Konsep dan Strategi Social Forestry dalam Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa di dalam dan Sekitar Hutan (Pokok-Pokok Pemikiran)
431
KONSEP DAN STRATEGI SOCIAL FORESTRY
DALAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT DESA DI DALAM DAN SEKITAR HUTAN
(POKOK-POKOK PEMIKIRAN)
Dudung Darusman
(Guru Baser Madya Kehutanan IPS dan Sta' Ahli Mentarl Sidang Sosia'.Ekonomi)
MaleBlah disampaikan pada Seminar Tentang Strategi dan Paningkatan
Pemberdayaan Peran Seft. Masyeraka, de/am Keg/atan Pengusahun Hutan Produksi,
dise/enggarakan oieh o;,.ktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksl
Departemen Kehutanan dan Perkebunan di Jakarta ,.nggs'8 PebnJarl 2000
PENDAHULUAN
Sudah banyak dirasakan dan disadari balm-a masa 3 dekade tcrakhir periocle
Orde Barn adalah mcrupakan masa kcgclapan bagi profcsi kehutanan di satu sisi.
sementara di sisi lain mcrupakan masa kecmasan bagi para pengusaha konglomerat
kehutanan . Bagi profesi kehutanan masa itu adalah masa ketidakberdayaan dan
ketergilasan, semcntara bagi pcngusaha konglomerat dan profesi lain di luar
kehutanan adalah masa kcmcnangan dan kcdigjayaan .
Scsungguhnya bagi 8angsa Indonesia secara kesclurnhanpun saat-saat itu,
sckalipun dapat disebutkan sebagai masa keemasan, mernpakan masa keemasan
yang scmu dan menipu. Hal itu dapat ditclaah dari berbagai indikator keberhasilan
pembangunan, di mana di samping telah mengakibatkan kelestarian butan yang
kondisinya sangat parah, juga efisiensi sektoral yang rendah, efi siensi pernsahaan
yang rcndah dan pemerataan pembangunan dan kcsejahteraan yang sangat timpang.
Oengan pemahaman scpcrti diuraikan di alas, maim pada masa reformasi
kehutanan sekarang dan setcrnsnya -- agar kelestarian, efisiensi dan pemerataan
dapat dipcrbaiki -- prinsipnya sektor kehutanan memerlukan Icbili banyak, bahkan
sebanyak mungkin pelaku-pelaku ekonomi kchutanan agar atmosfcr usaha menjadi
kompetitif dan sehat. Tentu saja untuk sclanjutnya kesempatan usaha perlu diberikan
kepada mereka yang sclama ini belum mendapat kesempatan.
Dalam konteks pennasalahan strategis ini. program social forestry dapat
mengambil peran ke depan mclalui pcndorongan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan . Tentu saja harns tetap diakui bahwa ada sebahagian dan
pcngusaha hutan yang profesional . baik dan segi bisnis, kehutanan, maupun
kcmasyarakatan . Mereka adalah asset bangsa yang barns terns dipelihara dan diben
kesempatan .
Pcrlu disadan dan diakui bahwa dari scgi kcmasyarakatan dan politik. sedikit
sekali , atau hampir tidak ada, pcngusaha hutan yang dapat memenuhi harapan
masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daJam dan sekitar hutan .
432
Kelestarian hutan memang pada pokoknya ad3lah persoalan menajcmen hutan,
namun sckalipun manajemcn hutannya tclah dilaksanakan dengan baik belum lentu
dapat menjamin kelestarian hutan, apabila (diantaranya) tidak memenuhi harapanharapan masyarakat abu pihak-pihak yang tcrkait (stakeholders), baik dari segi
ekonomi, politik, dan sosial-budaya.
Pada areal pcngusahaan hutan (HPH) yang relatif baik manajemcn hutannya
sekalipun, tctap terjadi pula gangguan-gangguan pcrusakan akibat masih tidak
terpenuhinya harapan-harapan masyarakat tersebut . Hutan yang baik telah dirambah,
dicuri, dibakar dan ludes karena kctidak-puasan ekonomi, politik dan sosial budaya,
yang tcrus-menerus dirasakan masyarakat selama ini. Masyarakat dengan sebidang
hutan di hadapannya, ingin hidup sejahtera (ekonomi), aman tenteram (sosial),
berperanlmcnjadi tuan di negerinya sendiri (politik), dan memcliharalrneneruskan
adat kebiasaaan yang balk (budaya),
Dalam konteks pcnnasalahan ini, kembali program social forestry dapat
mengambil peran ke depan untuk mengakomodir keinginan, hasrat dan harapan
masyarakat dalam pengclolaan hutan .
