Studi Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan

STUD1 PENGEMBANGAN SIS'I'EM AG1tOINL)US'IKI KENTANG
Dl WlLAYAII I'EDESAAN

Oleh

DIAN RACHMAWATI

2002
YKOGKAM PASCASAIIJANA
INSTITUT I'EHTANIAN BOGOII
BOGOR

Dian Hachmawati. Studi I'engembangan Sisteni Agroindustri Kentang Di
Wilayah l'edesaan. Di bawall bimbingan Eriyatilo sebagai Kctua, Sutrisno
dan Anas M. Fauzi sebagai Anggota.
Agroindustri ti~cti~punyaiposisi yatig strategis scbagai jcmbatan yang
menghubungkan sektor pedanian, sektor industri dan sektor perdagangan.
Strategi petnbangunan pertanian dalatn pengembangan agribisnis dan agroindustri
yang berkelanjutan menjadi penggcrak pertutnbuhan sektor lain, yang pada
akhirnya akan meningkatkan dinamika perckonotnian nasional.
Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura unggulan yang

diprioritaskan pengembangannya.
Pengembangan usahatani kentang dapat
mendorong pengembangan agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar
maupun skala kecil dan menengah. I'roduksi kentang di Jawa Barat memberikan
kontribusi terbesar yaitu 40,6 persen dari total produksi Indonesia. Dilihat dari
distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat, Kabupaten
Bandung tnemberikan kontribusi terksar yaitu sebesar 43 persen. K e k a t a n
Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten Bandung,
dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar 2498 ton
setiap harinya.
Umurmlya agroindustri di pcdesaan ~nernpunyai keletnahan-kelemahan,
diantaranya adalah kondisi intern pcrusahaan yang tidak efisien, kurangnya
kenlampuan manajetnen, letilah pernlodalan, posisi bersaing yang kurang kuat,
kurang marnpu mencari atau menernbus daerah pemasaran yang baru, kualitas
produk rendah, serta lenlah dalatn keterampilan dan pengetahuan teknis dan
desain kemasan. Dilain pihak, agroindustri pedesaan sangat berperan di dalatn
peningkatan pendapatan dan potetisi ckonutlii pedesaan.
I'engcmbangan
agroindustri pedesaan perlu mernpertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh
dan memberikan kontribusi yang seirnbang diantara faktor-faktor tersebut.

Dengall demikian diperlukan suatu kajian bagi pengembangan agroindustri,
khususnya di wilayah pedesaan dengan tnempertimbangkan potensi daerah
pengembangan. Kerangka berpikir sistern digunakan dengan berorientasi pada
tujuan (sibernetik), melalui cara pandang yang utuh terhadap sistem (holistik), dan
lebih dipentingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan (efektif).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang
berperan pada pengembangan agroiridustri kentang di wilayah pedesaan,
(2) menganalisis struktur biaya kcgiatan agroindustri kentang urituk mengetahui
kelayakan dan resiko usaha, dan (3) menyusun prioritas pengembangan
agroindustri kentang di wilayah pedesaan.
Studi pengembangan sistetn agroindustri kentang dilakukan di sentra
produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Analisa
SWOT digunakan untuk mengidentifiasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, serta menyusun strategi berdasarkan faktor pendukung dan penghambat
pengembangan agroindustri. Metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan

untuk menentukan prioritas setiap komponen pada hirarki yang disusun untuk
alternatif pengembangan agroindustri.
Kajian analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan usaha lepas
panen (ULP2) primer kentang dan ULP2 sekunder pengolahan kentang yang

dikembangkan, dengan melihat beberapa nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP,
BIC, dan BEP) dan nilai tambah yang diperoleh dari ULP2.
ULP2 merupakan perusahaan skala kecil yang mengolah hasil pertanian
yang berkemampuan memberikan manfaat semaksimal mungkin kepada
masyarakat di wilayah pedesaan setempat. Dalam penelitian ini, kegiatan ULP2
kentang difokuskan pada (1) ULP2 primer, meliputi kegiatan sortasi dan grading,
pencucian atau pembersihan, pengemasan, dan penyimpanan sementara; dan
(2) ULP2 sekunder, meliputi kegiatan pengolahan kentang menjadi produk
pangan (makanan).
Hasil analisa ULP2 primer kentang menunjukkan bahwa kegiatan ini layak
dilaksanakan, dengan nilai NPV sebesar Rp 44.916.876,-, IRR 36 persen,
pengembalian modal (PBP) 5,2 tahun, dan net B/C 2,15. Kapasitas produksi
terkecil sebesar 97512 kg kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas,
meskipun kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual kentang sangat
berpengaruh terhadap kelayakan usaha secara finansial, namun resiko bisnis
ULP2 primer kentang tidak termas.uk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan
karena harga beli kentang sebagai bahan baku dan harga jual kentang sebagai
produk ULP2 primer berhubungan paralel (kausal), yang berarti jika harga beli
kentang rnahal, harga jualnya pun akan mahal.
Dari hasil survey lapang dan penilaian dengan metoda komparasi

