POKOK POKOK PIKIRAN DAN STRATEGI DALAM P
PERSPEKTIFVolune W No.zTahun 2001F.drst
P'OKOK.POKOKPIKIRAN DAN STRATEGI
DAI"AM PENANGCUI,/INGANKEJAEATAN BISNIII
O le h :
Indnti Rini
Alalvitas bisnis di lrrfurBcid tadait emt dengan kebijakanaan pohta penerintah
tennsuk juga penangulangan kejalntan bisnb heionce Behavior merupakanfenomerc
yang melekatdalamprubeh btsnis,dinana ierydi pelanggamn anu keiaihaw yang tidat
bertentangandenganperutumn perndongwdoryan tetapi juga bertent.tng.mdentsn
moral lan etil@ twrnrakat s*ategi pemngulattgan terhadap kzjahatan tx,ns aipt
dilafulran fungan car*cam pe*eaoyun
bmisi pengavas penaingan uatta siru
badan penyelesaiansengtetq konsumen konsistenpfo penegakanhuhn, memotivasi
persainganbisnis untuhmencapatdayd satngyang baik penberian infomasi bisni,Na
naswakat.
-rt
Pendrhulurn
Masyarakat bisnis senantiasa
ada
dan
mernang
diadakan.
Eksistonsinya merebak, baik bCrsifat
lokal, regional, rtasional msupun
global. Tak ada satupun masyarakatdi
dunia ini yang terlepas dari bxsiness
pruetice.
Sayangnya tak
semua
'tmksaksi yang dilakukan berlangsung
secara normal dan waj ar, kerap kali
dijumpai 'adanya unfair busihess
practice .
AktiVitas bisnis di Indoncsia
terkait erat " dengan kebijaksanaan
politis
Pemerint&h, sebagaimina
tertuang dalam GBHN Tahun 19992004, bidang ekonomi bahwa akan
dikembangkan perekbnomian yang
berorieltasi globrl, se uai dengan
kemaJuan
teknologi
dengan
membangun keunggulan kompetitif
Potoh-Potol Plhirar dan Strotcgl
Dalom Penu ggu bn to n Ncloh rrsn Bitnit
dari
keunggulan
komparatif
bcrdasarkankompetensinyaPraktek bisnis kotor hampir
melanda bidang-bidang bisnis yang
diminati
masyarakbt, dianiatalya
pembajakan karya atas kekayakaan
intclektuirl,
kejahatan komputer,
penyalahgunaankorporasi dan berbagai
tindak kriminal
bisnis lainnva.
Fenomena ini tidak terlcpas aari
muncilnyr peluang untuk melakukan
bisnis iang menyimpang,di samping
faktor orang sebagai SDM dan faktor
rapuhnyai kontrol mabyarakat dan
pemerintih, serta belum sepenuhnya
Iav enforcemenldilakukan denganbaik
dm benar.
Rintangan
dalam
bisnis
seringkali tidak dapat diantisipasidan
diatasi oleh para pelaku bisnis, baik
bbrupa naturul
barrier
maupun
73
Irulrati Rtrt
cr.ime. Di samping itu juga sering
terdengar sebutan lain, diantaranya
occupational deviance (Quinney,
1964), offictal deviance t'Douglass&
Johnson, 1977), occupational crime
(Green,
1990),
corporate
&
governmental devrance (Erman &
Lundman.1978).
Selanjutnya ditemukan pula
penamaan lain, diantaranya illegal
corporate behavior (Clinard et. al,
1979) dan elite deviance (Simon &
Eitzen, 1982), serla economtc crtme
(Wickmand& Dailey, 1982).
Dari
berbagai penyebutan
tersebut,yang penting adalah hakekat
dari kejahatanbisnis itu sendiri, yaitu
suatu prilaku yang menyimpangyang
dilakukan oleh pelaku bisnis, demi
mendapatkankeuntungan,baik materiil
maupunimmateriil, denganmelanggar
ketentuan-ketentuan
bisnis.
Kejahatan bisnis, sebenarnya
bukanlah hal yang baru terjadi,
sebagaimanayang terjadi di Amerika
Serikat,bahwa6usines
s crimesare not
a recent phenomenon,since the dawn
of trade, merchantshave tried to gain
an advantage in lheir dealings,
historically, such as efforl s have often
developedinto categoriesof behavior
variously labeled, unfair, rmproperand
i//egal (Marshall B. Clinard & Petter
C. Yeager, 1980). Kemudian pada
akhir abad l9 dan awal abad 20
terdapat kekuasaanmonopolistik dan
penyimpangan oleh
perusahaan-
rintangan yang diciptakan oleh
kebijaksanaan pemerintah. Untuk
menembusrintangan-rintanganbisnis
tersebut,dapat bermunculankejahatan
atau persainganantar pelaku bisnis,
baik secarajujur dan sehat maupun
yang menylmpang.
Persaingan bisnis yang ketat,
baik domestik maupun global dapat
mendotong peningkatanefisiensi dan
produktivitas,namunkonsentrasipasar
yang tinggi
merupakan peluang
terjadinya corruption, collution and
nepotism. Oleh karena itu, timbul
pemikiran mengenai langkah-langkah
dan strategi apa dan dalam kondisi
yang bagaimana dapat dilakukan
upaya-upaya dalam menanggulangi
kejahatanbisnis?
Keiehetan Birnis
Perilaku yang menyimpang,
yang dikenal pula sebagai deviance
behavior, merupakan fenomena yang
melekat dalam praktek bisnis. Istilah
penyimpangan
yang
acapkali
berkembang menjadi pelanggaranatau
kejahatan, tidak saja bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, tetapi juga bertentangan
denganmoral dan etika yang dihormati
masyarakat.
lstilah 6rsrness crime, sering
digunakandalam konteksyang mirip
bahkan cenderung sama dengan
syndicate crime, organized crime,
group criminaliteil, atau white collar
Poko*-Pohoh nhitdn
dan Sltat.gi
Daloa Pcnanggulangaa
Xejohaton
74
Bitnit
Indrdli
Rini
PERSPEKTIFVolune VI No.2Iahun 200t Edist
perusahaanbesar yang mengarah psda
kejahatanbisnis.
Dalam kejahatan bisnis yang
hampir dapat diidentikkan dengan
coporate
crime,
secara aktual
merupakankej ahatan yang terorganisir
yang terjadi dalam konteks hubungan
yang komplek, diantara harapanharapandewan direksi, cksckutif dan
manajer pada satu sisi, dan diantara
perusahaan-perusahaan
induk, divisidivisi dan cabang-cabangnyapada sisi
yang lain.