KONSEPSOCIAL FORESTRY
Berdasarkan pcmikiran di atas, refonnasi kehutanan pada prinsipnya adalah
pergeseran paradigma kehutanan dari "untuk masyarakat" menjadi "bersama
masyarakat". Program social forestry, yang telah mcngambil paradigma "bersama
masyarakat", pada dasamya telah sesuai dcngan kcpentingan reformasi kehutanan
tersebut. Namun apabila mclihat peran yang selama ini ditunjukkan, program social
forestry ini masih perlu dikonsepkan secara Icbih komprchensif dan integratif.
Konsep social forestry harus mampu mcncakupi semua bentuk, cara dan skala
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan. Tcntu saja dalam batas-batas dapat
menjamin tcrpeliharanya kclestarian sumberdaya hUlan yang dikelolanya. Bclum
cukup luasnya konscp social forestry tidak akan mampu memberdayakan
masyarakat, yang spcktrumnya atau kcragamannya sangat luas .
Kcluasan bentuk, cara dan skala partisipasi dari program social forestry
tcrsebut dapat dengan mudah dif.'lhami, apabila tcrlebih dahulu dapat difahami
adanya keragaman atau gradasi dalam hal : (a) harapan-harapan masyarakat tcrhadap
pengelolaan hutan, (b) kondisi sumberdaya manusia yang ada di masyarakat, dan (c)
pcluang atau kesempatan partisipasi masyarakat dalam pengc10laan hutan.
a. Keragaman harapan masyarakat
Harapan yang nyata dan obyektif ada di masyarakat keadaannya sangat
beragam, yang merupakan salah satu atau lebih dari harapan-harapan bcrikut.
1. Mcmperoleh kesempatan kerja , yang dapat memberi arti bagi hidupnya
karena mcmberi kesempatan untuk mcngeksprcsikan kemampuannya dan
merasa berguna, schingga memiliki harga diri (dignity). Ahli filsafat
mcnyatakan bahwa blla ingm mcmberi kebahagiaan, bcnlah orang pekcrjaan.
2. Mcmperoleh pendapatan (income), yakru yang berasaJ dari upah/gaji, yang
membcn kekuatan unruk mcmbcli (daya bcli, purchasing power), dan
433
kemudian mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkannya untuk dapat
merasakan kcscjahtcraan . Bahkan dari pendapatan itu pula, mereka dapal
mcnabung untuk. membina sumber-sumber pcndapatan lain yang Icbih besar.
DcmikianJah ekonomi secara sehat akan bcrkembang.
3. Memperoieh .kesempatan berusaha, yang dianggap mcmpunyai derajat yang
lebih tinggi, karena tidak hanya untuk dirilkcluarganya scndiri bpi juga untuk
sesamanya yang Icbih banyak .
4. Memperoleh transfer ilmu pengetahuan, teknologi dan manajemen, . yang
diharapkao dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan untuk semakm
maju Jagi d.i kemudian han .
b. Kuagam kondisi SDM di masyol'okat
Secara ringkas keragaman kondisi SDM di masyarakat dapat dilihat dari :
tingkat pendidikan, jiwa wiraswastaletos kerja, dan pengalaman kerja atau
usaha. Apabila kita bicara masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan dan
pemerataan. maka kondisinya sangat beragam dari yang sangat rendah sampal
yang sangat tinggi, namun sebahagian besar bcrada pada tingkatan yang rendah .
Tingkat pendidikan ada yang tidak pernah sekolahllatihan sampai yang lulus
pendidikan tinggi . Demikian pula dalam hal kewiraswastaanletos kerja dan
pengalaman. Kescmuanya itu harus diperhatikao dan diberi kesempatan.
c. Keragaman peluang/kesempalan partisipasi
Kcsempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pcngelolaan hutan agar harapan-harapan mereka tcrpenuhi - adalah sangat luas. berdasarkan
bentuklcara partisipasi pada tahapan kegiatan usaha. skala usaha dan bentuk
badan usahanya.