berpasangan AHP didapat prioritas berdasarkan kriteria yang ditetapkan, produk
pangan berbasis kentang yang cukup potensial untuk dikembangkan dan dapat
diproduksi oleh agroindustri skala kecil di Pangalengan adalah keripik kentang.
Hasil analisis finansial agroindustri keripik kentang dengan nilai investasi sebesar
Rp 99.381.500,- (DER 60:40) diperoleh nilai NPV Rp 84.299.534,-, IRR 26,7%,
PBP 3,35 tahun, dan net B/C 2,12. Kapasitas produksi terkecil sebesar 17722 kg
keripik kentang per tahun. Berdasarkan analisa sensitivitas, resiko bisnis ULP2
sekunder keripik kentang termasuk kategori cukup.
Keuntungan yang diperoleh petani yang melakukan kegiatan ULP2 primer
sebesar Rp 3.069.054,- per bulan atau lebih besar 35,s persen dibandingkan
dengan petani yang langsung menjual kentangnya tanpa kegiatan ULP2 yaitu Rp
2.260.000,- per bulan. Dari analisis nilai tambah ULP2 sekunder keripik kentang
menunjukkan bahwa petani yang langsung mengolah memperoleh nilai tambah
Rp 3.359,- per kg, lebih besar dibandingkan dengan petani yang hanya
mengandalkan usahatani kentang saja; atau ULP2 pengolahan saja yang
memperoleh nilai tambah Rp 962,- per kg. Oleh karena itu melalui kegiatan
ULP2 kentang akan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar untuk
kesejahteraan bersama.
Berdasarkan matrik identifikasi faktor internal-eksternal, strategi yang sesuai
bagi pengembangan agroindustri kentang di Pangalengan adalah strategi

pertumbuhan, konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas.
Pengembangan melalui intergrasi horizontal ini dapai memperluas pasar, fasilitas
produksi maupun teknologi, melalui pengembangan internal rnaupun eksternal
melalui akuisisi dengan industri lain yang sama. Artinya, pengembangan didesain

untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, keuntungan atau
kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengembangkan produk
baru, memperbaiki kualitas produk, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih
luas.
Dalam pengembangan agroindustri kecil di pedesaan perlu memperhatikan
kepentingan aktor atau pelaku yang berperan, faktor-faktor penting yang terkait,
dan kriteria yang ditetapkan. Untuk pengembangan agroindustri kecil kentang di
Pangalengan, lirna aktor yang diidentifikasi, petani sebagai penyedia bahan baku
merniliki peran terpenting (0,240), diikuti berturut-turut oleh pengusaha kecil
(0,226), lembaga pembiayaan usaha (0,19 1), instansi pembina (0,178). dan
koperasi (0,165). Faktor yang berperan dalam pengembangan agroindustri
kentang di Pangalengan berdasarkan bobot kepentingannya berturut-turut adalah
potensi bahan baku (0,203), sumberdaya manusia (0,170), peluang dan potensi
pasar (0,148), permodalan (0,130), penyebarluasan teknologi (0,125), sarana dan
prasarana (0,114), dan kebijakan pemerintah (0,110).

Dengan berbagai upaya pemenuhan kebutuhan aktor dan pernanfaatan
sumberdaya pada hirarki pengembangan agroindustri kentang di Wilayah
Pangalengan, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan agar tujuan
pengembangan agroindustri kentang di pedesaan dapat tercapai adalah pembinaan
melalui kemitraan usaha (42,l persen). Alternatif selanjutnya berturut-turut
pembinaan kelompok usaha bersama (32,4 persen) dan pembinaan sentra industri
(25,5 persen).
Sarana pembinaan dimaksudkan untuk mendukung upaya pembinaan yang
diutamakan untuk mengatasi kelemahan dan kendala-kendala yang sering
dihadapi UKM. Konsep Lembaga Pelayanan Bisnis (Business Development
Services /BDS) sangat diperlukan dalam menumbuhkembangkan UKM. Berbagai
perrnasalahan yang dihadapi UKM menyebabkan usaha ini tidak berkembang
secara optimal, sehingga perlu diupayakan adanya fbngsi pelayanan yang mampu
mendorong UKM agar dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi dan bisnis.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG

DI WILAYAH PEDESAAN

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2002
r

C

/p

/,
5

'J

Dian Rachmawati
NRP 97342

STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KENTANG
DI \IrILAYAH PEDESAAN

Oleh

DTAN RACHMAWATI

TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

2002

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

Judul Penelitian

: STUD1 PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI

KENTANG DI WILAYAH PEDESAAN
Nama Mahasiswa :

Dian Rachrnawati

Nomor Pokok

:

97342

Program Studi


:

Teknologi Industri Pertanian

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. 1 r . ~Eriyatno.
.
MSAE
Ketua

Dr. Ir. Sutrisno, MAgr
Anggota

Dr. Ir. H. Anas Miftah Fauzi. MEng
Anggota

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian


'

Dr. Ir. H. Irawadi Djamaran

Tanggal Lulus : 3 1 Juli 2002

~nuwoto,MSc

RIWAYAT HIDUP

DlAN RACHMAWATI dilahirkan di Bandung, tanggal 26 Januari 1974, anak
keempat dari pasangan Bapak Ir. H. Achmad Zainuddin dan lbu Hj. S. Faizah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah
Umum di Bandung. Tahun 1991 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1996. Tahun 1997 melanjutkan
pendidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Teknologi Industri Pertanian dengan sponsor dari Dirjen Dikti melalui proyek

URGE Batch V.

PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya tesis

ini dapat

diselesaikan.

Tesis

dengan judul

Studi

Pengembangan Sistem Agroindustri Kentang di Wilayah Pedesaan diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian tesis ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Business Innovation
Center of Indonesia (BIC-I) dan Program URGE Batch Vl1998 yang telah
nlemberikan beasiswa

untuk

mengikuti

program

Magister

di

Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno,
MSAE sebagai ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Sutrisno, MAgr dan Dr. Ir. H.
Anas Mifiah Fauzi, MEng masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing
atas bimbingan, nasehat dan berbagai motivasi sampai penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada :
1. Kepala Dinas Koperasi dan PPK Kabupaten Bandung, Kepala Bappeda

Kabupaten Bandung, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tingkat I
Propinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung, Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bandung atas segala fasilitas
dan informasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.
2. Kelompok Tani di Pangalengan (Gapura, Mekar Wangi, Wargi Mandiri,
Mukti Mandiri), KUD Walatra, pengusaha kecil pengolahan kentang (Bapak
Mamat-BBC, Ibu Emin, Bapak Agus, dan Bapak Ehom), PD Hikmah, dan ex
staf BIC-I di Pangalengan atas segala bantuan dan kesediaannya untuk
meluangkan waktu selama penelitian di lapang.
3

Rekan-rekan TIP 97, BIC-I (Sugiyono, Eka, Fajri, Maya), LMAA-IPB (Didi,
Yana) dan Az-Zahra atas bantuan, doa, persaudaraan, kebersamaan, dan
kerjasama

Penghargaan yang tinggi Penulis sampaikan kepada Ibu, Bapak, Kakak,
Adik dan Suami tersayang atas segala dukungan dan motivasi mulai dari awal
pendidikan sampai penyelesaian tesis ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dorongan, Penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Allah SWT
memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu saran untuk perbaikan dan kesempurnaan sangat diharapkan.

Bogor, Juli 2002
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
ABSTRAK
SURAT PERNYATAAN

RIW AY AT HIDUP
PRAKATA
DAFTAR IS1

....................................................................................................

DAFTAR TABEL

.............................................................................................

DAFTAR GAMBAR

.........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
1.

......................................................................................

PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1.

Latar Belakany ..................................................................................

1.2. Tujuan

...........................................................................................

i

...
111

iv
v

1

1

4

1.3. Ruang Lingkup .................................................................................. 4
2.

3.

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

6

2.1.

Industri Pedesaan

6

2.2.

Pengembangan Agroindustri ..............................................................

2.3.

Pasca Panen Kentang

LANDASAN TEORl

..................................................................................

10

14

................................ 14
A tmlytical Hierarchy P~.oce.s.s ........................
.

3.2.

Analisa Finansial

?

Analisa SWOT

?

METODOLOGI
4.1 .

...............................................................................

4.3.

19

.................................................................................. 23

.........................................................................................27

. .

Kerangka Pem~klran.......................................................................... 27

4.2. Pendekatan Sistem
5.

........................................................................

7

3. 1 .

3 . 3

4.

.............................................................................

Tata Laksana

............................................................................

29

.................................................................................... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 36
5.1.

Potensi Pengembangan ...................................................................... 36

5.2.

