PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

BAB IV PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

4.1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan suatu usaha dan/atau kegiatan.

Gambar-16. Setiap Pembangunan Harus Memiliki Amdal

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan kegiatan pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa merusak lingkungan hidup. Kegiatan AMDAL ini dibuat saat mulai perencanaan proyek, yakni sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran irigasi dan sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Pengaruh terhadap lingkungan hidup yang dimaksudkan di sini adalah pengaruh dari aspek fisik, kimia, ekologi, sosial ekonomi, social budaya dan kesehatan masyarakat. Kegiatan AMDAL ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Secara umum, kegunaan AMDAL sebagai berikut :

1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/ atau kegiatan.

3. Memberi masukan untuk penyusun desain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan

Kegiatan AMDAL merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam mengembangkan usaha yang berdampak luas pada masyarakat. Dengan demikian AMDAL bagi pemerintah daerah dimanfaatkan untuk bahan perencanaan pembangunan wilayah. Lewat kegiatan AMDAL maka pemerintah daerah memiliki bahan yang cukup dalam membantu masyarakat dalam rangka memutuskan rencana usaha dan menjamin keberlanjutan usaha yang akan dikembangkan. Kegiatan AMDAL melibatkan 4 dokumen, yakni :

a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup ( KA-ANDAL)

b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL)

Keempat dokumen inilah yang nantinya akan dinilai layak atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Tujuan akhir dari kegiatan AMDAL ini adalah memberikan alternatif solusi dalam mengurangi dampak negatif dari lingkungan. Dengan demikian lewat kegiatan AMDAL pemerintah daerah dan pusat memiliki cukup sumber informasi dalam mengambil keputusan boleh tidaknya dikembangkan usaha atau proyek di tempat itu.

Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan di atas dibuat sebelum kegiatan proyek dimulai, sehingga tekanannya pada aspek perencanaan. Butir-butir perencanaan memuat aspek yang sifatnya preventif, yakni analisis mengenai dampak lingkungan dari segi konsep. Sebagai gambaran misalnya apabila dalam suatu lokasi akan didirikan suatu industri yang menggunakan mesin-mesin besar sehingga dimungkinkan menghasilkan polusi kebisingan bunyi. Dari segi perencanaan perlu dilakukan analisis, meliputi pemakaian teknologi yang dapat mengurangi gejala polusi kebisingan yang mengganggu dan membahayakan masyarakat di sekitar lokasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list ). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :

a. Identitas pemrakarsa

b. Rencana Usaha dan/atau kegiatan

c. Dampak Lingkungan yang akan terjadi

d. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

e. Tanda tangan dan cap

Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006.

Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.

DAFTAR KEGIATAN WAJIB AMDAL

Bidang Pertambangan dan Energi

1. Luas wilayah pertambangan umum tahap exploitasi Produksi

2. Batubara

3. Bijih Primer

4. Bijih Sekunder

5. Bahan galian bukan logam atau bahan galian golongan C Bahan galian

6. radioakif, termasuk pengolahan, penam- bangan dan pemurnian

7. Transmisi

8. PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU

9. PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM den jenis aliran langsung

10. PLTP

11. Pusat Listrik dari jenis lain

12. Eksploitasi Minyak/Gas Bumi

13. Pengolahan (Kilang)

14. Transmisi Minyak/Gas Bumi >= 200 ha dan atau >= 200.000 ton/tahun >= 60.000 ton/tahun >= 100.000 ton/tahun >= 300.000 m3/tahun > 150 KV

>= 100 MW >= 55 MW >= 5 MW >= 25 km

Bidang Kesehatan

1. Rumah sakit kelas A

2. Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit

3. Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh

4. lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh

5. >= 400 kamar

Bidang Pekerjaan Umum

1. Pembangunan Bendung atau Waduk

2. Pengembangan Daerah lrigasi

3. Pengembangan Daerah Rawa Pasang Surut/Lebak Pengamanan pantai, dikota besar

4. Perbaikan sungai. dikota besar

5. Kanalisasi/Kanal Banjir dikota besar

6. Kanalisasi selain no.6 (pantai, rawa, atau lainnya) Pernbangunaan jalan tol dan jalan layang

7. Pembangunan jalan raya

8. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik jalan kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor

9. Pengolahan sampah dengan incinerator

10. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill

11. Pembuangan sampah dengan sistem open dumping Pembuangan sistem drainase dengan saluran di saluran primer kota metropolitan den besar

12. Air Limbah:

13. Pembangunan IPAL untuk pemukimanPembangunan sistem sewerage

14. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya

15. Pembangunan perumahan den pemukiman umum Peremajaan kota

16. Gedung bertingkat/apartemen tinggi >= 15 m atau luas genangan >= 100 ha luas yang di airi

a. >= 2.000 ha

b. luas >= 5.000 ha

c. >= 500.000 penduduk

d. >= 500.000 penduduk

e. panjang >= 5 km atau lebar >= 20 M

f. panjang >= 25 km atau lebar >= 50 M

g. panjang > 25 km

h. panjang > 5 km atau luas >= 5 ha

i. >= 800 ton/ha j. >= 800 ton/ha k. >= 80 ton/ha l. panjang >= 5 km m. luas >= 50 ha n. pelayanan >= 2.500 ha o. debit >= 60 m p. luas >= 200 ha q. luas >= 5 ha r. tinggi >= 60 m

Bidang Pertanian

1. Usaha tambak udang/ikan

2. Pencetakan sawah, pada kawasan hutan

3. Usaha perkebunan tanaman tahunan

4. Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha

5. luas >= 1.000 ha

6. luas >= 1 0.000 ha

7. luas >= 5.000 ha

Bidang PARPOSTEL

1. Hotel

2. Padang Golf

3. Taman Rekreasi

4. Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha >= 100 ha

Bidang Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan

1. Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi

2. Jenis Transmigrasi Umum

3. Usaha pokok Tanarnan pangan den atau perkebunan

4. Lingkup studi : SKP

Bidang Perindustrian

1. Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)

2. Industri Pulp den Kertas

3. Industri Pupuk Kimia (Sintetis)

4. Industri Petrokimia

5. Industri peleburan baja

6. Industri peleburan timah hitam (Pb)

7. Industri peleburan tembaga (Cu)

8. Industri pembuatan alumina

9. Industri peleburan baja paduan

10. Industri alumunium ingot

11. Industri peleburan pellet & sponge 12.industd pig iron 13.industd fero alloy Kawasan lndustri

12. Industd galangan kapal produksi

13. Industri Pesawat Terbang

14. Industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya, antara lain industri perekat

15. Industri senjata, munisi dan bahan peledak

16. Industri penghasil pestisida primer

17. Industri Batterai >= 3.000 DWT luas >= 3.000 ha

Bidang Perhubungan

1. Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya

2. Pembangunan Sub Way

3. Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya

4. Pelabuhan khusus

5. Reklamasi Pantai luas

6. Pengerukan Laut

7. Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan

8. Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km >= 25 ha volume >= 1 00.000 m3

Bidang Perdagangan

1. Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha atau luas bangunan >= 10.000 m2

Bidang Pertahanan Dan Keamanan

1. Pembangunan Gudang Munisi

2. Gudang Pusat Munisi dan Gudang Munisi Daerah Pembangunan Pangkalan

3. Angkatan Laut

4. Pembangunan Pangkalan Angkatan Udara

5. Pusat Latihan Tempur/Lapangan tembak senjata

a. kelas A. B, C

b. kelas A, B, C atau yang setara

c. luas >= 10.000 ha

Bidang Pengembangan Tenaga Nuklir

1. Pembangunan dan pengoperasian Reaktor Nuklir Reaktor Daya

2. Reaktor Penelitian Pembangunan dan Pengoperasian instalasi Nuklir Non

3. Reaktor :

4. Fabrikasi bahan bakar Nuklir

5. Pengelolaan Limbah Radioaktif

6. Radiator aktivitas sumber

7. Produksi Radioisotop untuk semua instalasi >= 1 00 KWt

a. produksi >= 50 elemen bakar/tahun

b. semua instansi

c. >= 1.850 TBq (5.000 Ci)