Bentuklcara partisipasi masyarakat pada tabapan kegiatan usaha dalam
pengeloJaan hutan dapat berupa ;
I . Terlibat langsung dalam tahapan kegiatan usaha pokok, yang dapat mclalui
」。イセ@
sebagai berikut :
1.1. sebagai
1.2. sebagai
1.3. scbagai
1.4. sebagai
1.5. sebagai
buruh atau pegawai perusahaan
pimpinanJpengelola perusahaan
pemilik perusahaan
pemegang saham perusahaan
pengontrakipemborong bahagian pekerjaan perusahaan.
2. Terlibat secara tidak langsung, yakni pada tahap kegiatan peoyedia (aktorfaktor input dan penggunalpengolah output dari tabap kegiatan usaha
pokok, yang juga melalui 」。イセ@
yang sarna seperti pada kegiatan usaha
pokok tcrsebut di atas (1 .1 sId 1.5).
Kcsempatan pada tahap penyedia input dan pengolah output diperkirakan akan
Icbih besar dibandingkan dengan pada tahap kcgiatan usaha pokok .
434
PemMnohtJ/I Kehutonan Indonesia
3. Tidak terlibat tapi mcmperolch kesejahteraan dengan memanfaatkanl
menikmati pelayanan dan fasilitas umum yang whuat Pemerintah dengan
sumber dana dari kegiatan usaha pokok, seperti : royalty, retribusi, pajak, dan
lain-lain .
Secara skematis keragaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
PenggunajasiliJa.J!peloyanan
","M,"yang J;butU PellU!rwlJ
Pemerwah : peillyanan/JlUiJiJas 14mum
KEGIATAN USAHA
PENYEDIA INPUT
,."
'"
KEGIATAN USAHA
POKOK
.."
KEGIATAN USAHA
PENGOLAH OUTPU
セ@
'-It
'-It
• Hundt, pegawai
• Pimpinan perusahtUl
• Pemilik perwahaan
• BUrllh, JUKawai
• Pimpinfllf peTwllluw
• Pemilik perusahaan
• Pemegang .faltam
• Pemqang sah.".
• Pemegang saham
• Pemborollg pekerill4
• Pemborong pderjtJII
• Pemborong pekujtJIIII
• BUTuh, pegtfflW
• Pimpinan J1erwaJuullt
• PemiJik perwalJaan
Kesempatan berpartisipasi berdasarkan skala usaha dan bcntuk badan
usaha juga terbuka lebar. Dan segi skala usaha dapat berskala kecil sampai skaJa
besar, sedangkan dari bcntuk badan usaha dapat berupa usaha perorangan yang
sederhana sampai pada bentuk-bentuk yang lebih canggih dan kompeks .
Kemungkinan kcragaman atau variasinya dapat dilihat pada matriks berikut ini.
Tube125. Hubungan Antara Skala Usaha dan Bentuk Badon Usaha
' ., G b・セエャォuウqOアN@
SkAla
U.1Iho
Perol'ugan
Besar
Menengah
Ked/
%
,!
,
CV
,
,
,
PT
,
,
,
BUMN
BUMD
Koperui
,
,
,
!
!
,
-
y,
100
Dari uraian mengenai keragaman di atas dapat difahami bahwa peluang
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan masih terbuka sangat Juas.
Partisipasi pada masa lalu masih difahami sangat sempit bail: oleh Pcmerintah,
masyarakat maupun para pengusaha, yakm secara scmpit terfokus pada :
pemilikan usaha, buruh/pegawai. skala usaha bcsar, serta bcntuk badan usaha PT
dan BUMN saJa. Pcrsoalannya adalah bagaimana mcmbuat Pemerintah,
masyarakat dan pengusaha mempunyai wawasan pcmahaman yang tcrbuka luas.
yang memben keyakman dan kcbcranian untuk mengambil langkah-Iangkah
yang konknt dan cepat
435
STRATEGI SOCIAL FORESTRY
Berdasarkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap adanya kcragaman
harapan-harapan masyarakat, kcragaman kondisi-kondisi (tcrutama kondisi SDM)
yang ada di masyaraka.t, scrta keluasan pcluang partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan scperti telah diuraikan di atas, sclanj utnya dapat dikemukakan
pokok-pokok pemikiran dalam stratcgi pcngembangan social forestry - yang
pemerataan
bertujuan utama untuk pemberdayaan masya rakat dan
kesejahteraan pacta sel.."tOf kehutanan - di masa sekarang dan seterusnya.