Parapeneliti di Amerika Serikat
(Ralp Salerno, et. al, 1967) telah
mencoba untuk menemukan .pola
kejahatan terorganisi, sebagaimana
dipcrcaya sebagai classic pattern of
organized crime. Dalam hal ini ada dua
macam penyimpangan hukum yang
berbeda. Tipe yang pertama adalah
snarcgic & tactical crimes, seperti
p€nyuapan,monopoli, korupsi ataupun
pembunuhan. Tipe yang kedua adalah
kejahatan-kejahatanterorganisir yang
mendominasidan mengontrol aktivitasaktivitas bisnis illegal, diantaranya
narkotik, penggelapan,penyelundupan,
prostitusi ataupunperedaranminuman
keras.
Para kompetitor bisnis dalam
perkembangannya
telah
menggabungkan
dua
tipe
penylmpangan tersebut, sebagai
ligitimate
business.
Mereka
menggunakan metode strategi dan
tactical untuk mendapatksnkeuntungan
Po*o*-Pohoh Pi*irun don Snategi
Dalam Pcranggulangaa Kejchttan
Bitrit
yang
rstimewa,
walaupun
keuntungannya illegal. Kegiatannya
meliputi dealermobil, restoran,pabrik,
hiburanmalam,penjualanmakanandan
asosiasi-asosiasi bisnis
lainnya,
termasuk di dalamnyayaitu perbankan,
entertainment, perhotelan, asuransi,
real estate,perburuhan,dan perkreditan
sertafinancial securities.
Persaingan tidak wajar atau
kompetisi tidak sehar, acapkali
mcnjelma menjadi suatu jenis tindak
kriminal,
yang
baik
disebut
pelanggaran.ataupunkej ahatan.
Pelaku-pelaku
bisnis
di
Indonesia,
baik
berasal
dari
pemerintah, swasta nasional maupun
swasta asing acapkali terlihat dalam
lingkaran transaksi yang tidak sehat.
Perusahaan negara dalam bentuk
BUMN maupun BUMD, denganwadah
Perjan, Perum maupunPT. Persero,di
satu sisi dan di sisi lain adalahpelaku
bisnis swasta asing dan nasional,
denganbentuk perorangan,CV ataupun
PerseroanTerbatas,serta Koperasi dan
Yayasan.
Perusahaan-perusahaan asing
yang bermitra denganswastanasional,
lazimnya berbentuk joint venture,
dengan bcrbagai lisensi, dengan'dalih
franchising atau transfer of technology,
sebagai pelaku bisnis berpeluang
mempunyai
kekuasaan
yang
monopolistik dan terlibat KKN,
sehingga
berpotensi
sebagai
pelanggaranhukum bisnis.
75
Indruti Rlni
PERSPEKT'IFYolune l/l No.z fqhn 2Nl Edi Apnl
Kejahatan bisnis merupekan
delik atau tindak pidana yang tunduk
pada larangan dan sanksi pidana.
Sebagai pelaku tindak pidana, tentu
saja mereka harus memenuhi unsur
utama, yaitu unsur subyeltif dan
obyektif (SatochidKartanegara,1986).
lJnsur subyektif meliputi niat
dan kesalahan, sedangkan unsur
obyektif terdiri dari perbuatan dan
akibat hukumnya-Penjahatbisnis baru
apabila
dapat
dapat dipidana,
jawabkan
dipertanggung
atasperbuatan
yang dilakukannya.Aj aran Kausalitas
menjadi landasanutamanya.
Pelaku bisnis yang terbukti
bersalahmelakukan,persaingancurang
di sampingdapat dijerat sanksipidana
pula
dipertanggung
dapat
jawabkan/digugat secara perdata
(responsibilityand liability in plivate
law). Mereka dapat dituntut telah
melakukan suatu perbuatan yang
melanggar hukum (onrechtmatige
daad). Melanggar hukum dimaksudkan
sebagai bertentangan dengan hukum
dalam arti yang lebih luas daripada
(Pompe
Undang-Undang
dalam
RoeslanSaleh,l98l ).
Pelaku bisnis yang melanggar
hukum, sebenarnyatelah melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan
hak orang lain, kewajiban hukumnya
sendiri,dan kesusilaansertaketertiban
umum. lntinya atas perbuatannya
tersebut, mereka harus mengganti
kerugian yang diderita pihak lain.
Polok-Pakoh Pihirun don Strategi
D, lam Pcn an gg t lan g a a Kejohoten Bita it
Pihak lain ini dapat berbentuk
p€rorangan, ataupun badan hukum,
baik bersifat publik atau privat serta
masyarakatsebagai penggunaproduk
barang dan jasa yang dikenal sebagai
konsumen. Kerugian yang dapat
dituntut baik, bersifatmateriil maupun
immateriil.
Keberhasilan untuk
mendapatkan ganti kerugian dapat
membuktikanadanyaunsur kesalahan
pengusaha.Hal ini bukanlahpekerjaan
yang gampang,sebab waktu, tenaga,
pikiran
dan
modal
menjadi
tumpuannya.
FenomenaPenyimpangan
Penyimpangan bisnis muncul,
tentu saja terkait dengan konteks
lingkungansosialnya.Manusiasebagai
human resources adalah pelaku
utamenye. Baik dalam birokrasi
maupun bisnis, penyimpangandapat
terjadi sebagai fenomena yang harus
dicermati, baik dari aspek ekonomi,
politik, sosialbudaya,iptek dan aspekaspeklainnya.
Kehadiran pelaku bisnis, baik
sebagai insiders atau ourf,iders, harus
dilihat secarajeli dan teliti. Boleh jadi
merekadapatterlibat sebagaithe latent
potential
and
criminals
in
organization. Kita pernah mendengar
seorangmanajer treasury bank asing di
Jakarta
ditangkap,
karena
menggelapkan uang nasabah dalam
suatu permainan valas. Dalam ha!
demikian pelaku bisnis di Indonesia
76
Indruti Rini
PERSPEKnF Volune I'l No.2 Tahun2001Edi;i Aplit
dapat terimbas dari arus bisnis yang
mendunia.
Dunia ini terlihat semakin
menyatu dan seolah tanpa batas
(globali:ad
and
borderless).
Perkembangan di
bidang ilmu,
teknologi, hukum, politik, dan
ekonomi, dapat memicu tumbuh
kembangnya
kejahatan
bisnis.
Kejahatan pada dasarnya bersifat
konvensional dan
kontemporer.