Bidang Kehutanan

1. Pembangunan taman safari

2. Pembangunan kebun binatang

3. Hak pengusaha hutan (HPH)

4. Hak pengusahaan hutan sagu

5. Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI Pengusahaan pariwisata alam di

6. dalam : taman wisata alam, taman buru, taman laut, taman nasional, dan

7. taman hutan raya >= 250 ha >= 100 ha

Bidang Pengendalian Bahan Berbahaya & Beracun Pembangunan Fasilitas Pengolah Limbah B-3

Bidang Kegiatan Terpadu/Multisektor Usaha atau Kegiatan yang terdiri dari lebih dari satu kegiatan wajib AMDAL yang saling terkait dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab serta berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem.

4.2. Pekerjaan Persiapan, Pelaksanaan dan Komisioning

 Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi:

1. Persiapan lokasi pekerjaan

2. Mobilisasi ManPower, Alat Kerja Utama dan Alat Pendukung

3. Pekerjaan Sipil/Pondasi  Pelaksanaan Pelaksanaan pekerjaan atau pemasangan (erection) PLTG tergantung dari bagaimana unit turbin dan generator ditransport. Kedua unit tersebut dapat ditransport dari pabrik dalam keadaan terkopel (satu set), namun dapat juga terpisah.

Pada saat pemasangan, yang paling membutuhkan perhatian adalah levelling atau in-lining . Untuk kebutuhan tersebut pondasi harus benar-benar dipersiapkan sesuai ukuran atau template anchor yang diberikan pabrik. Ketelitian pemasangan biasanya ditentukan dengan presisi yang sangat tinggi (toleransinya dalam skala/orde mikron).

Apabila ditransport satu set atau turbin dan generator terkopel, maka pekerjaan levelling dilakukan serentak. Bagian yang terkopel perlu diperhatikan ekstra agar dapat in-line . Namun apabila ditransport terpisah maka setelah didudukkan pada pondasinya masing-masing, turbin dan generator lalu dikopel. Diperlukan teknik tertentu agar hasil penyambungan/kopel benar-benar in-line.

 Komisioning Setelah terpasang selanjutnya dilakukan komisioning. Komisioning unit PLTG merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan pemeriksaan dan pengujian atas beberapa subsistemnya, yaitu:

Komisioning Turbin Gas Komisioning Generator dan Eksitasi Komisioning Bay Trafo Generator Komisioning Unjuk Kerja Komisioning Instalasi Listrik Bangunan lainnya

Secara umum pelaksanaan komisioning unit pembangkit terbagi dalam beberapa tahap kegiatan sbb :

Pemeriksaan pendahuluan Uji individual Uji sub sistim, meliputi: Uji sequential interlock Uji proteksi Uji kontrol elektrik/pneumatik Uji jalan sistim Uji sistim, meliputi: Uji alat-alat pengaman/Uji jalan tanpa beban Uji lalan berbeban (loading test) Uji lepas beban (load rejection test) Pemeriksaan (inspection) Uji keandalan (reability test) Uji unjuk kerja (performance test)

Dalam menilai /mengevaluasi hasil pengujian dalam komisioning, tidak dapat ditentukan hanya sepihak saja, mengingat banyak variable-variable. Dengan demikian maka harus ditempuh beberapa kesepakatan antara lain :

Semua pihak harus sepakat mengenai cara penyelesaian yang akan ditempuh bila terjadi perbedaan pendapat mengenai ketelitian pengamat, kondisi dan metode pengoperasian serta hasil akhir setiap pengujian.

Semua pihak harus sepakat mengenai rumus yang akan digunakan untuk menghitung faktor kesalahan untuk mengevaluasi data serta kemungkinan kesalahan maksimal yang dapat ditoleransi tanpa harus mengulangi pengujian.

Kesepakatan ini sedapat mungkin mencakup jumlah desimal yang digunakan dalam perhitungan serta kriteria pembulatan desimal.