1. Pembukaan dan pemberian kcsempatan yang scl uas-Iuasnya kcpada scmua
bentuklcara partisipasi, skala usaha dan bcntuk barlan usaba, untuk bersama-sama
mengelola hutan, baik terlibat langsung pada kegiatan pokok kehutanan atau
tidak langsung pada kegiatan penyedia input dan pengolah outpuenya. Perlu
ditambahkan scbagai penegasan, bahwa pemberian kesempatan yang sarna
kepada setiap warga negara adalah merupakan prinsip keadilan yang universal yang juga dianut Bangsa Indonesia.
2. Setelah ruberi kesempatan., seJanjutnya adalah adiJ bila Pemerintah (atas nama
masyarakat) melakukan seleksi tcrhadap basil yang dicapai. 8agi yang basilnya
baik terus diben kesempatan dan bagi yang tidak baik diberhentikan sementara
kesempatannya. Yang jelas tidak adil adalah apabila sebelum diben kesempatan
langsung
tidak
diberikan
membuktikan
hasiVkemampuannya
sudah
kesempatannya.
3. Pemhenan jalan dan kesempatan kcpada apa yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, dcngan saringan selcksi yang pokok adalah adanya jaminan
kelestarian sumberdaya hutannya. Atau sekurang-kurangnya ada harapanlpotensi
ootuk dibina dan segi kelestanan hutannya.
4. Pcranan
Pcmerintah terutama
sebagai
pembina,
sesedikit moogkin
intervensilpengaturan, memben kesempatan kcpada pclaku ekonomi untuk
mcngembangkan kreativitas keprofcsian kehutanan dan keprofesian bisnisnya.
5. Perkembangan yang ada di masyarakat akan bcrvariasilberagam karena mereka
bertumbuh sccara alamiah. Stimulasi kemajuan diperoleh dari kelancaran aIiran
informasi. pcnyuiuhanlpendidikani pelatihan, serta sangsi-sangsi pcianggaran
sebagai fungsi pembinaan dan Pcmenntah .
6 . lntervensi Pemenntah masih diperlukan dalam hal yang terkait dengan keperluan
penyclenggaraan negara yang kuat dan efisien, termasuk penjagaan keberlanjutan
swnberdaya alarn dan Iingkungannya.
7. Pemerintah Icbili bcrperan scbagai wasit yang mcnjaga agar tidak terjadi
pelanggaran-pclanggaran dan peraturan yang dibuat dan disepakati bcrsama.
Tidak ada peraturan yang hanya dibuarJdisepakati oleh wasitIPemenntah saja.
8. Pembenan kesempatan pengeJolaan hutan kepada masyarakat dcngan ketentuanketentuan yang memberi insentif pada efisiensi dan keberlanjutan usaha dan
kelestarian butannya. tanpa harus mcmbagi-bagi dan menyerahkan kepemilikan
areal hutan kepada masyarakat pelaku ekonomi. adalah strategi yang paling
optimum untuk kondisi masyarakat Indonesia yang ada sekarang.
436
9 , Bcrsamaan dengan Itu perlu dibuat langkahMlangkah konkrit (segera
dibuatldibuka pcrusahaan) untuk jenis-jenis usaha pokok kehutanan yang baru
dan prospektif, yang tidak terbatas pada kayu. tapi juga non-kayu tennasuk
pcngusahaan manfaat-manfaat jasa yang dapat dihasilkan dan hutan.
PENUTUP
DaTi uraian di atas, sesungguhnya tidaklah sulit memahami anatomi dan
fisiologi permasaJahan scktor kehutanan Indonesia, beserta bagaimana mencari jalan
kc1uamya. Persoalannya adalah terletak pada kesadaran dan kehcranian Pcmerintah,
masyarakat dan para pengusaha untuk berubah secara mcndasar, bukan hanya di
pennukaan saja, serta untuk berani dan bcrsatu mencrobos tantangan-tantangan beral
yang mcnyertainya. Tidak ada pilihan jalan keluar yang mudah, tapi ingatJah kalau
kita tctap bcrada pada konstalasi sekarang, kita sudah dipastikan akan banCUT,
hanyut, dan tcnggciam .
Kebersamaaan, kcsaling-tcrgantungan yang erat antara Pemerintah,
masyarakat dan pengusaha akan lebih menjamin kcberhasilan sektor kehutanan,
daripada masing-masingnya bekcrjasama dengan dan bergantung pada pihak luar
atau asing.