Kejahatan jenis kontemporer inilah
dikenal sebagai kejahatanberdimensi
canggih dan modern, di antaranya
kejahatan-kejahatan
narkoba,
komputer, perbankan, perasuransian,
perpajakandan sebagainya
Indonesia bagaimanapunj uga
sebagai pelaku bisnis Internasional
akan berpengaruholeh perkembangan
global
dalam
bisnis.
Sebuah
perusahaankimia raksasaMontedison
Amerika Serikat, ditemukan tak
berlisensi dalam mengelola software
komputer. Memang ada GATT,
peraturan-peraturan
WTO, TRIP's dan
yang lainnya, namun tak mampu
membendung makin derasnya arus
penjiplakan atau pembajakan karyakarya intelektual.
Kasus-kasus mengenai hak
cipta, paten dan merek, memangtelah
terakomodir dalam Undang-Undang
Nomor 12, 13 dan l4 Tahun1997.Jusa
telah diratifisir lima
konvenii
lnternasional, diantaranya adalah
WIPO Copyright Treaty, Pbris and
Po*ol-Potok Pihiron dtn Strutegi
Dalaa Peaanggulqngan Kcjqhatan Bisnis
77
BerneConvention,PatentCoorporation
Treaty dan Trade Made Law. Yang
terjadi Indonesiajustru menjadinegara
terbesar kedua di Asia dalam
penjiplakanhak milik intelektual.
Pelanggaran HAKI tergolong
kejahatan yang bersrfat Mukti
Nasional, karena menembus bisnis
global. Dalam hal ini Indbneiaoleh
Amerika Serikat telah ditempatkan
dalam priority watch list, sejajar
denganCina, Bulgaria, Israel, Bruhei,
Afrika Selatan, Meksiko, maupun
Korea (Dirjen Hukum dan Perundangundangan,2000).
Fenomena sejumlah penjamin
(guarantor) PT. Bentoel terusik oleh
para krediturnya, akrbat bisnis
penjaminan.Dalam kredit perbankan,
kerapkali terjadi
penyimpangan,
dimana pejabat yang berkuasa atau
penguasabonafid memberikan memo
atau katabelece bagi kemudahan
pencairankredit, padahalpenjaminan
dapat bersifat personal guarantee alau
corporate guaruntee, yang mengikat
seluruhharta penjamin.
Suatu saat terdengar Dirut
Garudadiduga telah menerimakomisi
US$4,5juta,juga menyangkut
pejabatpejabatdan para konglomeratternama.
Uang komisi tersebut dikemanakan,
fenomena ini lekat dengan money
laundering. Uang komisi illegal
tersebut dicuci ke luar negeri, dan
dampaknyabanyaktimbul bank gelap,
Indruri Rini
PLRSI'EKII1. tbhne ,I No.2 Tahtn 20OI EdtsiApril
perjudian lewat pacuan kuda dan
praktekkotor lainnya.
Di dalam Bursa Komoditi
lndonesia,dapattimbul./aturetradtng,
dimana perdaganganberjangka atas
komoditastertentu,diantaranyatekstil,
kopi dan karet. Fenomenaini sebagian
yang menganggapsebagai judi,
^da
tetapi sebagianlagi menolaknyayang
terjadi adalab memprediksi harga,
bukan untung-untungan.Perusahaanperusahaan ini sebagai agen bursa
Tokyo yang hanya berbekalselembar
ijin usaha. Bisnis ini mendorong
terjadinya berbagai pbnggelapandan
penipuan,sebab yang diperdagangkan
bukan hasil komoditi lndonesra.
Fenomenalain yang menarik
adalah bahaya virus komputer.
Diantaranya
adalah
vrrus
Michelangelo. karena virus ini
diprogramkan untuk mengacaukan
jaringan inlbrmasi. Pembajakanatau
penggandaan program dan hingar
informasi,
bingarnya
arus
virus ini meluas.Dalam
menyebabkan
hal ini yang jelas ada penjahat dan
korbannya.Di Singapuraada National
Computer Board, di Amerika Serikat
a d a S e r r i c e ' s Op e ra ti o S u n D e vi l.
Kegiatan mereka yang utama adelah
memberi peringatan dan rnembantu
penegakhukumdalam menanggulairgi
kejahatankompouter.Di Belandasejak
tahun 1982telahditentukanbahwadata
komputerdianggapsebagaibarang.Di
Indonesia memang perangkat hukum
Pohoh-Pokoh Pihiron d.rn Strutegi
DoI am Pcoongg a I angan Kcj ahatan 8is n is
78
agak mnum. boleh jadi hanya
berdasarkan KTJHP dan peraturanperaturanHAKI
Padaakhir-akhirinr di Indonesia
yang
lagr
gencar-gencarnya
dikumandangkanSlogan di TV Ayo
Sekolah, ternyata telah menggelitik
orang-orangtak bertanggungjawab
berbisnis ria di bidang pendidikan.
Ironis sekali. tetapi rni fenomena
aktual yang harus ditanggulangiatau
diantisipasi. akibat derasnya dan
bersatunya
sistempendidikannlsional
antara mitra nasional dan asing
dijadikan
ajang
yang
bisnis
memalukan.l angan-tangan
kotor yang
haus keuntungan haram berkeliaran
hampirdi setiapsudutkota.
Strategi Penanggu
lengan
Praktek bisnis tidak akan
menarik.tanpa adanyapenyimpangan
hukum.
l3etapapun
sulit
menanggulanginva,
namuhada strategi
tertentuvang dapatdilakukan.
Pelaku bisnis menyimpang,
bolehladitidak diketahuiolehpenegak
hukum, tidak diadili atau tidak
dipidana. IJntuk itu, sesuai dengan
eksistensi hukum, lerutama Hukum
Bisnis harus konsisten ditegakkan,
tanpa melakukan diskriminasi bagi
para pelaiunya.
Komisi pengawas persaingan
usaha diberdayakandalam menangani
praktek
monopoli.
monosponi,
persengkongkolan
dalam produksi dan
Indrati Rini
pemasaran,
sertapersaingantidak sehat
dalam bisnis. Komisi ini tidak secara
pasif menunggu pengaduan, tetapi
secara aktif mencari dan menelusuri
praktek-praktek bisnis
terlarang
tersebut, diantaranya memberikan
sanksi
administratif
pembatalan
perjanjian,
atau
pembatalan
peRggabungan atau
peleburan
perusahaan.
Pengadilan sebagai institusi
pemberi
keadilan
benar-benar
fungsional dalam memvonis praktek
bisnis terlarang, berdasarkanKUHP
UU No. 5 Tahun 1999 dan berbagai
peraturanlainnya. Putusanpengadilan
dapat berupa hukuman pokok denda
atau kurungan, ditambah pidana
tambahan,diantaranyapencabutanizin
usaha,larangan kepada pelaku bisnis
yang bersalah menduduki jabatan
direksi atau komisaris dan yang
lainnya.