Usaha Lepas Panen Pedesaan Kentang .............................................. 42

5.3.

Analisis Finansial ULP2

5.4.

Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal .......................................... 63

....................................................................

1

55

6.

5.5.

Analisis Hirarki Pengembangan .......................................................... 70

5.6.

Pembinaan ......................................................................................... 75

KESIMPULAN DAN SAR4N
6.1 .

Kesimpulan

6.2.

Saran

....................................................................................

...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

...................................................................

.........................................................................................

88
88

90
91

.....................................................................................................93

DAFTAR TABEL

Halaman
.. . . . . . .........

3

....... ... ............. . ..

12

Tabel 1 .

Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di indonesia

Tabel 2.

Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter

Tabel 3.
Tabel 4.

Skala pembandingan berpasangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 5
. .
Nllal Rn~ldontIlldeks ..... . . . . .. . . . .. . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . .. . . .. ... . . . . . . 18

Tabel 5.

Matrik Internal-Eksternal . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

Tabel 6.

Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan

,

. .

tingkat pendldlkan
Tabel 7.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

37

Komposisi penduduk Kecamatan Pangalengan berdasarkan
mata pencaharian

Tabel 8

,,

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
.. . . . . . . . . . . . . . , , . , . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . . . . . .

38

Luas tanam dan produksi tanaman pangan dan hortikultura
di Pangalengan... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.

.,...

. . . . . . . . . . . 39

Tingkat kepentingan kriteria pemilihan produk ........ ......... .... ...... ....... 47
. ,
Tabel 10. Penentuan produk olahan kentang priorltas . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . 5 1

Tabel 9.

Tabel 1 I . Nilai kriteria finansial untuk analisis sensitivitas ULP2 primer kentang 57
Tabel 12. Nilai kriteria investasi untuk analisis sensitivitas agroindustri kentang

58

Tabel 13. Matriks analisa finansial dan nilai tambah usahatani dan ULP2
kentang ... .......................................................................................... 61
Tabel 14. Tingkat daya tarik pengembangan agroindustri kentang
di Pangalengan berdasarkan analisis faktor eksternal

... . .... . .. .... .. . . . .... . .

64

Tabel 1 5. Tingkat kekuatan agroindustri kentang di Pangalengan berdasarkan
..
analisls faktor eksternal .... .... . ..... ..... . ..... . ..................... ...... . . ........ .. .... 65
Tabel 16. Analisis sistem bisnis dalam pengembangan agroindustri keripik kentang
di Pangalengan berdasarkan SWOT

...... ... .......... ... ..... .. ... . . .... . .

.,,.

,

.

68

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 . Diagram Alir At~aliticalHierarchy Proce.~s...................................... 20
Gambar 2 . Diagram Lingkar Sebab-Akibat Pengembangan Agroindustri
Pedesaan

.........................................................................................

31

Gambar 3 . Diagram Input-Output Pengembangan Agroindustri Pedesaan ......... 32
Gambar 4 . Diagram Alir Tahapan Penelitian ...................................................... 34
Gambar 5 . Diagram Alir Kegiatan ULP2 Primer Kentang

..................................

44

Gambar 6 . Diagram Alir Proses Pengolahan Keripik Kentang ............................. 53
Gambar 7 . Hirarki Pengembangan Agroindustri Pedesaan
Gambar 8 . Konsepsi Model BDS

.................................

72

......................................................................

78

Gambar 9. Pola Kemitraan Partisipatif Agribisnis Kentang di Pangalengan

........

85

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Struktur Biaya dan Analisis Finansial Usahatani Kentang

..............

94

Lampiran 2 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial ULP2 Primer Kentang .......... 97
Lampiran 3 . Struktur Biaya dan Analisis Finansial LKP2 Sekunder
. .
Kerip~kKentang ........................................................................... 103
Lampiran 4 . Perhitungan Nilai Tambah ULP2 Sekunder

...................................

110

Lampiran 5 . Keuntungan Usahatani dan ULP2 Kentang .................................... 111

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang hams ditingkatkan,
dititikberatkan melalui pensembangan sistem agribisnis yang berkelanjutan dan
agroindustri yang berbasis di pedesaan. Agroindustri, terutama skala kecil dan
menengah, yang nlengakar pada masyarakat, merupakan sektor yang dapat
diharapkan untuk menanggulangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian
rakyat, terutama di daerah pedesaan. Pemanfaatan potensi sumber daya yang
tersedia dapat menekan

ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga

menguranyi penggunaan devisa.
Dalam memilih dan menentukan strategi pemulihan kondisi ekonomi untuk
melanjutkan kegiatan pembangunan nasional diperlukan penanganan secara terpadu
dan segera, serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu diperlukan
suatu transformasi ekonorni yang dilandasi oleh kekuatan nasional, dengan
melibatkan semua sumber daya yang berakar kuat di Indonesia. Sektor pertanian
merupakan harapan terbesar dalam nlengatasi gejolak ekonomi saat ini.
Agroindustri

mempunyai

posisi

yang

strategis

sebagai jembatan

yang

menghubungkan sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Strategi
pembangunan pertanian dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri yang
berkelanjutan menjadi penggerak pertumbuhan sektor lain, yang pada akhirnya
akan meningkatkan dinamika perekonomian nasional.
Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sarana yang
tepat sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Hal ini ditandai oleh sifat dan bentuk UKM, yakni berbasis pada sumberdaya lokal
sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat
kemadirian, dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumberdaya manusia, menerapkan teknologi lokal (indigeno~rs

technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal, dan

tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan
pembangunan yang efektif

Dari sudut pandang sistem produksi, UKM memiliki

kelenturan yang tinggi sehingga mudah mengikuti perubahan pasar, teknologi dan
karakteristik produk. Apabila sektor ini lebih dipacu kernajuannya, maka akan
merupakan kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan
sekaligus turut mengentaskan kerniskinan
Sebagai sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian
pedesaan, maka pengembangan agroindustri pedesaan perlu direkayasa dengan
prinsip dasar memacu keunggulan kompetitif komoditi serta komparatif wilayah,
peningkatan sumber daya manusia dan penumbuhan agroindustri yang sesuai
dengan kondisi setempat, memperluas kawasan sentra-sentra komoditas unggulan
yang akan berfungsi sebagai pemasok bahan baku yang berkelanjutan, dan menlacu
pertumbuhan subsistem lainnya yang melahirkan berbagai sarana pendukung
berkembangnya industri pedesaan (Suprapto, 1997)
Komoditi hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang
berpeluang untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri. Kentang merupakan
salah satu komoditi hortikultura unggulan yang diprioritaskan pengembangannya.
Alasan pengembangan komoditi ini diantaranya karena kentang merupakan bahan
diversifikasi pangan non beras bernilai gizi tinggi, komoditas ekspor non migas,
dan bahan dasar industri pangan.

Peningkatan kebutuhan konsumsi kentang

memberikan prospek yang baik bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri
kentang.

Pengembangan usahatani kentang dapat mendorong pengembangan

agroindustri pengolahan kentang, baik skala besar maupun skala kecil dan
menengah (Solahuddin, 1998).
Beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai sentra produksi
kentang meliputi wilayah Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur),
wilayah Surnatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Sumatera Selatan), Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Diantara daerahdaerah sentra produksi kentang, Pulau Jawa dan Sumatera merupakan daerah

penghasil utama kentang di Indonesia.

Dari total produksi kentang Indonesia,

Pulau Jawa merupakan penghasil kentang terbesar yaitu mencapai 73 persen dan
Propinsi Jawa Barat merupakan penghasi! kentang terbanyak yaitu mencapai 41
persen dari total produksi nasional (Biro Pusat Statistik, 1999). Rata-rata produksi
kentang beberapa propinsi di Indonesia disajikan pada Tabel 1
Tabel 1 . Rata-rata produksi kentang beberapa propinsi di Indonesia
Propinsi
Luas Panen (96)
Produksi (%)
11,14
8,72
Sumatera Utara
10.59
Sumatera Lainnva
14.92
Sumatera
I
2 1.73
I
22.64
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
66,92
73,28
Jawa
9,44
4,99
Luar Jawa dan Sumatera
100.00
100.00
Indonesia
Sumber : Biro Pusat Statistik (1 999)

I

Dilihat dari distribusi luas panen dan tingkat produksi kentang di Jawa Barat,
Kabupaten Bandung memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 43 persen.
Kecamatan Pangalengan merupakan sentra produksi kentang terbesar di Kabupaten
Bandung, dengan produksi rata-rata mencapai 74 929 ton perbulan atau sebesar
2498 ton setiap harinya (Biro Pusat Statistik, 1999).
Komoditi kentang yang banyak berkembang, terutama di Jawa Barat, sangat
mendukung untuk dikembangkan menjadi usaha agroindustri, terutama yang
banyak melibatkan masyarakat sekitarnya.

Hingga saat ini pengembangan

komoditas kentang masih terfokus pada aktivitas produksi.

