1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selat Bali adalah salah satu perairan di Indonesia yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup tinggi. Produktivitas tersebutlah yang
menyebabkan perairan Selat Bali mempunyai nilai ekonomis penting karena berfungsi sebagai habitat ikan Lemuru Soejodinoto, 1960 dalam Dwiponggo,
1982. Selat Bali mempunyai bentuk seperti corong dengan mulutnya yang lebar ± 35 km menghadap Samudera Hindia Tenggara dan bagian sempit di sebelah
utara tidak lebih dari 2,5 km menghadap Selat Madura dan Laut Jawa. Luas seluruh perairan Selat Bali diperkirakan 2500 km Arinaldi, 1972 dalam Setiawan,
1991. Produktivitas di perairan Selat Bali tinggi karena terjadi proses penaikan massa air upwelling yang terjadi mulai sekitar akhir bulan April hingga
permulaan Oktober Merta, 1992; Salijo, 1973. Perairan di Selatan Jawa sampai Timor merupakan perairan yang menarik
untuk dikaji karena perairan ini memiliki potensi sumber daya perikanan yang tinggi. Selain itu, perairan ini juga dipengaruhi oleh beberapa fenomena
oseanografi-atmosfer, seperti El Nino Southern Oscilation ENSO, Indian Oscillation Dipole Mode IOD, sistem arus permukaan laut, Arus Lintas
Indonesia Arlindo dan pola pergerakan angin muson. Untuk meningkatkan efektivitas dan optimalisasi kegiatan penangkapan ikan, khususnya dalam
penentuan waktu tangkap dan lokasi penangkapan fishing ground, maka perlu adanya informasi dan pengetahuan mengenai karakteristik perairan tersebut
melalui upaya pengkajian terhadap beberapa variabel yang terkait, di antaranya adalah kajian terhadap suhu dan klorofil-a permukaan laut.
Dalam bidang perikanan, informasi mengenai variabilitas spasial suhu permukaan laut memiliki peran penting sebagai sarana untuk pendugaan dan
penentuan lokasi upwelling, front ataupun eddies current Lalli dan Parson,1994. Sedangkan kandungan klorofil-a menurut Lalli dan Parson 1994, dapat
digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan dan produktivitas perairan.
2 Kunarso 2005, menjelaskan informasi mengenai variabilitas spasial suhu dan
klorofil-a permukaan laut dapat digunakan untuk mempermudah pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan yaitu sebagai dasar untuk menduga dan
menentukan perairan yang potensial untuk fishing ground. Variabilitas suhu dan klorofil-a permukaan laut dikaji berdasarkan data-
data penginderaan jauh, karena cakupannya yang luas sehingga penggunaan data- data ini lebih efektif daripada data-data sampling insitu. Data yang digunakan
adalah data MODIS Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer harian dari satelit Aqua MODIS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menggambarkan variabilitas suhu dan klorofil-a permukaan laut baik secara spasial maupun temporal pada
daerah upwelling di Selat Bali. Kajian dilakukan selama terjadi upwelling dari bulan Juni hingga Oktober.
1.2 Maksud dan Tujuan PKL