Strategi lain
yang dapat
dilakukan
adalah
mengurangi
maraknya KKN, berdasarkanUU No.
28 Tahun 1999. Penyelenggaraan
negara yang bersih dari KKN, akan
menimbulkan keengganan pelaku
bisnis untuk berkolusi, ataupun
mendorongpejabat untuk korupsi dan
nepotisme.
Buruh atau karyawan yang
underpaid, tidak jelasTo6 description
yang harus dilakukannya, dieliminir,
sehingga tertutup peluang untuk
memberikan atau meniual informasi
Poloi-Po*oh Pihirun dtn Strotegi
Dalon Pcnanggalongon Kcjahatan Bisnis
79
bisnis ke pesaingperusahannya.Oleh.
karena itu, perlu pencegahan darl
peningkatan fasilitas dan gaji, serta
pengawasan
yang ketat.
Pemerintah
Indonesia
hendaknya mendorong persaingan
domestik maupun global untuk
efisiensi produk dan pemasaran,
sehinggamencapaidaya saing yang
baik. BUMN/D sebagai perusahaan
negara tidak merintangi persaingan
bisnis yang sehat. Oleh karena itu,
p€merintah harus mengurangibahkan
menghilangkan rintangan alamiah
bisnis dan rintangan kebijaksanaan
pemerintah di
berbagai sektor
perekonomianSejalan dengan pembangunan
ekonomi nasionalpada era globalisasi
ini, maka perlindunganbagi konsumen
maupun pelaku usaha hendaknya
seimbang. Para
pelaku
usaha
menghindari
larangan
menjualimemproduksibarangdan jasa
yang merugikan konsumen atau
penguasahalainnya. Oleh karena itu,
berdasarkanUU No. 8 Tahun 1999.
Badan
Penyelesaian
Sengketa
Konsumen benar-benar berfungsi,
dalammenjatuhkansanksiadministrasi
di samping putusan pengadilan yang
adil.
Perananintelijen bisnis,seperti
di Amerika Serikat perlu digalakkan,
yang terhimpun dalam berbagai
institusi
intel
bisnis.
Dalam,
mengantisipasikejahatan bisnis, ada
I|drati
Rini
PERSPEKTIFl/olune t7 No.2Tahun2OOlEdisi
baiknye sarana ini didukung, baik
dilakukan oleh pemerintah mauPun
swasta s€caraprofesional.,Pusat Data
Bisnis Indonesiaatau Surindo Utama,
serta survey research Indonesia pada
dasarnya melakukan aktivitas intel
bisnis atau sebagailembagaResearch
and Development.
yang dapat
Strategi lain
pemberian
informasi
adalah
diterapkan
kePada
seluas-luasnya
bisnis
masyarakat, institusi pemerintah atau
swastadapatbergandengtangandalam
menanggulangipraktek-praktekbisnis
mendudukkan
Dengan
terlarang.
masyarakat pada posisi pengguna
barang dan jasa, pengontrol praktek
bisnis, sekaligus pemberi masukan
yang bermanfaat kepada pemerintah
apabila
dan perusahaan-perusahaan
menemui aktivitas yang merugikan
bangsa dan negara, dan tercaPainYa
Indonesiayang damai dan sejahtera.
kejahatan bisnis, dengan modus
operandi yang beragam pula, dengan
tempus delicti yang berbeda dan
denganlocus delicti, baik di Indonesia
lain.
maupundi negara-negara
Padaakhimya,apapunstrategiyang
dilalcukan dalam upaya menanggulangi
atau mengantisipasipenyimpanganbisnis,
akanterulangpadaSumberDaya Manusianya. Oleh karena itu, pendidikan €tika,
moral dan spiritual bagr pelaku bisrus
amatlah dipcrlukan, sebab hanya
manusialah yang dapat berbisnis dengan
modal cipta, rasa dan karsanya.Akhirul
kalam, rakyat Indonesia s€bagat baglan
masyarakatdunia, tiada lain harapanyang
diimpikan selain terwujudnya kehidupan
material dan spiritual yang mapan dan
seimbang,niscayalndonesiaakan menjadi
negarakuat dan besaryang dihormati oleh
bangsanyasendiridanbangsalainnya.
Petrutup
Praktek bisnis menyimpang
merupakan fenomena yang tidak
mudah ditelusuri dan amat kompleks
konteks lingkungan sosialnya. Yang
jelas berbagaimotif, sikapdan persepsi
pelaku bisnis dan keberadaanpelaku
bisnis dan keberadaan perangkat
hukum dan law enforcer, amat
terjadinya
menentukan peluang
fenomena ini. Di masa sekarangdan
yang akan datang tentu akan banyak
bermunculan jenis-jenis baru dari
A.
Poho*-Po*oL Pihittn dan Slrqlegi
Dtloa. Pcnonggaldt gon N.jahqlqr, Eitnis
DAFTARPUSTAKA
Hamzah, Delik Penyelundupan
Akademi, Pressindo, Jakarta,
1996
Allan A. Block, T'heBustnessCrime,
westview Press,San Fransisco,
1995
Menyingkap
Andrianus Meliala,
KejahatanKerah Putih, Pustaka
SinarBaru.Jakarta.1995.
80
Indruti Rini
PERSPEKW Volune n No.2 Tahun20Ol Edisi
ELIPS, Persaingan Usaha dan Hukum
yang Mengatulnya, Sufabays,
1999.
Undang-UndangNo. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan
Negara
yang Bersih dan Bebas dari
KKN.
J.E. Sahetapy, Kejahatan Kekerasan,
Sinar Wijaya, Surabaya,1983.
Juajir Sumardji, Aspek-Aspek Hukum
Franchising dan Perusahaan
Transnasionul, Citra Aditya,
Bandung,1995.
Marshall B. Clinard, CorporateEthics
and Crime .Sage, Publication,
London.1983.
Corporate
Crime, The Free Press,London,
1985.
Hukum Bisnis, Journal,
Vo l u me6 ,1 9 9 9 .
Iakarta,
Ketetapan MPR No. MMPR/!999
tentang
Garis-Garis
Besar
Hafuan Negara 1999-2004.
Undang-UndangNo. 5 Tahun 1999
praktek
tentang
Larangan
Monopoli dan PersainganUsaha
Tidak sehat.
Undang-UndangNo. I Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen.
