kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang
meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring
agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang
dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan Femiarti,2012:13
11. Sarbanes Oxley
Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini
dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau Sarbox. SOX mensyaratkan perusahaan-perusahaanyang tercatat di bursa
saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan untuk menjamin adanya
kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporankeuanganFemiarti,2014:14.
Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung
dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan
pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. 2007:6.
Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan
keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan
pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian
internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.
12. Pengendalian Internal
1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal
SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu
perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.
Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319 paragraf 2 pengendalian didefinisikan sebagai berikut :
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini: a keandalan pelaporan keuangan,b efektivitas dan efisiensi operasi dan c kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
COSO COSO:1 mendefinisikan pengendalian internal dengan: Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi
oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”
Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung Organisasi Comitee of Sponsoring Organizations- COSO, yang
dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja
TerintegrasiInternal Control-Integrated Framework. Kerangka kerja ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan
mengevaluasi pengendalian internal perusahaan. Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal
menurut kerangka COSO Committeeof Sponsoring Organization2006:10:
4. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya
pengendalian internal, member contoh, dan memberikan dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan.
5. Penilaian Resiko
Merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan
perusahaan serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut ditangani.
6. Aktivitas Pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan
bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang direncanakan.
7. Informasi dan Komunikasi
Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional
organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.
8. Pengawasan
Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu
ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu,
yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah.
1.3.3 Kelemahan MaterialMaterial Weakness Pengendalian
Internal
Masalah terkait pengendalian internal dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: kelemahan material material weakness, kekurangan
yang signifikan significant deficiency, dan kekurangan pengendalian control deficiency Yan Zhang et. al, 2007: 5.
Menurut SOX 302 dan SOX 404, masalah pengendalian internal yang harus diungkapkan kepada publik adalah kelemahan
material. Karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada kelemahan material material weakness pengendalian internal.
Menurut Auditing Standard No. 2 dalam Yan Zhang et. al, 2007:6 kelemahan material adalah kekurangan yang signifikan atau
kombinasi dari kekurangan yang signifikan yang menyebabkan salah saji material pada laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan
interim tidak dapat dicegah atau dideteksi.
1.3.4 Pengungkapan Kelemahan Material Pengendalian
Internal
Berdasarkan elemen dari pengendalian internal menurut kerangka
COSO Committee
of Sponsoring Organization pengungkapan kelemahan pengendalian terdiri dari lima elemen yaitu
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
Cara mengukur Material weakness dalam pengendalian internal adalah sebagai berikutFemiarti,2012:19:
1. Lingkungan pengendalian dilihat dari bagaimana sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Pada annual report dapat dilihat
dari : a. Integritas dan Etika
b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit
d. Filosofi manajemen dan jenis operasi e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
2. Penilaian risiko pada suatu perusahaan bertujuan
mengidentifikasi masalah yang terdeteksi sehingga masalah tersebut dapat dianalisis dan dievaluasi serta dapat di perkirakan
intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. Pada perusahaan penilaian risiko ini yaitu dengan adanya
pengungkapan identifikasi dan analisis resiko.
3. Salah satu elemen dalam aktivitas pengendalian adalah terdiri
dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen.Aktivitas pengendalian
meliputi revisi terhadap sistim pengendalian,pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistem informasi. Dengan adanya
pelatihan maka karyawan bisa mengetahui apa saja yang harus dikerjakan.
4. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan
dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Dalam menginformasikan dan
mengkomunikasikan yang berhubungan pengendalian internal perusahaan maka diperlukan adanya sekretaris
perusahaan.Sekertaris perusahaan juga memiliki fungsi yaitu pengawasan. Karena dia orang yang pertama mengetahui apa saja
yang terjadi di perusahaan.
2.1.3.3.1 Manajemen resiko Risk Management
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat
penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
Uher,1996:2. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas
manajemen risiko manusia, staff, dan organisasi.
Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek
konstruksi. Menurut Darmawi 2005,p.11 manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5
lima kategori utama yaitu : 1
Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
2 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan
laba. 3
Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan
oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.
5 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni,
dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public image.
Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki.Menurut
Amran et al 2009:12 manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
1.1.3.3.2. Etika Bisnis
Menurut Velasquez 2005:10, etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan
kegiatan suatu bisnis.Pada dasarnya tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, tetapi harus berdasarkan norma-norma
hukum yang berlaku.Norma hukum bisnis mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.Sopiah 2008
menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan
dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja
yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan
dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang.
Dengan budaya, lingkungan perusahaan dan kemampuan Komite Audit dengan anggota yang ahli di bidang akuntansi danatau
keuangan diharapkan akan menjadikan tata kelola perusahaan yang baik. Dengan adanya kondisi ini diharapkan dapat
meminimalkan kelemahan pengendalian internal di perusahaan tersebut.
2.1.3.3.3Training
Pelatihan training adalah suatu proses dimana orang- orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun
luas.Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan
yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan
pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang
berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang Mathis,2002:5. Karyawan yang ada di perusahaan membutuhkan
pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan.
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan dapat tercapai.Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas
karyawan dapat membatu dalam meminimalkan kesalahan dalam
aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di
Indonesia.
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian
internal 2.1.4.1.
Rapat Komite Audit
Komite audit mempunyai fungsi utama yaitu, membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi
keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lainnya, menilai sistem pengendalian internal, serta proses audit internal.
Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep- 29PM2004,tertanggal 24 September 2004 pada peraturan No. IX I.5
tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakantugas dan fungsinya. Salah satu unsur penting dalam menerapkan prinsip GCGGood Corporate Governance
yaitu dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam menilai
pelaksanaan GCG yang baik. Artikel FCGI 2002 dalam Femiarti2012:29 menyebutkan bahwa
komite audit biasanya perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang
menyangkut sistem pelaporan keuangan. Adanya kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu
tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian internal, Yan Zhang, et al.
2007:11. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-29PM2004 hal
3 pasal 3e, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.
2.1.4.2. Independensi Dewan Komisaris
Di Indonesia saat ini, keberadaandewan komisaris yang independen sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance yang dikeluarkan
oleh KNKG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat bilamana diperlukan. Namun terkadang dewan komisaris di suatu perusahaan belum bisa melaksanakan
fungsi kontrol terhadap direksi dengan baikYudiati, 2011: 23. Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti frekuensi menadakan rapat dewan komisaris dan perilaku- perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan rapat, seperti
kehadiran dalam rapat, persiapan sebelum rapat, dan partisipasi anggota dalam rapat Yatim, 2009dalam Femiarti2012:32.
Keuntungan sering diadakan rapat oleh dewan komisaris yaitu anggota dewan dapat mempunyai tambahan waktu untuk membicarakan,
menentukan strategi apa yang akan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemen. Conger et al.1998dalam Yan Zhang et al., 2007:12
menyatakan bahwa rapat yang dilakukan dengan frekuensi tertentu dapat meningkatkan efektivitas dewan komisaris.
2.1.4.3. Rapat Dewan Komisaris
Rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilalui oleh dewan komisaris dalam pengambilan suatu keputusan mengenai kebijakan
perusahaan. Rapat yang diselenggarakan oleh dewan komisaris dilakukan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh dewan
direksi dan implementasinyaYudiati,2011:25. Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti frekuensi meeting dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan meeting, seperti kehadiran
dalam meeting, persiapan sebelum meeting, dan partisipasi anggota dalam meeting. Keuntungan sering diadakannya meeting oleh dewan komisaris
yaitu anggota dewan dapatmempunyai tambahan waktu untuk
membicarakan, menentukan strategi apa yangakan diambil oleh perusahaan, dan memonitor manajemenYudiati,2011:26.
14. Reputasi Auditor