Semua pihak harus sepakat mengenai hal-hal yang dapat membatalkan pengujian. Dalam hal kegiatan pemeriksaan, perlu dicapai kesepakatan mengenai sejauh

mana hasil pemeriksaan bersama dapat mengijinkan kontraktqr untuk dapat melaksanakan pekerjaan tahap berikutnya.

Semua pihak harus sepakat mengenai besaran-besaran ataupun batasan-batasan yang digunakan untuk menentukan bahwa peralatan berhasil baik dalam pengujian akan komisioning.

Semua pihak harus sepakat mengenai standard yarig digunakan yang berkaitan dengan komisioning, atau mengacu pada buku petunjuk pabrik (instruction manual )

Dokumen yang harus disiapkan oleh kontraktor dan pemasok/pabrik peralatan dalam rangka komisioning adalah:

Dokumen kontrak, terutama yang menyangkut spesifikasi teknik dan garansi Daftar material/peralatan (material lists), diskripsi dan sertifikat uji untuk bagian

atau komponen utama. Gambar teknik pemasangan dan data instalasi Diagram logik, diagram garis tunggal, diagram skematis Kurva unjuk kerja dan kurva koreksi Instruksi atau buku petunjuk pengoperasian, inspeksi dan pemeliharaan Instuksi perakitan atau pembongkaran dari peralatan atau bagian peralatan Instruksi tentang keselamatan (safety instruction) Daftar suku cadang asli, sebagaimana disebutkan dalam kontrak Buku-buku standar yang berkaitan dengan instalasi/peralatan yang diuji. Buku petunjuk pabrikan, tabel ataupun kurva-kurva untuk koreksi perhitungan. Jadwal komisioning Prosedur pengujian Laporan pengujian pabrik Hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang dilakukan oleh kontraktor

dan pabrikan yang dituangkan dalam blangko atau formulir yang sesuai beserta evaluasinya.

Data-data lain yang diperlukan untuk pengoperasian dan pemeliharaan unit seperti: data dan karakteristik peralatan; diskripsi tentang berbagai sistem bahan bakar; sistim pendinginan; sistem pelumasan; nilai-nilai batas suhu; nilai batas tekanan.

Dokumen-dokumen tersebut harus tersedia sebelum/selama komisioning dilaksanakan.

Komisioning Turbin Gas

Merupakan rangkaian kegiatan yang terus menerus, dimulai sejak saat pemasangan selesai (Construction essentially complete) sampai saat "Serah terima" (taking over) dengan tujuan membawa sistem dari kondisi non aktif ke kondisi aktif dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan, pembersihan, uji individu, uji subsistem dan uji sistem untuk pembuktian terhadap persyaratan kontrak ataupun keamanan dan keandalan operasi.

Hasil pengujian dapat dinyatakan dalam contoh tabel berikut ini:

No Mata Uji

Prosedur Uji

Kriteria Hasil Uji

1 Pengukuran Output

Berdasarkan Output daya turbin

Berdasarkan

kontrak No. _ Output daya listrik bersih

kontrak No. __

dan Standar Output daya mekanis bersih serta referensi

dan Standar

serta referensi

2 Pengukuran input panas

yg disepakati.

yg disepakati.

Pengukuran nilai panas

terendah bahan bakar Pengukuran konsumsi BB Pengukuran kerapatan Pengukuran temperatur BB

3 Pengukuran temperatur Masukan kompresor Keluaran turbin

4 Pengukuran tekanan Tekanan statis Tekanan masukan Tekanan kekuaran Tekanan barometer

5 Pengukuran kelembaban

6 Pengukuran/perhitungan Efisiensi thermal

Komisioning Generator dan Eksitasi

Generator dan eksitasi adalah bagian dari sistem kelistrikan yang sangat vital dari suatu sistem pembangkitan tenaga listrik. Alat inilah yang mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik. Keadaan beroperasi suatu generator ditentukan mulai dari perencanaan yang baik, termasuk pemilihan spesifikasi desain, pomasangan, pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan. Pengujian adalah suatu tahap proses dari rangkaian tahap proses, mulai dari pembangunan sampai dengan serah terima suatu instalasi.