Poro*-Po*ot fiUna tton Stiaiigi
Dtlarr Perantgultagtn
Xcjahotta
Bisnis
81
Indroti Riai
P'OKOK.POKOKPIKIRAN DAN STRATEGI
DAI"AM PENANGCUI,/INGANKEJAEATAN BISNIII
O le h :
Indnti Rini
Alalvitas bisnis di lrrfurBcid tadait emt dengan kebijakanaan pohta penerintah
tennsuk juga penangulangan kejalntan bisnb heionce Behavior merupakanfenomerc
yang melekatdalamprubeh btsnis,dinana ierydi pelanggamn anu keiaihaw yang tidat
bertentangandenganperutumn perndongwdoryan tetapi juga bertent.tng.mdentsn
moral lan etil@ twrnrakat s*ategi pemngulattgan terhadap kzjahatan tx,ns aipt
dilafulran fungan car*cam pe*eaoyun
bmisi pengavas penaingan uatta siru
badan penyelesaiansengtetq konsumen konsistenpfo penegakanhuhn, memotivasi
persainganbisnis untuhmencapatdayd satngyang baik penberian infomasi bisni,Na
naswakat.
-rt
Pendrhulurn
Masyarakat bisnis senantiasa
ada
dan
mernang
diadakan.
Eksistonsinya merebak, baik bCrsifat
lokal, regional, rtasional msupun
global. Tak ada satupun masyarakatdi
dunia ini yang terlepas dari bxsiness
pruetice.
Sayangnya tak
semua
'tmksaksi yang dilakukan berlangsung
secara normal dan waj ar, kerap kali
dijumpai 'adanya unfair busihess
practice .
AktiVitas bisnis di Indoncsia
terkait erat " dengan kebijaksanaan
politis
Pemerint&h, sebagaimina
tertuang dalam GBHN Tahun 19992004, bidang ekonomi bahwa akan
dikembangkan perekbnomian yang
berorieltasi globrl, se uai dengan
kemaJuan
teknologi
dengan
membangun keunggulan kompetitif
Potoh-Potol Plhirar dan Strotcgl
Dalom Penu ggu bn to n Ncloh rrsn Bitnit
dari
keunggulan
komparatif
bcrdasarkankompetensinyaPraktek bisnis kotor hampir
melanda bidang-bidang bisnis yang
diminati
masyarakbt, dianiatalya
pembajakan karya atas kekayakaan
intclektuirl,
kejahatan komputer,
penyalahgunaankorporasi dan berbagai
tindak kriminal
bisnis lainnva.
Fenomena ini tidak terlcpas aari
muncilnyr peluang untuk melakukan
bisnis iang menyimpang,di samping
faktor orang sebagai SDM dan faktor
rapuhnyai kontrol mabyarakat dan
pemerintih, serta belum sepenuhnya
Iav enforcemenldilakukan denganbaik
dm benar.
Rintangan
dalam
bisnis
seringkali tidak dapat diantisipasidan
diatasi oleh para pelaku bisnis, baik
bbrupa naturul
barrier
maupun
73
Irulrati Rtrt
cr.ime. Di samping itu juga sering
terdengar sebutan lain, diantaranya
occupational deviance (Quinney,
1964), offictal deviance t'Douglass&
Johnson, 1977), occupational crime
(Green,
1990),
corporate
&
governmental devrance (Erman &
Lundman.1978).
Selanjutnya ditemukan pula
penamaan lain, diantaranya illegal
corporate behavior (Clinard et. al,
1979) dan elite deviance (Simon &
Eitzen, 1982), serla economtc crtme
(Wickmand& Dailey, 1982).
Dari
berbagai penyebutan
tersebut,yang penting adalah hakekat
dari kejahatanbisnis itu sendiri, yaitu
suatu prilaku yang menyimpangyang
dilakukan oleh pelaku bisnis, demi
mendapatkankeuntungan,baik materiil
maupunimmateriil, denganmelanggar
ketentuan-ketentuan
bisnis.
Kejahatan bisnis, sebenarnya
bukanlah hal yang baru terjadi,
sebagaimanayang terjadi di Amerika
Serikat,bahwa6usines
s crimesare not
a recent phenomenon,since the dawn
of trade, merchantshave tried to gain
an advantage in lheir dealings,
historically, such as efforl s have often
developedinto categoriesof behavior
variously labeled, unfair, rmproperand
i//egal (Marshall B. Clinard & Petter
C. Yeager, 1980). Kemudian pada
akhir abad l9 dan awal abad 20
terdapat kekuasaanmonopolistik dan
penyimpangan oleh
perusahaan-
rintangan yang diciptakan oleh
kebijaksanaan pemerintah. Untuk
menembusrintangan-rintanganbisnis
tersebut,dapat bermunculankejahatan
atau persainganantar pelaku bisnis,
baik secarajujur dan sehat maupun
yang menylmpang.
Persaingan bisnis yang ketat,
baik domestik maupun global dapat
mendotong peningkatanefisiensi dan
produktivitas,namunkonsentrasipasar
yang tinggi
merupakan peluang
terjadinya corruption, collution and
nepotism. Oleh karena itu, timbul
pemikiran mengenai langkah-langkah
dan strategi apa dan dalam kondisi
yang bagaimana dapat dilakukan
upaya-upaya dalam menanggulangi
kejahatanbisnis?
Keiehetan Birnis
Perilaku yang menyimpang,
yang dikenal pula sebagai deviance
behavior, merupakan fenomena yang
melekat dalam praktek bisnis. Istilah
penyimpangan
yang
acapkali
berkembang menjadi pelanggaranatau
kejahatan, tidak saja bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, tetapi juga bertentangan
denganmoral dan etika yang dihormati
masyarakat.
lstilah 6rsrness crime, sering
digunakandalam konteksyang mirip
bahkan cenderung sama dengan
syndicate crime, organized crime,
group criminaliteil, atau white collar
Poko*-Pohoh nhitdn
dan Sltat.gi
Daloa Pcnanggulangaa
Xejohaton
74
Bitnit
Indrdli
Rini
PERSPEKTIFVolune VI No.2Iahun 200t Edist
perusahaanbesar yang mengarah psda
kejahatanbisnis.
Dalam kejahatan bisnis yang
hampir dapat diidentikkan dengan
coporate
crime,
secara aktual
merupakankej ahatan yang terorganisir
yang terjadi dalam konteks hubungan
yang komplek, diantara harapanharapandewan direksi, cksckutif dan
manajer pada satu sisi, dan diantara
perusahaan-perusahaan
induk, divisidivisi dan cabang-cabangnyapada sisi
yang lain.