KONSEP DAN STRATEGI SOCIAL FORESTRY
DALAM PENINGKATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT DESA DI DALAM DAN SEKITAR HUTAN
(POKOK-POKOK PEMIKIRAN)
Dudung Darusman
(Guru Baser Madya Kehutanan IPS dan Sta' Ahli Mentarl Sidang Sosia'.Ekonomi)
MaleBlah disampaikan pada Seminar Tentang Strategi dan Paningkatan
Pemberdayaan Peran Seft. Masyeraka, de/am Keg/atan Pengusahun Hutan Produksi,
dise/enggarakan oieh o;,.ktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksl
Departemen Kehutanan dan Perkebunan di Jakarta ,.nggs'8 PebnJarl 2000
PENDAHULUAN
Sudah banyak dirasakan dan disadari balm-a masa 3 dekade tcrakhir periocle
Orde Barn adalah mcrupakan masa kcgclapan bagi profcsi kehutanan di satu sisi.
sementara di sisi lain mcrupakan masa kecmasan bagi para pengusaha konglomerat
kehutanan . Bagi profesi kehutanan masa itu adalah masa ketidakberdayaan dan
ketergilasan, semcntara bagi pcngusaha konglomerat dan profesi lain di luar
kehutanan adalah masa kcmcnangan dan kcdigjayaan .
Scsungguhnya bagi 8angsa Indonesia secara kesclurnhanpun saat-saat itu,
sckalipun dapat disebutkan sebagai masa keemasan, mernpakan masa keemasan
yang scmu dan menipu. Hal itu dapat ditclaah dari berbagai indikator keberhasilan
pembangunan, di mana di samping telah mengakibatkan kelestarian butan yang
kondisinya sangat parah, juga efisiensi sektoral yang rendah, efi siensi pernsahaan
yang rcndah dan pemerataan pembangunan dan kcsejahteraan yang sangat timpang.
Oengan pemahaman scpcrti diuraikan di alas, maim pada masa reformasi
kehutanan sekarang dan setcrnsnya -- agar kelestarian, efisiensi dan pemerataan
dapat dipcrbaiki -- prinsipnya sektor kehutanan memerlukan Icbili banyak, bahkan
sebanyak mungkin pelaku-pelaku ekonomi kchutanan agar atmosfcr usaha menjadi
kompetitif dan sehat. Tentu saja untuk sclanjutnya kesempatan usaha perlu diberikan
kepada mereka yang sclama ini belum mendapat kesempatan.
Dalam konteks pennasalahan strategis ini. program social forestry dapat
mengambil peran ke depan mclalui pcndorongan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan . Tentu saja harns tetap diakui bahwa ada sebahagian dan
pcngusaha hutan yang profesional . baik dan segi bisnis, kehutanan, maupun
kcmasyarakatan . Mereka adalah asset bangsa yang barns terns dipelihara dan diben
kesempatan .
Pcrlu disadan dan diakui bahwa dari scgi kcmasyarakatan dan politik. sedikit
sekali , atau hampir tidak ada, pcngusaha hutan yang dapat memenuhi harapan
masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daJam dan sekitar hutan .
432
Kelestarian hutan memang pada pokoknya ad3lah persoalan menajcmen hutan,
namun sckalipun manajemcn hutannya tclah dilaksanakan dengan baik belum lentu
dapat menjamin kelestarian hutan, apabila (diantaranya) tidak memenuhi harapanharapan masyarakat abu pihak-pihak yang tcrkait (stakeholders), baik dari segi
ekonomi, politik, dan sosial-budaya.
Pada areal pcngusahaan hutan (HPH) yang relatif baik manajemcn hutannya
sekalipun, tctap terjadi pula gangguan-gangguan pcrusakan akibat masih tidak
terpenuhinya harapan-harapan masyarakat tersebut . Hutan yang baik telah dirambah,
dicuri, dibakar dan ludes karena kctidak-puasan ekonomi, politik dan sosial budaya,
yang tcrus-menerus dirasakan masyarakat selama ini. Masyarakat dengan sebidang
hutan di hadapannya, ingin hidup sejahtera (ekonomi), aman tenteram (sosial),
berperanlmcnjadi tuan di negerinya sendiri (politik), dan memcliharalrneneruskan
adat kebiasaaan yang balk (budaya),
Dalam konteks pcnnasalahan ini, kembali program social forestry dapat
mengambil peran ke depan untuk mengakomodir keinginan, hasrat dan harapan
masyarakat dalam pengclolaan hutan .
