang berwarna merah”, dan pisang hias (Nephelium lappaceum) “nektar bunga dan bakal bunga”. Sedangkan tanaman lainnya berfungsi sebagai tempat bermain, berteduh, dan bertengger burung.

Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal

(EFE-External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold dan maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung. Strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung, penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung, menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung, menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai

border dan habitat satwa burung, menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman.

Kata kunci: keanekaragaman hayati, ruang terbuka hijau, jalur hijau, tepi sungai, satwa liar kota