Parapeneliti di Amerika Serikat
(Ralp Salerno, et. al, 1967) telah
mencoba untuk menemukan .pola
kejahatan terorganisi, sebagaimana
dipcrcaya sebagai classic pattern of
organized crime. Dalam hal ini ada dua
macam penyimpangan hukum yang
berbeda. Tipe yang pertama adalah
snarcgic & tactical crimes, seperti
p€nyuapan,monopoli, korupsi ataupun
pembunuhan. Tipe yang kedua adalah
kejahatan-kejahatanterorganisir yang
mendominasidan mengontrol aktivitasaktivitas bisnis illegal, diantaranya
narkotik, penggelapan,penyelundupan,
prostitusi ataupunperedaranminuman
keras.
Para kompetitor bisnis dalam
perkembangannya
telah
menggabungkan
dua
tipe
penylmpangan tersebut, sebagai
ligitimate
business.
Mereka
menggunakan metode strategi dan
tactical untuk mendapatksnkeuntungan
Po*o*-Pohoh Pi*irun don Snategi
Dalam Pcranggulangaa Kejchttan
Bitrit
yang
rstimewa,
walaupun
keuntungannya illegal. Kegiatannya
meliputi dealermobil, restoran,pabrik,
hiburanmalam,penjualanmakanandan
asosiasi-asosiasi bisnis
lainnya,
termasuk di dalamnyayaitu perbankan,
entertainment, perhotelan, asuransi,
real estate,perburuhan,dan perkreditan
sertafinancial securities.
Persaingan tidak wajar atau
kompetisi tidak sehar, acapkali
mcnjelma menjadi suatu jenis tindak
kriminal,
yang
baik
disebut
pelanggaran.ataupunkej ahatan.
Pelaku-pelaku
bisnis
di
Indonesia,
baik
berasal
dari
pemerintah, swasta nasional maupun
swasta asing acapkali terlihat dalam
lingkaran transaksi yang tidak sehat.
Perusahaan negara dalam bentuk
BUMN maupun BUMD, denganwadah
Perjan, Perum maupunPT. Persero,di
satu sisi dan di sisi lain adalahpelaku
bisnis swasta asing dan nasional,
denganbentuk perorangan,CV ataupun
PerseroanTerbatas,serta Koperasi dan
Yayasan.
Perusahaan-perusahaan asing
yang bermitra denganswastanasional,
lazimnya berbentuk joint venture,
dengan bcrbagai lisensi, dengan'dalih
franchising atau transfer of technology,
sebagai pelaku bisnis berpeluang
mempunyai
kekuasaan
yang
monopolistik dan terlibat KKN,
sehingga
berpotensi
sebagai
pelanggaranhukum bisnis.
75
Indruti Rlni
PERSPEKT'IFYolune l/l No.z fqhn 2Nl Edi Apnl
Kejahatan bisnis merupekan
delik atau tindak pidana yang tunduk
pada larangan dan sanksi pidana.
Sebagai pelaku tindak pidana, tentu
saja mereka harus memenuhi unsur
utama, yaitu unsur subyeltif dan
obyektif (SatochidKartanegara,1986).
lJnsur subyektif meliputi niat
dan kesalahan, sedangkan unsur
obyektif terdiri dari perbuatan dan
akibat hukumnya-Penjahatbisnis baru
apabila
dapat
dapat dipidana,
jawabkan
dipertanggung
atasperbuatan
yang dilakukannya.Aj aran Kausalitas
menjadi landasanutamanya.
Pelaku bisnis yang terbukti
bersalahmelakukan,persaingancurang
di sampingdapat dijerat sanksipidana
pula
dipertanggung
dapat
jawabkan/digugat secara perdata
(responsibilityand liability in plivate
law). Mereka dapat dituntut telah
melakukan suatu perbuatan yang
melanggar hukum (onrechtmatige
daad). Melanggar hukum dimaksudkan
sebagai bertentangan dengan hukum
dalam arti yang lebih luas daripada
(Pompe
Undang-Undang
dalam
RoeslanSaleh,l98l ).
Pelaku bisnis yang melanggar
hukum, sebenarnyatelah melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan
hak orang lain, kewajiban hukumnya
sendiri,dan kesusilaansertaketertiban
umum. lntinya atas perbuatannya
tersebut, mereka harus mengganti
kerugian yang diderita pihak lain.
Polok-Pakoh Pihirun don Strategi
D, lam Pcn an gg t lan g a a Kejohoten Bita it
Pihak lain ini dapat berbentuk
p€rorangan, ataupun badan hukum,
baik bersifat publik atau privat serta
masyarakatsebagai penggunaproduk
barang dan jasa yang dikenal sebagai
konsumen. Kerugian yang dapat
dituntut baik, bersifatmateriil maupun
immateriil.
Keberhasilan untuk
mendapatkan ganti kerugian dapat
membuktikanadanyaunsur kesalahan
pengusaha.Hal ini bukanlahpekerjaan
yang gampang,sebab waktu, tenaga,
pikiran
dan
modal
menjadi
tumpuannya.
FenomenaPenyimpangan
Penyimpangan bisnis muncul,
tentu saja terkait dengan konteks
lingkungansosialnya.Manusiasebagai
human resources adalah pelaku
utamenye. Baik dalam birokrasi
maupun bisnis, penyimpangandapat
terjadi sebagai fenomena yang harus
dicermati, baik dari aspek ekonomi,
politik, sosialbudaya,iptek dan aspekaspeklainnya.
Kehadiran pelaku bisnis, baik
sebagai insiders atau ourf,iders, harus
dilihat secarajeli dan teliti. Boleh jadi
merekadapatterlibat sebagaithe latent
potential
and
criminals
in
organization. Kita pernah mendengar
seorangmanajer treasury bank asing di
Jakarta
ditangkap,
karena
menggelapkan uang nasabah dalam
suatu permainan valas. Dalam ha!
demikian pelaku bisnis di Indonesia
76
Indruti Rini
PERSPEKnF Volune I'l No.2 Tahun2001Edi;i Aplit
dapat terimbas dari arus bisnis yang
mendunia.
Dunia ini terlihat semakin
menyatu dan seolah tanpa batas
(globali:ad
and
borderless).
Perkembangan di
bidang ilmu,
teknologi, hukum, politik, dan
ekonomi, dapat memicu tumbuh
kembangnya
kejahatan
bisnis.
Kejahatan pada dasarnya bersifat
konvensional dan
kontemporer.
Kejahatan jenis kontemporer inilah
dikenal sebagai kejahatanberdimensi
canggih dan modern, di antaranya
kejahatan-kejahatan
narkoba,
komputer, perbankan, perasuransian,
perpajakandan sebagainya
Indonesia bagaimanapunj uga
sebagai pelaku bisnis Internasional
akan berpengaruholeh perkembangan
global
dalam
bisnis.
