BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit cacingan
Sebagian besar nematoda pada usus menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Nematoda merupakan spesies yang ditularkan melalui
tanah dan disebut sebagai “Soil Transmitted Helminths STH”, spesies yang sering menyerang pada manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura Margono S.S, 1998.
a Ascaris lumbricoides Cacing Gelang
Ascaris lumbricoides dapat menyebabkan penyakit yang disebut askariasis, yang ditemukan kosmopolit. Angka kejadian askariasis berdasarkan
hasil survei terjadi 70 atau Margono S.S, 1998.
Tabel 2.1.1. Morfologi dan daur hidup Ascaris lumbricoides Brown H.W, 1979.
Jenis cacing: Jantan dan Betina Ukuran : Jantan:10
– 31 cm ; Betina: 22 – 35 cm Lengkungan : Jantan: Ke ventral ; Betina:Tidak ada
Bentuk: Lapisan kutikulum rata, bergaris halus, ujung anterior dan posterior membulatconical dan 3 buah bibir lonjong dengan papil peraba
Warna: Putih ataupun merah muda Telur: Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100,000
– 200,000 butir
Telur ascaris ditemukan dalam dua bentuk, yang dibuahi fertilized dan tidak dibuahi unfertilized. Telur yang tidak dibuahi khas dengan lebih
Universitas Sumatera Utara
panjang dan kurang lebar daripada telur-telur yang dibuahi, mempunyai kulit tebal yang lebih tipis dengan lapisan albumin yang tidak teratur, dan terisi
penuh dengan protoplasma. Dalam linkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu
Brown H.W,1979. Telur yang tertelan manusia dalam bentuk infektif, dan akan menetes di
usus halus. Larva cacing akan menebus dinding usus halus menuju ke pembuluh darah atau saluran linfe, lalu akan dialirkan ke jantung dan
kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru akan menembus dinding pembuluh darah, menuju dinding alveolus masuk ke rongga alveolus,
kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita
batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva akan berubah menjadi cacing
dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan Brown H.W, 1972 dan Margono S.S, 1998.
Gejala yang timbul adalah perdarahan kecil pada dinding alveolus dan gangguan pada paru dengan batuk, demam, eosinofilia dan juga terdapat
Loeffler sindrom. Penderita mengalami gejala seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada anak yang infeksi berat terjadi
malaabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi Margono S.S, 1998.
b Trichuris trichiura Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini dengan penyakit disebabkan oleh trikuriasis, cacing ini juga bersifat kosmopolit terutama ditemukan di daerah
panas dan lembab seperti di Indonesia Margono S.S, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1.2. Morfologi dan daur hidup Trichuris trichiura Brown H.W, 1979 dan Linnaeus, 1771
Jenis: cacing Jantan dan Betina Panjang: Jantan: 30
– 45 mm ; Betina: 35 – 55 mm Bagian posterior: Jantan: Melingkar dengan satu spikulum ;
Betina: Bulat tumpul Bentuk: Cambuk dan runcing, menyerupai rantai merjan dan lebih tebal di bagian
posterior Telur: Seekor cacing betina menghasilkan sebanyak 3,000
– 10,000 butir sehari dan bentuk seperti tempayan
Warna: Bagian luar Kekuningan Bagian dalam jernih
Cara infeksi langsung tidak memerlukan hospes perantara, apabila telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva yang menjadi aktif keluar melalui
dinding telur yang sudah tidak kuat lagi, masuk ke dalam usus halus bagian proksimal dan menembus villus usus, dan menetap selama 3 sampai 10 hari
disekitar kripta lieberkuhn. Cacing yang telah menjadi dewasa makin ke bawah ke daerah coecum. Suatu struktur yang menyerupai tombak pada bagian
anterior membantu cacing itu menembus dan kemudian menempatkan bagian anteriornya yang seperti cambuk ke dalam mukosa usus hospesnya, tempat
cacing itu mengambil makanannya. Sekresinya mungkin dapat mencairkan sel- sel mukosa yang berdekatan Linnaeus, 1771.
Gejala pada infeksi berat akan tersebar di seluruh kolon dan rektum terutama pada anak dan mengakibatkan mengejannya pada waktu defekasi.
Seterusnya cacing ini akan menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus, pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan sehingga dapat
menyebabkan anemia. Infeksi trichuris menunjukkan gejala-gejala seperti diare
Universitas Sumatera Utara
yang sering, berat bedan menurun dan kadang kadang disertai prolapsus rektum Margono S.S, 1998.
c Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Cacing Tambang
Hospes parasit ini adalah manusia dan ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Sebagai distribusi geografik cacing ini tersebar di seluruh
daerah khatulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai, contohnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Selain itu terdapat prevalensi yang
tinggi di Indonesia sekitar 40 Margono S.S, 1998.
karakteristik diferensial dari cacing tambang Dubini, 1843 Table 2.1.3. Morfologi Ancylostoma duodenale
Ancylostoma duodenale Panjang : Jantan: 8
– 11 mm ; Betina: 10 – 13 mm Bentuk: kepala terus ke arah yang sama dengan kelengkungan tubuh
Panjang kerongkongan: 1.3 mm, oval pembukaan Bursa: lebih luas dari panjang,
Tulang ekor pada betina: Ada Pukas: posterior tengah tubuh
Table 2.1.3. Morfologi Necator americanus Necator americanus
Panjang : Jantan: 5 – 9 mm ; Betina: 9 – 11 mm
Bentuk: kepala berlawanan melengkung ke kelengkungan tubuh Panjang kerongkongan: 0.5
– 0.8, pembukaan kecil Bursa: panjang, lebar dan bulat
Tulang ekor pada betina: Tidak ada Pukas: anterior tengah tubuh
Universitas Sumatera Utara
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah
menetes dalam waktu 1 hingga 1,5 hari, keluarlah larva rhabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform,
yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 hingga 8 minggu di tanah. Sebagai daur hidup pada cacing tambang adalah mulai dari telur yang
ini akan mengeluarkan larva rhabditiform dan larva ini berubah menjadi larva filariform, setelah itu larva ini akan menembus ke kulit dan memasukkan di
kapiler darah, seterusnya berlanjutkan ke paru dengan melalui jantung kanan dan larva ini akan naik ke trakea dan laring, akhirnya menuju ke usus halus.
Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit Margono S.S, 1998. Gejala pada nekatoriasis dan ankilostomiasis terjadi perubahan kulit bila
larva filariform menembus kulit akan terdapat ground itch dan juga perubahan pada paru biasanya ringan. Infeksi dari cacing Necator americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan
Ancylostoma duodenale 0,08 – 0,34cc. Biasanya tidak menyababkan kematian
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun Margono S.S, 1998.
2.2 Pencemaran sayuran