Hasil pengujian dapat dinyatakan dalam contoh tabel berikut ini:

No Mata Uji

Prosedur Uji

Kriteria Hasil Uji

1 Uji Sinkronisasi

Berdasarkan Rangkaian pengawatan PT kontrak No. __

Berdasarkan

kontrak No. Generator dan PT Bus

dan Standar Pemeriksanaan putaran

dan Standar

serta referensi

serta

Pemeriksaan arus surja

yg disepakati.

referensi yg

2 Load test disepakati. Load limit test

Change over test Shut down test

3 Uji lepas beban

4 Uji keandalan unit

Komisioning Bay Trafo Generator

Bay trafo generator bagian dari sistem pembangkit tenaga listrik yang berfungsi menaikkan tegangan generator sebelum daya listrik ditransmisikan. Dengan demikian perlu juga dilakukan pengujian.

Komisioning Unjuk Kerja

Setelah seluruh pengujian individu, subsistem maupun sistem dilakukan, maka pengujian yang terakhir yaitu pengujian unjuk kerja. Dalam pengujian yang lalu belum melakukan pengujian yang berkaitan dengan performance. Hal ini belum cukup. Peralatan yang dijalankan bukan asal beroperasi saja, namun bagaimana unit pembangkit tersebut dapat menghasilkan efisiensi yang maksimum.

Prosedur uji ini digunakan dalam rangka serah terima dari pihak pembuat kepada pemesan yang diperlukan dalam serah terima tersebut adalah prosedur untuk

menentukan efisiensi teknis, dengan cara melakukan pengukuran-pengukuran secara langsung yang membandingkan antara energi panas yang diperlukan terhadap energi yang dihasilkan, bewserta sejumlah kerugian-kerugian yang terdapat pada proses pembakaran dan sisa-sisa pembakarannya.

Dalam hal tidak meyakinkan dilakukan pengukuran-pengukuran secara langsung terhadap energi panas yang dibutuhkan atau energi yang dihasilkan dengan ketelitian

yang diharapkan, maka diberikan pedoman-pedoman untuk mengevaluasi efisiensi dengan metode pengukuran-pengukuran panas.

Komisioning Instalasi Listrik Bangunan Lainnya

Instalasi listrik yang dimaksud adalah instalasi listrik untuk penerangan dan instalasi daya untuk menunjang kegiatan pembangkitan. Instalasi ini terpasang pada bangunan

utama pembangkit listrik dan bangunan lainnya yang ada pada pusat pembangkit seperti bangunan untuk kantor, bengkel, gudang, dll. Instalasi listrik penunjang ini juga harus aman dan andal agar tidak mengganggu proses pembangkitan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kebenaran pemasangan perlu diperiksa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.3 Pengoperasian Dan Syarat-Syarat Teknis

PLTG merupakan mesin bebas getaran, tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi (bolak-balik). Temperatur turbine gas (1.000°C) jauh lebih tinggi dari pada jenis turbine yang lain. Efesiensi konversi thermalnya mencapai 20%-30%. PLTG berfungsi memikul beban puncak karena membutuhkan bahan bakar yang sangat besar (biaya investasi rendah tapi biaya operasi tinggi).

Sebelum dioperasikan, instalasi PLTG harus sudah memenuhi kriteria atau tolok ukur yang digunakan untuk menilai atau mengevaluasi hasil-hasil uji instalasi PLTG yaitu:

Ketentuan-ketentuan pada kontrak terutama yang menyangkut spesifikasi peralatan dan yang menyangkut garansi.

Standar yang berlaku dan telah disepakati oleh kedua pihak. Sertifikat pengujian pabrik Ketentuan-ketentuan dari pabrik penjualnya yang telah disepakati oleh kedua pihak.

4.4 Kendala-Kendala

Kendala-kendala yang terjadi pada saat pemasangan PLTGU Ujung Pandang adalah Lokasi PLTG yang berdampingan dengan PLTU yaitu:

 Pipa intake PLTU harus direposisi arahnya karena pada lokasi pipa tersebut mengganggu pembangunan pondasi PLTG.  Peralatan angkat (handling equipment) sulit ditempatkan pada posisi yang ideal karena berdampingan dengan PLTU.