Tahap pengolahan

(agroindustri) ditangani oleh industri skala besar. Di Pangalengan terdapat usaha
yang mengolah jenis makanan berbasis kentang, seperti keripik, kerupuk dan dodo1
kentang, dalam bentuk industri kecil rumah tangga, yang dalam pelaksanaan dan
pengembangannya menghadapi berbagai kendala. Oleh sebab itu perlu suatu model

pengembangan usaha dibidang agroindustri untuk memberi nilai tambah pada
komoditi tersebut dan menjadikannya sebagai bisnis unggulan. Karenanya studi ini
penting bagi upaya pengembangan sistem agroindustri di wilayah pedesaan, dengan
mempertirnbangkan faktor yang mendukuny dan menghambat serta potensi
pengembangan yang bersifat spesifik untuk daerah-daerah tertentu.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :
1) htlenyidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada pengembangan agroindustri

kentang di wilayah pedesaan
2) h4enganalisis struktur biaya keyiatan agroindustri kentang untuk mengetahui

kelayakan dan resiko usaha.
3) Menyusun prioritas pengembangan agroindustri kentang di wilayah pedesaan

1.3. Ruang Lingkup

Studi pengembangan sistem agroindustri kentang dilakukan di sentra
produksi kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal
maupun eksternal. Analisa SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, serta menyusun strategi berdasarkan faktor
pendukung dan penghambat pengembangan agroindustri. Metoda Proses Hirarki
Analitik (PHA) digunakan untuk menentukan prioritas setiap jenjang pada hirarki
yang disusun untuk alternatif pengembangan agroindustri.
Penelitian ini difokuskan pada kegiatan (i) usaha lepas panen pedesaan
(ULP2) primer kentang, untuk kentang yang dipasarkan segar, dan (ii) ULP2
sekunder, yaitu pengolahan kentang menjadi produk jadi atau setengah jadi. Kajian
analisa finansial dilakukan untuk menilai kelayakan ULP2 primer kentang dan
ULP2 sekunder pengolahan kentang yang dikembangkan, dengan melihat beberapa

nilai kriteria finansial (NPV, IRR, PBP, BIC dan BEP) dan nilai tambah yang
diperoleh dari ULP2. l l a l i s a sensitivitas dilakukan untuk melihat resiko usaha
yang dikaji.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Pedesaan

Industri pedesaan dapat diartikan sebagai industri yang memproses bahan
hasil pedesaan, atau industri yang diselenggarakan oleh tenaga kerja pedesaan, atau
dengan teknik, cara dan pola pedesaan. Industri pedesaan dapat dianggap sebagai
tahap perkembangan industri yang bertumpu pada potensi pedesaan sebagai
sumber dayanya (Kuswartojo, 1989).
Industri pedesaan berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan daya serap tenaga kerja untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
di pedesaan. Industri pedesaan yang umumnya berskala kecil juga merupakan jalur
bagi pedesaan untuk dapat berusaha selain dari sektor pertanian yang lebih
mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam sehingga pendapatan nlasyarakat
pedesaan bisa ditingkatkan dan lapangan kerja baru di pedesaan bisa diperluas
dengan suatu proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar bisa memasuki
sektor modern (Tambunan, 1989).
Kriteria Industri kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
Tentang Usaha Kecil (Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil,
199711998), yang dimaksud dengan usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
1)

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2)

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah);

3)

milik warga negara Indonesia;

4)

berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar;

5 ) berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha berbentuk hukum, termasuk koperasi.
Kriteria sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) nilai nominalnya dapat berubah
sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dalam peraturan
pemerintah.
Berdasarkan kriteria tenaga kerja, industri kecil di Indonesia dikelompokkan
menjadi industri rumah tangga tnetnpunyai karyawan sebanyak 1-4 orang; industri
kecil 5-9 orang; industri menengah 20-99 orang; dan industri besar mempunyai
karyawan di atas 100 orang.

2.2. Pengembangan Agroindustri

Pengembangan sering diartikan sebagai penumbuhan. Pengembangan dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah, juga dengan memperbaiki kualitas,
meningkatkan variasi, dengan kemungkinan harga yang lebih murah, waktu
penyerahan makin tepat, dan jaminan persediaan yang cukup (Hutapea dan
Suhastoyo, 1992).
Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan-bahan yang berasal
dari tanaman dan hewan.

