person  is  decea sed,  a   minor,  incompetent  wa s  a   homicide  victim  a ndor  is physically or  psychologically incapacitated.”
Pengertian  di  atas,  apabila  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Indonesia,  maka  akan memberikan  pengertian  mengenai  korban  secara  luas.  Menurut  pengertian  tersebut,
pengertian  korban  bukan  hanya  merujuk  pada  korban  yang  menderita  secara  langsung, akan  tetapi  korban  tidak  langsungpun  juga  mengalami  penderitaan  yang  dapat
diklasifikasikan  sebagai  korban..  Demikian  juga  halnya  dalam  perkara  kecelakaan  lalu lintas,  yang  menjadi  korban  bukan  hanya  pihak-pihak  yang  secara  langsung  terkena
dampak kecelakaan lalu lintas, tetapi juga pihak yang secara tidak langsung juga terkena dampak  kecelakaan  lalu  lintas,  misalnya  keluarga  korban  dan  juga  masyarakat.  Yang
dimaksud  korban  tidak  langsung  di  sini  seperti  istri  yang  kehilangan  suami,  anak  yang kehilangan bapak, orang tua yang kehilangan anaknya, dan sebagainya.   Dalam perkara
kecelakaan lalu lintas, korban merupakan pihak yang paling menderita akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Kerugian akibat kecelakaan lalu lintas tersebut berupa kerusakan
kendaraanbarang, luka berat, luka ringan maupun meninggal dunia.
b. Tipologi Korban
Ditinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban dalam terjadinya kejahatan, Ezzat Abde Fattah menyebutkan beberapa tipologi korban, yaitu :
47
a. Nonparticipating  victims,  adalah  mereka  yang  menyangkalmenolak
kejahatan dan penjahat tetapi tidak turut berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan.
b. Latent  or  predisposed  victims,  adalah  mereka  yang  mempunyai  karakter
tertentu cenderung menjadi korban pelanggaran tertentu. c.
Provocatif victims, adalah mereka yang menimbulkan kejahatan atau pemicu kejahatan.
d. Participating  victims,  adalah  mereka  yang  tidak  menyadari  atau  memiliki
perilaku lain sehingga memudahkan dirinya menjadi korban. e.
False victims, adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya sendiri.
47
Lilik  Mulyadi,
Kapita  Selekta  Hukum  Pidana  Kriminologi  Dan  Viktimologi
,  Djambatan,  Jakarta, 2007, halaman 124
Universitas Sumatera Utara
Hans  von  Hentig  dalam  Schafer,  melakukan  tipologi  atau  pengelompokan  korban atas dasar faktor psikologi sosial dan biologis dalam 13 kategori yaitu:
48
1. the young;
2. the female;
3. the old;
4. the mentally devectif and other mentally deranged;
5. immigrants;
6. minorities;
7. dull normals;
8. depressed;
9. the acquisitif;
10. the wanthom;
11. the lonesome and the heartbroken;
12. tormentors;
13. the blocked, exempted, and fighting;
c.  Hak dan Kewajiban Korban
Sebagai  pihak  yang  mengalami  penderitaan  dan  kerugian  dalam  terjadinya  suatu tindak  pidana  atau  kejahatan,  korban  tentunya  memiliki  hak-hak  yang  dapat  diperoleh
sebagai  seorang  korban.  Hak-hak  tersebut  diantaranya  termuat  dalam  Undang-Undang Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Perlindungan  Saksi  dan  Korban,  yang  menyatakan  bahwa
korban berhak untuk :
49
a. Memperoleh  perlindungan  atas  keamanan  pribadi,  keluarga,  dan  harta
bendanya,  serta  bebas  dari  ancaman  yang  berkenaan  dengan  kesaksian  yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan perlindungan dan dukungan
keamanannya; c.
Memberikan keterangan tanpa tekanan; d.
Mendapat penerjemah; e.
Bebas dari pertanyaan yang menjerat; f.
Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus; g.
Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; h.
Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; i.
Mendapat identitas baru; j.
Mendapatkan tempat kediaman baru; k.
Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; l.
Mendapat nasihat; danatau m.
Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
48
Ibid
49
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Universitas Sumatera Utara
Sementara menurut Arif Gosita, hak korban terdiri atas :
50
1. mendapat pelayanan bantuan, restitusi dan kompensasi;
2. menolak mendapat pelayanan demi kepentingan pelaku;
3. mendapat pelayanan untuk ahli warisnya;
4. mendapat kembali hak milik;
5. menolak menjadi saksi apabila tidak ada perlindungan terhadap dirinya;
6. mendapat perlindungan terhadap ancaman pihak pelaku apabila melapor dan menjadi
saksi; 7.
mendapat informasi mengenai permasalahan yang dihadapinya; 8.
dapat melangsungkan pekerjaannya; 9.
mendapat  pelayanan  yang  layak  sewaktu  sebelum  persidangan,  selama  persidangan dan setelah persidangan;
10. mendapat bantuan penasihat hukum;
11. menggunakan upaya hukum.
Adapun kewajiban korban antara lain:
51
1. tidak  melakukan  tindakan-tindakan  pembalasan,  main  hakim  sendiri  yang  membuat
pelaku menderita mental, fisik, sosial; 2.
berpartisipasi dengan masyarakat mencegah adanya korban lebih lanjut; 3.
berpartisipasi dengan masyarakat membina pelaku; 4.
bersedia dibina atau membina diri sendiri untuk tidak menjadi korban lagi; 5.
tidak menuntut ganti kerugian di luar kemampuan pelaku; 6.
memberi  kesempatan  kepada  pelaku  untuk  mengganti  kerugian  sesuai  dengan kemampuannya mencicil bertahap member imbalan jasa;
7. menjadi saksi apabila tidak membahayakan dirinya  dan ada perliindungan keamanan
untuk dirinya. Situasi  dan  kondisi  pihak  korban  dapat  merangsang  pihak  pelaku  untuk
melakukan  suatu kejahatan terhadap pihak korban. Dengan kata lain tanpa korban tidak akan terjadi suatu kejahatan. Jadi jelaslah bahwa pihak korban adalah sebagai partisipan
utama  yang  memainkan  peranan  penting,  bahkan  setelah  kejahatan  dilaksanakan  dalam masalah  penyelesaian  konflik  dan  penentuan  hukuman  para   pelaku  dapat  juga  terjadi
suatu  kejahatan  yang  dilakukan  oleh   pihak  korban  apabila  dirasakan  ada  tindak  lanjut yang tidak adil dan merugikan pihak korban. Yang menjadi pertimbangan-pertimbangan
penentuan hak dan kewajiban pihak korban adalah taraf keterlibatan dan tanggung jawab fungsional  pihak  korban  dalam  tindak  pidana  itu.  Demi  keadilan  dan  kepastian  hukum,
50
Arif Gosita
Op. Cit,
halaman. 260
51
Ibid
halaman. 261
Universitas Sumatera Utara
perumusan  mengenai  hak  dan  kewajiban  dalam  suatu  peraturan  atau  undang-undang harus dipertanggungjawabkan secara yuridis ilmiah.
52
Walaupun  korban  berperan  dalam  terjadinya  kejahatan,  tetapi  korban  juga tetap  memiliki  hak-hak  yang  harus  dipenuhi  dalam  implementasinya.  Dengan  melihat
beberapa  hak  dan  kewajiban  korban  yang  telah  Penulis  paparkan  di  atas,  diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa korban juga memiliki hak-hak yang harus dihormati
seperti layaknya  manusia  yang merupakan bagian  dari anggota masyarakat. Begitu juga dengan  pelaku  tindak  pidana  yang  tidak  jarang  menjadi  korban  main  hakim  sendiri,
adalah  sama  dengan  korban  yang  lain,  mereka  juga  memiliki  hak -hak  korban  yang dimiliki oleh korban kejahatan lain karena mereka juga merupakan korban kejahatan.
3.  Kajian Hukum Mengenai Pelaku Tindak Pidana Dalam Kecelakaan Lalu Lintas