KONSEPSOCIAL FORESTRY
Berdasarkan pcmikiran di atas, refonnasi kehutanan pada prinsipnya adalah
pergeseran paradigma kehutanan dari "untuk masyarakat" menjadi "bersama
masyarakat". Program social forestry, yang telah mcngambil paradigma "bersama
masyarakat", pada dasamya telah sesuai dcngan kcpentingan reformasi kehutanan
tersebut. Namun apabila mclihat peran yang selama ini ditunjukkan, program social
forestry ini masih perlu dikonsepkan secara Icbih komprchensif dan integratif.
Konsep social forestry harus mampu mcncakupi semua bentuk, cara dan skala
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan. Tcntu saja dalam batas-batas dapat
menjamin tcrpeliharanya kclestarian sumberdaya hUlan yang dikelolanya. Bclum
cukup luasnya konscp social forestry tidak akan mampu memberdayakan
masyarakat, yang spcktrumnya atau kcragamannya sangat luas .
Kcluasan bentuk, cara dan skala partisipasi dari program social forestry
tcrsebut dapat dengan mudah dif.'lhami, apabila tcrlebih dahulu dapat difahami
adanya keragaman atau gradasi dalam hal : (a) harapan-harapan masyarakat tcrhadap
pengelolaan hutan, (b) kondisi sumberdaya manusia yang ada di masyarakat, dan (c)
pcluang atau kesempatan partisipasi masyarakat dalam pengc10laan hutan.
a. Keragaman harapan masyarakat
Harapan yang nyata dan obyektif ada di masyarakat keadaannya sangat
beragam, yang merupakan salah satu atau lebih dari harapan-harapan bcrikut.
1. Mcmperoleh kesempatan kerja , yang dapat memberi arti bagi hidupnya
karena mcmberi kesempatan untuk mcngeksprcsikan kemampuannya dan
merasa berguna, schingga memiliki harga diri (dignity). Ahli filsafat
mcnyatakan bahwa blla ingm mcmberi kebahagiaan, bcnlah orang pekcrjaan.
2. Mcmperoleh pendapatan (income), yakru yang berasaJ dari upah/gaji, yang
membcn kekuatan unruk mcmbcli (daya bcli, purchasing power), dan
433
kemudian mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkannya untuk dapat
merasakan kcscjahtcraan . Bahkan dari pendapatan itu pula, mereka dapal
mcnabung untuk. membina sumber-sumber pcndapatan lain yang Icbih besar.
DcmikianJah ekonomi secara sehat akan bcrkembang.
3. Memperoieh .kesempatan berusaha, yang dianggap mcmpunyai derajat yang
lebih tinggi, karena tidak hanya untuk dirilkcluarganya scndiri bpi juga untuk
sesamanya yang Icbih banyak .
4. Memperoleh transfer ilmu pengetahuan, teknologi dan manajemen, . yang
diharapkao dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan untuk semakm
maju Jagi d.i kemudian han .
b. Kuagam kondisi SDM di masyol'okat
Secara ringkas keragaman kondisi SDM di masyarakat dapat dilihat dari :
tingkat pendidikan, jiwa wiraswastaletos kerja, dan pengalaman kerja atau
usaha. Apabila kita bicara masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan dan
pemerataan. maka kondisinya sangat beragam dari yang sangat rendah sampal
yang sangat tinggi, namun sebahagian besar bcrada pada tingkatan yang rendah .
Tingkat pendidikan ada yang tidak pernah sekolahllatihan sampai yang lulus
pendidikan tinggi . Demikian pula dalam hal kewiraswastaanletos kerja dan
pengalaman. Kescmuanya itu harus diperhatikao dan diberi kesempatan.
c. Keragaman peluang/kesempalan partisipasi
Kcsempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pcngelolaan hutan agar harapan-harapan mereka tcrpenuhi - adalah sangat luas. berdasarkan
bentuklcara partisipasi pada tahapan kegiatan usaha. skala usaha dan bentuk
badan usahanya.