Pengolahan meliputi transformasi dan pengawetan

melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi
(Austin, 1992). Wujud dari pengolahan dan transformasi sangat bervariasi, mulai
dari

pembersihan,

pengelompokan

(gradirlg), penggilingan,

pemotongan,

pengalengan, ekstraksi, dan lain-lain sampai pada perubahan kimia dan tekstur
produk yang diinginkan.
Tujuan pengembangan industri pedesaan adalah untuk menumbuhkan industri
yang makin efisien dan mampu berkembang sendiri, meningkatkan kemampuan dan
peran industri pedesaan dalam menyediakan produk jadi, bahan baku atau
komponen, meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan agroindustri

di daerah pedesaan yang memanfaatkan hasil pertanian secara optimal. Untuk

mencapai tujuan pengembangan industri pedesaan digunakan strategi dasar yang
menitikberatkan pada kekuatan sumberdaya alam, keterampilanlpadat karya, dan
teknologi, dengan tetap menganut prinsip pembangunan berkelanjutan yang
benvawasan lingkungan (Suhardi, 1993).
Austin (1992) menyatakan ada empat kekuatan agroindustri yang dapat
dijadikan sebagai pembangunan ekonomi suatu negara, yaitu (1) agroindustri
merupakan pintu keluar bagi produk pertanian, artinya produk pertanian
memerlukan pengolahan sampai tingkat tertentu sehingga meningkatkan nilai
tambahnya,

(2)

agroindustri merupakan pilar utama

sektor manufaktur;

sumberdaya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi dan
agroindustri mempunyai kapasitas yang besar dalam menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan produksi, pemasaran dan berkembangnya lembaga keuangan dan
jasa, (3) agroindustri berperan dalam menciptakan devisa negara, produk pertanian
mempunyai permintaan di pasar dunia, baik dalam bentuk bahan baku, setengah
jadi maupun produk siap konsumsi, untuk meningkatkan nilai tambahnya perlu
dilakukan pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen, dan (4) agroindustri
mempunyai dimensi nutrisi, dapat memasok kebutuhan gizi masyarakat dan
memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Menurut Sahardjo (1 992), pengembangan agroindustri menyangkut berbagai
aspek yang mampu menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan produktif lainnya
yang saling terkait. saling mendukung dan saling menguntungkan.

Hal ini

disebabkan kerena kegiatan pengembangan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, meliputi semua aktivitas mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran
sarana produksi, subsistenl produksi (usahatani), subsistem pengolahan, hingga
subsistem distribusi atau pemasarannya. Beberapa ha1 yang merupakan dasar dan
perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan agroindustri adalah sebagai
berikut :
1) Industri yang mempunyai daya saing yang kuat dan peluang pasar yang cukup

luas, perlu didukung pengembangan yang mengolah bahan baku yang dapat
resozrrces).
diperbaharui (re~~ew~crhle

2) Pemilihan teknologi yang tepat.

3) Dukungan penelitian dan pengembangan terapan secara bertahap.

4) Keterpaduan dan keterkaitan yang luas antara sektor pertanian dan sektor

industri sehingga dapat menambah kegiatan ekono~nidi dael-ah, dan pada
gilirannya akan mendorong pengembangan zona industri dan sentra-sentra
industri kecil.
Dalam menunjang pengembangan industri pertanian, langkah yang dapat
ditempuh antara lain dengan cara mengenlbangkan komoditi yang mempunyai daya
saing di pasaran ekspor, menciptakan pola usahatani yang dapat menyediakan
bahan baku secara kontinu dan sesuai kebutuhan industri dan konsumen,
menciptakan pusat wilayah produksi sesuai kemampuan agronomis, iklim dan
sosial ekonomi. dan menciptakan keterpaduan pembangunan sektor pertanian,
industri dan sektor lainnya dalam memperluas kesempatan kerja, sekaligus
memperkecil urbanisasi (Baharsyah, 1987)
Secara mikro, strategi pengembangan industri hams memperhatikan hngsifungsi di dalam industri, yaitu h n g s i finansial, pemasaran, teknologi, persediaan,
sumber daya manusia dan manufaktur. Fungsi finansial menentukan pengadaan
fasilitas, bersama fungsi pemasaran menetapkan kapasitas olah pabrik.

Fungsi

manajemen sumber daya manusia menangani aktivitas tenaga kerja, diupayakan
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Fungsi persediaan menagani pengadaan
bahan baku, integrasi vertikal, dan penentuan mutu barang yang akan dijual.
Fungsi teknologi menentukan teknologi proses yang akan dikembangkan, bersama
fungsi pemasaran menetapkan mang lingkup produk dan introduksi produk bam.
Fungsi manufaktur menipakan fungsi sentral, yang aktivitasnya melibatkan semua
f u ~ g s dalam
i
industri (Kotler, 1997).
Said (2001) menyatakan bahwa pengembangan ekonomi Indonesia masih
hams diarahkan pada upaya-upaya pemulihan dengan beberapa sasaran utama
sektor riil yang hams segera dicapai, yaitu :