Sebuah
perusahaankimia raksasaMontedison
Amerika Serikat, ditemukan tak
berlisensi dalam mengelola software
komputer. Memang ada GATT,
peraturan-peraturan
WTO, TRIP's dan
yang lainnya, namun tak mampu
membendung makin derasnya arus
penjiplakan atau pembajakan karyakarya intelektual.
Kasus-kasus mengenai hak
cipta, paten dan merek, memangtelah
terakomodir dalam Undang-Undang
Nomor 12, 13 dan l4 Tahun1997.Jusa
telah diratifisir lima
konvenii
lnternasional, diantaranya adalah
WIPO Copyright Treaty, Pbris and
Po*ol-Potok Pihiron dtn Strutegi
Dalaa Peaanggulqngan Kcjqhatan Bisnis
77
BerneConvention,PatentCoorporation
Treaty dan Trade Made Law. Yang
terjadi Indonesiajustru menjadinegara
terbesar kedua di Asia dalam
penjiplakanhak milik intelektual.
Pelanggaran HAKI tergolong
kejahatan yang bersrfat Mukti
Nasional, karena menembus bisnis
global. Dalam hal ini Indbneiaoleh
Amerika Serikat telah ditempatkan
dalam priority watch list, sejajar
denganCina, Bulgaria, Israel, Bruhei,
Afrika Selatan, Meksiko, maupun
Korea (Dirjen Hukum dan Perundangundangan,2000).
Fenomena sejumlah penjamin
(guarantor) PT. Bentoel terusik oleh
para krediturnya, akrbat bisnis
penjaminan.Dalam kredit perbankan,
kerapkali terjadi
penyimpangan,
dimana pejabat yang berkuasa atau
penguasabonafid memberikan memo
atau katabelece bagi kemudahan
pencairankredit, padahalpenjaminan
dapat bersifat personal guarantee alau
corporate guaruntee, yang mengikat
seluruhharta penjamin.
Suatu saat terdengar Dirut
Garudadiduga telah menerimakomisi
US$4,5juta,juga menyangkut
pejabatpejabatdan para konglomeratternama.
Uang komisi tersebut dikemanakan,
fenomena ini lekat dengan money
laundering. Uang komisi illegal
tersebut dicuci ke luar negeri, dan
dampaknyabanyaktimbul bank gelap,
Indruri Rini
PLRSI'EKII1. tbhne ,I No.2 Tahtn 20OI EdtsiApril
perjudian lewat pacuan kuda dan
praktekkotor lainnya.
Di dalam Bursa Komoditi
lndonesia,dapattimbul./aturetradtng,
dimana perdaganganberjangka atas
komoditastertentu,diantaranyatekstil,
kopi dan karet. Fenomenaini sebagian
yang menganggapsebagai judi,
^da
tetapi sebagianlagi menolaknyayang
terjadi adalab memprediksi harga,
bukan untung-untungan.Perusahaanperusahaan ini sebagai agen bursa
Tokyo yang hanya berbekalselembar
ijin usaha. Bisnis ini mendorong
terjadinya berbagai pbnggelapandan
penipuan,sebab yang diperdagangkan
bukan hasil komoditi lndonesra.
Fenomenalain yang menarik
adalah bahaya virus komputer.
Diantaranya
adalah
vrrus
Michelangelo. karena virus ini
diprogramkan untuk mengacaukan
jaringan inlbrmasi. Pembajakanatau
penggandaan program dan hingar
informasi,
bingarnya
arus
virus ini meluas.Dalam
menyebabkan
hal ini yang jelas ada penjahat dan
korbannya.Di Singapuraada National
Computer Board, di Amerika Serikat
a d a S e r r i c e ' s Op e ra ti o S u n D e vi l.
Kegiatan mereka yang utama adelah
memberi peringatan dan rnembantu
penegakhukumdalam menanggulairgi
kejahatankompouter.Di Belandasejak
tahun 1982telahditentukanbahwadata
komputerdianggapsebagaibarang.Di
Indonesia memang perangkat hukum
Pohoh-Pokoh Pihiron d.rn Strutegi
DoI am Pcoongg a I angan Kcj ahatan 8is n is
78
agak mnum. boleh jadi hanya
berdasarkan KTJHP dan peraturanperaturanHAKI
Padaakhir-akhirinr di Indonesia
yang
lagr
gencar-gencarnya
dikumandangkanSlogan di TV Ayo
Sekolah, ternyata telah menggelitik
orang-orangtak bertanggungjawab
berbisnis ria di bidang pendidikan.
Ironis sekali. tetapi rni fenomena
aktual yang harus ditanggulangiatau
diantisipasi. akibat derasnya dan
bersatunya
sistempendidikannlsional
antara mitra nasional dan asing
dijadikan
ajang
yang
bisnis
memalukan.l angan-tangan
kotor yang
haus keuntungan haram berkeliaran
hampirdi setiapsudutkota.
Strategi Penanggu
lengan
Praktek bisnis tidak akan
menarik.tanpa adanyapenyimpangan
hukum.
l3etapapun
sulit
menanggulanginva,
namuhada strategi
tertentuvang dapatdilakukan.
Pelaku bisnis menyimpang,
bolehladitidak diketahuiolehpenegak
hukum, tidak diadili atau tidak
dipidana. IJntuk itu, sesuai dengan
eksistensi hukum, lerutama Hukum
Bisnis harus konsisten ditegakkan,
tanpa melakukan diskriminasi bagi
para pelaiunya.
Komisi pengawas persaingan
usaha diberdayakandalam menangani
praktek
monopoli.
monosponi,
persengkongkolan
dalam produksi dan
Indrati Rini
pemasaran,
sertapersaingantidak sehat
dalam bisnis. Komisi ini tidak secara
pasif menunggu pengaduan, tetapi
secara aktif mencari dan menelusuri
praktek-praktek bisnis
terlarang
tersebut, diantaranya memberikan
sanksi
administratif
pembatalan
perjanjian,
atau
pembatalan
peRggabungan atau
peleburan
perusahaan.
Pengadilan sebagai institusi
pemberi
keadilan
benar-benar
fungsional dalam memvonis praktek
bisnis terlarang, berdasarkanKUHP
UU No. 5 Tahun 1999 dan berbagai
peraturanlainnya. Putusanpengadilan
dapat berupa hukuman pokok denda
atau kurungan, ditambah pidana
tambahan,diantaranyapencabutanizin
usaha,larangan kepada pelaku bisnis
yang bersalah menduduki jabatan
direksi atau komisaris dan yang
lainnya.
