akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT sementara, pembuatan akta Ikrar Wakaf oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, pembuatan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungann SKMHT oleh Notaris, pembuatan Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang, dan Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik oleh Panitia Ajudikasi.
24
F. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya
Prestasi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance”, dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu
pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengingatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan
“condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. Sementara itu, dengan wanprestasi default atau non fulfilment,
ataupun yang disebutkan juga dengan istilah breach of contract, yang dimaksudkan adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana
mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan.
25
Ada berbagai model bagi para pihak yang tidak memenuhi prestasinya, walaupun sebelumnya sudah setuju untuk dilaksanakan. Model-
model wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut : a.
Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi;
24
Budi Harsono, Op. Cit, hal. 483
25
Munir Fuady, Op. Cit, Hal. 87-88
b. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi;
c. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi;
d. Wanprestasi melakukan sesuatu yang oleh perjanjian tidak boleh
dilakukan.
26
Ada empat akibat wanprestasi terhadap perjanjian kredit yang akan diadakan, yaitu sebagai berikut:
a. Perikatan tetap ada
Kreditur masih dapat memenuhi kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditur berhak
menuntut ganti kerugian akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur
melaksanakan prestasi tepat pada waktunya. b.
Debitur harus membayar ganti kerugian kepada kreditur Pasal 1243 KUH Perdata.
c. Beban risiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk
berpegang pada keadaan memaksa. d.
Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata.
26
Soebekti, Aneka Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1992. Hal.45
BAB III METODE PENELITIAN