(1) peningkatan pendapatan n~asyarakat, terutama golongan ekonomi lemah

melalui pemberdayaan kekuatan ekonomi rakyat,
(2) peningkatan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor non migas dan
peningkatan nilai tambah produk yang nyata,
(3) terciptanya struktur industri yang kuat berlandaskan padausaha kecil dan

menengah yang kuat, yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif
untuk mencapai keunggulan kompetitif menghadapi persaingan global,
(4) terciptanya sektor agroindustri yang tangguh sebagai landasan pembangunan
ekonomi menuju era industrialisasi,
(5) terciptanya daya saing yang tinggi melalui peningkatan produktifitas,
(6) tercapainya standar mutu produk yang dapat diterima pasar global,

(7) tercapainya pengembangan ekonomi lokal yang tnendorong pembangunan

wilayah.

Dari hal-ha1 tersebut di atas maka perlu didentifikasi bisnis unggulan
strategis. khususnya dalanl lingkup agroindustri yang memenuhi seluruh atau
sebagian besar sasaran-sasaran tersebut. Untuk mewujudkan perkembangan usaha
di bidang agribisnis dan argoindustri, yang umumnya berskala kecil, diperlukan
suatu kajian sistem pengembangan yang terarah dan terpadu.

2.3. Pasca Panen Kentang

Tanaman kentang (Solmnm~tzrberosum) termasuk jenis tanaman yang
memerlukan lingkungan tumbuh yang spesifik. Salah satu faktor lingkungan yang
dijadikan syarat tumbuh yang utama adalah iklim. Suhu udara yang ideal untuk
tanaman kentang berkisar antara 15°C - 18°C pada malam hari dan 24°C - 30°C
pada siang hari. Ketinggian ideal bagi tumbuhnya kentang berkisar antara 10001500 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1997).

Berdasarkan kondisi

agroklimatnya, Wilayah Pangalengan berpotensi sebagai penghasil kentang.

Kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu 19,l gram per
100 gram bahan sehingga berpotensi sebagai bahan substitusi makanan pokok
(Rukmana, 1999). Tingkat konsumsi atau ketersediaan kentang per kapita dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1999 rata-rata konsumsi sebesar 4,27
kglkapitdtahun, sementara pada tahun 1993 sebesar 2,30 kglkapitdtahun (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, 1999). Tingkat konsumsi ini diperkirakan akan tcrus
meningkat karena kentang tidak hanya terbatas untuk kebutuhan rumah tangga saja
melainkan juga untuk kebutuhan industri.
Pemanenan kentang dilakukan setelah tanaman berumur antara 90-1 10 hari
setelah tanam (HST). Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila
daun-daun tanaman telah berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan
yang bukan disebabkan serangan penyakit, batang tanarnan agak mengering dan
menguning.

Tanarnan yang telah cukup umur apabila dipanen kulit umbinya

tampak lekat sekali dengan daging umbi, dan bila digosok atau ditekan dengan jari,
kulit umbi tidak mudah mengelupas (Rukmana, 1997) .
Penanganan panen dan pasca panen kentang sangat mempengaruhi mutu
kentang. Kentang yang sudah diambil dari bedengan dikering-anginkan di pinggir
bedengan untuk memudahkan melepas tanah yang menempel di umbi.

Sortasi

kentang dilakukan untuk memisahkan umbi yang baik dan sehat, yaitu umbi yang
tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit, dengan umbi yang rusak.
Kegiatan ini dapat mencegah penularan penyakit dari umbi yang sakit atau rusak ke
umbi yang baik dan sehat. Grading dilakukan untuk mengelompokkan kentang
yang sehat menurut ukuran diameter umbi. Di daerah Pangalengan, hasil grading
terdiri dari kentang mutu A, B, C, dan AL. Kelas mutu kentang berdasarkan berat
dan diameter disajikan pada Tabel 2. Grading dapat dilakukan bersamaan dengan
sortir di kebun setelah panen. Kelas mutu AL harganya lebih tinggi dibanding kelas
mutu lainnya. Umbi yang kecil (sekitar 30 persen) biasanya digunakan sebagai
bibit untuk penanaman selanjutnya bila kentang tersebut masih memenuhi syarat
untuk dijadikan bibit.

Tabel 2. Kelas mutu kentang berdasarkan berat dan diameter
Diameter (cm)
Berat (gram)
Kelas Mutu
> 10
> 250
AL
8 - 10
200 - 250
A
6-8
150 - 200
B
4 -6
100
150
C
0), sedangkan apabila lebih kecil