Strategi lain
yang dapat
dilakukan
adalah
mengurangi
maraknya KKN, berdasarkanUU No.
28 Tahun 1999. Penyelenggaraan
negara yang bersih dari KKN, akan
menimbulkan keengganan pelaku
bisnis untuk berkolusi, ataupun
mendorongpejabat untuk korupsi dan
nepotisme.
Buruh atau karyawan yang
underpaid, tidak jelasTo6 description
yang harus dilakukannya, dieliminir,
sehingga tertutup peluang untuk
memberikan atau meniual informasi
Poloi-Po*oh Pihirun dtn Strotegi
Dalon Pcnanggalongon Kcjahatan Bisnis
79
bisnis ke pesaingperusahannya.Oleh.
karena itu, perlu pencegahan darl
peningkatan fasilitas dan gaji, serta
pengawasan
yang ketat.
Pemerintah
Indonesia
hendaknya mendorong persaingan
domestik maupun global untuk
efisiensi produk dan pemasaran,
sehinggamencapaidaya saing yang
baik. BUMN/D sebagai perusahaan
negara tidak merintangi persaingan
bisnis yang sehat. Oleh karena itu,
p€merintah harus mengurangibahkan
menghilangkan rintangan alamiah
bisnis dan rintangan kebijaksanaan
pemerintah di
berbagai sektor
perekonomianSejalan dengan pembangunan
ekonomi nasionalpada era globalisasi
ini, maka perlindunganbagi konsumen
maupun pelaku usaha hendaknya
seimbang. Para
pelaku
usaha
menghindari
larangan
menjualimemproduksibarangdan jasa
yang merugikan konsumen atau
penguasahalainnya. Oleh karena itu,
berdasarkanUU No. 8 Tahun 1999.
Badan
Penyelesaian
Sengketa
Konsumen benar-benar berfungsi,
dalammenjatuhkansanksiadministrasi
di samping putusan pengadilan yang
adil.
Perananintelijen bisnis,seperti
di Amerika Serikat perlu digalakkan,
yang terhimpun dalam berbagai
institusi
intel
bisnis.
Dalam,
mengantisipasikejahatan bisnis, ada
I|drati
Rini
PERSPEKTIFl/olune t7 No.2Tahun2OOlEdisi
baiknye sarana ini didukung, baik
dilakukan oleh pemerintah mauPun
swasta s€caraprofesional.,Pusat Data
Bisnis Indonesiaatau Surindo Utama,
serta survey research Indonesia pada
dasarnya melakukan aktivitas intel
bisnis atau sebagailembagaResearch
and Development.
yang dapat
Strategi lain
pemberian
informasi
adalah
diterapkan
kePada
seluas-luasnya
bisnis
masyarakat, institusi pemerintah atau
swastadapatbergandengtangandalam
menanggulangipraktek-praktekbisnis
mendudukkan
Dengan
terlarang.
masyarakat pada posisi pengguna
barang dan jasa, pengontrol praktek
bisnis, sekaligus pemberi masukan
yang bermanfaat kepada pemerintah
apabila
dan perusahaan-perusahaan
menemui aktivitas yang merugikan
bangsa dan negara, dan tercaPainYa
Indonesiayang damai dan sejahtera.
kejahatan bisnis, dengan modus
operandi yang beragam pula, dengan
tempus delicti yang berbeda dan
denganlocus delicti, baik di Indonesia
lain.
maupundi negara-negara
Padaakhimya,apapunstrategiyang
dilalcukan dalam upaya menanggulangi
atau mengantisipasipenyimpanganbisnis,
akanterulangpadaSumberDaya Manusianya. Oleh karena itu, pendidikan €tika,
moral dan spiritual bagr pelaku bisrus
amatlah dipcrlukan, sebab hanya
manusialah yang dapat berbisnis dengan
modal cipta, rasa dan karsanya.Akhirul
kalam, rakyat Indonesia s€bagat baglan
masyarakatdunia, tiada lain harapanyang
diimpikan selain terwujudnya kehidupan
material dan spiritual yang mapan dan
seimbang,niscayalndonesiaakan menjadi
negarakuat dan besaryang dihormati oleh
bangsanyasendiridanbangsalainnya.
Petrutup
Praktek bisnis menyimpang
merupakan fenomena yang tidak
mudah ditelusuri dan amat kompleks
konteks lingkungan sosialnya. Yang
jelas berbagaimotif, sikapdan persepsi
pelaku bisnis dan keberadaanpelaku
bisnis dan keberadaan perangkat
hukum dan law enforcer, amat
terjadinya
menentukan peluang
fenomena ini. Di masa sekarangdan
yang akan datang tentu akan banyak
bermunculan jenis-jenis baru dari
A.
Poho*-Po*oL Pihittn dan Slrqlegi
Dtloa. Pcnonggaldt gon N.jahqlqr, Eitnis
DAFTARPUSTAKA
Hamzah, Delik Penyelundupan
Akademi, Pressindo, Jakarta,
1996
Allan A. Block, T'heBustnessCrime,
westview Press,San Fransisco,
1995
Menyingkap
Andrianus Meliala,
KejahatanKerah Putih, Pustaka
SinarBaru.Jakarta.1995.
80
Indruti Rini
PERSPEKW Volune n No.2 Tahun20Ol Edisi
ELIPS, Persaingan Usaha dan Hukum
yang Mengatulnya, Sufabays,
1999.
Undang-UndangNo. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan
Negara
yang Bersih dan Bebas dari
KKN.
J.E. Sahetapy, Kejahatan Kekerasan,
Sinar Wijaya, Surabaya,1983.
Juajir Sumardji, Aspek-Aspek Hukum
Franchising dan Perusahaan
Transnasionul, Citra Aditya,
Bandung,1995.
Marshall B. Clinard, CorporateEthics
and Crime .Sage, Publication,
London.1983.
Corporate
Crime, The Free Press,London,
1985.
Hukum Bisnis, Journal,
Vo l u me6 ,1 9 9 9 .
Iakarta,
Ketetapan MPR No. MMPR/!999
tentang
Garis-Garis
Besar
Hafuan Negara 1999-2004.
Undang-UndangNo. 5 Tahun 1999
praktek
tentang
Larangan
Monopoli dan PersainganUsaha
Tidak sehat.
Undang-UndangNo. I Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen.
Poro*-Po*ot fiUna tton Stiaiigi
Dtlarr Perantgultagtn
Xcjahotta
Bisnis
81
Indroti Riai