18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Kemiskinan
Secara harfiah kata “miskin“ dapat diartikan sebagai “serba kekurangan”, sementara “kemiskinan” dipandang sebagai sebuah kondisi keadaan serba
kekurangan baik dalam bentuk fisik maupun materi. Dalam arti sempit, kemiskinan dapat dipahami sebagai sebuah keadaan serba kekurangan untuk
menjamin keberlangsungan hidup. Dalam arti yang lebih luas, menurut Chambers dalam Nita Anggraini, 2012 kemiskinan adalah suatu konsep yang terintegrasi
dengan lima dimensi yaitu: 1 kemiskinan, 2 ketidakberdayaan, 3 kerentanan menghadapi situasi darurat, 4 ketergantungan, dan 5 keterasingan baik secara
geografis maupun sosiologis. Definisi dan kriteria kemiskinan sangat beragam dan untuk melihatnya
bergantung pada sudut pandang seseorang. Begitu pentingnya mengentaskan kemiskinan, membuat berbagai institusi baik dari dalam maupun luar negeri
berlomba-lomba mengartikan definisi kemiskinan. Oleh karenanya untuk lebih memahami, berikut beberapa contoh definisi yang terkumpul dari sejumlah
literatur yang ada. Definisi kemiskinan menurut Mubyarto 2004, digambarkan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau minimum yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.Menurut pendapat Edi
Suharto 2009, pengertian kemiskinan hakikatnya menunjuk pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh seseorang, baik akibat
ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup maupun akibat ketidakmampuan negara atau masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial kepada warganya.
Sumber lain yakni World Bank, mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan dari segi kesejahteraan yang diperlukan untuk bertahan hidup dengan
bermartabat. Definisi kemiskinan yang berasal dari Bappenas 2004 melihat kemiskinan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-
laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Berdasar dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan identik dengan permasalahan kesejahteraan dan standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar hidup pada umumnya. Pada dasarnya
meskipun definisi kemiskinan bermacam-macam, namun secara garis besar kemiskinan selalu berkaitan dengan masalah kesejahteraan dan tidak tercukupinya
kebutuhan terhadap hak- hak dasar untuk bertahan hidup. Hak – hak dasar itu
antara lain a terpenuhinya kebutuhan pangan, b kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan
hidup, c rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, d hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial - politik BPS, 2009.
Permasalahan kemiskinan kini telah mengalami perluasan tidak hanya dalam hal definisi namun juga kriteria dan indikatornya. Cakupan penggambaran
kemiskinanpun tidak lagi hanya dari dimensi ekonomi, namun telah meluas ke berbagai dimensi lain. Oleh karenanya kemiskinan seringkali dikatakan sebagai
permasalahan yang memiliki ciri-ciri sifat multidimensional. Menurut Pantjar Simatupang dalam Ravi, 2010, sifat kemiskinan yang
multidimensi disebabkan karena kebutuhan manusia itu beragam, maka kemiskinanpun memiliki beragam aspek. Aspek tersebut bisa meliputi aspek
primer berupa miskin asset, organisasi sosial politik, pengetahuan dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial,
sumber-sumber keuangan dan informasi. Jika demikian maka dimensi kemiskinan tidak hanya satu, melainkan multidimensi. Artinya dimensi-dimensi tersebut
saling berkaitan satu sama lain baik secara langsung maupun tidak langsung, dan jika terjadi kemajuan atau kemunduran maka akan mempengaruhi perkembangan
aspek atau dimensi lainnya.
2.1.2 Ciri Kemiskinan