Bentuklcara partisipasi masyarakat pada tabapan kegiatan usaha dalam
pengeloJaan hutan dapat berupa ;
I . Terlibat langsung dalam tahapan kegiatan usaha pokok, yang dapat mclalui
」。イセ@
sebagai berikut :
1.1. sebagai
1.2. sebagai
1.3. scbagai
1.4. sebagai
1.5. sebagai
buruh atau pegawai perusahaan
pimpinanJpengelola perusahaan
pemilik perusahaan
pemegang saham perusahaan
pengontrakipemborong bahagian pekerjaan perusahaan.
2. Terlibat secara tidak langsung, yakni pada tahap kegiatan peoyedia (aktorfaktor input dan penggunalpengolah output dari tabap kegiatan usaha
pokok, yang juga melalui 」。イセ@
yang sarna seperti pada kegiatan usaha
pokok tcrsebut di atas (1 .1 sId 1.5).
Kcsempatan pada tahap penyedia input dan pengolah output diperkirakan akan
Icbih besar dibandingkan dengan pada tahap kcgiatan usaha pokok .
434
PemMnohtJ/I Kehutonan Indonesia
3. Tidak terlibat tapi mcmperolch kesejahteraan dengan memanfaatkanl
menikmati pelayanan dan fasilitas umum yang whuat Pemerintah dengan
sumber dana dari kegiatan usaha pokok, seperti : royalty, retribusi, pajak, dan
lain-lain .
Secara skematis keragaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
PenggunajasiliJa.J!peloyanan
","M,"yang J;butU PellU!rwlJ
Pemerwah : peillyanan/JlUiJiJas 14mum
KEGIATAN USAHA
PENYEDIA INPUT
,."
'"
KEGIATAN USAHA
POKOK
.."
KEGIATAN USAHA
PENGOLAH OUTPU
セ@
'-It
'-It
• Hundt, pegawai
• Pimpinan perusahtUl
• Pemilik perwahaan
• BUrllh, JUKawai
• Pimpinfllf peTwllluw
• Pemilik perusahaan
• Pemegang .faltam
• Pemqang sah.".
• Pemegang saham
• Pemborollg pekerill4
• Pemborong pderjtJII
• Pemborong pekujtJIIII
• BUTuh, pegtfflW
• Pimpinan J1erwaJuullt
• PemiJik perwalJaan
Kesempatan berpartisipasi berdasarkan skala usaha dan bcntuk badan
usaha juga terbuka lebar. Dan segi skala usaha dapat berskala kecil sampai skaJa
besar, sedangkan dari bcntuk badan usaha dapat berupa usaha perorangan yang
sederhana sampai pada bentuk-bentuk yang lebih canggih dan kompeks .
Kemungkinan kcragaman atau variasinya dapat dilihat pada matriks berikut ini.
Tube125. Hubungan Antara Skala Usaha dan Bentuk Badon Usaha
' ., G b・セエャォuウqOアN@
SkAla
U.1Iho
Perol'ugan
Besar
Menengah
Ked/
%
,!
,
CV
,
,
,
PT
,
,
,
BUMN
BUMD
Koperui
,
,
,
!
!
,
-
y,
100
Dari uraian mengenai keragaman di atas dapat difahami bahwa peluang
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan masih terbuka sangat Juas.
Partisipasi pada masa lalu masih difahami sangat sempit bail: oleh Pcmerintah,
masyarakat maupun para pengusaha, yakm secara scmpit terfokus pada :
pemilikan usaha, buruh/pegawai. skala usaha bcsar, serta bcntuk badan usaha PT
dan BUMN saJa. Pcrsoalannya adalah bagaimana mcmbuat Pemerintah,
masyarakat dan pengusaha mempunyai wawasan pcmahaman yang tcrbuka luas.
yang memben keyakman dan kcbcranian untuk mengambil langkah-Iangkah
yang konknt dan cepat
435
STRATEGI SOCIAL FORESTRY
Berdasarkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap adanya kcragaman
harapan-harapan masyarakat, kcragaman kondisi-kondisi (tcrutama kondisi SDM)
yang ada di masyaraka.t, scrta keluasan pcluang partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan scperti telah diuraikan di atas, sclanj utnya dapat dikemukakan
pokok-pokok pemikiran dalam stratcgi pcngembangan social forestry - yang
pemerataan
bertujuan utama untuk pemberdayaan masya rakat dan
kesejahteraan pacta sel.."tOf kehutanan - di masa sekarang dan seterusnya.
1. Pembukaan dan pemberian kcsempatan yang scl uas-Iuasnya kcpada scmua
bentuklcara partisipasi, skala usaha dan bcntuk barlan usaba, untuk bersama-sama
mengelola hutan, baik terlibat langsung pada kegiatan pokok kehutanan atau
tidak langsung pada kegiatan penyedia input dan pengolah outpuenya. Perlu
ditambahkan scbagai penegasan, bahwa pemberian kesempatan yang sarna
kepada setiap warga negara adalah merupakan prinsip keadilan yang universal yang juga dianut Bangsa Indonesia.
2. Setelah ruberi kesempatan., seJanjutnya adalah adiJ bila Pemerintah (atas nama
masyarakat) melakukan seleksi tcrhadap basil yang dicapai. 8agi yang basilnya
baik terus diben kesempatan dan bagi yang tidak baik diberhentikan sementara
kesempatannya. Yang jelas tidak adil adalah apabila sebelum diben kesempatan
langsung
tidak
diberikan
membuktikan
hasiVkemampuannya
sudah
kesempatannya.
3. Pemhenan jalan dan kesempatan kcpada apa yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, dcngan saringan selcksi yang pokok adalah adanya jaminan
kelestarian sumberdaya hutannya. Atau sekurang-kurangnya ada harapanlpotensi
ootuk dibina dan segi kelestanan hutannya.
4. Pcranan
Pcmerintah terutama
sebagai
pembina,
sesedikit moogkin
intervensilpengaturan, memben kesempatan kcpada pclaku ekonomi untuk
mcngembangkan kreativitas keprofcsian kehutanan dan keprofesian bisnisnya.
5. Perkembangan yang ada di masyarakat akan bcrvariasilberagam karena mereka
bertumbuh sccara alamiah. Stimulasi kemajuan diperoleh dari kelancaran aIiran
informasi. pcnyuiuhanlpendidikani pelatihan, serta sangsi-sangsi pcianggaran
sebagai fungsi pembinaan dan Pcmenntah .
6 . lntervensi Pemenntah masih diperlukan dalam hal yang terkait dengan keperluan
penyclenggaraan negara yang kuat dan efisien, termasuk penjagaan keberlanjutan
swnberdaya alarn dan Iingkungannya.
7. Pemerintah Icbili bcrperan scbagai wasit yang mcnjaga agar tidak terjadi
pelanggaran-pclanggaran dan peraturan yang dibuat dan disepakati bcrsama.
Tidak ada peraturan yang hanya dibuarJdisepakati oleh wasitIPemenntah saja.
8. Pembenan kesempatan pengeJolaan hutan kepada masyarakat dcngan ketentuanketentuan yang memberi insentif pada efisiensi dan keberlanjutan usaha dan
kelestarian butannya. tanpa harus mcmbagi-bagi dan menyerahkan kepemilikan
areal hutan kepada masyarakat pelaku ekonomi. adalah strategi yang paling
optimum untuk kondisi masyarakat Indonesia yang ada sekarang.
436
9 , Bcrsamaan dengan Itu perlu dibuat langkahMlangkah konkrit (segera
dibuatldibuka pcrusahaan) untuk jenis-jenis usaha pokok kehutanan yang baru
dan prospektif, yang tidak terbatas pada kayu. tapi juga non-kayu tennasuk
pcngusahaan manfaat-manfaat jasa yang dapat dihasilkan dan hutan.
PENUTUP
DaTi uraian di atas, sesungguhnya tidaklah sulit memahami anatomi dan
fisiologi permasaJahan scktor kehutanan Indonesia, beserta bagaimana mencari jalan
kc1uamya. Persoalannya adalah terletak pada kesadaran dan kehcranian Pcmerintah,
masyarakat dan para pengusaha untuk berubah secara mcndasar, bukan hanya di
pennukaan saja, serta untuk berani dan bcrsatu mencrobos tantangan-tantangan beral
yang mcnyertainya. Tidak ada pilihan jalan keluar yang mudah, tapi ingatJah kalau
kita tctap bcrada pada konstalasi sekarang, kita sudah dipastikan akan banCUT,
hanyut, dan tcnggciam .
Kebersamaaan, kcsaling-tcrgantungan yang erat antara Pemerintah,
masyarakat dan pengusaha akan lebih menjamin kcberhasilan sektor kehutanan,
daripada masing-masingnya bekcrjasama dengan dan bergantung pada pihak luar
atau asing.